Anda di halaman 1dari 61

Geofisika Terapan

Geofisika terapan adalah aplikasi geofisika dalam menyelidiki dan memahami kondisi bawah
permukaan bumi untuk kepentingan-kepentingan yang berhubungan dengan kebutuhan
manusia dalam bidang ekonomi, yaitu meminimalisasi kegiatan pengeboran dalam hal
menentukan jenis lapisan, struktur dan kondisi pengendapan batuan dibawah permukaan.
Sheriff (1991) mendefinisikan Geofisika Terapan (Applied Geophysics) sebagai :
Pengembangan dan penafsiran pengukuran sifat fisik bumi untuk memahami kondisi bawah
permukaan, terutama yang berhubungan dengan tujuan ekonomis, seperti penemuan sumber
energi atau endapan mineral.
Salah satu keuntungan utama penerapan geofisika adalah karena sifat metoda ini yang ramah
lingkungan karena tidak menimbulkan gangguan berarti terhadap lingkungan (bumi).Selain
itu metoda ini juga mampu mencakup daerah yang luas dengan biaya rendah.
Sering dijumpai situasi dimana dalam suatu penelitian terjadi tumpang tindih antara bidangbidang penerapan geofisika. Pada kenyataannya bila hubungan antara bidang-bidang terapan
geofisika tersebut digambarkan, maka memang terdapat interseksi antara satu bidang dan
bidang lainnya. Perlu juga diperhatikan bahwa ambiguitas metoda geofisika cukup besar
sehingga untuk satu data yang sama sangat mungkin terdapat solusi yang berbeda. Untuk itu
maka pada interpretasi data geofisika, korelasi silang dengan data geologi merupakan suatu
hal yang mutlak.
Geofisika adalah metoda yang mempelajari Bumi dan Batuan menggunakan pendekatanpendekatan Fisika dan Matematika. Ilmu Geofisika merupakan gabungan dari konsep-konsep
Ilmu Geologi dan Fisika. Ilmu geofisika memiliki cakupan yang luas, dimulai dari Fisika
ujungnya pada Geologi Eksplorasi, malah mungkin masuk ke Domain Tambang dan
Petroteur Engineer, Domain yang termasuk Pure Geophysics atau Theoritical
Geophysics, digeluti pada bidang Ilmu Fisika, Ilmu Geofisika yang mempelajari bumi
secara umum juga disebut Global geophysics yang mengamati dan menganalisa bumi,
interior, gempa, dll, diketahui di bidang lain Solid Eart Geophysics. Aplikasi geofiisika
unutk eksplorasi disebut Eksploration Geophysics, atau Geofisika eksplorasi atau Geofisika
terapan.
Bumi sebagai tembat tingal manusia secara alami menyediankan sumberdaya alam yang
berlimpaKekayaan sumberdaya alam Indonesia sangat melimpa. kita sebagai generasi
penerus bangsa untuk harus berupaya untuk dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk
kesejahtraan bangsa.Keterbatasan ilmu untuk mengolah sumberdaya alam tersebut menjadi
kendala untuk melangkah lebih lanjut. Sehingga kita merasa perlu untuk mempelajari cara
atau metode untuk mengungkap suatu informasi yang terdapat di dalam perut bumi. Salah
satu cara atau metode untuk memperoleh informasi tersebut dengan menggunakan metode
survei geofisika. Metode tersebut merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari
bidang bumi khususnya perut bumi berdasarkan konsep fisika. Survei geofisika yang sering
dilakukan selama ini antara lain Metode gravitasi (gayaberat), magnetik, seismik, geolistrik
(resistivitas) dan elektromagnetik. Mari kita pelajari dimanakah perbedaan dan keunggulan
dari tiap masing-masing metode geofisika tersebut.

Metode Gravitasi (metode gayaberat)


Dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan berdasarkan perbedaan rapat masa
cebakan mineral dari daerah sekeliling (r=gram/cm3). Metode ini adalah metode geofisika
yang sensitive terhadap perubahan vertikal, oleh karena itu metode ini disukai untuk
mempelajari kontak intrusi, batuan dasar, struktur geologi, endapan sungai purba, lubang di
dalam masa batuan, shaff terpendam dan lain-lain. Eksplorasi biasanya dilakukan dalam
bentuk kisi atau lintasan penampang. Perpisahan anomali akibat rapat masa dari kedalaman
berbeda dilakukan dengan menggunakan filter matematis atau filter geofisika. Di pasaran
sekarang didapat alat gravimeter dengan ketelitian sangat tinggi (mgal), dengan demikian
anomali kecil dapat dianalisa. Hanya saja metode penguluran data, harus dilakukan dengan
sangat teliti untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Pengukuran ini dapat dilakukan dipermukaan bumi, di kapal maupun diudara. Dalam metode
ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah
permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi
dari suatu titik observasi terhadap titik observasi lainnya. Metode gravitasi umumnya
digunakan dalam eksplorasi jebakan minyak (oil trap). Disamping itu metode ini juga banyak
dipakai dalam eksplorasi mineral dan lainnya. Prinsip pada metode ini mempunyai
kemampuan dalam membedakan rapat massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian struktur bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang struktur
bawah permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-langkah eksplorasi baik minyak
maupun meneral lainnya.
Metode Magnetik
Dilakukan berdasarkan pengukuran anomaly geomagnet yang diakibatkan oleh perbedaan
kontras suseptibilitas, atau permeabilitas magnetik tubuh cebakan dari daerah sekelilingnya.
Perbedaan permeabilitas relatif itu diakibatkan oleh perbadaan distribusi mineral
ferromagnetic, paramagnetic, diamagnetic. Metode ini sensitive terhadap perubahan vertical,
umumnya digunakan untuk mempelajari tubuh intrusi, batuan dasar, urat hydrothermal yang
kaya akan mineral ferromagnetic, struktur geologi. Dan metode ini juga sangat disukai pada
studi geothermal karena mineral-mineral ferromagnetic akan kehilangan sifat kemagnetannya
bila dipanasi mendekati temperatur Curie oleh karena itu digunakan untuk mempelajari
daerah yang dicurigai mempunyai potansi Geothermal.
Metode eksplorasi disukai karena data acquitsition dan data proceding dilakukan tidak
serumit metoda gaya berat. Penggunaan filter matematis umum dilakukan untuk memisahkan
anomaly berdasarkan panjang gelombang maupun kedalaman sumber anomaly magnetic
yang ingin diselidiki. Di pasaran banyak ditawarkan alat geomagnet dengan sensitifitas yang
tinggi seperti potongan PROTON MAGNETOMETER dan lain-lain
Metode magnetik didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnetik di
permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda termagnetisasi di
bawah permukaan bumi. Variasi yang terukur (anomali) berada dalam latar belakang medan
yang relatif besar. Variasi intensitas medan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan
dalam bentuk distribusi bahan magnetik di bawah permukaan, yang kemudian dijadikan dasar
bagi pendugaan keadaan geologi yang mungkin. Metode magnetik memiliki kesamaan latar
belakang fisika dengan metode gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori
potensial, sehngga keduanya sering disebut sebagai metoda potensial. Namun demikian,
ditinjau dari segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang

mendasar. Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besar vektor
magnetisasi. sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan
gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukan sifat residual yang kompleks.
Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap waktu jauh lebih besar.
Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut dan udara. Metode
magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan
batuan mineral serta serta bisa diterapkan pada pencarian prospeksi benda-benda arkeologi.
Kemagnetan kristal adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet. Untuk mengetahui hal
tersebut, dapat dilakukan dengan cara mendekatkan mineral dengan magnet. Sifat yang
terjadi berupamineral tertarik oleh magnet atau mineral tidak tertarik oleh magnet.
Kemagnetan terjadi ketika ada suatu ketidakseimbangan dalam struktur susunan ion-ion besi.
Besi ditemukan dalam dua prinsip ionik yang dinamakan ion besi belerang (ferrous ions) dan
ion asam besi (ferric ions). Ion besi belerang bermuatan +2 ; sedangkan ion asam besi
bermuatan +3. Kedua ion mempunyai perbedaan atomic radii karena muatan yang lebih
tinggi pada ion asam besi menarik elektron yang mengelilingi ion secara kuat. Hal ini dapat
mendorong kearah ion yang berbeda yang sedang ditempatkan dalam posisi terpisah pada
suatu struktur kristal. Elektron bergerak dari besi belerang ke ion asam besi yang bermuatan
lebih positif menciptakan suatu medan magnet yang lemah.
Sifat kemagnetan suatu mineral dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Ferromagnetik
Mineral ferromagnetik ialah mineral yang dapat ditarik oleh magnet dengan kuat.
Contoh mineral Ferromagnetik :

Magnetite

Maghemite

Pyrrhotite

2. Paramagnetik
Mineral paramagnetik ialah mineral yang dapat ditarik oleh magnet, tetapi tertarik dengan
lemah.
Contoh mineral paramagnetik :

Siderite

Chromite

Columbite

Franklinite

Ilmenite

Tantalite, dll

3. Diamagnetik
Mineral diamagnetik adalah mineral yang tidak dapat ditarik sedikitpun oleh magnet (tidak
terpengaruh oleh gaya tarik magnet). Hal ini terjadi karena dalam mineral ini tidak terdapat
unsur besi (Fe).
Contoh mineral diamagnetik :

