PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Pneumonia merupakan suatu bentuk infeksi pada paru-paru. Pneumonia bisa
disebabkan oleh bakteri, virus, fungi, dan pneumonia karena aspirasi benda asing.
Pneumonia dan gejalanya sangat bervariasi dari gejala ringan hingga berat, bahkan
hingga menyebabkan kematian.
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE pada peringatan
World
Pneumonia
Day
tanggal
12
November
2011
menyebutkan
bahwa
latar
belakang
tersebut
diatas,
kami
ingin
mengetahui
komplikasi pneumonia
Pengkajian keperawatan pada anak dengan pneumonia
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan pneumonia
Rencana keperawatan pada anak dengan pneumonia
Implementasi dan evaluasi keperawatan pada anak dengan pneumonia
I.4. MANFAAT
I.4.1. Manfaat bagi Institusi (ICU anak RSUPN. Cipto Mangunkusumo)
Dapat menambah wawasan pengetahuan sebagai dasar dalam menangani
dan memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia.
I.4.2. Manfaat bagi penulis
a. Dapat menambah pengetahuan mengenai pneumonia
b. Dapat menambah pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan
pada anak dengan pneumonia di ruang rawat intensif anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. DEFINISI
Pneumonia
menyerang
paru-paru
dengan
mekanisme.
Lobar
pneumonia
merupakan pneumonia yang menyerang pada satu bagian (lobus) paru. Bronchial
pneumonia (Bronchopneumonia) menyerang semua bagian pada 2 lobus paru-paru.
II.2. ANATOMI dan FISIOLOGI
Sistem pernafasan manusia terdiri atas organ saluran-saluran pernafasan dan
paru-paru
yang
semuanya
memiliki
tugas
utama
memasukkan
udara
dan
membuang gas sisa keluar tubuh. Saluran pernafasan terdiri dari beberapa organ,
yaitu:
a. Hidung
Hidung merupakan organ pernafasan pertama dan paling luar. Didalamnya
terdapat rambut-rambut halus yang berfungsi menyaring udara yang masuk.
Dinding rongga hidung juga dilapisi oleh selaput lendir yang terdapat
pembuluh darah didalamnya, yang juga berperan menghangatkan dan
melembabkan udara yang masuk.
b. Sinus
Sinus
merupakan
ruang
berongga
dari
tulang
kepala.
Celah
kecil
Saluran tempat udara berkumpul dari hidung dan mulut, kemudian turun ke
trakea. Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri dari:
1. Kartilago yaitu Kartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2
cartilago
arytenoidea
2. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os.
Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada
plica vokalis
e. Trakea
Saluran yang menghubungkan laring dengan paru-paru. Trakea tersusun atas
16 20 lingkaran tak lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat
bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah
belakang
trachea,
selain
itu
juga
membuat
beberapa
jaringan
otot.
Bronkus
Bronkus terbentuk dari belahan trakea pada ketinggian kira-kira vertebra
torakalis kelima, mempunyai strktur yang sama seperti trakea. Bronkus
berjalan masing-masing ke paru kanan dan kiri. Bronkus kanan lebih pendek
dan lebar serta lebih vertikal dari bronkus kiri. Bronkus kiri lebih lebih panjang
dan lebih langsing dari yang kanan. Bronkus membentuk percabangan
menjadi bronkus lobaris, kemudian bronkus segmentalis, lalu berakhir
menjadi percabangan paling kecil yang hanya terbentuk dari jaringan otot
polos yang disebut bronkiolus terminalis.
Komponen dari sistem pernafasan yang utama adalah paru-paru. Struktur dalam
paru-paru antara laian sebagai berikut:
a. Paru-paru terdiri dari 2 bagian yaitu paru kanan dan kiri
b. Masing-masing paru terdiri dari lobus-lobus. Paru kanan terdiri dari 3 lobus,
sedangkan paru kiri terdiri dari 2 lobus
c. Paru-paru tersusun atas kantung-kantung udara kecil yang disebut alveoli.
