Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
id
digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
G0006100
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2010
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Pembimbing Utama
Nama
NIP
Pembimbing Pendamping
Nama
NIP
.....
Penguji Utama
Nama
NIP
..
Anggota Penguji
Nama
NIP
..
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi
Dekan FK UNS
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya
sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan antara
Asma Bronkial dengan Refluks Gastroesofageal di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar
kesarjanaan dalam bidang kedokteran di Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat terwujud dengan baik atas
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis secara pribadi
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu:
1. Prof. Dr. AA. Subiyanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Sri Wahjono, dr., M.Kes selaku Ketua Tim Skripsi.
3. Dr. Eddy Surjanto, dr., SpP(K) selaku Pembimbing Utama atas segala
bimbingan yang sangat berharga yang telah diberikan selama penulisan
skripsi.
4. Veronika Ika Budiastuti, dr., MPd selaku Pembimbing Pendamping
atas segala bimbingan yang sangat berharga yang telah diberikan
selama penulisan skripsi.
5. Reviono, dr., SpP selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji
dan memberikan masukan-masukan yang sangat berharga dalam
penulisan skripsi.
6. Dian Ariningrum, dr., M.Kes., SpPK selaku Anggota Penguji selaku
yang telah berkenan menguji dan memberikan masukan-masukan yang
sangat berharga dalam penulisan skripsi.
7. Segenap staf Poliklinik Penyakit Paru RSUD DR. Moewardi atas
bantuan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
8. Bapak, Mama, Abang, Kakak yang selalu setia mendoakan, memberi
banyak perhatian, dukungan materi, dan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman CYTO FK UNS, dan angkatan 2006 , terima kasih atas
doa, dukungan, dan bantuannya selama ini.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Junita I.M. Siregar, G0006100, 2010. Hubungan antara Asma Bronkial dengan
Refluks Gastroesofageal
di RSUD Dr. Muwardi Surakarta. Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan Penelitian: Beberapa studi kasus mengenai pasien dengan gejala kronik
gangguan saluran napas atas menjelaskan adanya hubungan yang potensial antara
saluran napas atas dan GERD (Gastroesofageal Reflux Disease. GERD cenderung
meningkatkan risiko serangan asma bronkial. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara asma bronkial dengan refluks gastroesofageal di
RSUD Dr. Muwardi Surakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Subjek yang digunakan berjumlah 36 subjek
(18 subjek kasus dan 18 subjek kontrol). Penelitian dilakukan di poliklinik Bagian
Paru RSUD Dr. Muwardi Surakarta pada 03 November 2009 sampai 11 Februari
2010. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Analisis data
yang digunakan adalah uji statistik chi square untuk mengetahui uji proporsi pada
dua variabel penelitian, kemudian untuk menguji hubungan antara 2 variabel
digunakan uji korelasi Phi. Rasio prevalens digunakan untuk menilai estimasi
risiko relatif yaitu perbandingan antara jumlah subyek dengan penyakit (lama dan
baru) pada satu saat dengan seluruh subyek yang ada.
Hasil Penelitian: Hasil uji chi square menunjukkan signifikansi sebesar 0,015
sehingga ada hubungan antara asma bronkial dengan refluks gastroesofageal di
RSUD Dr. Muwardi Surakarta. Hasil perhitungan ratio prevalens adalah 2.21.
Simpulan Penelitian: Ada hubungan antara refluks gastroesofageal dengan asma
bronkial di RSUD Dr. Muwardi Surakarta ( p = 0,015). Angka kejadian GERD
lebih besar pada kelompok kasus (asma bronkial) dibandingkan dengan kelompok
kontrol .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
halaman
PRAKATA ........................................................................................................
vi
viii
ix
1. Asma Bronkial.....................................................................
11
16
18
C. Hipotesis .........................................................................................
19
20
20
20
C. Subjek Penelitian.............................................................................
commit to user
20
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
E. Instrumentasi Penelitian...................................................................
22
30
23
23
24
29
30
34
37
A. Simpulan ......................................................................................
37
B. Saran .................................................................................................
37
38
LAMPIRAN
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 1.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20-25%
populasi
dewasa
(Stein,
2001).