Pirolusit

Kuarsa

Serpentin, dll

Metode Seismik
merupakan salah satu metoda geofisika yang digunakan untuk eskplorasi sumber daya alam
dan mineral yang ada di bawah permukaan bumi dengan bantuan gelombang seismik.
Eksplorasi seismik atau eksplorasi dengan menggunakan metode seismik banyak dipakai oleh
perusahaan-perusahaan minyak untuk melakukan pemetaan struktur di bawah permukaan
bumi untuk bisa melihat kemungkinan adanya jebakan-jebakan minyak berdasarkan
interpretasi dari penampang seismiknya.Dalam metoda seismik pengukuran dilakukan
dengan menggunakan sumber seismik (ledakan, vibroseis dll). Setelah sumber diberikan
maka akan terjadi gerakan gelombang di dalam medium (tanah/batuan) yang memenuhi
hukum-hukum elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan ataupun pembiasan
akibat munculnya perbedaan kecepatan. Kemudian, pada suatu jarak tertentu, gerakan
partikel tersebut di rekam sebagai fungsi waktu. Berdasar data rekaman inilah dapat
diperkirakan bentuk lapisan/struktur di dalam tanah (batuan)
Metode seismik didasarkan pada gelombang yang menjalar baik refleksi maupun refraksi.
Ada beberapa anggapan mengenai medium dan gelombang dinyatakan sebagai berikut :
Anggapan yang dipakai untuk medium bawah permukaan bumi antara lain :
* Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan gelombang seismik
dengan kecepatan berbeda.
* Makin bertambahnya kedalaman batuan lapisan bumi makin kompak.
Anggapan yang dipakai untuk penjalaran gelombang seismik adalah :
* Panjang gelombang seismik <
* Gelombang seismik dipandang sebagai sinar seismik yang memenuhi hukum Snellius dan
prinsip Huygens.
* Pada batas antar lapisan, gelombang seismik menjalar dengan kecepatan gelombang pada
lapisan di bawahnya.
* Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.
Metode Geolistrik
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di
dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi

pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah
ataupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Ada beberapa macam metoda geolistrik, antara
lain : metode potensial diri, arus telluric, magnetoteluric, elektromagnetik, IP (Induced
Polarization), resistivitas (tahanan jenis) dan lain-lain. Dalam bahasan ini dibahas khusus
metode geolistrik tahanan jenis. Pada metode geolistrik tahanan jenis ini, arus listrik
diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua elektroda arus.Kemudian beda potensial yang terjadi
diukur melalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk
setiap jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan jenis
masing-masing lapisan di bawah titik ukur (sounding point). Metoda ini lebih efektif jika
digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di
kedalaman lebih dari 1000 feet atau 1500 feet. Oleh karena itu metode ini jarang digunakan
untuk eksplorasi munyak tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang engineering geology
seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoar air, juga digunakan dalam
eksplorasi geothermal.Berdasarkan letak
(konfigurasi) elektroda-elektroda arus, dikenal beberapa jenis metode resistivitas tahanan
jenis, antara lain :
* Konfigurasi Schlumberger
* Konfigurasi Wenner
* Konfigurasi Dipole-dipole
* Konfigurasi Pole-dipole
* Konfigurasi pole-pole
Metode Elektromagnetik VLF (Very Low Frequency)
Salah satu metode yang banyak digunakan dalam prospeksi geofisika adalah metode
elektromagnetik. Metode elektromagnetik biasanya digunakan untuk eksplorasi benda-benda
konduktif. Perubahan komponen-komponen medan akibat variasi konduktivitas dimanfaatkan
untuk menentukan struktur bawah permukaan. Medan elektromagnetik yang digunakan dapat
diperoleh dengan sengaja membangkitkan medan elektromagnetik di sekitar daerah
observasi, pengukuran semacam ini disebut teknik pengukuran aktif. Contoh metode ini
adalah Turam elektromagnetik. Metode ini kurang praktis dan daerah observasi dibatasi oleh
besarnya sumber yang dibuat. Teknik pengukuran lain adalah teknik pengukuran pasif, teknik
ini memanfaatkan medan elektromagnetik yang berasal dari sumber yang tidak secara sengaja
dibangkitkan di sekitar daerah pengamatan. Gelombang elektromagnetik seperti ini berasal
dari alam dan dari pemancar frekuensi rendah (15-30 Khz) yang digunakan untuk
kepentingan navigasi kapal selam. Teknik ini lebih praktis dan mempunyai jangkauan daerah
pengamatan yang luas.
Referensi
http://www.freewebs.com

GEOLOGI DAN PROSPEK GEOWISATA PERBUKITAN JIWO, BAYAT,


KLATEN,JAWA TENGAH

Perbukitan Jiwo, Bayat merupakan satu diantara tiga tempat di Pulau Jawa di
mana batuan berumur pre-tersier dan paleogen tersingkap disamping daerah
Luk Ulo, Karangsambung dan Ciletuh, Jawa Barat, selain itu di daerah ini
tersingkap tiga jenis batu-an; batuan metamorfik, batuan beku dan batuan
sediment yang beberapa dapat dijadikan situs geowisata. Situs geowisata
berupa

singkapan-singkapan

batuan

spesifik

serta

yang

memperlihatkan

hubungan antar formasi batuan dan cirri-ciri masing-masing batuan ter-dapat di


Dusun Bendungan, Sekarbolo, Watuprahu, Bukit Temas dan Bukit Jokotuwo.
Batuan tertua yang terdapat di daerah ini adalah Litodem Filit berumur preTersier terdiri atas filit, sekis mika, sekis klorit dan marner; secara tidak selaras
batuan pre-tersier ditu-tup oleh Formasi Gamping-Wungkal yang berumur Eosin.
Formasi-formasi batuan terse-but di atas diterobos oleh intrusi basaltic orogenik
berumur 39.8, 33.2 dan 31,3 Ma atau Eosin Akhir hingga Oligosin Awal yang
disebut Litodem Gabro. Sementara Formasi Oyo yang disusun oleh perlapisan
kalkarenit dan napal berumur Miosen Tengah secara tidak selaras menutup
Litodem Filit,

Formasi

Gamping-Wungkal

dan

Litodem Gabro.

Situs-si-tus

geowisata di perbukitan Jiwo tersebut merupakan tempat ideal untuk obyek

geowi-sata

sebagai

pembelajaran

lapangan

ilmu

kebumian

bagi

pelajar,

mahasiswa, hingga para pakar ilmu kebumian.


Perbukitan Jiwo, Bayat terletak duapuluh kilometer sebelah selatan kota
Klaten, secara administratif termasuk wi-layah Kecamatan Bayat dan Kecamatan
Wedi, sedangkan secara geografis ter-letak antara : 1103633 BT - 11041 24
BT dan 74357 LS - 74920 LS. Daerah di mana batuan berumur pre-ter-sier
dan paleogen tersingkap ini meru-pakan perbukitan yang lebih dikenal de-ngan
nama perbukitan Jiwo Barat dan Jiwo Timur, yang keduanya dipisahkan o-leh
sungai Dengkeng. Perbukitan ini me-rupakan perbukitan terisolir yang dikeli-lingi
oleh dataran aluvial. Secara fisiogra-fi dataran aluvial dengan bukit-bukit terisolir tersebut termasuk dalam zona de-presi tengah Jawa Timur (van Bemme-len,
1949). Satuan fisiografi ini di sebelah selatan dibatasi oleh rangkaian Pegunungan Selatan yang di daerah ini dike-nal dengan Baturagung Range. Perbukitan Jiwo Barat terdiri dari Bukit Jabal-kat, Bukit Cakaran, Bukit Merak, Bukit
Tugu, Bukit Sari, Bukit Budo, dan Bukit Kebo di Jiwo Barat, serta Bukit Temas,
Bukit Jokotuwo, Bukit Pendul, dan Bukit Konang, Bukit Semangu di Jiwo Timur.
Batuan metamorfis, batuan karbonat, dan batuan sedimen terigen yang diterobos oleh beberapa dike gabroik tersingkap dengan baik di beberapa tempat
di Perbukitan Jiwo Barat maupun Jiwo Timur. Seperti umumnya di daerah beriklim tropis, sebagian besar batuan segar didaerah ini tertutup oleh tanah
pelapuk-an yang cukup tebal, sementara budidaya pertanian dan penghijauan
juga me-nyebabkan singkapan batuan segar yang masih ada semakin berkurang.
Banyak ahli geologi yang melakukan penelitian di daerah Bayat, antara lain:
Bothe (1929), membuat stratigrafi daerah Perbukitan Jiwo serta mengusulkan
nama Formasi Wungkal dan Formasi Gamping yang berumur Eosen; Sunu Somosusastro (1956), meneliti secara lebih detil geologi perbukitan Jiwo Timur; kajian biostratigrafi pernah dilakukan oleh Sumarso dan Ismojowati (1974); Soeria
Atmadja et al (1991) dan Sutanto et al (1994), meneliti batuan volkanik di Pulau
Jawa termasuk diantaranya umur secara radiometrik (metode penanggalan isotopik K/Ar) beberapa batuan beku di daerah Bayat dan sekitarnya.

Gambar . Peta Geologi daerah Bayat (Prasetyadi,


2007)

Gambar. Kronostratigrafi Jawa Tengah selatan (termasuk Bayat)


(Prasetyadi & Indranadi, 2007).

Secara umum daerah bayat memiliki satuan batuan :

1. Satuan batuan pra-tersier


2. Satuan Batuan Paleogen (Eosen)
3. Kontak dengan Satuan Batuan Lain
Sumber : IAGEOUPN. 2010. Guide Book Field Trip Bayat-Karangsambung
IAGEOUPN.

