Anda di halaman 1dari 23

Analisis Kesalahan Diksi dan Kesalahan Ejaan pada

Jurnal yang Berjudul Profil Penduduk Miskin di DesaDesa Pesisir Nusa Penida, Kabupaten Klungkung

Oleh
Devy Kusuma Cendana

(1315351182)

PROGRAM EKSTENSI
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memungkinkan kami untuk menulis makalah yang akan menganalisis sebuah
jurnal yang berjudul Profil Penduduk Miskin di Desa-Desa Pesisir Nusa Penida,
Kabupaten Klungkung.
Kami juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah untuk mata kuliah
Bahasa Indonesia ini. Diantaranya adalah teman-teman yang bersedia untuk
berbagi sumber-sumber buku dan Ibu Dosen Pengajar yang membimbing kami
dalam menulis makalah ini.
Namun, kami juga sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan kami
berharap bahwa kami bisa terus memperbaiki diri dan kemampuan bahasa kami
dalam mengkaji jurnal ini.
Akhir kata semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Denpasar, Juni 2014

Penulis

DAFTAR ISI

(halaman)
SAMPUL
DEPAN
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
i
KATA
PENGANTAR...............................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
.............................................................................................................
.............................................................................................................
1
1.1 Latar
Belakang
Masalah
.....................................................................................................
.....................................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah
.....................................................................................................
.....................................................................................................
2
1.3 Tujuan
Makalah
.....................................................................................................
.....................................................................................................
2
BAB

II

LANDASAN

TEORITIS

.............................................................................................................
.............................................................................................................
3
2.1

Diksi
.....................................................................................................
.....................................................................................................
3

2.2

Ejaan
.....................................................................................................
.....................................................................................................
8

BAB

III
PEMBAHASAN
.............................................................................................................
.............................................................................................................
14

BAB 1V PENUTUP
5.1 Simpulan
.....................................................................................................
.....................................................................................................
18
5.2 Saran-saran
.....................................................................................................
.....................................................................................................
18
DAFTAR
PUSTAKA
.............................................................................................................
.............................................................................................................
19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Untuk mahasiswa, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga

menjadi tolak ukur intelektualitas mereka dalam menulis. Hal itu dapat
dituangkan dalam berbagai macam tulisan ilmiah, salah satunya dalam bentuk
skripsi. Dalam skripsi, tidak hanya komponen materi dan isi skripsi yang harus
diperhatikan penulis, namun juga penggunaan tata bahasa Indonesia, dalam hal ini
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan efektivitas dalam penggunaan kalimat.
Bagi masyarakat umum, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar telah menjadi keharusan. Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indinesia menurunkan Keputusan Nomor 0543a/U/18987
yang mendasari usaha penyempurnaan penggunaan ejaan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Dengan keputusan tersebut kita memiliki pedoman atau acuan
mengenai penggunaan bahasa Indonesia terbaru.
Kami dapat menemukan berbagai kesalahan yang mendasar dalam penulisan
jurnal ini. Walaupun jurnal ini ditujukan untuk mengkaji masalah ekonomi, tata
bahasa dan aturan-aturan dalam penggunaan Bahasa Indonesia pun tetap harus
diperhatikan. Jadi, kami telah memutuskan untuk memfokuskan makalah ini pada
kesalahan ejaan dan diksi.

1.2

Rumusan Masalah
Permasalahan yang dirumuskan dalam makalah ini yaitu :

1. Jelaskan, bagaimanakah kesalahan diksi pada jurnal!


2. Jelaskan, bagaimanakah kesalahan ejaan pada jurnal!

1.3

Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan makalah ini adalah :
1. Mendeskripsikan kesalahan diksi pada jurnal.
2. Mendeskripsikan kesalahan ejaan pada jurnal.
3.

BAB II
KAJIAN TEORETIS

2.1 Diksi
1. Pengertian Diksi
Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karangmengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang
setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita dapat lari dari kamus.
Kamus memberikan suatu ketetapan kepada kita tentang pemakaian kata-kata.
Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.Kata yang tepat akan
membantu

seseorang

mengungkapkan

dengan

tepat

apa

yang

ingin

disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Disamping itu, pemilihan kata itu
harus pula sesuai dengan situasi dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata
itu. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya
hampir sama atau bermiripan.
Ketersediaan kata akan ada apabila seseorang mempunyai bendaharaan
kata yang memadai, seakan-akan ia memiliki senarai (daftar) kata. Senarai kata itu
dipilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa
menguasai sediaan kata yang cukup banyak, tidak mungkin seseorang dapat
melakukan pemilihan atau seleksi kata.Pemilihan kata bukanlah sekedar kegiatan
memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam
hal ini berarti sesuai dengan konteks dimana kata itu berada, dan maknanya tidak
bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih
kata diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu. Sebagai contoh, kata mati
bersinonim dengan mampus ,wafat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan
Man, dan lain sebagainya. Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas
digunakan. Ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam nilai rasa dan nuansa
makna.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini

dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan


mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejunlah kosakata secara
aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya. Selain
kata yang tepat, efektivitas, komunikasi menuntut persyaratan yang harus
dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai
dengan tuntutan komunikasi.
Syarat- syarat ketetapan pilihan kata:
1. Membedakan makna denotasi dan konotasi yang cermat,
2. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim,
misalnya: adalah, ialah, merupakan, yaiu, dalam pemakaiannya berbedabeda.
3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya,
misalnya: inferensi (kesimpulan ), dan interferensi (saling mempengaruhi),
sarat ( penuh, bunting ) dan syarat ( ketentuan ).
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasasrkan pendapat
sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakaian kata harus
menemukan makna yang tepat dalam kamus, misalnya: modern sering
diartikan secara subjektif canggih menurut kamus modern berarti terbaru
atau mutakhir, canggih berarti banyak cakap, suka menggangu, banyak
mengetahui, bergaya intelektual.
5. Menggunakan imbuhan asing ( jika diperlukan ) harus memahami
maknanya secara tepat, misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi,
koordinir seharusnya koordinasi.
6. Menggunakan kata-kata idomatik berdasarkan susunan ( pasangan )
yang benar, misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
7. Menggunakan kata umum dan khusus secara cermat. Untuk

mendapatkan pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya


menggunakan kata khusus ke umum mislnya mobil ( kata umum ) , corolla
( sedan buatan Toyota )
8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya : issu
( berasal dari issue berarti publikasi, kesudahan, perkara ) isu ( dalam
bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabarangin,
desas-desus ).
9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim ( pria dan laki-laki, saya
dan aku, serta buku dan kitab ), berhomofoni ( misalnya: bangdan bank )
dan berhomografi( misalnya: apel buah, apel upacara, buku ruas, buku
kitab ).
10. Menggunakan kata abstrak (konseptual misalnya: pendiikan,
wirauasaha dan pengobatan modern dan kata konkret ( kata khus misalnya:
mangga, sarapan, dan berenang ).Selain ketepatan pilihan kata itu,
pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian kata agar tidak
merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan, atau
suasana yang sedang berlangsung.
Syarat kesesuaian kata:
1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukan
penggunakannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam
pergaulan, misalnya: hakikat (baku), hakekat (tidak baku), konduite
(baku), kondite (tidak baku),
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan
cermat, misalnya: kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan),
pelacur (kasar), tunasusila (lebih halus),
3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatuik), dan berlawanan makna
dengan cermat, misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar), bukan
hanya melainkan juga (benar), bukan hanya tetapi juga (salah), tidak hanya
tetapi juga (benar),

4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat,


mengesot, dan merangkak, merah darah; merah hati. Menggukan kata
ilmiah untuk karangan ilmiah, dan komunikasi non ilmiah (surat-meyurat,
diskusi umum)
5.

Menggunakan

pembuktian

kata

(popular),

popular,

misalnya:

psikologi

argumentasi

(ilmiah),

ilmu

(ilmiah),
jiwa

(popular).Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan dalam


bahasa tulis), misalnya: tulis, baca, kerja (bahasalisan), menulis,
menuliskan, membaca, membacakan, bekerja, mengerjakan, dikejakan,
(bahasa tulis).

2. Jenis Diksi
Diksi merupakan salah satu cara yang digunakan pembuat iklan dalam membuat
sebuah iklan agar dapat dipahami oleh pembaca. Ketepatan pemilihan kata akan
berpengaruh dalam pikiran pembaca tentang isi sebuah iklan. Jenis diksi menurut
Keraf, (1996: 89-108) adalah sebagai berikut.
a. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu
menunjuk pada konsep, referen, atau ide). Denotasi juga merupakan
batasan kamus atau definisi utama suatu kata, sebagai lawan dari pada
konotasi atau makna yang ada kaitannya dengan itu. Denotasi mengacu
pada makna yang sebenarnya. Contoh makna denotasi:
- Rumah itu luasnya 250 meter persegi.
- Ada seribu orang yang menghadiri pertemuan itu.
b. Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti
tambahan, imajinasi atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesankesan atau asosiasi asosiasi, dan biasanya bersifat emosional yang
ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi
utamanya. Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan
sebenarnya. Contoh makna konotasi:
- Rumah itu luas sekali.