Prevalensi
refluks
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Adakah
hubungan
antara
asma
bronkial
dengan
refluks
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan antara asma bronkial dengan refluks gastroesofageal di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti
dan klinisi tentang hubungan antara asma bronkial dan refluks
gastroesofageal.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan antara asma bronkial dengan refluks gastroesofageal sehingga
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Asma
a. Definisi
Definisi asma yang umum digunakan saat ini adalah definisi
menurut National Heart, Lung, and Blood Institute sebagai berikut: asma
adalah suatu inflamasi kronik saluran napas di mana terdapat berbagai
sel inflamasi yang memegang peranan, terutama sel mast, eosinofil dan
limfosit T. Pada individu yang peka inflamasi ini menyebabkan episode
berulang berupa mengi, sesak napas, rasa berat di dada serta batuk
terutama malam hari atau dini hari. Gejala ini umumnya berhubungan
dengan pengurangan arus udara yang luas tetapi bervariasi yang paling
tidak sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan. Inflamasi ini juga meningkatkan kepekaan saluran napas
terhadap berbagai rangsangan (Boushey, 2000; Surjanto, 2001).
b. Patogenesis
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Di mana proses
inflamasi ini melibatkan berbagai sel inflamasi yaitu sel mast, eosinofil,
limfosit T, makrofag, neutrofil, dan sel epitel (PDPI, 2004). Adanya
inflamasi saluran napas telah dibuktikan melalui beberapa penelitian
seperti hipereaktivitas bronkus, kurasan bronkoalveolar, biopsi bronkus,
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
induksi sputum serta otopsi pasien yang meninggal pada saat serangan
(Surjanto, 2005).
Sel-sel inflamasi yang teraktivasi melepas beberapa mediator
sitokin, molekul adhesi, kemokin, dan berinteraksi antara yang satu
dengan yang lain. Eosinofil sendiri terlibat dengan melepas granulgranul yang toksik. Hal tersebut menimbulkan reaksi yang sangat
kompleks dengan gejala-gejala klinis seperti bronkokonstriksi, produksi
mukus
yang
berlebihan,
alergi,
dan
hiperaktivitas
bronkus
(Baratawidjaja, 2003)
Selain perubahan akut, juga didapatkan perubahan yang bersifat
kronik yaitu hipertrofi otot polos, pembentukan pembuluh darah baru,
peningkatan sel-sel goblet epitelial, fibrosis subepitelial, dan penebalan
membran basalis, yang dikenal dengan
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(edema)
selaput
lendir
yang
disebabkan
karena
c. Faktor Resiko
Perkembangan resiko terjadinya asma adalah interaksi antara
faktor pejamu (host factor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini
termasuk predisposisi genetik antara lain genetik asma, atopi,
hipereaktiviti bronkus, jenis kelamin, dan ras.
Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan predisposisi
asma untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya
eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala menetap Faktor lingkungan
tersebut antara lain rokok, polusi udara, exercise, substansi mikro, dan
alergen (PDPI, 2004).
d. Diagnosis
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Derajat Berat
Klasifikasi asma yang sekarang digunakan ialah berdasarkan
pada derajat beratnya penyakit dan bertujuan untuk memberikan
penatalaksanaan yang tepat dan adekuat. Berat penyakit ditentukan oleh
gejala, eksaserbasi, gejala malam hari, dan uji faal paru (Aditama, 2004).
Klasifikasi derajat berat asma terbaru yang diadaptasi dari Global
Initiative of Asthma (GINA, 2006) adalah :
1) Intermiten
Gejala < 1 kali seminggu, tanpa gejala di luar serangan, serangan
singkat, gejala malam 2 kali sebulan.
2) Persisten ringan
Gejala > 1 kali seminggu tetapi < 1 kali perhari, serangan dapat
mengganggu aktivitas tidur, gejala malam > 2 kali sebulan.
3) Persisten sedang
Gejala setiap hari, serangan mengganggu aktivitas dan tidur, gejala
malam > 1 kali seminggu.
4) Persisten berat
Gejala terus-menerus, sering kambuh, aktivitas fisik terbatas, gejala
malam sering.
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Penatalaksanaan
Asma tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol dengan
pemberian obat-obat yang benar (Baratawidjaja, 2003). Obat-obat yang
dapat mngontrol asma antara lain: inhalasi kortikosteroid, kortikosteroid
sistemik, sodium kromolin, sodium medokromil, dan teofilin.
International Consensus Report on Diagnosis and Management
of
Asthma
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Refluks Gastroesofageal
a. Patogenesis
Refluks gastroesofageal pada dasarnya dapat terjadi karena
ketidakseimbangan faktor defensif dari esofagus dan faktor ofensif dari
bahan refluksat. Adapun yang termasuk faktor defensif adalah pemisah
antirefluks dan ketahanan epitelial esofagus (Makmun, 2006).
Martini dan Yunus (1997) menyebutkan bahwa dalam keadaan
normal, pemisah antirefluks terdiri dari lower esophageal sphincter
(LES) dan konfigurasi anatomi gastroesophageal junction. Hegar dan
Firmansyah (1999) menyebutkan faktor barier antirefluks yang
terpenting adalah LES.
Terdapat dua kondisi yang harus ada untuk suatu episode refluks
yaitu isi lambung siap untuk proses refluks dan mekanisme antirefluks
pada LES mengalami gangguan. Refluks terjadi jika tekanan LES
menghilang atau rendah ( 3 mmHg), hal ini dapat disebabkan oleh
peningkatan tekanan dalam lambung atau penurunan sementara tonus
sfingter. Penurunan tonus sfingter dapat disebabkan oleh kelemahan otot
atau gangguan relaksasi sfingter yang difasilitasi oleh saraf. Penyebab
sekunder kelemahan LES antara lain kehamilan, merokok, obat relaksan
otot kecil seperti -adrenegik, aminofilin, nitrat, kalsium antagonis, dan
kerusakan sfingter oleh operasi (Goyal, 1994).
commit to user
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Manifestasi Klinis
Gejala klinik refluks gastroesofageal yang khas adalah nyeri/rasa
tidak enak di epigastrium atau retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri
biasanya dideskripsikan sebagai rasa terbakar (heartburn), kadangkadang bercampur dengan gejala disfagia, mual atau regurgitasi, dan
rasa pahit di lidah (Makmun, 2006).
Manifestasi klinis ekstraesofagus lain yang dapat ditemukan
(Caestecker, 2001) yaitu :
1) batuk kronik
2) bronkokonstriksi
3) disfonia
4) sakit tenggorokan
5) suara parau
6) laringitis
7) nyeri dada non-kardiak.
Refluks gastroesofageal juga dapat terjadi pada saat tidur dengan
manifestasi berupa timbulnya batuk pada malam hari, rasa tercekik, dan
mengi pada saat bangun tidur (Simpson, 1995; Gislason et al, 2002).