Yogyakarta

: Ikatan

Alumni

Geologi

UPN

Prasetyadi . 2007 . Evolusi tektonik Paleogen Jawa Bagian Timur, disertasi ITB,
tidak dipublikasikan

http://earthy-moony.blogspot.com/2011/02/geologi-daerah-perbukitan-jiwobayat.html

Diposkan oleh geoscout di 23:10 Tidak ada komentar:


Label: artikel geologi

Senin, 06 Juni 2011


Sejarah Geomorfologi dan Proses Tektonik yang Membentuk Pulau
Sulawesi

Profesor

John

A.

Katili,

ahli

geologi

Indonesia

yang

merumuskan

geomorfologi Pulau Sulawesi bahwa terjadinya Sulawesi akibat tabrakan dua


pulau (Sulawesi bagian Timur dan Sulawesi bagian Barat) antara 19 sampai 13
juta tahun yang lalu, terdorong oleh tabrakan antara lempeng benua yang

merupakan fundasi Sulawesi Timur bersama Pulau-Pulau Banggai dan Sula, yang
pada gilirannya merupakan bagian dari lempeng Australia, dengan Sulawesi
Barat yang selempeng dengan pulau-pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatra,
Sulawesi

menjadi

salah

satu wilayah geologis paling rumit di dunia.


Sederhananya boleh dikata bahwa busur Sulawesi Barat lebih vulkanis,
dengan banyak gunung berapi aktif di Sulawesi Utara dan vulkan mati di
Sulawesi Selatan. Sedangkan busur Sulawesi Timur, tidak ada sisa-sisa
vulkanisme, tapi lebih kaya mineral. Sumber-sumber minyak dan gas bumi dari
zaman Tertiary tersebar di kedua busur itu, terutama di Teluk Tomini, Teluk Tolo,
Teluk Bone, serta di Selat Makassar.
Perbedaan geomorfologi kedua pulau yang bertabrakan secara dahsyat itu
menciptakan topografi yang bergulung gulung, di mana satu barisan gunung
segera diikuti barisan gunung lain, yang tiba-tiba dipotong secara hampir tegak
lurus oleh barisan gunung lain. Kurang lebih seperti kalau taplak meja disorong
dari beberapa sudut dan arah sekaligus.Makanya jarang kita bisa mendapatkan
pemandangan

seperti

di

Jawa,

Sumatera,

atau

Kalimantan,

di

mana

gununggunung seperti kerucut dikelilingi areal persawahan atau hutan sejauh


mata memandang. Kecuali di Sulawesi Selatan (itupun di selatan Kabupaten
Enrekang), kita sulit menemukan hamparan tanah pertanian yang rata.
Sederhananya, Sulawesi adalah pulau gunung, lembah, dan danau,
sementara dataran yang subur, umumnya terdapat di sekeliling danau-danau
yang bertaburan di keempat lengan pulau Sulawesi. Ekologi yang demikian ikut
menimbulkan begitu banyak kelompok etno-linguistik. Setiap kali satu kelompok
menyempal dari kelompok induknya dan berpindah menempati sebuah lembah
atau dataran tinggi di seputar danau, kelompok itu terpisah oleh suatu benteng
alam dari kelompok induknya, dan lewat waktu puluhan atau ratusan tahun,
mengembangkan bahasa sendiri. Geomorfologi yang khas ini menyebabkan
pinggang Sulawesi Tana Luwu dan Tana Toraja di provinsi Sulawesi Selatan,
bagian selatan Kabupaten Morowali, Poso, dan Donggala di provinsi Sulawesi
Tengah, dan bagian pegunungan provinsi Sulawesi Barat sangat kaya dengan
berbagai jenis bahan galian.Batubara terdapat di sekitar Enrekang, Makale, dan
Sungai Karama.

Juga di Sulawesi Barat sebelah utara, dimana terdapat tambang batubara dan
banyak jenis logam tersebar di berbagai pelosok Sulawesi. Tembaga dan nikel
terdapat di sekitar Danau-Danau Matano, Mahalona dan Towuti. Bijih besi
bercampur nikel, yang diduga berasal dari meteor, memungkinkan lahirnya
pandai besi di lembah-lembah Rampi, Seko dan Rompong di hulu Sungai Kalaena
(Luwu Utara) dan di Ussu, dekat Malili (Luwu Timur), yang ilmunya ditularkan ke
pandai besi asal Toraja, yang selanjutnya menularkannya ke pandai besi Bugis.
Guratan besi-nikel itu dikenal sebagai pamor Luwu atau pamor Bugis oleh empu
penempa keris di Jawa, dan membuat Kerajaan Luwu kuno dikenal sebagai
pengekspor besi Luwu. Di masa kini, salah satu pusat konsentrasi pandai besi
Toraja letaknya di lereng Sesean, gunung tertinggi di Tana Toraja. Bijih emas pun
banyak terdapat di pinggang Sulawesi, karena biasanya mengikuti keberadaan
bijih tembaga.

Berikut skema terbentuknya Pulau Sulawesi :


EOSEN ( 65-40 juta tahun yang lalu )
Proses pembentukan pulau Sulawesi yang unik telah melalui proses yang juga
unik yaitu hasil akhir dari sebuah kejadian apungan benua yang diawali 65 juta
tahun lalu. Saat itu ada 2 daratan yaitu cikal bakal kaki Sulawesi Tenggara dan
Timur, dan cikal bakal kaki Sulawesi Selatan, Barat dan Utara. Kedua apungan
daratan itu terbawa bergerak ke barat menuju Borneo ( sekarang bernama
Kalimantan ). Proses tumbukan akibat apungan lempeng benua itu menyebabkan
kedua daratan itu mulai terkumpul menjadi satu daratan baru.

MIOSEN ( 40-20 juta tahun yang lalu )

Pada zaman ini pergerakan lempeng kearah barat disertai dengan persesaran
yang menyebabkan mulai terjadi perubahan ekstrim bentuk daratan. Bagian
tengah ketiga daratan itu tertekuk akibat benturan atau pergeseran, sebuah
proses yang lebih kuat dibandingkan apa yang terjadi di kedua ujung atas dan
bawahnya ( daratan utara dan selatan ). Proses tektonik berlangsung kuat di

daerah yang tertekuk itu sehingga menyebabkan pencampur-adukan jenis-jenis


batuan yang berasal dari lingkungan pengendapan yang berbeda.
PLIOSEN ( 15-6 juta tahun yang lalu )

Hingga zaman ini proses penumbukan kedua daratan itu terus berlangsung,
bahkan apungan hasil tumbukan terus bergerak hingga mendekat ke daratan
Kalimantan lalu berhenti di sana. Persesaran yang telah mulai sejak zaman
Miosen

masih

terus

berlangsung,

bahkan

berdampak

apada

pemisahan

kelompok batuan dari kawasan di sekitar danau Poso dan kelompok batuan
sekitar

danau

Matano.

kedua

kelompok

batuan

ini

meski

lokasinya

berdampingan, namun memperlihatkan asosiasi batuan yang berbeda.

PLITOSEN ( 4-2 juta tahun yang lalu )


Pada zaman ini mulai berlangsung fenomena baru, yaitu proses pemekaran
dasar samudra di laut antara Kalimantan dan Sulawesi ( sekarang dikenal
dengan selat Makasar ). Pemekaran dasar samudra ini menyebabkan cikal bakal
atau pulau Sulawesi purba. Dan pulau Sulawesi purba ini kembali bergerak ke
timur menjauhi Kalimantan. kecepatan gerakan apungan di atas lempeng benua
adalah peristiwa yang berlangsung perlahan namun konsisten dengan laju
beberapa centimeter pertahun.

Diperkirakan juga bahwa, Sulawesi barat

bertabrakan dengan Kalimantan timur pada akhir Pliosen (3 Ma. yang lalu) yang
sementara itu menutup selat Makasar dan baru membuka kembali dalam
periode Kwarter, meskipun tidak ada data pasti yang menunjang pendapat ini.
Endapan tebal dari sebelum Miosen di selat Makasar memberikan petunjuk
bahhwa Kalimantan dan Sulawesi pernah terpisahkan sekurang-kurangnya 25
Ma. dalam periode permukaan laut rendah, mungkin sekali pada masa itu
terdapat pulau-pulau khususnya di daerah sebelah barat Majene dan sekitar gisik
Doangdoang. Di daerah Doangdoang, penurunan permukaan air laut sampai 100
m. akan menyebabkan munculnya daratan yang bersinambungan antara
Kalimamantan tenggara dan Sulawesi barat daya. Biarpun demikian, suatu
pengamatan yang menarik ialah bahwa garis kontur 1000 m di bawah laut di
sebelah timur Kalimantan persis sama dengan garis yang sama di Sulawesi

barat, sehingga mungkin selat Makasar dulu hanya jauh lebih sempit. Sulawesi
meliputi tiga propinsi geologi yang berbeda-beda, digabung menjadi satu oleh
gerakan kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur
yang dipisahkan oleh patahan utara barat laut antara Palu dan Teluk Bone
(patahan Palu Koro), serta Propinsi Banggai Sula yang mencakup daerah Tokala di
belakang Luwuk dan Semenanjung Barat laut, Kepulauan Banggai, pulau Buton
dan Kep. Sula (yang kenyataannya merupakan bagian Propinsi Maluku).
Pergerakan kerak bumi pada lempeng Indo-Australia dan Pasifik yang mengarah
ke utara bertemu dengan pergerakan lempeng Eurasia yang cenderung ke arah
selatan. meskipun pergerakan kerak bumi sangat kecil, yaitu sekitar 5 hingga 7
sentimeter per tahun, namun sangat berpengaruh terhadap aktivitas tektonik
kerak bumi. Perubahan letak ini nantinya bakal mengakibatkan struktur lempeng
menjadi labil dan rapuh. Dari sejarah geologi, daratan Sulawesi terbentuk akibat
adanya aktivitas tektonik. Dengan pengaruh pergerakan ketiga lempengan yang
ada, membentuk struktur geologi dan pulau-pulau yang begitu rumit dan
beriringan. Dari sesar-sesar yang ada, terdapat sesar aktif yang sewaktu-waktu
bergerak. Aktifnya sesar ini apabila dipicu pergerakan lempeng yang melepaskan
energi relatif besar. Salah satunya akan berakibat terjadinya gempa tektonik
yang kemudian disusul tsunami.
1. Karakteristik Pulau Sulawesi
Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila
melihat busur-busur disekelilinya Benua Asia, maka bagian concaxnya mengarah
ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaxnya yang
menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi
sering disebut berpola terbalik atau inverted arc.
Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara Dangkalan Sunda dan
dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi
oleh Basin Sulawesi ( 5000 5500 m ). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi
oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai
4500 5000 m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar
(2000-2500m).
Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan tataran rendah yang
terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah
yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan.