Alveoli ini merupakan tempat bertukarnya (difusi) antara oksigen (O2) dari
udara luar dengan karbondioksida (CO2) hasil metabolisme tubuh.
d. Paru-paru dilapisi oleh membran tipis elastis yang semipermeabel yang
disebut pleura. Pleura terdiri atas pleura viseralis (yang melekat di paru-paru)
dan pleura parietalis (yang melekat di dinding dada). Diantarnya terdapat
rongga pleura, yang normalnya berisi cairan dalam jumlah sedikit, yang
fungsinya mencegah gesekan paru saat terjadi inspirasi dan ekspirasi.
e. Dinding alveoli dilapisi oleh kapiler-kapiler pembuluh darah, dimana terjadi
pertukaran gas oksigen (dari alveoli ke kapiler)dan karbondioksida (dari
kapiler ke alveoli).
f.
O2
masuk
ke
kapiler,
selanjutnya
diangkut
oleh
vena
pulmonalis ke atrium kiri jantung. Dari atrium kiri darah kaya O2 masuk ke
ventrikrl kiri kemudian dipompakan ke seluruh tubuh untuk metabolisme
jaringan.
Selain saluran nafas dan paru-paru, sistem pernafasan juga dibantu oleh otot
dinding dada (iga) dan diafragma. Tulang iga merupakan rangkaian tulang yang
menyokong dan melindungi rongga dada. Iga berfungsi membantu pergerakan paru
saat inspirasi dan ekspirasi. Diafragma merupakan dinding otot yang kuat yang
memisahkan rongga dada dengan rongga perut. Ketika diafragma bergerak turun,
tekanan dalam rongga dada menjadi negatif, paru-paru akan mengembang, dan
udara pernafasan akan masuk. Pusat pernafasan di otak terletak di medula
oblongata.
Pada prinsipnya proses pernapasan manusia meliputi 3 tahap yaitu:
1. Ventilasi: proses mengembang dan mengempisnya paru untuk memasukkan
udara (inspirasi) melalui saluran pernapasan dan mengeluarkan udara
(ekspirasi) keluar tubuh.
2. Difusi : proses pertukaran gas O2 (berasal dari udara inspirasi) dari alveoli ke
kapiler, dan gas CO2 (sisa metabolisme) dari kapiler ke alveoli.
3. Perfusi : proses transportasi O2 oleh kapiler menuju jaringan yang kemudian
digunakan untuk metabolisme jaringan, dan pengangkutan gas CO2 sisa
metabolisme kembali ke paru2 yang kemudian dikeluarkan melalui ekspirasi.
II.3. ETIOLOGI
Penyebab pneumonia bervariasi, antara lain disebabkan oleh bakteri, virus,
fungi, dan bahan kimia. Seseorang menderita pnuemonia dengan beberapa cara
antara lain:
a. Bakteri dan virus yang berada di hidung, sinus dan mulut menyebar ke paruparu
b. Menghirup udara yang mengandung bakteri, virus, atau fungi
c. Menghirup
makanan,
cairan,
atau
muntahan
dari
mulut
ke
paru-paru
(pneumonia aspirasi)
Berikut beberapa contoh organisme penyebab pneumonia:
1. Bakteri : Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), Legionella pneumophila,
Mycoplasma
pneumoniae,
dan
Chlamydophila
pneumoniae.
Pneumocystis
Aspergilus,
Fikomisetes,
Blastomises
dermatitidis,
histoplasma
kapsulatum
4. Mycoplasma : Mycoplasma pneumoniae
Beberapa faktor resiko seseorang menderita pneumonia antara lain sebagai berikut:
1. Cerebral palsy
2. Penyakit paru kronik
3. Perokok
4. Kesulitan menelan
5. Penurunan sistem imun
6. Penurunan kesadaran
7. Penyakit kritis lainnya
8. Pembedahan atau trauma
9. Status gizi buruk
10.Sedang mengalami laringitis atau flu
II. 4. PATOFISIOLOGI
Pneumonia dapat terjadi saat mikroorganisme patogen masuk ke saluran
pernafasan dan tubuh melakukan mekanisme pertahanan diri dengan munculnya
respon inflamasi.
Patofisiologi pneumonia dimulai dari hilus paru yang menjalar secara
progresif ke perifer sampai seluruh lobus terkena. Proses radang ini dapat kita bagi
atas 4 tingkatan:
1.
Pada tingkat ini jumla,h netrofil bertambah, tampak pula sel-sel darah merah dalam
alveoli. Eksudat berubah menjadi fibrinosa. Pada makroskopis paru-paru tampak
lebih padat sehingga perabaannya menyerupai hati.
3.
Pada perabaan paru masih tetap kenyal seperti hepar, hanya warna kemerahmerahan berubah menjadi kelabu. Eksudat masih tetap terlihat bahkan dapat
berubah menjadi nanah dan masuk ke pleura, pada mikroskopis sel-sel tampak
amorf. Saat ini kuman sudah tidak dapat terdeteksi lagi dan makrofag lebih
berperan dalam proses penyembuhan.
4.
Disini paru-paru menjadi lunak dimana eksudat yang melunak sebagian dibatukkan
keluar dan sebagian lagi mengalami resorbsi. Pada saat ini seluruh bagian paru
kembali kepada keadaan normal.
II.5. TANDA DAN GEJALA
Gejala pneumonia dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Beberapa gejala
yang sering ditemukan antara lain:
a. Nafas cepat atau kesulitan bernafas
b. Batuk
c. Demam
d. Menggigil
e. Kurang nafsu makan
f.
1. Anamnesa keluhan : batuk, pilek, demam, sesak napas atau sulit bernafas
2. Pemeriksaan fisik : auskultasi suara nafas akan terdengar suara nafas
abnormal, seperti ronkhi, atau wheezing
3. Pemeriksaan penunjang :
a. X-ray thorak : tampak bercak infiltrat di paru
b. Pemeriksaan darah lengkap : untuk melihat nilai leukosit
c. Analisa gas darah : untuk melihat kadar O2 dan CO2 dalam darah
d. Pulse oxymetri : untuk mengukur berapa banyak oksigen yang terbawa di
vaskuler
e. Kultur sputum : untuk mengetahui jenis organisme penyebab pneumonia
f. Pungsi cairan pleura : jika terdapat akumulasi berlebih cairan dirongga
pleura
g. Chest CT Scan : untuk melihat bagaimana fungsi paru-paru
II.7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pneumonia tergantung dari berat ringannya gejala yang
diderita. Tujuannya adalah untuk menghilangkan infeksi dan mencegah komplikasi.
Jika gejala masih ringan, dapat dianjurkan :
a. Banyak minum, terutama air hangat untuk membantu mengencerkan lendir
yang pekat
b. Istirahat yang cukup
c. Berhenti merokok
d. Menghirup udara yang hangat dan lembab : caranya dengan meletakkan kain
yang lembab dan hangat di dekat mulut dan hidung. Tujuannya untuk
mengencerkan lendir yang pekat di saluran nafas
e. Batuk efektif: dapatmembantu mengeluarkan dahak
f.
Jika gejala makin berat maka perlu dirawat di rumah sakit. Tindakan yang dilakukan
antara lain:
a. Pemberian cairan intra vena
b. Pemberian antibiotik intravena : tergantung dari organisme penyebab
pneumonia dan berat ringannya infeksi serta gejala yang timbul. Jika
pneumonia karena virus, biasanya tidak diberikan antibiotik, namun antiviral.
Pneumonia karena virus biasanya membaik dalam 1-3 minggu.
c. Terapi oksigen
d. Terapi pernafasan (breathing treatment)
II.8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul pada pasien pneumonia antara lain:
1. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
2. Efusi pleura
3. Abcess paru
4. Gagal nafas ( membutuhkan ventilasi mekanik)
5. Sepsis, yang dapat menyebabkan gagal multi organ
II.9. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PNEUMONIA
II.9.1. PENGKAJIAN
Pengajian
sekunder petugas kesehatan atau data rekam medis. Data yang diperoleh berupa
data obyektif (yang dapat dilihat atau diperiksa) maupun subyektif (dari keterangan
pasien maupun orangtua).
a. Identitas klien
b. Keluhan utama : batuk, pilek, demam, nafas cepat
c. Riwayat penyakit sekarang : sejak kapan menderita keluhan hingga dirawat
di fasilitas kesehatan sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu: adakah penyakit serupa sebelumnya
e. Riwayat penyakit dalam keluarga : apakah ada yang menderita penyakit
paru-paru
f.
j.
Pemeriksaan fisik:
TTV :Tekanan Darah, Nadi, Frekuensi pernapasan, Suhu tubuh, Saturasi
perifer
Nyeri
sekret berkurang
2. Intervensi Keperawatan :
2. Intervensi Keperawatan :
1. Posisikan klien untuk efisiensi ventilasi maksimum:
2. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji dan monitor tanda-tanda vital : TD, Nadi, Frekuensi pernafasan
2. Monitor saturasi oksigen
3. Cek analisa gas darah sesuai kondisi pasien dan lakukan interpretasi
4. Kelola terapi oksigen sesuai kebutuhan klien
5. Siapkan alat kedaruratan siap pakai
6. Gunakan ventilasi mekanik jika kondisi mengancam gagal nafas
d. Diagnosa Perawatan : Peningkatan suhu tubuh
1. Kriteria Hasil : klien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh,
dengan kriteria:
1. Suhu tubuh dalam batas normal : 36,5 37,5 oC
2. Frekuensi denyut jantung dalam batas normal
2. Intervensi Keperawatan :
1. Observasi suhu tubuh tiap jam dan peningkatan frekuensi denyut
jantung
2. Pantau warna kulit
3. Berikan kompres dingin
4. Kolaborasi pemberian antipiretik
5. Kolaborasi pemberian antibiotik, bila perlu
6. Berikan cairan tambahan setiap kenaikan 1 oC diatas 38oC kebutuhan
cairan naikkan 12.5%, sesuaikan dengan kondisi klinis pasien
7. Jika klien sadar anjurkan banyak minum
8. Cek kultur darah dan kultur sputum, bila perlu dan pantau hasilnya
e.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji perubahan Tanda-tanda Vital
2. Pasang infus, berikan cairan intravena
3. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
4. Catat laporan mual / muntah
5. Monitor masukan dan keluaran, catat warna, karakter urine
6. Hitung keseimbangan cairan dan diuresis
i.
aspek
ketidakmampuan
dari
penyakit,
lamanya
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS:
By.H, jenis kelamin laki-laki, datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak
yang semakin memberat sejak 9 jam smrs.
III.1. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 6 Mei 2012, pukul 21.00
Ruang rawat : ICU Anak (masuk tgl. 2 Mei 2012)
1. Identitas Pasien
Nama
: By. H
NRM
: 368.3406
Tanggal lahir
: 10 Maret 2012
Umur
: 2 bulan
Tanggal masuk RS
: 1 Mei 2012
Agama
: Islam
Alamat
2. Keluhan Utama:
Sesak nafas yang semakin memberat 9 jam sebelum masuk rumah
sakit (SMRS)
3. Riwayat Penyakit Sekarang
By H, sejak
berdahak, namun dahak tidak keluar. Tidak ada sesak, demam tidak ada,
muntah tidak ada. BAB 3-4x/hari, BAK tidak ada keluhan. Kejang tidak ada,
namun anak tampak lebih banyak tidur dan mau menyusu jika dibangunkan.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien BAB sebanyak 10 kali,
cair ampas sedikit, warna kuning, tidak ada darah dan lendir, anak lebih
banyak tidur. 9 jam SMRS, anak lebih banyak mengantuk, ada demam,
menggigil, tidak ada kejang. Batuk semakin berat, menurut ibu anak tampak
biru, tidak ada muntah, BAB 2 kali seperti bubur. Anak di bawa berobat ke RS
Tria Dipa, dikatakan sepsis, di rujuk ke IGD RSCM.
1 Mei 2012 : Tiba di IGD RSCM dalam keadaan apnea, dilakukan
intubasi dan bagging manual. Klien dirawat selama satu hari, lalu pindah
rawat ICU anak.
2 Mei 2012 : klien tiba di PICU dalam keadaan terintubasi dengan
bagging manual.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu menyangkal riwayat penyakit serupa sebelumnya.
5. Penyakit berat sebelumnya
Ibu mengatakan tidak pernah sakit berat sebelumnya
6. Genogram
Keluarga Ibu
Keluarga Ayah
Keterangan:
= laki-laki
= perempuan
7. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riawayat penyakit serupa dalam keluarga disangkal
8. Riwayat Tumbuh Kembang dan Perinatal
a. Riwayat Tumbuh Kembang
Sebelum sakit klien mampu miring kanan-kiri
b. Riwayat kehamilan
- Ibu G2P2A0, kontrol teratur ke bidan, selama hamil tidak ada keluhan
c. Riwayat persalinan :
Lahir spontan di tolong bidan 10 maret 2011, tidak langsung
menangis , cukup bulan, BL: 2500gr, PL: 42 cm, anak ke II/2.
d. Riwayat Imunisasi
- Tidak Lengkap
: Polio , BCG, DPT. Imunisasi yang kurang
Hepatitis B 0
PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-Tanda Vital (TTV):
TD: 62/35 mmHg Nadi: 155x/menit RR: 60 x/menit
Suhu: 37oC
2. Pernafasan
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, nafas cuping hidung
keras
Alat bantu nafas: klien terintubasi dengan ETT no3,5 kedalaman 9cm
on ventilator modus Pressure Control(PC), FiO2: 55%, PEEP : 6,
RR:
50x/menit,
P : 18, trigger: -1, IT: 0,4, I:E ratio : 1: 1,7.
Min.Volume 0,9, SpO2: 99%
3. Sirkulasi
a. Sianosis
: tidak ada
c. CRT
: <2 dtk
b. Pucat
: tidak ada
d. Akral
: hangat
4. Neurologi
a. Kesadaran
Perkusi : timpani
b. Mual dan Muntah
c. Asites
: tidak ada
: tidak ada
6. Eliminasi
a. Defekasi
b. Urin
c. Diuresis
7. Integumen
a. Warna kulit
b. Luka
: normal
: tidak ada
8. Muskuloskeletal
a. Kelainan tulang
: tidak ada
: 46cm
b. Berat badan
aktual : 3,5 Kg
RESIKO/CEDERA JATUH
Berdasarkan skala resiko jatuh Humpty Dumpty : nilai 12 termasuk
resiko tinggi jatuh
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil pemeriksaan darah by. H
Tanggal 6 mei 2012 diterima hasil Analisa Gas Darah (AGD):
pH: 7,345
94,9%
2. Hasil rontgen thorax:
DIAGNOSA MEDIS
- Pneumonia riwayat atelektasis paru kiri
TERAPI
1. Oral
: Puasa
2. Farmakologi
Data
Etiologi
Masalah
Reaksi radang
Keperawatan
Gangguan
padaalveoli
pertukaran gas
Data objektif:
pada auskultasi paru terdengar
ronkhi kasar
terdapat reflek batuk
sekret kental berwarna putih
Data subjektif :-
Kurangnya
Data objektif :
pengetahuan orang
kebutuhan
4.
DS :
Defisit perawatan
DO:
diri
5.
Resiko jatuh
DO:
kesadaran apatis-somnolen
dibawah sedasi
Anak bedrest di infant warmer
Skrinning resiko jatuh Humpty
Dumty : skor 12 --- termasuk
resiko tinggi jatuh
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan pertukaran gas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
4. Defisit perawatan diri
5. Resiko jatuh
III.3. RENCANA KEPERAWATAN
1. Gangguan Pertukaran Gas
Tujuan
Intervensi:
Intervensi
a. Auskultasi suara nafas
b. Monitor adanya reflek batuk
c. Kolaborasi pemberian terapi inhalasi
d. Lakukan fisioterapi dada
e. Lakukan penghisapan lendir (suctioning)
f. Kolaborasi pemberian terapi medikasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 2x24 jam, kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :
Intervensi:
a. Monitor status cairan dan nutrisi klien
b. Kaji kondisi klien untuk menentukan metode pemberian nutrisi
c. Kelola pemberian nutrisi parenteral sesuai advis dokter
d. Jika kondisi memungkinkan, coba berikan nutrisi enteral melalui NGT
e. Cek residu sebelum memberikan nutrisi via NGT
f. Monitor adanya muntah
4. Defisit perawatan diri
Tujuan
Intervensi
pada klien
Intervensi
DIAGNOSA
DX 1,2,3,4,5,
IMPLEMENTASI
22.00
23.00
syringe pump
melakukan pengambilan sampel darah
00.00
selama 30 menit
Melakukan suctioning --- slem putih
kental
01.00
02.00
04.00
P diturunkan menjadi 17
Melakukan auskultasi paru ronchi (+)
dilakukan suctioning
Mengelola terapi injeksi cefotaxime
kotor
mengukur urin 90cc
melakukan oral hygiene
Melakukan Suctioning
Melakukan suctioning
05.00
06.00
07.00
7/5/2012
21.00
22.00
24.00
DX 1,2,3,4,5,
8/5/2012
01.00
03.00
05.00
06.00
07.00
Memandikan pasien
10/5/2012
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
EVALUASI
S: O: TD: 105/70mmHg, N: 150x/menit, T: 36,8o C, SpO2: 99%
dengan setting ventilator PC mode peep: 6, FiO2: 55%, RR:
50x/menit,
DP 2
DP3
DP4
S:O:
- status gizi kurang yaitu 73%
- pasien terpasang NGT dekompresi
- pemberian aminofusin 5%, 2,9cc per jam via syiringe pump
A : pemberian nutrisi melalui parenteral
P:
- Periksa bising usus untuk mengetahui aktivitas usus
- kolaborasi pemberian diet enteral jika fungsi usus baik
S: O:
-pasien bersih tidak terdapat luka dekubitus
EVALUASI
S:O: haemodinamik stabil, TD: 90/58mmHg, N: 170x/menit, T:
36,9o C, SaO2: 100% dengan setting ventilator PC mode
peep:5, FiO2: 30%, RR:30x/menit,
DP 2
DP 3
S:O:
- status gizi kurang yaitu 73%
- pemberian aminofusin 5% di hentikan d ganti pemberian
diet susu 6x10cc per NGT
A : pemberian nutrisi melalui enteral
P:
- cek residu sebelum pemberian susu
- kolaborasi penaikan jumlah diet susu jika residu selalu (-)
DP 4
S:O:
-pasien bersih tidak terdapat luka dekubitus
-kulit tidak kering
A:defisit perawatan diri tidak terjadi
P:
-mandi 2x sehari
-mengoleskan kulit klien dengan baby oil
-mengganti linen kotor 2x sehari
DP 5
S: O:
-terpasang pengaman pada infant warmer
-terpasang gelang resiko pada tangan kanan
A:resiko jatuh tidak terjadi
P:
-observasi klien tiap jam
-pasang pengaman infant warmer
-pasang gelang resiko pada klien
EVALUASI
DP 1
DP 2
DP 3
DP 4
S:O:
-pasien bersih tidak terdapat luka dekubitus
-kulit tidak kering
A:defisit perawatan diri tidak terjadi
P:
-mandi 2x sehari
-mengoleskan kulit klien dengan baby oil
DP 5