c. Diagnosis
Diagnosis refluks gastroesofageal ditentukan dari gejala dan
tanda klinis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Gejala dan
tanda klinis khas seperti adalah rasa panas di dada, regurgitasi, disfagia,
commit to user
xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada
pemeriksaan
endoskopi
dari
commit to user
xxii
pasien
GERD
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Derajat
Gambaran Endoskopi
Kerusakan
A
xxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Manometri esofagus
6) Sintigrafi esofagus
7) Tes Penghambat Pompa Proton
d. Penatalaksanaan
1) Target penatalaksanaan GERD adalah (Mahdi, 2008) :
a) menyembuhkan lesi esofagus
b) menghilangkan gejala/keluhan
c) mencegah kekambuhan
d) memperbaiki kualitas hidup
e) mencegah timbulnya komplikasi
2) Beberapa langkah penatalaksanaan refluks gastroesofageal adalah
terdiri dari ( Martini dan Yunus, 1997):
a) Terapi konservatif
(1) meninggikan kepala 15 cm pada waktu tidur
(2) tidak makan 3 sampai 4 jam sebelum tidur
(3) hindari makanan yang memperburuk gejala refluks seperti
kopi, coklat, bawang, minuman berkarbonat, alcohol dan
produk tinggi lemak.
(4) berhenti merokok
(5) mengurangi obat-obatan yang mempengaruhi lambung
(6) menggunakan antasida sesudah makan dan sebelum tidur
b) Terapi medikamentosa
commit to user
xxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Obat-obatan
yang
dapat
digunakan
dalam
terapi
terjadinya
terjadinya
proses
bronkokonstriksi.
bronkokonstriksi
adalah
Mekanisme
reflek
vagal,
xxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Refluks gastroesofageal
Asidifikasi esofagus
distal
Asidifikasi esofagus
proksimal
Mikroaspirasi
Bronkokonstriksi
Asma bronkial
Keterangan :
: menyebabkan
C. Hipotesis
commit to user
xxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional.
B.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di poliklinik bagian penyakit paru RSUD
Dr. Moewardi Surakarta pada bulan November 2009-Februari 2010.
C.
Subjek Penelitian
1. Subjek kasus
Subjek kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien
yang terdiagnosis asma oleh dokter Spesialis Paru di poliklinik bagian
penyakit paru RSUD Dr.Moewardi bulan November 2009-Februari 2010
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan dalam
penelitian ini.
Kriteria inklusi
a. pasien asma dewasa usia 18-60 tahun
Kriteria eksklusi
a. menderita penyakit paru lain
b. memiliki kebiasaan merokok
c. menderita penyakit jantung
d. sedang hamil
commit to user
xxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
harus
dari
populasi
yang
sama
dengan
subjek
kasus
(Taufiqqurahman, 2004).
Besar sampel ditentukan dengan rumus (Murti, 2006) :
n =
Z2.p.q
d2
Keterangan :
n
: 1-p
commit to user
xxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
n = 18 sampel
Berdasarkan perhitungan di atas maka ukuran sampel minimal
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 subjek untuk masingmasing kelompok.
D.
E.
Instrumentasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan surat pernyataan
kesediaan menjadi responden, dan kuesioner RDQ.
commit to user
xxxi
perpustakaan.uns.ac.id
F.
digilib.uns.ac.id
Rancangan Penelitian
Pasien Poliklinik Paru
RSUD dr. Moewardi
Diagnosis pasti
dokter Spesialis Paru
Sampel
Kontrol
Screening :
Mengisi Kuesioner
RDQ
Screening :
Mengisi Kuesioner
RDQ
G.
: asma bronkial
2. Variabel terikat
: refluks gastroesofageal
3. Variabel luar
a. terkendali
xxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b.tak terkendali
: genetik,
atopi,
subjektivitas
polusi
penderita
udara,
dalam
dan
mengisi
kuesioner
H. Definisi Operasional Variabel
1.
Refluks Gastroesofageal
Penyakit refluks gastroesofageal dalam Konsensus Nasional
Penatalaksanaan
Penyakit
Refluks
Gastroesofageal
GERD
xxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.
Asma Bronkial
Asma bronkial adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas
yang
commit to user
xxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Umur
a. Definisi
4.
b. Alat ukur
: Wawancara
c. Skala
: Rasio
Jenis Kelamin
a. Definisi
b. Alat ukur
: Wawancara
c. Skala
: Nominal
5. Ras
a. Definisi
6.
b. Alat ukur
: Wawancara
c. Skala
: Nominal
Kehamilan
a. Definisi
pembuahan
(Sarwono,
2007).