Berdasarkan orogenesenya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van Bemmelen,


1949) sebagai berikut :
1. Orogenese di bagian Sulawesi Utara
2. Orogenese di bagian Sulawesi Sentral
3. Orogenese di bagian Sulawesi Selatan
1. A. Orogenese di bagian Sulawesi Utara\]
Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai
ke Teluk Palu Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari
Samar Arc. Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara
geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah orogenese ini
sebagain termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan Talaud sebagai Outer Arc.
1. B. Orogenese di bagian Sulawesi Sentral
Dibagian sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara Selatan sebagai
berikut :
1. Jalur Timue disebut Zone Kolonodale
2. Jalur Tengah disebut Zone Poso
3. Jalur Barat disebut Zone Palu

Jalur Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang nantinya bersambung
dengan lengan Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis dari Malili Teluk
Tomori. Daerah ini oleh singkapan-singkapan batuan beku ultra basis.
Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline. Zona ini
merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan Timur.Dibagian
Utara Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok Bone.
Daerah ini ditandai oleh mayoritas batuan Epi sampai Mesometamorfik
crystalline schist yang kaya akan muscovite.

Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat banyaknya batuan grano
diorite, crystalline schist yang kaya akan biotite dan umumnya banyak ditemui
juga endapan pantai. Zona ini dibagian Utara dibatasi oleh Teluk Palu Parigi, di
Selatan dibatasi garis dari Teluk Mandar Palopo. Dari Teluk Mandar Palopo ke
arah selatan sudah termasuk lengan Selatan Sulawesi. Daerah jalur Barat ini
merupakan perangkaian antara lengan Utara Zone Palu dan lengan selatan
merupakan satuan sebagain Inner Arc.
1. Orogenese di bagian Sulawesi Selatan
Secara garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan kelanjutan Zone Palu
(Zone

bagian

barat Sulawesi

Tengah) dan

tangan

tenggara

merupakan

kelanjutan dari tangan Timur Sulawesi (Zone Kolonodale). Secara Stratigrafi


antara lengan selatan dan lengan tenggara banyak memiliki kesamaan, begitu
juga antara Zone Palu Lengan Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur
dilain fihak. Walaupun demikian diantaranya terdapat perbedaan-perbedaan
sebagai contoh bagian ujung selatan (di Selatan D. Tempe) banyak
kesamaannya dengan P. Jawa dan Sumatera sedangkan ujung selatan lengan
tenggara lebih banyak kesamaannya dengan Boton Archipelago dan Group
Tukang Besi.

2. Geologi sulawesi
Secara geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek,
karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen ( Busur kepulauan
Asia timur dan system pegunungan sunda ).Sehingga, hamper seluruhnya terdiri
dari pegunungan, sehingga merupakan daerah paling berpegunungan di antara
pulau- pulau besar di Indonesia (Sutardji, 2006 :100) Secara rinci fisiografi
sulawesi adalah sebagai berikut :

1. Lengan Utara Sulawesi


Pada lengan ini, fisiograsinya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan aspek
geologinya. Ketiga bagian tersebut adalah :

1. Seksi Minahara, merupakan ujung timur dari lengan utarasulawesi dengan


arah timur laut barat daya yang bersambung dengan penggungan sangihe
yang didirikan oleh aktifitas vulkanis pegunungan soputan.
2. Seksi gorontalo merupakan bagian tengah dari lengan utara sulawesi
dengan arah timur ke bawah, namun aktifitas vulkanis sudah padam yang
lebar daratanya sekitar 35 110 km, tapi bagian baratnya menyempit 30
km ( antara teluk dondo dipantai utara dan tihombo di pantai selatan ).
Seksi ini dilintasi oleh sebuah depresi menengah yang memanjang yaitu
sebuah

jalur

antara

rangkaian

pegunungan

di

pantai

utara

dan

pegunungan di pantai selatan yang disebut zone limboto :


3. Jenjang sulawesi utara, merupakan lengan utara sulawesi yang arahnya
dari utara ke selatan dan terdapat depresi ( lanjutan zone limboto di
gorontalo ) yang sebagian besar di tutup oleh vulkan vulkan muda,
sedangkan antara lengan utara dan lengan timur di pisahkan oleh teluk
tomini yang lebarnya 100 km di bagian timur dan sampai 200 km di
bagian barat sedangkan dasar teluknya semakin dangkal kea rah barat
( ( kurang dari 2000 meter ) dan di bagian tengah teluk tomini tersebut
terdapat pegunungan di bawah permukaan air laut dengan bagian tinggi
berupa kepulauan togian ( Sutardji ; 2006 : 101 )

1. Lengan Timur
Lengan timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di bedakan
menjadi tiga bagian. Tiga bagian tersebut adalah
1. Bagian timur, berupa semenanjung Bualeno yang di pisahkan dengan
bagian tengah oleh tanah genting antara teluk poh dan teluk besama
2. Bagian tengah, dibentuk oleh pegunungan Batui dengan pegunungan
Batulumpu yang arahnya timurlaut-baratdaya yang berangsur-angsur
lenardari 20 km di timur sampai 80 km di utara Bunku.
3. Bagian barat, merupakan pegunungan tinggi yang membujur antara garis
ujng Api sampai Teluk Kolokolo bagian timur dan garis Lemoro sampai

teluk Tomini di barat dan lebarnya sekitar 75-100 km ( Sutardji, 2006 : 101
)
4. Lengan Tenggara
Batas antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa
tanah gentingantara teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km.
Sedangkan lengan tenggara Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu :
1. Bagian utara, berupa massip-massPeridotit dari pegunungan Verbeek yang
di tengahnya terdapat dua graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini
yang letaknya berada ntara teluk Palopo ( Ujung utara teluk Bone )
dengan Teluk Tolo.
2. Bagian Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat dan
sediment peridorit di sebelah timur yang di batasi oleh Pegunuingan
Tangeasinua, sedangkan antara kedua pegunungan tersebut terdapat
basin yang dialiri sungai Konewha, sedangkan kea rah tenggara jalur ini
tenggelam dan membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau kecil serta
berkelanjutan sampai kepulauan Manui.
3. Bagian Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari arah barat
ke timur yang membentang antara Kendari dan Kolaka yang diisi dataran
Aluvial yang berawa sedangkan di bagian selatannya berupa pegunungan
dan bukit-bukit yang teratur dengan membujug barat ke timur.
4. Lengan Selatan
Bagian sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis enggarabaratlauit dari muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara dari
garis timurlaut-barat daya dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara
geologis bagian barat lengan sulawesi tengah termasuk Pegunungan Quarles
yang lebih dekat hubungnnya dengan bagian selatan dengan lemngan selatan
( Sutardji, 2006 : 103 ).
Fisiografi lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan yang ada di
antara Majene yang membujur utara-selatan, antara pegunungan Quarles
dengan pegunungan Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara

lembah

Sadang

dan

teluk

Bone

terdapat

Pegunungan

Latimojong

yang

membujur dari utara ke selatan dengan ketinggian sekitar 3000 mdpl. Pada
bagian utara dan selatan lengan ini dipisahkan oleh depresi dengan arah
baratlau-tenggara yang terdapat danau-danau seperti Tempe, Sidenreng, dan
danau Buaya. Pada bagu\ian selatannya lengan ini mempunyai ketinggian yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian utara. Di daerah ini ada dua jalur
pegunungan yaitu di bagian barat dengan ketinggian diatas 1000 mdpl dan
bagian timur dengan ketinggian 800 mdpl yang dipisahkan oleh lembah Sungai
Walaneia. Kedua jalur pegunungan tersebut di sebelah selatan pegunungan
Bontorilni, bersatu sebagai hulu sungai Walaneia yang mengalir ke utara tertutup
oleh vulkan besar Lampobatang. Sedangkan di luar pantai Makasar terdapat
dangkalan Spermonde dengan rangkaian karang, dan di luar pantai Watampone
terdapat dangkalan dengan rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah
baratnya menurun sampai palung Bone

1. Sulawesi Tengah
Keempat lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di
batasi oelh garis yang melalui Donggala-parigi_Lemore Teluk Tomini dari lengan
utara dan timur, garis dari Mojene_palopor Dongi sampai teluk Temori
membatasi dengan lengan selatan dan tenggara. Bagian tengah Sulawesi terbagi
dalam tiga zona yang memiliki perkembangan Geologi yang berbeda dan
mengarah utara-selatan (Sutardji, 2006:104).
Ketiga zona tersebut adalah :
1. Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini
bersatu ke utara dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi
selatan Batuan utama seperti grafik.
2. Zona Poso, emrupakan palung antara yang seperti Grnit dan endapan
sediment pantai batuan metamosif dengan endapan konglomerat, batu
pasar dan letaknya tidak selaras diatas batuan metamotif.
3. Zona Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra
basa, batuan segimen yang terdiri dari gamping dan batu api usia
mesozaikum (Sutardji, 2006:104).

