ABSTRACT
The background of this research is to look at the prospect of a Wooden Batik Tourism
Village hallmark Krebet. Issue raised is the extent and the perceived benefits of the existence of
the tourist village in the hamlet Krebet Sendangsari Village Pajangan Regency of Bantul
District. The hypothesis of this study is the specificity of Batik Wood in the hamlet Krebet are
the basic ingredients using special wood. Used motif of Yogyakarta. Form of wood carving is
very diverse. With the uniqueness of batik wood in the hamlet Krebet can provide livelihood to
the people in the village and can help Krebet incomes. The method I use is the quantitative
methods. The results showed that 1. Uniqueness Craft Batik Wood. of 32 samples that answers
a. Raw materials as much as 37.5%. b. Motif as much as 18.75%. c. Form of wood carving as
much as 43.75%. 2. The existence of Batik Wood Crafts. a. A source of livelihood, of the 32
samples, the respondents who answered that employment increased by 53.13%, and the answer
is very increased, as much as 46.87%. b. Can help the public revenue, from 22 samples, which
responded revenue increased by 86.36%, 13.64% answered remains as much. The increase in
revenue / income respondents who answered Rp. 50.000-500.000 much as 50%, Rp. 500.0001.000.000 as much as 13.64%, Rp. 1.000.000-2.000.000 as much as 13.64% and> Rp.
2,000,000 as much as 22.72%.
Keywords: Wooden Batik Handicrafts, Characteristic
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerajinan adalah salah satu keunggulan daya tarik wisata yang mampu
mendukung Yogyakarta sebagai kota pariwisata. Berbagai sumber potensi
mengangkat citra Kota Yogyakarta, salah satunya adalah sentra kerajinan,
berbagai barang kerajinan tumbuh dengan pesat di Kota Yogyakarta. Didukung
dengan banyaknya sumber bahan baku dan keterampilan yang dimiliki, baik
dari perajin berskala besar maupun kecil, barang kerajinan yang mereka
Seperti halnya kerajinan batik, yang sekarang ini dikembangkan bukan hanya
pada media kain, melainkan pada media kayu, yang ada di Dusun Krebet Desa
Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul. Batik yang masyarakat
ketahui biasanya jenis batik yang digambar atau dicap diatas kain, tapi batik
yang menjadi ciri khas di Dusun Krebet adalah batik kayu, yaitu batik yang
digambarkan diatas media kayu yang diukir dan bentuknya beragam. Awal
adanya kerajinan batik kayu ini adalah pada Tahun 1990-an.
Proses membatik dengan media kayu membutuhkan keterampilan
khusus, beda dengan membatik di atas kain. Karena polanya dibuat secara
manual, bukan dicetak atau dicap, membatik diatas media kayu membutuhkan
tingkat ketelitian yang tinggi. Kerajinan batik kayu ini semakin mengalami
kemajuan dengan beragam bentuk, ukuran dan motif, dan juga suksesnya
pemasaran dari batik kayu ini yang mencapai ke luar negeri, perkembangan
tersebut dapat dibuktikan, pada Tahun 1996 terdapat 5 sanggar batik kayu,
pada Tahun 2012, kurang lebih ada 51 sanggar dengan pekerja yang semakin
banyak, dan pekerjanya pun adalah warga dari Dusun Krebet. Harga hasil
kerajinannya pun relatif terjangkau, berkisar mulai dari Rp. 3000 dengan
produk gantungan kunci, hingga ratusan ribu bahkan jutaan rupiah dengan
produk seperti topeng, wayang klithik, pajangan, patung kayu, kotak perhiasan,
almari dan hiasan lainnya, dengan motif khas Yogyakarta yang digunakan
yaitu motif Jlereng, Kawang dan Kembang.