: Diagnosis
dokter
wawancara
commit to user
xxxv
yang
ditanyakan
melalui
perpustakaan.uns.ac.id
c. Skala
7.
digilib.uns.ac.id
: Nominal
Atopi
Menurut nomenklatur World Allergy Organization (WAO) tahun
2003 maka terminologi atopi dipakai untuk menjelaskan tendensi
seseorang atau keluarga, biasanya pada masa anak atau remaja, yang
tersensitisasi dan memproduksi IgE sebagai respon pajanan biasa
terhadap alergen (in response to ordinary exposures to allergens)
Sebagai konsekuensi hal tersebut maka pada individu atopi dapat
timbul gejala khas asma, rinokonjungtivitis, atau eksim. Dalam
penelitian ini atopi menjadi variabel tidak terkendali karena
sebagaimana telah dijelaskan bahwa serangan asma dapat terjadi
karena faktor atopi.
8.
Genetik
Studi tentang keterkaitan dan asosiasi genetik molekular menunjukan
bahwa atopi berawal dari sifat genetik yang heterogen dan poligenik.
Berbagai regio kromosom terkait dengan atopi dan asma, terutama
dengan loki pada kromosom 5, 6, 11, 12, 13, dan 16. Berdasarkan
uraian tersebut maka genetik merupakan salah satu predisposisi
timbulnya asma pada individu yang memiliki karakteristik genetik
tesebut, maka pada penelitian ini genetik menjadi variabel luar tidak
terkendali.
commit to user
xxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
9.
digilib.uns.ac.id
Polusi Udara
Polusi udara adalah penurunan kualitas udara sampai pada yang
mengganggu kehidupan karena masuknya polutan kedalam udara.
Polutan udara dapat berupa partikulat atau gas antara lain: serat asbes,
bijih besi, dan asbes yang hancur biasanya berbentuk asap, gas CO,
gas CO2,dan gas NO (Wahidin, 2008). Polutan tersebut dalam
ambang tertentu dapat memicu terjadinya serangan asma pada
individu tertentu.
I.
2.
commit to user
xxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
J.
kebergantungan
dan
homogenitas
suatu
data
meliputi
commit to user
xxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Kelompok Kasus
10 (55,56%)
8 (44,44%)
18 (100%)
Kelompok Kontrol
9 (50%)
9 (50%)
18 (100%)
p
0, 742
Kelompok Kasus
Kelompok Kontrol
0 (0%)
1 (5,55%)
3 (16,67%)
3 (16,67%)
5 (27,78%)
5 (27,78%)
6 (33,33%)
4 (22,22%)
4 (22,22%)
5 (27,78%)
commit to user
18 (100%)
18 (100%)
xxxix
p
0,845
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kelompok Kasus
Kelompok Kontrol
GERD
Tidak GERD
10 (55,56%)
8 (44,44%)
3 (16,67%)
15 (83,33%)
0,015
Jumlah
18 (100%)
GERD = Gastro Esophageal Reflux Disease
18 (100%)
commit to user
xl
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
14
12
10
8
GERD
6
T idak G E R D
4
2
0
As ma bronkial
K ontrol
Gambar 1. Frekuensi GERD dan tidak GERD pada kelompok asma bronkial dan kelompok
kontrol
B. Analisis Data
Pada penelitian ini, data yang terkumpul dianalisis dengan rumus
chi square yang diolah menggunakan SPSS 16.00 for Windows.
Tabel 4. Hasil Analisis Data Hubungan Asma Bronkial dan Refluks
Gastroesofageal
GERD
GERD (+)
GERD (-)
Asma Bronkial
Asma Bronkial (+)
Asma Bronkial (-)
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
10
55,56%
3
16,67%
8
44,44%
15
83,33%
X2
5.90
hitung
RP
0.015
2.21
sebesar 5.90.
xli
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang berbunyi Tidak ada hubungan
antara asma bronkial dengan refluks gastroesofageal ditolak. Dengan kata
lain terdapat hubungan antara asma bronkial dengan refluks gastroesofageal.