Berdasarkan geologinya, lengan timur dan tenggara di dominasikan oleh batuan


malihan dan afiolit yang terobdaksi pada miosen ke atas. Mandala timur, Benua
mini

banggai-Sulawesi

Mesozoikum

(Smith

berasal

and

Silver,

dariAustralia
1991

dan

dalam

berumur

Palezoikum-

Soemandjuntak,

2004:26).

Sedangkan pada lengan selatan di dominasi oleh batuan gunung api dan lengan
selatan di dominasik oleh batuan gunung api dan terobosan Miosen lebih muda
yang membentuk sabuk lipatan diatas tepi bagian timur daratan sunda (Katili
1978 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Pada bagian tengah pulau Sulawesi
didominasi batuan yang berasal dari aktivitas volkanik seperti granit. Sedangkan
pada lengan utara di dominasi oleh batuan metamorf seperti Sekis Kristalin dan
Phelit. Dilihat dari Geologi regional di lengan selatan pulau Sulawesi yang
terdapat formasi latimojong yang terdiri atas batuan batu lava, batu pasir
termetakan, batuan sabak, filit dan sekis merupakan formasi batuan yang mirip
dengan geologi Kalimantan Barat yaitu tepian benua yang terbentuk oleh proses
penunjaman.

Sehingga

diperkirakan

Sulawesi

dan

merupakan satu kesatuan daratan lempeng Eurasia.


Diposkan oleh geoscout di 07:34 Tidak ada komentar:
Label: tektonika

Kalimantan,

dulunya

Selasa, 22 Maret 2011

Diposkan oleh geoscout di 13:10 Tidak ada komentar:


Label: video fieldtrip

Senin, 27 Desember 2010


Petroleum Geochemistry
TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH GEOKIMIA UMUM ( TKG216 )
TERJEMAHAN PAPER Petroleum Geochemistry

Oleh :
Adityo Yudha Prabowo
H1F009024

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PURBALINGGA

2010
BAB I
PENGEMBANGAN GEOKIMIA MINYAK BUMI DAN GEOLOGI
Geokimia Minyak bumi adalah penerapan prinsip-prinsip kimia mempelajari,
migrasi akumulasi asal, dan perubahan minyak serta penggunaan pengetahuan
ini dalam eksplorasi dan pemulihan minyak dan gas. Lebih dari 100 tahun
penyelidikan dan penelitian telah menunjukkan bahwa sebagian besar minyak
dunia berasal dari dekomposisi dari bahan organik yang diendapkan dalam
cekungan sedimen. Pengamatan lapangan ahli geologi di akhir abad ke-19
menyebabkan ide bahwa minyak berasal dari serpih bitumen dan bermigrasi ke
dalam batupasir. Teori rasio karbon-konsep geokimia pertama yang terkait
minyak dan gas akumulasi untuk methamorphism. Ladang minyak memberi jalan
untuk gas dimana kandung karbon tetap batubara melebihi 60%, dan ladang gas
tidak dapat ditemukan dimana nilai melebihi 70%. Batuan asal saat ini
didefinisikan sebagai belum matang(muda), dewasa, atau tua, untuk generasi
minyak dan gas, berdasarkan sejumlah indikator kematangan, dimana reflektansi
vitrinit adalah yang paling banyak digunakan. Eksplorasi yang sukses tergantung
pada terjadinya simultan dari tiga faktor independen :
1. Keberadaan perangkap (struktur, reservoir, segel),
2. Akumulasi muatan minyak bumi (sumber, pematangan, migrasi ke waktu,
perangkap) dan
3. Kelestarian perminyakan terperangkap (sejarah Thermal, invasi air meteorik).
Probabilitas keberhasilan dalam menemukan minyak bumi adalah produk dari
probabilitas dari ketiga faktor ini. Fasies organik subdivisi dipetakan dalam unit
stratigrafi, yang dibedakan dari subdivisi berdekatan oleh karakter bahan organik
mereka. Fasies organik yang berbeda menghasilkan dan mengeluarkan jumlah
yang berbeda dalam hal jenis minyak dan gas. Depresi Pertoleum generatif
adalah daerah di mana kaya oleh sumber organik yang terkubur pada suhu yang
cukup tinggi untuk menghasilkan dan mengeluarkan minyak bumi dalam jumlah
besar. Prospek membutuhkan pemodelan penilaian seluruh proses generasi
hidrokarbon, pengeluaran, migrasi, perangkap, dan pengawetan.
BAB II
KARBON DAN ASAL KEHIDUPAN

Karbon (dari carbo, yang berarti "arang") adalah pada kelompok keempat dari
tabel periodik unsur, yang berarti bahwa ia memiliki empat elektron pada kulit
elektron terluar. Karbon tidak biasa dalam membentuk ikatan yang kuat karbonkarbon, yang tetap kuat ketika kelompok karbon menggabungkan dengan unsurunsur lainnya. Karbon mengasumsikan konfigurasi ini dengan membentuk ikatan
kovalen, yaitu dengan elektron berbagi dengan dirinya sendiri dan elemen
lainnya. Keunikan karbon, yang memungkinkan untuk menjadi elemen dasar
kehidupan semua, terletak pada kemampuannya untuk menggabungkan dengan
dirinya sendiri untuk membentuk rantai karbon yang panjang, cincin, dan
kompleks, struktur dijembatani. Karbon telah menjadi struktur dasar semua
kehidupan seperti yang kita tahu itu sejak awal kehidupan di bumi. Akibatnya,
kimia karbon sering disebut sebagai kimia organik, sedangkan kimia semua
unsur lainnya disebut kimia anorganik. Karbon merupakan unsur terbanyak
dibumi, khususnya di kerak bumi. Bumi diyakini setua meteorit tertua dan
memimpin terestrial, sekitar 4,6 Ga (109 tahunyang lalu) (Patterson 1956).
Pada awalnya, bumi mungkin terdiri dari sekitar 90% besi, oksigen,silikon, dan
magnesium dan 10% semua elemen alam lainnya. Satu model mengusulkan
bahwa bumi memanas selama ini milyar tahun pertama karena energi dampak
planetisimal jatuh, kompresi bumi karena gravitasi, dan disintegrasi unsur
radioaktif. Kenaikan suhu menyebabkan besi mencair dan tenggelam ke pusat
sedangkan bahan yang lebih ringan mengapung kepermukaan. Akibatnya, ini
bumi dikonversi dari badan yang relatif homogen ke tubuh berlapis heterogen
dengan inti besi padat, mantel tubuh asli, dan kerak permukaan material ringan.
Dalam mengomentari model ini, Pers dan Siever menyatakan: "Diferensiasi
mungkin merupakan peristiwa yang paling signifikan dalam sejarah bumi. Hal ini
menyebabkan pembentukan kerak dan akhirnya benua. Diferensiasi mungkin
memulai gas melepaskan diri dari interior, yang akhirnya mengarah pada
pembentukan atmosfer dan samudera. Belanda menunjukkan bahwa
ketidakseimbangan hanya 5% antara generasi oksigen dan konsumsi oksigen
dapat menyebabkan peningkatan 50% atau penurunan kadar oksigen di
atmosfer sekitar 40 juta tahun. Ini kemungkinan bahwa penyebaran tanaman
tanah tinggi di Devon Tob memimpin peningkatan yang signifikan dalam O2
atmosfer. Sebagai oksigen masuk ke bagian dalam dari laut, proses lain yang
dikembangkan dalam kedekatannya dengan ventilasi hidrotermal.
Chemoautotrophs aerobik (bakteri pengurai bahan kimia oksigen), yang mampu

mensintesis bahan organik dalam ketiadaan cahaya, menjadi aktif sebagai


berikut: CO2 + O2 + 4H2S (CH2O) + 4S + 3H2O. Proses ini bertanggung jawab
bagi kelompok satwa di dasar laut, dan di sekitar pusat penyebaran mata air
panas. Dalam hal evolusi, Chemoautotrophs aerobik muncul setelah oksigen
yang tersedia dari fotosintesis tanaman hijau. Chemoautotrophs anaerobik,
bagaimanapun seperti metanogen yang menghasilkan metana dari CO2,
mungkin telah ada sejak awal Arkean. Ketersediaan hidrogen, yang merupakan
kunci ke generasi minyak bumi, merupakan faktor geokimia kedua meningkatkan
risiko. Akhirnya, ada kecenderungan untuk akumulasi minyak hilang dari waktu
ke waktu geologi. Lopatin (1980) mengutip bukti bahwa mungkin ada akumulasi
minyak bumi besar yang terbentuk selama Proterozoikum dan kemudian
dihancurkan. Dia menyebutkan batu sabak hitam dengan lensa tebal dan lapisan
bahan karbon graphitic di Proterozoikum Greenland barat daya, Seri Krivoy Rog
Shield Ukraina dan Seri Upper Huronian The Shield Kanada. Lopatin
memperkirakan bahwa mereka bisa menghasilkan lebih dari 50 miliar barel
minyak. Masalahnya adalah bahwa pada 1 miliar tahun-tahun berikutnya,
sebagian besar ladang minyak akan dihancurkan oleh aktivitas tektonik,yang
mengakibatkan kebocoran reservoir. Hanya beberapa jejak sisa akumulasi besar
sekali yang akan dibiarkan di dalam batuan bermetamorfosa. Secara ringkas,
analisis sedimen Prakambrium menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki
kualitas sumber batuan sedimen Fanerozoikum, baik dalam jumlah kerogen atau
konten hidrogen. Minyak dan gas akan terus ditemukan, khususnya dalam
sedimen Prakambrium yang tidak berubah, tetapi dengan jumlah yang tidak
akan menjadi besar kecuali pada batuan organik yang kaya, kerogen tidak
mengalami penambahan air, dan batuan reservoir yang luar biasa terjaga
dengan baik.
Diposkan oleh geoscout di 00:32 Tidak ada komentar:
Label: geokimia

Rabu, 30 Juni 2010


Mineral
A
1. Albit

Rumus Kimia : NaAlSi3O8


Warna : Putih, kuning, biru, hijau.
Gores : Putih
Kekerasan : 6 - 6
Specific Gravity : 2.6 - 2.63
Kilap : Vitreous sampai pearly
Belahan : 2,1 - basal ; 2,1 - prismatic ; 3,1 - pinacoidal
Pecahan : Conchoidal sampai uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Plagioklas
Asosiasi pada batuan : Pada batuan intermediet
2. Amethis
Rumus Kimia : SiO2
Warna : Ungu gelap
Gores : Putih
Kekerasan : 7
Specific Gravity : 2.6 - 2.7
Kilap : Vitreous
Belahan : Tidak dapat dilihat dengan jelas
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Tectosilicates ; Silica

3. Andesin
Rumus Kimia : (Na,Ca)Al1-2Si3-2O8
Warna : Colorless, putih, krem.
Gores : Putih

Kekerasan : 6 - 6
Specific Gravity : 2.66 - 2.68
Kilap : Vitreous sampai pearly
Belahan : 2,1 - basal ; 2,1 - prismatic ; 3,1 - pinacoidal
Pecahan : Conchoidal sampai uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates; Tectosilicates ; Feldspar.
4. Anorthit
Rumus Kimia : CaAl2Si2O8
Warna : Colorless, putih, krem, hijau.
Gores : Putih
Kekerasan : 6 - 6
Specific Gravity : 2.74 - 2.76
Kilap : Vitreous
Belahan : 2,1 - basal ; 2,1 - prismatic ; 3,1 - pinacoidal
Pecahan : Conchoidal to uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates; Tectosilicates; Feldspar.

5. Apatit
Rumus Kimia : Ca5(PO4)3(F,Cl,OH)
Warna : Colorless, putih, kuning.
Gores : Putih
Kekerasan : 5
Specific Gravity : 3.1 - 3.2
Kilap : Vitreous
Belahan : Tidak dapat dilihat dengan jelas
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Phosphates ; True phosphates ; Apatite
6. Aragonit

Rumus Kimia : CaCO3


Warna : Colorless, putih, coklat, hijau.
Gores : Putih
Kekerasan : 3 - 4
Specific Gravity : 2.9 - 3.0
Kilap : Vitreous, resinous, dull
Belahan : 3,1 - prismatic,2
Pecahan : Subconchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Carbonates; Aragonite group

7. Azurite
Rumus Kimia : Cu3(CO3)2(OH)2
Warna : Biru sampai biru gelap
Gores : Biru
Kekerasan : 3 - 4
Specific Gravity : 3.7 - 3.9
Kilap : Submetallic, vitreous, atau dull
Belahan : 2,1 ; 3,2
Pecahan : Conchoidal atau splintery
Tenacity : Brittle
Kelompok : Carbonates

B
1. Barit
Rumus Kimia : BaSO4
Warna : Colorless, putih, kuning.
Gores : Putih
Kekerasan : 3 - 3
Specific Gravity : 4.3 - 4.6
Kilap : Vitreous sampai pearly
Belahan : 1,1 - basal ; 2,1 - prismatic ; 3,1 - pinacoidal
Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfates ; Anhydrous sulfates
2. Bismuth
Rumus Kimia : Bi
Warna : Silver sampai putih, kuning.
Gores : Silver putih
Kekerasan : 2 - 2
Specific Gravity : 9.7 - 9.8
Kilap : Metallic
Belahan : 2,1 - prismatic ; 3,1 - basal
Pecahan : Hackly sampai uneven
Tenacity : Brittle and slightly sectile
Kelompok : Native elements ; Semi-metallic elements
Asosiasi pada batuan :

3. Borax
Rumus Kimia : Na2B4O7 10H2O
Warna : Colorless, putih, abu-abu.
Gores : Putih

Kekerasan : 2 - 2
Specific Gravity : 1.7
Kilap : Vitreous to dull
Belahan : 1,1
Pecahan : Conchoidal sampai earthy
Tenacity : Brittle
Kelompok : Borates ; Hydrous borates
4. Bytownit
Rumus Kimia : (Ca,Na)(Si,Al)4O8
Warna : Colorless, abu-abu, putih.
Gores : Putih
Kekerasan : 7 - Quartz
Specific Gravity : 2.7 - 2.72, Rata -rata = 2.71
Kilap : Vitreous (Glassy)
Belahan : [001] Perfect, [010] Good
Pecahan : Uneven

5. Biotit
Rumus Kimia : K (Fe, Mg)3 AlSi3 O10 (F, OH)2
Warna : Coklat sampai hitam
Gores : Putih
Kekerasan : 2.5
Specific Gravity : 2.9 - 3.4+
Kilap : vitreous to pearly
Belahan : Sempurna pada tiap lembarnya
Pecahan : Uneven
Kelompok : Micas

C
1. Calcite
Rumus Kimia : CaCO3
Warna : Umumnya putih atau colorless.
Gores : Putih
Kekerasan : 3
Specific Gravity : Rata -rata 2.7
Kilap : Vitreous sampai dull pada bentuk massive
Belahan : 3 - rhombohedrons
Pecahan : Conchoidal
2. Cerussit
Rumus Kimia : PbCO3
Warna : Colorless, putih, abu-abu, coklat.
Gores : Putih
Kekerasan : 3 - 3
Specific Gravity : 6.5 - 6.6
Kilap : Fibrous
Belahan : 1,1 - prismatic
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Carbonates ; Aragonite group

3. Chalsedony
Rumus Kimia : SiO2
Warna : Mempunyai banyak kombinasi warna
Gores : Putih
Kekerasan : 7
Specific Gravity : 2.6 - 2.7
Kilap : Vitreous, waxy, atau dull
Belahan : Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Tectosilicates ; Silica group
4. Chalcopyrite
Rumus Kimia : CuFeS2
Warna : kuning sampai kuning keemasan, ungu, biru
Gores : Hitam sedikit hijau
Kekerasan : 3 - 4
Specific Gravity : 4.1 - 4.3
Kilap : Metallic
Belahan : Tidak dapat dilihat engan jelas
Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfides ; Simple sulfides

5. Chromite
Rumus Kimia : FeCr2O4
Warna : Coklat kehitaman, hijau.
Gores : Coklat tua
Kekerasan : 5
Specific Gravity : 4.2 - 5.0
Kilap : Metallic atau dull
Belahan : -

Pecahan : Conchoidal atau uneven


Tenacity : Brittle
Kelompok : Oxides ; Multiple oxides ; Spinel group
6. Copper
Rumus Kimia : Cu
Warna : Hijau, biru, atau hitam
Gores : Copper, shny
Kekerasan : 2 - 3
Specific Gravity : 8.93
Kilap : Metallic
Belahan : Pecahan : Hackly
Tenacity : Ductile and Malleable
Kelompok : Native elements ; Metallic elements

7. Corundum
Rumus Kimia : Al2O3
Warna : Mempunyai banyak variasi warna
Gores : Putih
Kekerasan : 9
Specific Gravity : 3.9 - 4.1
Kilap : Vitreous sampai adamantine
Belahan : Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Oxides ; Simple Oxides
8. Cyanotri
Rumus Kimia : Cu4Al2SO4(OH)12 2H2O
Warna : Biru
Gores : Biru

Kekerasan : 1 - 3
Specific Gravity : 2.7 - 2.8
Kilap : Silky
Belahan : Pecahan : Splintery
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfates ; Hydrous sulfates

D
1. Diamond
Rumus Kimia : C
Warna : Colorless dan putih.
Gores : Putih
Kekerasan : 10
Specific Gravity : 3.1 - 3.53
Kilap : Adamantine
Belahan : 1, all sides - octahedral
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Native elements ; Nonmetallic elements
2. Diopside
Rumus Kimia : CaMgSi2O6
Warna : Hijau cerah, hijau tua, ungu, biru, abu-abu, putih, colorless
Gores : Hijau, abu-abu, putih
Kekerasan : 5 - 6
Specific Gravity : 3.3 - 3.6
Kilap : Vitreous, dull
Belahan : 1,2 - prismatic at cleavage angles of 87 and 93
Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Inosilicates ; Pyroxene group

