Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian
nasional, selain sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok,
sandang, dan papan juga menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar
penduduk yang dapat memberikan sumbangan besar bagi devisa negara.
Sektor pertanian juga dapat menjadi sektor basis dalam mengembangkan
kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis
pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri yang berperan besar dalam
menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari
variable makro utama yaitu komposisi angkatan kerja yang sebagian besar
tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor pertanian (Lenggogeni, 2012),
yakni sebesar 38,23 juta jiwa atau 33,89% pada Februari 2012 (Kemenkes,
2013).
Petani sebagai pekerja informal tidak hanya bekerja di sawah,
namun dapat melakukan pekerjaannya di lahan seperti perkebunan yang
hasilnya akan diolah menjadi bahan pangan. Pekerja informal tersebut
salah satunya ialah petani gula semut yang memanfaatkan perkebunan
kelapa. Dalam hal ini terdapat dua aktivitas pokok yang dilakukan yakni
sebagai penderes dan pengolah nira kelapa. Pekerjaan ini termasuk ke
dalam industri rumah tangga pangan karena merupakan usaha kecil yang
dikelola keluarga dan kegiatannya dilakukan di rumah (tempat tinggal
mereka) yang dilengkapi dengan peralatan pengolahan pangan manual
hingga semi otomatis, yang perlu memperhatikan aspek higiene pada
makanan.
Widyati dan Yuliahsih (2002) menyatakan bahwa higiene
merupakan suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada
usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat
orang tersebut berada. Enam prinsip higiene pada makanan dan minuman
menurut

Depkes

RI

(2004) adalah

pemilahan

bahan

makanan,

penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penjamah makanan,

penyimpanan makanan masak, pengangkutan makanan, dan penyajian


makanan. Industri gula semut menekankan pada prinsip penjamah
makanan dalam proses pembuatannya. Penjamah makanan adalah seorang
tenaga kerja yang menjamah mulai dari persiapan, mengolah, menyimpan,
mengangkut sampai penyajian makanan. Pengetahuan, sikap, dan tindakan
seorang penjamah makanan mempengaruhi kualitas makanan yang
disajikan (Kusmayadi dan Dadang 2008). Depkes RI, 2003 menyatakan
bahwa persyaratan penjamah makanan salah satunya adalah menjaga
kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian selain itu memakai celemek
dan tutup kepala. Namun berdasarkan observasi yang dilakukan penjamah
makanan gula semut di Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok belum
memenuhi persyaratan tersebut. Sehingga diperlukan upaya promosi
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap pada pekerja
informal yaitu petani gula semut di Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok.
Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah segala bentuk
kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan
ekonomi, politik, dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan
perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Salah satu metode
dalam promosi kesehatan adalah ceramah (Notoatmodjo, 2005). Metode
ceramah merupakan suatu model pembelajaran konvensional yang
digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara pemateri dengan peserta
dalam proses belajar, yang diiringi dengan penjelasan serta pembagian
tugas dan latihan, dalam hal ini digunakan pre-test dan post-test.
Pemilihan metode ceramah disebabkan karena ceramah merupakan suatu
cara penyajian bahan subjek dengan penuturan secara lisan yang sangat
sesuai untuk memberikan informasi kepada peserta mengenai bahans
ubjek yang baru dan memberikan penjelasan tentang suatu masalah yang
dihadapi peserta (Isjoni dan Ismail, 2008). Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan oleh Maryam, Rachmawati, dan Syaban (2014) diperoleh
hasil bahwa metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan sanitasi
dan konsep sehat para perajin jamu gendong di Kelurahan Kampung Bugis
Kecamatan Buleleng sehingga para perajin jamu lebih higienis dalam

memproduksi jamu gendong yang pada akhirnya dapat meningkatkan


kualitas produk dan akan membantu terciptanya pola hidup sehat.
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami ingin melakukan
praktik promosi kesehatan tentang higiene pada penjamah makanan petani
gula semut di Desa Sokawera Kecamatan Cilongok dengan metode
ceramah.
B. Rumusan Masalah
Apakah metode ceramah efektif terhadap peningkatan pengetahuan dan
sikap mengenai higiene pada petani gula semut Desa Sokawera,
Kecamatan Cilongok?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas

metode

ceramah

terhadap

peningkatan

pengetahuan dan sikap higiene pada Petani Gula Semut, Desa


Sokawera, Kecamatan Cilongok.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik petani gula semut meliputi umur
dan tingkat pendidikan.
b. Mendeskripsikan pengetahuan petani gula semut tentang higiene
penjamah makanan sebelum dan setelah dilakukan ceramah.
c. Mendeskripsikan sikap petani gula semut tentang higiene
penjamah makanan sebelum dan setelah dilakukan ceramah.
d. Mengetahui perbedaan pengetahuan petani gula semut tentang
higiene penjamah makanan sebelum dan setelah dilakukan
ceramah.
e. Mengetahui perbedaan sikap petani gula semut tentang higiene
penjamah makanan sebelum dan setelah dilakukan ceramah.
D. Manfaat
1. Bagi Petani Gula semut
Petani gula semut memperoleh informasi mengenai higiene yang
baik bagi penjamah makanan.
2. Bagi Mahasiswa
Menerapkan Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah didapat,

menambah

pengetahuan

dan

wawasan

mahasiswa

mengenai

penyuluhan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap

tentang higiene penjamah makanan pada petani gula semut, serta


meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memberikan promosi
kesehatan atau penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah
3. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat
Meningkatkan kerjasama dalam bidang kesehatan masyarakat
dengan petani gula semut di Desa Sokawera Kecamatan Cilongok
melalui kegiatan promosi kesehatan, memperoleh umpan balik yang
berkaitan dengan pengintegrasian mahasiswa dengan pembangunan
masyarakat sehingga kurikulum Jurusan Kesehatan Masyarakat lebih
dapat disesuaikan, serta dapat mewujudkan Tri Dharma Perguruan
Tinggi melalui pengabdian kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai