Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PERJALANAN STUDI TANAMAN ENDEMIK LOKAL

DAN PERTANIAN ORGANIK


DIVISI STAKEHOLDERS ENGAGEMENT DAN STRATEGIC CSR
BOGOR BANDUNG, 17 18 SEPTEMBER 2015

PESERTA:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Zukri Saad (SECSR Div.Head)


Linda Gurning (SCSR Dept.Head)
M. Nasir Effendi (SCR Dept.Head)
Maharti (SE Dept.Head)
Benny Wijaya
Mulyana
Murwan Laksana
Heri Santiko

9. Dina Kartika Sari


10. Bonang Aditya
11. Aditya Rahman
12. Ginanjar Tamimy
13. Dohar Gideon Silitonga
14. Irwan Budi Santoso
15. Reza Maulana Ardly

AGENDA:
17 September 2015
08.30 10.30 Perjalanan dari HO ke Yayasan Bambu Indonesia, Cibinong.
10.30 12.30 Diskusi tentang bambu dengan Bpk. H. Jatnika Nanggamihardja di Yayasan
Bambu Indonesia.
12.30 14.30 Makan siang dan perjalanan ke SEAMEO BIOTROP, Tajur.
14.30 17.30 Presentasi, diskusi dan berkeliling melihat demplot dan labolatorium
SEAMEO BIOTROP dengan Bpk. Dr. Irdika Mansur, M.For,Sc.
17.30 21.30 Makan malam dan perjalanan ke Pangjujugan Farm, Cilembu.
21.30

Istirahat

18 September 2015
06.00 10.00 Makan pagi dan berkeliling melihat demplot, terasering, peternakan dan
pertanian organik di Pangjujugan, Cilembu.
10.00 12.00 Diskusi internal.
13.30 19.30 Perjalanan pulang dari Pangjujugan ke HO.
Yayasan Bambu Indonesia, Cibinong
Pimpinan Bpk. H. Jatnika Nanggamihardja

Bpk. Jatnika merupakan ahli tanaman bambu yang telah mempelajari dan mendalami
bambu sejak 1976. Pada tahun 2013 Bpk. Jatnika telah mengharumkan nama Indonesia dan
memperkenalkan bambu Indonesia ke dunia Internasional dengan menjadi Juara Kehormatan
di Festival Tokyo setelah Juara selama 4 Tahun berturut-turut yang kemudian diundang ke
berbagai negara untuk mempresentasikan keunggulan-keunggulan bambu Indonesia,
diantaranya ke Makau dan Malaysia.
Bpk. Jatnika juga menyumbang 1.000 batang bambu ketika terjadi bencana gempa di
Yogyakarta yang kemudian bertemu dengan peneliti asal Swedia untuk mengembangkan
kultur jaringan tanaman bambu. Bpk. Jatnika juga sedang mengembangkan areal percontohan
bambu di Yogyakarta dengan menggukanan tanah hibah dari keraton Yogyakarta. Menurut
Bpk. Jatnika di Indonesia terdapat 161 jenis bambu dengan keunikannya masing-masing. Saat
ini bambu telah dikembangan menjadi berbagai macam produk diantaranya bahan baku
rumah, furnitur, alat olahraga (sepeda) bahkan untuk ketahanan pangan. Bpk. Jatnika juga
mendapatkan penghargaan Kalpataru pada tahun 2015 untuk usaha konservasi.
Banyak hal baru dan mencengangkan terkait dengan bambu dan keterkaitan dengan
lingkungan. Dalam diskusi tersebut, ternyata bambu adalah penyerap karbon terbaik bahkan
jika dibandingkan dengan tanaman pohon kehutanan sekalipun. Trembesi yang dikenal
mempunyai daya serap karbon yang tinggi ternyata kalah dengan bambu. Selain itu bambu
mampu menjadi penyimpan cadangan air diwaktu kemarau dan mampu mengangkat air tanah
agar naik ke permukaan. Yayasan bambu pernah mengatasi kekeringan danau di Kalimantan
Timur dengan menanam bambu di tengah danau yang kering, danau itu kini sudah normal
kembali. Selain itu ada jenis bambu yang ternyata membuat subur tanaman sekelilingnya
karena kaya akan mikroorganisme.

SEAMEO BIOTROP, Tajur


Dr. Irdika Mansur, M.For,Sc. (Direktur)
Dalam kunjungan kami melakukan brainstorming tentang program-program yang bisa
dilakukan dan sesuai dengan kondisi masyarakat dan kepentingan perusahaan. Bpk. Irdika
selaku direktur SEAMEO (Southeast Asian Regional Center for Tropical Biology)
memberikan presentasi tentang pengalamannya mengintegrasikan program pertaniankehutaanan pada fase pasca tambang di areal pertambangan. Pengalaman-pengalaman Bpk.
Irdika tentunya dapat memberikan alternatif masukan dalam mengembangkan masyarakat di
wilayah perkebunan.

Bpk. Irdika juga mempresentasikan tentang peluang untuk mengembangkan tanaman


sengon dan jabon di sekitar kebun sawit, wilayah-wilayah HCS, HCV, sempadan sungai dan
jalan-jalan main road, collection road, jalan masuk estate dari desa, jalan dari emplasmen ke
main estate dapat dimanfaatkan untuk diperkaya dengan tanaman jabon dan bambu (Bpk.
Jatnika).
Tidak hanya brainstorming, kami langsung berjalan untuk melihat demplot
(demonstration plot) milik SEAMEO BIOTROP yang sesuai dengan kita. Kami melihat
pembibitan jabon, koleksi tanaman endemik yang produktif dan bernilai jual, jamur sistem
batang kayu (untuk firespot), berbagai macam tanaman organik bernilai ekonomi tinggi,
UKM (susu kedelai, sosis, minuman), kultur jaringan, pembibitan, perikanan dan beberapa
teknologi tepat guna.

Pangjujugan, Cilembu
Kegiatan di Pangjujugan ini fokus pada melihat bagaimana integrated farming system
dan tourism dilakukan. Kami berkeliling di perkebunan, peternakan dan lokasi wisata seluas
15 hektar. Dalam area pangjujugan terdapat berbagai jenis pemanfaatan lahan pertanian,
antara lain peternakan kuda, kambing, sapi, kolam ikan, kebun buah-buahan, hutan pinus,
tanaman obat-obatan. Kita mendapatkan manfaatkan hasil ternak yaitu minum susu segar
hasil perahan langsung (tourism), kotoran ternak dapat dimanfaatkan untuk pemupukan
tanaman-tanaman yang ada, rumput dan ilalang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan
tanaman organik dapat mengembangkan ekonomi kerakyatan dengan hasil-hasil pertanian
tersebut.
Pembuatan kontur dan lanskap yang bagus dalam konteks integrated farming system
menjadikan pangjujugan menjadi daerah percontohan yang sangat baik dalam
mengembangkan pengembagan potensi P2 dan seterusnya untuk masyarakat sekitar
perkebunan sawit terutama untuk mengembangkan penghasilan tambahan bagi masyarakat
terutama dalam bidang pertanian.
Terakhir ada acara rapat internal divisi, penanaman nilai-nilai positif oleh Bpk. Zukri
Saad dan pengenalan masing-masing staff dalam divisi SECSR agar dapat bekerja
menjalankan tugas dengan kompak dan tercipta sinergi yang baik antar departemen.

Anda mungkin juga menyukai