3. Dolomite
Rumus Kimia : CaMg(CO3)2
Warna : Colorless, putih, abu-abu, pink, terkadang kuning, hijau, hitam
Gores : Putih
Kekerasan : 3 - 4
Specific Gravity : 2.8 - 3.0
Kilap : Vitreous sampai pearly
Belahan : 1,3 - rhombohedral
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Carbonates ; Unclassified carbonates

1. Ensatite
Rumus Kimia : MgSiO3
Warna : Colorless, putih, abu-abu, coklat, hijau
Gores : Putih
Kekerasan : 5- 6
Specific Gravity : 3.2
Kilap : Vitreous to pearly
Belahan : Perfect in two directions at nearly 90degrees
Pecahan : Conchoidal.
2. Epsomite
Rumus Kimia : MgSO4 7H2O

Warna : Colorless, abu-abu, putih


Gores : Putih
Kekerasan : 2 - 2
Specific Gravity : 1.7
Kilap : Vitreous, silky, dull
Belahan : Tidak dapat dilihat dengan jelas
Pecahan : Conchoidal, earthy
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfates ; Hydrous sulfates

F
1. Fluorit
Rumus Kimia : CaF2
Warna : Mempunyai banyak variasi warna
Gores : Purih
Kekerasan : 4
Specific Gravity : 3.0 - 3.3
Kilap : Vitreous
Belahan : 1, all sides - octahedral (even on cubic faces)
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Halides
2. Franklinite
Rumus Kimia : (Zn,Fe2+)(Fe3+)2O4
Warna : Hitam
Gores : Coklat kehitaman, merah kecoklatan
Kekerasan : 5 - 6
Specific Gravity : 5.0 - 5.2
Kilap : Metallic, submetallic
Belahan : Pecahan : Subconchoidal sampai uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Oxides ; Multiple oxides ; Spinel group

1. Galena
Rumus Kimia : PbS
Warna : Steel abu-abu
Gores : Steel abu-abu
Kekerasan : 2 - 3
Specific Gravity : 7.4 - 7.6 ( Murni = 7.57 )
Kilap : Metallic
Belahan : 1,3 - Cubic
Pecahan : Subconchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfides ; Simple sulfides
2. Glauberite
Rumus Kimia : Na2Ca(SO4)2
Warna : Colorless, krem, kuning.
Gores : Putih
Kekerasan : 2 - 3
Specific Gravity : 2.7 - 2.8
Kilap : Greasy, vitreous, atau dull
Belahan : 1,1 - basal
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfates ; Hydrous sulfates

3. Gold
Rumus Kimia : Au
Warna : Kuning keemasan
Gores : Kuning keemasan
Kekerasan : 2 - 3
Specific Gravity : 15.5 - 19.3 ( 100% emas murni = 19.3 )
Kilap : Metallic
Belahan : -

Pecahan : Hackly
Tenacity : Ductile and malleable
Kelompok : Native elements ; Metallic elements
4. Graphite
Rumus Kimia : C
Warna : Abu-abu tua sampai hitam
Gores : Hitam
Kekerasan : 1 - 2
Specific Gravity : 1.9 - 2.3
Kilap : Metallic
Belahan : 1,1 - basal
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Native elements ; Nonmetallic elements

5. Gypsum
Rumus Kimia : CaSO4 2H2O
Warna : Colorless, putih, abu-abu, coklat, merah, pink, kuning, hijau
Gores : Putih
Kekerasan : 1 - 2
Specific Gravity : 2.3 - 2.4
Kilap : Vitreous sampai pearly
Belahan : 1,1 - micaceous ; 2,2
Pecahan : Uneven
Tenacity : Sectile and slightly flexible
Kelompok : Sulfates ; Hydrous sulfates

1. Halite
Rumus Kimia : NaCl
Warna : Colorless, putih, merah, kuning, orange, pink, hijau, biru, violet.
Gores : Putih
Kekerasan : 2 - 2
Specific Gravity : 2.1 - 2.6
Kilap : Vitreous
Belahan : 1, semua sisi - cubic
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Halides
2. Hematite
Rumus Kimia : Fe2O3
Warna : Hitam, abu-abu, coklat.

Gores : Merah sampai coklat


Kekerasan : 5 - 6
Specific Gravity : 4.9 - 5.3
Kilap : Metallic sampai dull
Belahan : Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Oxides ; Simple Oxides
3. Hornblende
Rumus Kimia : Ca2(Mg, Fe, Al)5 (Al, Si)8O22(OH)2
Warna : Hampir semua hitam atau hijau tua
Gores : Coklat sampai abu-abu
Kekerasan : 5 - 6
Specific Gravity : 2.9 - 3.4
Kilap : Vitreous to dull
Belahan : Tidak dapat dilihat dengan jelas
Pecahan Uneven
Tenacity :
Kelompok : Amphibole

1. Iron Nickel

Rumus Kimia : Fe-Ni


Warna : Abu-abu, hitam
Gores : Hijau metallic
Kekerasan : 4-5
Specific Gravity : 7.3-7.8
Kilap : Metallic
Belahan : Pecahan : Hackly
Tenacity : Malleable and ductile
Kelompok : Native elements ; Metallic elements

1. Jarosite
Rumus Kimia : KFe3+3(SO4)2(OH)6
Warna : Kuning kecoklatan, coklat, orange kecoklatan
Gores : Kuning
Kekerasan : 2 - 3
Specific Gravity : 2.9 - 3.3
Kilap : Resinous sampai subadamantine
Belahan : 2,1 - basal
Pecahan : Conchoidal, uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfates ; Hydrous sulfates

K
1. Kernite
Rumus Kimia : Na2B4O7 4H2O
Warna : Colorless, putih, hijau
Gores : Putih
Kekerasan : 3
Specific Gravity : 1.9 - 2.0
Kilap : Vitreous, silky, dull
Belahan : 1,1 - prismatic
Pecahan : Splintery
Tenacity : Brittle
Kelompok : Borates ; Hydrous borates

1. Labradorite
Rumus Kimia : (Ca,Na)(Si,Al)4O8
Warna : Colorless, abu-abu, putih keabu-abuan, putih, hijau cerah
Gores : Putih
Kekerasan : 7 - Quartz
Specific Gravity : 2.68 - 2.71, Rata-rata = 2.69
Kilap : Vitreous (Glassy)

Belahan : [001] Perfect, [010] Good, [110] Distinct


Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
2. Linarite
Rumus Kimia : PbCu(SO4)(OH)2
Warna : Biru cerah
Gores : Biru muda
Kekerasan : 2
Specific Gravity : 5.3 - 5.4
Kilap : Subadamantine sampai vitreous
Belahan : 1,1 ; 3,1
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfates ; Hydrous sulfates

3. Lourenswalsite

Rumus Kimia : (K,Ba)2(Ti,Mg,Ca,Fe)4(Si,Al,Fe)6O14(OH)12


Warna : Abu-abu kecoklatan, abu-abu
Gores : Putih, abu-abu
Specific Gravity : 3.17
Kilap : Pearly
Belahan : [001] Good
Pecahan : Friable

M
1. Magnesiochromite

Rumus Kimia : MgCr2O4


Warna : Hitam
Gores : Aabu-abu tua
Kekerasan : 5.5 - Knife Blade
Specific Gravity : 4.2
Kilap : Metallic
Belahan : Pecahan : Brittle Uneven

2. Magnesit

Rumus Kimia : MgCO3


Warna : Colorless, putih, abu-abu, kuning kecoklatan
Gores : Putih
Kekerasan : 3 - 4
Specific Gravity : 3.0 - 3.3
Kilap : Vitreous sampai dull
Belahan : 1,3 - rhombohedral

Pecahan : Conchoidal sampai even


Tenacity : Brittle
Kelompok : Carbonates ; Calcite group

3. Magnetit

Rumus Kimia : Fe2+Fe3+2O4


Warna : Hitam
Gores : Hitam
Kekerasan : 5 - 6
Specific Gravity : 4.9 - 5.2
Kilap : Metallic
Belahan : Pecahan : Subconchoidal to uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Oxides ; Multiple oxides ; Spinel group

4. Malachite

Rumus Kimia : Cu2CO3(OH)2


Warna : Hijau muda sampai hijau tua
Gores : Hijau muda

Kekerasan : 3 - 4
Specific Gravity : 3.9 - 4.0
Kilap : Vitreous, silky, or dull
Belahan : 1,1 - basal
Pecahan : Splintery
Tenacity : Brittle
Kelompok : Carbonates

5. Mercury

Rumus Kimia : Hg
Warna : Tin-putih
Gores : Kekerasan : Specific Gravity : 13.5
Kilap : Metallic
Belahan : Pecahan : Tenacity : Kelompok : Native elements ; Metallic elements

1. Natrojarosite

Rumus Kimia : NaFe3+3(SO4)2(OH)6


Warna : Kuning kecoklatan sampai coklat
Gores : Kuning cerah
Kekerasan : 3 - 3
Specific Gravity : 3.1 - 3.3
Kilap : Resinous to subadamantine
Belahan : 2,1 - basal
Pecahan : Conchoidal, uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfates ; Hydrous sulfates

1. Oligoclase

Rumus Kimia : (Na,Ca)(Si,Al)4O8


Warna : Colorless, coklat, kehijauan, abu-abu,
kekuningan
Gores : Putih
Kekerasan : 7 - Quartz
Specific Gravity : 2.64 - 2.66, rata-rata = 2.65
Kilap : Vitreous (Glassy)

Belahan : [001] Perfect, [010] Good


Pecahan : Uneven - Flat surfaces

2. Olivine

Rumus Kimia : (Mg,Fe)2SiO4


Warna : Hijau, kuning, coklat, abu-abu, putih
Gores : Colorless
Kekerasan : 6 - 7
Specific Gravity : 3.2 - 4.2
Kilap : Vitreous
Belahan : 2,1 ; 3,1- forming a 90 angle
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Nesosilicates

3. Omphacite

Rumus Kimia : (Ca,Na)(Mg,Fe2+,Fe3+,Al)Si2O6


Warna : Hijau muda sampai hijau tua
Gores : Putih sampai hijau cerah
Kekerasan : 5 - 6

Specific Gravity : 3.3 - 3.4


Kilap : Vitreous, dull
Belahan : 1,2 - prismatic at cleavage angles of 87 and 93
Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Inosilicates ; Pyroxene group

4. Opal

Rumus Kimia : SiO2 nH2O


Warna : Colorless, putih, kuning, orange, merah, biru,
abu-abu, coklat, hijau, ungu
Gores : Putih
Kekerasan : 5, <> 6
Specific Gravity : Common Opal - 1.98 - 2.25
precious opal - 2.1 - 2.2
Kilap : Umunya vitreous, tapi ada juga pearly, waxy, or atau resinous
Belahan : Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Tectosilicates ; Silica group

5. Orthoclase

Rumus Kimia : KAlSi3O8


Warna : Putih, kuning, colorless, pink, orange, coklat
biru cerah, hijau cerah, abu-abu
Gores : Putih
Kekerasan : 6
Specific Gravity : 2.6
Kilap : Vitreous sampai pearly
Belahan : 2,1 - basal ; 2,1 - prismatic ; 3,1 - pinacoidal
dengan sudut belah sekitar 90
Pecahan : Conchoidal sampai uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Tectosilicates ; Feldspar group ;
potassium feldspars

1. Pectolite

Rumus Kimia : NaCa2Si3O8(OH)


Warna : Putih, abu-abu, pink cerah, hijau cerah
Gores : Putih
Kekerasan : 5
Specific Gravity : 2.86
Kilap : Vitreous - Silky
Belahan : [001] Perfect, [100] Perfect
Pecahan : Splintery - Thin

2. Plagioclase feldspars series


Yang tergolong kelompok plagioclase adalah :
a. Anortite

b. Biownite

c. Labradorit

d. Andesine

e. Oligoclase

f. Albit

Namun, gambar dan deskripsi secara umum mengenai plagioclase adalah :

Rumus Kimia : (Na,Ca)Al1-2Si3-2O8


Warna : Putih, colorless, krem, abu-abu, kuning, orange,
Pink, hijau, biru, merah, coklat, hitam
Gores : Putih
Kekerasan : 6 - 6
Specific Gravity : 2.6 - 2.8
Kilap : Vitreous. Pearly pada belahan permukaan
Belahan : 2,1 - basal ; 2,1 - prismatic ; 3,1 - pinacoidal
dengan sudut belah 900
Pecahan : Conchoidal to uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Tectosilicates ; Feldspar group

3. Platinum

Rumus Kimia : Pt
Warna : Putih sampai silver abu-abu
Gores : Silver abu-abu, gores bercahaya
Kekerasan : 4 - 4 ( murni = 4.3 )
Specific Gravity : 14 - 19 ( murni = 21.4 )
Kilap : Metallic
Belahan : Pecahan : Hackly
Tenacity : Ductile and Malleable
Kelompok : Native elements

1. Quartz

Rumus Kimia : SiO2


Warna : Putih, ungu, coklat, dan colorless
Gores : Putih
Kekerasan : 7
Specific Gravity : 2.6 - 2.7

Kilap : vitreous
Belahan : Tidak dapat dilihat dengan jelas
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Tectosilicates ; Silica group

1. Rammelsbergite

Rumus Kimia : NiAs2


Warna : Silver putih, kuning, atau pink
Gores : Abu-abu
Kekerasan : 5 - 6
Specific Gravity : 6.9 - 7.1
Kilap : Metallic
Belahan : Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfides ; Arsenides

1. Safflorite

Rumus Kimia : CoAs2


Warna : Silver putih keabu-abuan
Gores : Hitam
Kekerasan : 4 - 5
Specific Gravity : 7.0 - 7.3
Kilap : Metallic
Belahan : Tidak dapat dilihat dengan jelas
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfides ; Arsenides

2. Schorlomite

Rumus Kimia : Ca3(Fe3+,Ti)2(Si,Ti)3O12


Warna : Coklat kehitaman, hitam
Gores : Colorless
Kekerasan : 7 - 7
Specific Gravity : 3.8 - 3.9
Kilap : Vitreous
Belahan : Pecahan : Conchoidal to uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Nesosilicates ; Garnet group

3. Serpentinite

Rumus Kimia : X 2-3 Si 2 O 5 (OH) 4


X = Mg, Fe2+, Fe3+, Ni , Al, Zn, or Mn
Warna : Kuning, hijau, coklat, hitam, krem - putih
Gores : Putih
Kekerasan : 2 - 5
Specific Gravity : 2.5 - 3.2
Kilap : Greasy, waxy, or silky
Belahan : Tidak dapat dilihat dengan jelas
Pecahan : Conchoidal, splintery
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Phyllosilicates

4. Siderite

Rumus Kimia : FeCO3


Warna : Putih, kuning cerah, hijau, kuning kecoklatan,
Sampai coklat tua, abu-abu
Gores : Putih
Kekerasan : 3 - 4
Specific Gravity : 3.7 - 3.9
Kilap : Vitreous, pearly

Belahan : 1,3 - rhombohedral


Pecahan : Conchoidal sampai even
Tenacity : Brittle
Kelompok : Carbonates ; Calcite group
5. Silver

Rumus Kimia : Ag
Warna : Silver putih pada permukaan. Beberapa ada
pula yang berwarna kuning tua sampai hitam
Gores : Silver - putih sampai abu-abu muda. Goresnya
bercahaya
Kekerasan : 2 - 3
Specific Gravity : 9.6 - 12.0 (Pure = 10.5)
Kilap : Metallic
Belahan : Pecahan : Hackly
Tenacity : Ductile and Malleable
Kelompok : Native elements ; Metallic elements

6. Sphalerite

Rumus Kimia : ZnS


Warna : Black, brown, red, orange, yellow, green, gray
Gores : Putih
Kekerasan : 3 - 4
Specific Gravity : 3.9 - 4.1
Kilap : Metallic, submetallic, adamantine, resinous
Belahan : 1,all sides, forming a dodecahedron
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle

Kelompok : Sulfides ; Simple sulfides

7. Sulfur

Rumus Kimia : S
Warna : Kuning cerah, kuning kecoklatan
Gores : Putih
Kekerasan : 1 - 2
Specific Gravity : 2.0 - 2.1
Kilap : Resinous atau dull
Belahan : 3,2
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Native elements ; Nonmetallic elements

1. Tincalconite

Rumus Kimia : Na2B4O7 5H2O


Warna : Putih
Gores : Putih
Kekerasan : 1
Specific Gravity : 1.88
Kilap : Dull
Belahan : Pecahan : Earthy
Tenacity : Brittle
Kelompok : Borates ; Hydrous borates
2. Topaz

Rumus Kimia : Al2SiO4(F,OH)2


Warna : Colorless, putih,kuning, orange, coklat, pink,
ungu cerah, abu-abu, biru cerah, biru kehijauan
hijau
Gores : Colorless
Kekerasan : 8
Specific Gravity : 3.4 - 3.6
Kilap : Vitreous
Belahan : 1,3 - basal
Pecahan : Subconchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Nesosilicates

1. Uraninite

Rumus Kimia : UO2


Warna : Hijau sampai coklat kehitaman, hitam
Gores : Coklat kehitaman, coklat keabu-abuan, olive- hijau
Kekerasan : 5 - 6
Specific Gravity : 6.4 - 10.6
Kilap : Submetallic, greasy, pitchy, atau dull
Belahan : Pecahan : Conchoidal sampai uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Oxides ; Simple Oxides

2. Uvarovite

Rumus Kimia : Ca3Cr2Si3O12


Warna : hijau cerah, hijau kecoklatan, hijau kemerahan
Gores : Colorless
Kekerasan : 7 - 7
Specific Gravity : 3.7 - 3.8
Kilap : Vitreous sampai adamantine
Belahan : Pecahan : Conchoidal sampai uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Nesosilicates ; Garnet group

1. Vanadinite

Rumus Kimia : Pb5(VO4)3Cl


Warna : Merah cerah, orange, coklat, kuning kecoklatan
Gores : Kuning terang mendekati putih
Kekerasan : 2 - 3
Specific Gravity : 6.7 - 7.2
Kilap : Greasy sampai adamantine
Belahan : Pecahan : Conchoidal sampai uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Phosphates ; Vanadates ; Apatite group

1. Witherite

Rumus Kimia : BaCO3


Warna : Putih,cream, putih keabu-abuan, dan kuning

Gores : Putih
Kekerasan : 3 - 3
Specific Gravity : 4.3 - 4.6
Kilap : Kaca
Kelompok : Carbonates ; Aragonite group

1. Zircon

Rumus Kimia : ZrSiO4


Warna : Tidak berwarna,pputih, abu-abu,hitam, coklat,
merah
Gores : Tidak berwarna
Kekerasan : 7.
Specific Gravity : 4.6 - 4.8
Kilap : Greasy to adamantine
Kelompok : Silicates ; Nesosilicates
Diposkan oleh geoscout di 10:09 Tidak ada komentar:

Anda mungkin juga menyukai