Berdasarkan perhitungan uji Korelasi Phi didapatkan nilai p yang
besarnya 0,015. Rasio prevalens pada penelitian ini adalah 2,21.
commit to user
xlii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PEMBAHASAN
xliii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
didapatkan persentase terbanyak pada rentang umur 31-40 dan rentang umur 5160 sebanyak 5 orang untuk masing-masing kelompok umur.
Dari tabel 3 dapat diketahui dari penelitian bahwa GERD lebih banyak
dialami oleh kelompok asma bronkial (+) dibandingkan dengan kelompok asma
bronkial (-). Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa GERD lebih banyak
dialami oleh wanita baik untuk kelompok asma bronkial (+) ataupun kelompok
asma bronkial (-). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Nocon
(2006) bahwa wanita lebih cenderung mengalami gejala refluks gastroesofageal
non erosif sedang hingga berat dibandingkan pada pria yang mengalami gejala
ringan.
Pada tabel 4, disajikan tabulasi silang asma bronkial dengan refluks
gastroesofageal , dan perhitungan data statistik menggunakan metode Chi square
test, korelasi Phi dan nilai raio prevalens. Pada uji X2 didapatkan nilai p yang
besarnya 0,015 . Uji X2 adalah uji proporsi di mana pengujian dilakukan untuk
penilaian kebergantungan dan homogenitas suatu data meliputi perbandingan
frekuensi yang teramati dengan frekuensi yang diharapkan jika Ho benar.
Analisis hubungan antara kedua variabel dalam penelitian ini yaitu asma
bronkial dan refluks gastroesofageal menggunakan uji korelasi Phi. Korelasi Phi
termasuk dalam kategori korelasi Pearson Product Moment dengan variabel yang
diuji adalah nominal diskrit (Handoko,2007). Korelasi Phi dalam penelitian ini
memiliki signifikansi (p) yang besarnya 0,015. Jika nilai tersebut (p) lebih besar
dari = 0,05 (p.0,05), maka H0 ditolak (Handoko, 2007). Sehingga dapat
commit to user
xliv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
xlv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memiliki tingkat sensitivitas dan spesifisitas sebesar 94% dan 50% ( Li et al,
2007). Gold standard dalam diagnosis kejadian GERD adalah dengan pengukuran
pH esofagus. Pemeriksaan pH esofagus melalui parameter: jumlah episode refluks
selama 24 jam, waktu total saat pH < 4 dalam 24 jam, jumlah episode refluks
dengan durasi > 5 menit dan durasi terpanjang episode refluks. Pemeriksaan pH
esofagus dengan parameter-parameter tersebut memiliki tingkat sensitivitas dan
spesifisitas sebesar 96% dan 100% (Theodoropoulus, 2001).
Kelemahan penelitian ini berdasar pada metode pengumpulan data yang
digunakan yaitu metode kuesioner. Keterbatasan RDQ antara lain adanya faktor
subyektifitas seperti reaktivitas dan sensitiviitas individu terhadap refluks material
dan pemahaman terhadap definisi gejala ( Li et al, 2007). Kekurangan yang lain
adalah juga kemungkinan terjadinya recall bias, di mana suyek penelitian diminta
untuk mengingat frekuensi dan tingkat keburukan gejala selama satu minggu
terakhir.
commit to user
xlvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Terdapat hubungan yang bermakna antara asma bronkial dengan
refluks gastroesofageal (x2 = 5,90; p = 0,015 dan RP = 2,21).
2. Pada kelompok penderita asma bronkial didapatkan 55,56%
sampel yang mengalami GERD dan pada kelompok yang tidak
menderita asma bronkial didapatkan 16,67% sampel yang
mengalami GERD.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan asma
bronkial dan
commit to user
xlvii