Karena keunikan batik kayunya inilah Dusun Krebet menjadi salah satu
Desa Wisata yang terkenal di Kabupaten Bantul.Batik kayu sudah menjadi icon
tersendiri Dusun Krebet, disini banyak berdiri sanggar atau galeri batik dengan
berbagai karakteristik dan ciri khas yang berbeda satu sama lain. Batik kayu
juga sudah menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat di Dusun
Krebet, sebagian besar dari mereka hidup menggantungkan diri dari kerajinan
Batik Kayu.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekhasan dan
manfaat yang dirasakan masyarakat atas keberadaan Desa Wisata Krebet
2.
METODE PENELITIAN
Sehubungan dengan masalah yang penulis teliti dan masalah yang terjadi
pada masa sekarang, maka metode yang penulis gunakan yaitu metode deskriptif
kuantitatif yaitu mengolah data dan mengimplementasikan data yang berbentuk
angka dan dengan menghitung yang bersifat matematik (Sumaatmadja, 1988:115).
Penggunaan metode deskriptif kuantitatif ini diarahkan untuk mengungkapkan data
tentang kekhasan kerajinan batik kayu di Desa Wisata Krebet dan manfaat yang
dirasakan masyarakat atas keberadaan kekhasan kerajinan batik kayu.
3.
PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Kerajinan Batik Kayu Sebagai Ciri Khas Desa Wisata Krebet
Batik lazimnya ditorehkan di atas kain, namun para pengrajin di Dusun
Krebet Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul, batik
dikembangkan dengan menggunakan media kayu. Topeng kayu, miniatur
binatang, dan pernik hiasan lainya dihiasi motif-motif batik dibuat dengan
proses layaknya membatik di atas kain. Kerajinan batik kayu ini menjadi icon
dusun Krebet dan sekaligus menjadi tulang punggung ekonomi warga. Hal
menarik yang bisa dilakukan wisatawan di sini adalah belajar membatik
wayang dari kayu. Membatik dengan media wayang kayu tentu akan
memberikan sensasi yang berbeda. Proses membatik dengan media ini tentu
akan lebih membutuhkan ketelitian sebab polanya secara otomatis dibuat
manual, tidak dicetak seperti ketika membatik dengan media kain.
Untuk menuju Dusun Krebet, pengunjung bisa melewati Jalan Bantul
menuju ke arah selatan. Dalam perjalanan ini pengunjung dapat memilih
beberapa alternatif jalan, yakni melewati desa wisata Kasongan atau berbelok
ke kanan setelah sampai Masjid Agung Bantul. Pengunjung harus menyiapkan
kendaraan pribadi atau menghubungi agen tur yang menyediakan jasa menuju
dusun tersebut, sebab tidak ada angkutan umum yang menjangkau dusun ini.
Dusun ini dipromosikan Kabupaten Bantul sebagai desa wisata pada Tahun
2002 ini dirintis sejak 14 Oktober 2000 sesuai dengan SK Bupati Tahun 2008,
sesuai perubahan SK Bupati No. 259 Tahun 2007 dengan 16 desa wisata, dan
Dusun Krebet berada diurutan ke-5.
Pengelola/pengurus Desa Wisata Krebet adalah sebuah organisasi yang
benama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Pokdarwis Krebet Binangun
bianaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bantul memang belum berkiprah
secara terprogram dan berkarya nyata. Oleh sebab itu, jika ada tamu pewisata
maka yang mengurus dan mengatur adalah pengurus Paguyuban Pengrajin
Krebet (P2K). Kegiatan wisatawan kemudian dikelola oleh P2K dengan
berbagai materi, acara dan fasilitas yang cukup memadai, sekaligus
meningkatkan pendapatan pengusaha pengrajin batik kayu. P2K adalah pintu
masuk dan ijin melakukan kegiatan di desa wisata. Hal tersebut dilakukan
untuk mengatur dan mengadilkan agar pewisata di Krebet tidak berada di
sanggar atau lokasi pengrajin batik tertentu saja. Selain Pokdarwis dan P2K ada
pula Koperasi Sido Katon, yaitu koperasi yang mempunyai tiga fungsi, yaitu
pengelolaan untuk usaha koperasi dalam menyediakan peralatan yang
dibutuhkan pengrajin, menangani maju-mundurnya pengrajin Krebet terutama
anggota koperasi termasuk pengembangan desain, pameran, dan lain-lain,
berfungsi melayani simpan pinjam kepada anggotanya. Faedah koperasi Sido
Katon di bawah P2K tersebut telah mempermudah pembelian bahan baku para
pengusaha (industri) rakyat kreatif yang biasanya harus membeli di Bantul atau
Yogyakarta.
Untuk lebih mengembangkan Desa Wisata Krebet, organisasi
Pokdarwis sudah berusaha mempromosikan Desa Wisata melalui situs web dan
mulai bekerjasama dengan agen perjalanan, selain itu juga menjalin hubungan
baik dengan pemerintah. Upaya promosi juga dilakukan melalui pameranpameran yang diupayakan oleh Dinas Pariwisata dan Provinsi. Pameran
tersebut bersifat lokal maupun internasional yang biasa diikuti oleh berbagai
negara yang menyuguhkan keunikan budaya masing-masing negara, misalnya
Indonesia dengan warisan budaya batik yang saat ini telah diinovasikan oleh
masyarakat Dusun Krebet dituangkan dalam media kayu. Meskipun fasilitas
belajar membatik di dusun ini tergolong sederhana dan belum menyediakan
instruktur yang bisa berbahasa asing, namun dengan mengamati aktivitas para
pengrajin mulai dari membuat wayang dan membatik, pengunjung dapat
memperoleh modal yang cukup untuk mulai membatik.
3.2 Kekhasan Kerajinan Batik Kayu
a. Bahan Baku Kerajinan Batik Kayu
Untuk membuat batik kayu ini dibutuhkan jenis kayu khusus agar
motif dan warna batik dapat meresap ke dalam kayu. Kayu yang sering
digunakan adalah kayu Sengon, kayu Pulai, dan kayu Mahoni.
1. Kayu Sengon
Sengon (Albizia chinensis) adalah sejenis pohon anggota suku
Fabaceae. Pohon peneduh dan penghasil kayu ini tersebar secara alami
di India, Asia Tenggara, Cina selatan, dan Indonesia. Sengon
menghasilkan kayu yang ringan sampai agak ringan, dengan densitas
320640 kg/m pada kadar air 15%. Agak padat, berserat lurus dan agak
kasar, namun mudah dikerjakan. Kayu ini tidak diserang rayap tanah,
karena adanya kandungan zat ekstraktif di dalam kayunya. Kayu sengon
biasa dimanfaatkan untuk membuat peti, perahu, ramuan rumah dan
jembatan.
2. Kayu Pulai
Pulai adalah nama pohon dengan nama botani Alstonia scholaris.
Pohon ini dari jenis tanaman keras yang hidup di pulau Jawa dan
Sumatra. Dikenal juga dengan nama lokal pule, kayu gabus, lame, lamo
dan jelutung. Kualitas kayunya tidak terlalu keras dan kurang disukai
untuk bahan bangunan karena kayunya mudah melengkung jika
lembap, tapi banyak digunakan untuk membuat perkakas rumah tangga
dari kayu dan ukiran serta patung. Pohon ini banyak digunakan untuk
penghijauan karena daunnya hijau mengkilat, rimbun dan melebar ke
samping sehingga memberikan kesejukan. Kulitnya digunakan untuk
bahan baku obat. Berkhasiat untuk mengobati penyakit radang
tenggorokan dan lain-lain.
3. Kayu Mahoni
Mahoni adalah anggota suku meliaceae yang mencakup 50 genera
dan 550 spesies tanaman kayu. Mahoni termasuk pohon besar dengan
tinggi pohon mencapai 35 40 m dan diameter mencapai 125 cm.
Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna
coklat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kuliet
dangkal berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah
menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua. Sejak 20 tahun
terakhir ini, tanaman mahoni mulai dibudidayakan karena kayunya
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Kualitas kayunya keras dan
sangat baik untuk meubel, furniture, barang-barang ukiran dan
kerajinan tangan. Sering juga dibuat penggaris karena sifatnya yang
tidak mudah berubah. Kualitas kayu mahoni barada sedikit di bawah
kayu jati sehingga sering dijuluki primadona kedua dalam pasar kayu.
Ketiga kayu tersebut digunakan karena nilai jual kerajinan batik
kayu, tergantung dari ukuran dan bahan baku kayu yang digunakan. Dari
ketiga jenis kayu tersebut diatas, harga jenis kayu yang paling mahal
adalah jenis kayu pulai, sedangkan kayu sengon adalah jenis kayu yang
paling murah harganya.
b. Motif/Corak Batik Pada Kerajinan Batik Kayu
Ciri utama dari hasil kerajinan kayu di Krebet yaitu terdapat motif
dan pola batik yang digambar dipermukaannya. Desain utama dari batik
media kayu ini adalah: Jlereng dan Kawang, serta desain Kembang, yang
motifnya divariasi atau digabung-gabungkan. Motif khas Yogyakarta
adalah Jlereng dan Kawang, namun motif lainnya juga muncul dari kreasi
pengrajin sendiri maupun motif yang disesuaikan dengan permintaan
pasar.
1. Batik Motif Jlereng
Motif batik Jlereng melambangkan makna kesuburan, harapan untuk
kemakmuran, tekad, memiliki keberanian untuk melakukan apa yang
penting bagi bangsa dan orang-orangnya.
mengiringi kesenian.
Bentuk topeng
No
Alternatif
Jawaban
Tabel 2
Penyediaan Lapangan Pekerjaan
Masyarakat Pemilik Pengunjung Jumlah Persentase
Sanggar
(%)
Bertambah
17
53,13
Sangat
bertambah
12
15
46,87
Jumlah
17
10
32
100
Tabel 3
Pendapatan Responden Dengan Adanya Kerajinan Batik Kayu
No Alternatif Masyarakat
Pemilik
Jumlah Persentase
Jawaban
sanggar
(%)
1
Meningkat
14
19
86,36
Tetap
13,64
Jumlah
17
22
100
1.
Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai something to see
atau sesuatu unuk dilihat yang tidak ada di tempat lain.
2.
3.
Dari syarat pariwisata tersebut dapat dianalisa apakah Kerajinan batik kayu
memenuhi syarat sebagai objek wisata. Penulis memeperoleh hasil yaitu sebagai
berikut :
1.
Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai something to see
(sesuatu unuk dilihat).
Dusun Krebet memiliki potensi yang unik yaitu dapat menyuguhkan suatu
kerajinan yang inovatif berupa batik dengan media kayu. Desa Wisata
Krebet dengan ciri khas kerajinan batik kayu serta tradisi yang kental dan
alam yang masih asri menjadi sebuah destinasi wisata perdesaan yang
menyuguhkan potensi seni dan budaya misalnya, batik kayu, tradisi sesaji
seperti pada bulan suro, maulid, maupun ruah, dan ada juga tradisi tahunan
merti dusun.
2.
4.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan:
1.
Kekhasan Kerajinan Batik Kayu sebagai ciri khas Desa Wisata Krebet adalah :
a.
b.
Corak batik yang digunakan adalah batik khas Yogyakarta, yaitu Jlereng,
Kawang dan Kembang.
c.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Fika. 2009. Mengenal dan Membuat Batik. Jakarta: Buana Cipta Pustaka.
Mahariesti, Dinda. 2009. Ensiklopedi Benda-Benda Unik dari Indonesia. Banten:
Talenta Pustaka Indonesia.
Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Pendekatan dan Analisa Keruangan.
Bandung : Alumni.
Sunnara, Rahmat. 2009. Legenda Batik Tulis. Jakarta: Buana Cipta Pustaka.
Yoeti, Oka A. 1990. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa Bandung.
http://id.wikipedia.org/wiki/
http://krebet.com/index.php?option=com_content&view=frontpage&Itemid=1