- Banyak sekali orang yang menghadiri pertemuan itu.


c. Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata
abstrak sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan
pancaindera manusia. Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas,
dingin, baik, buruk), pertalian (kuantitas, jumlah, tingkatan), dan
pemikiran (kecurigaan, penetapan, kepercayaan). Kata-kata abstrak sering
dipakai untuk menjelaskan pikiran yang bersifat teknis dan khusus.
d. Kata konkrit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat
atau diindera secara langsung oleh satu atau lebih dari pancaindera. Katakata konkrit menunjuk kepada barang yang actual dan spesifik dalam
pengalaman. Kata konkrit digunakan untuk menyajikan gambaran yang
hidup dalam pikiran pembaca melebihi kata-kata yang lain. Contoh kata
konkrit: meja, kursi, rumah, mobil dsb.
e. Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang
luas, kata-kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan
kepada keseluruhan. Contoh kata umum: binatang, tumbuh-tumbuhan,
penjahat, kendaraan.
f. Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahanpengarahan yang khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada
objek yang khusus. Contoh kata khusus: Yamaha, nokia, kerapu, kakak
tua, sedan.
g. Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama
dalam tulisan-tulisan ilmiah. Contoh kata ilmiah: analogi, formasi,
konservatif, fragmen, kontemporer.
h. Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan
masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan.
Contoh kata popular: bukti, rasa kecewa, maju, gelandangan.
i. Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu
tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau
kelompok-kelompok khusus lainnya. Contoh jargon: sikon (situasi dan

kondusi), pro dan kon (pro dan kontra), kep (kapten), dok (dokter), prof
(professor).
j. Kata slang adalah kata-kata non standard yang informal, yang disusun
secara khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata
slang juga merupakan kata-kata yang tinggi atau murni. Contoh kata slang:
mana tahan, eh ketemu lagi, unyu-unyu, cabi.
k. Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih
dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa
aslinya. Contoh kata asing: computer, cyber, internet, go public.
l. Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan
dengan wujud atau struktur bahasa Indonesia. Contoh kata serapan:
ekologi, ekosistem, motivasi, music, energi.
2.2

Ejaan
1. Penulisan Tanda Baca
a. Tanda Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :

Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan

Akhir singkatan nama orang.

Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.

Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila singkatan


itu terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.

Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.

Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan


waktu.

Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,


atau daftar.

Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan


atau ilustrasi dan tabel.

b. Tanda koma (,)


8

Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :

Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara


berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.

Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.

Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung


antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk kata : (1)
Oleh karena itu, (2) Jadi, (3) lagi pula, (4) meskipun begitu, dan (5)
akan tetapi.

Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan


kasihan.

Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat,


(3) tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara
berurutan.

Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen


yang dinyatakan dengan angka.

Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya


untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.

Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang


terdapat pada awal kalimat.

Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam


daftar pustaka.

Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak


membatasi.

Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain


yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu

berakhir dengan tanda tanya atau seru.


c. Tanda Tanya ( ? )
Tanda tanya dipakai pada :

Akhir kalimat tanya.

Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat


yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

d. Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kseungguhan,
ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.

e. Tanda Titik Koma ( ; )


Tanda titik koma dipakai :

Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai


pengganti kata penghubung.

f. Tanda Titik Dua ( : )


Tanda titik dua dipakai :

Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.

Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau


pemerian.

Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku


dalam percakapan .
10

Di antara jilid atau nomor dan halaman.

Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.

Di antara judul dan anak judul suatu karangan.

Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan


pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

g. Tanda Elipsis ()
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan
menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang
dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan titik terakhir diberi
jarak atau loncatan.
h. Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis miring ( / ) di pakai :

Dalam penomoran kode surat.

Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.

i. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( )


Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.
j. Tanda Petik Tunggal ( )
Tanda petik tunggal dipakai :

Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

k. Tanda Petik ( )

11

Tanda petik dipakai :

Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus,


kiasan atau yang belum dikenal.

Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai


dalam kalimat.

Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,


atau bahan tertulis lain.

2. Penulisan Kata Serapan


Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli
bahasa Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian
karena pemakai bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa
memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya
menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai dengan aturan yang telah
diterapkan.
Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan,
sepanjang : (a) konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa
Indonesia, dan (b) unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada
yang layak mewakili dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau
dipakai dalam bahasa Indonesia. sebaliknya apabila dalam bahasa Indonesia sudah
ada unsur yang mewakili konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak
perlu diterima.
Menerima unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan
berarti bahasa Indonesia ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur
serapan asing merupakan hal yang biasa, dianggap sebagai suatu variasi dalam
penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu terjadi karena setiap bahasa mendukung
kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan setiap penutur bahasa berbedabeda anatar satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi saling
mempengaruhi yang biasa disebut akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat
12

penutur bahasa Indonesia tidak mengenal konsep radio dan televisi, maka
diseraplah dari bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak
mengenal adanya konsep bambu dan sarung, maka mereka menyerap bahasa
Indonesia itu dalam bahasa Inggris.
Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia
dikelompokkan dua bagian, yaitu :

Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya


secara utuh, baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami
perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor,
civitas academica, de facto, bridge.

Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke


dlaam kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun
penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu
: ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.

13

BAB III
PEMBAHASAN
1) Kalimat: Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data, yaitu
Metode kepustakaan atau pencatatan dokumen, metode wawancara, dan
observasi.
a) Kesalahan pertama terdapat pada penggunaan huruf kapital yang terdapat
di tengah-tengah kalimat (ie. Metode kepustakaan). Seharusnya, M pada
Metode tidak menggunakan huruf kapital.
b) Kesalahan kedua adalah dalam pemilihan kata. Di antara menggunakan
dan metode seharusnya disisipkan kata beberapa untuk memberi
makna yang tepat.
c) Kalimat seharusnya: Penelitian ini menggunakan beberapa metode
pengumpulan data, yaitu metode kepustakaan atau pencatatan dokumen,
metode wawancara, dan observasi.
2) Kalimat: Meskipun pemberantasan kemiskinan secara eksplisit belum
masuk agenda prioritas pembangunan hingga awal 1990-an, tetapi
pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat itu dinilai sangat pro-poor.
a) Kesalahan pertama terdapat pada kata masuk yang seharusnya diganti
oleh termasuk karena "belum masuk terkesan tidak formal.
b) Kesalahan kedua adalah pada penggunaan kata tetapi yang seharusnya
dihilangkan karena kalimat yang mengikutinya adalah induk kalimat,
bukan anak kalimat.
c) Kesalahan ketiga adalah pada tata cara penulisan pro-poor. Karena propoor merupakan kata bahasa Inggris, penulisan pro-poor seharusnya
dimiringkan menjadi pro-poor.
d) Kalimat seharusnya: Meskipun pemberantasan kemiskinan secara
eksplisit belum termasuk agenda prioritas pembangunan hingga awal
1990-an, pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat itu dinilai sangat propoor.

14

3) Kalimat: Kemiskinan diasosiasikan sebagai penyakit sosial yang lazim


dialami oleh setiap negara yang melaksanakan program pembangunan
nasionalnya.
a) Kesalahan terdapat pada kata yang mengikuti diasosiasikan.
Diasosiasikan seharusnya diikuti dengan dengan karena mereka
merupakan suatu pasangan kolokasi.
b) Kalimat seharusnya: Kemiskinan diasosiasikan dengan penyakit sosial
yang lazim dialami oleh setiap negara yang melaksanakan program
pembangunan nasionalnya.
4) Kalimat: Ada pula yang pendekatannya bukan ekonomi, yakni
pendekatan sosial.
a) Kesalahan terdapat pada kata yakni, yang seharusnya diganti dengan
kata melainkan karena pasangan kata bukan adalah melainkan.
b) Kata pendekatan sebelum kata sosial juga seharusnya dihilangkan
agar menimbulkan kesan paralel yang lebih enak dibaca.
c) Kalimat seharusnya: Ada pula yang pendekatannya bukan ekonomi,
melainkan pendekatan sosial.
5) Kalimat: Bila dilihat sebaran penduduk miskin per kecamatan,
Kecamatan Dawan merupakan kecamatan dengan persentase penduduk
miskin terkecil di Kabupaten Klungkung yaitu 11,38 persen kemudian
diikuti oleh Kecamatan Banjarangkan dengan posisi penduduk miskin
terkecil kedua yaitu 11,98 persen.
a) Kesalahan pertama terdapat di anak kalimat pertama, yaitu Bila dilihat
sebaran penduduk miskin per kecamatan. Anak kalimat ini tidak masuk
akal karena seharusnya terdapat kata dari diantara kata dilihat dan
selebaran.
b) Kesalahan kedua terdapat pada tidak adanya tanda baca pemisah koma
untuk keterangan persentase-persentase, di sebelum yaitu dan sesudah
persen.
c) Kesalahan ketiga terdapat pada kata yang mengikuti kata diikuti.
Penggunaan oleh disini tidak tepat dan seharusnya diganti dengan
dengan.
d) Kalimat seharusnya: Bila dilihat dari sebaran penduduk miskin per
kecamatan, Kecamatan Dawan merupakan kecamatan dengan persentase

15

penduduk miskin terkecil di Kabupaten Klungkung, yaitu 11,38 persen,


kemudian diikuti dengan Kecamatan Banjarangkan dengan posisi
penduduk miskin terkecil kedua, yaitu 11,98 persen.
6) Kalimat: Namun demikian persentase penduduk miskin tertinggi adalah
di Kecamatan Nusa Penida terdapat 3.034 orang penduduk miskin.
a) Kesalahan pertama terdapat ada akhir kata demikian. Seharusnya kata
demikian diikuti dengan tanda baca koma.
b) Kesalahan kedua terdapat pada frase di Kecamatan Nusa Penida terdapat
3.034 orang penduduk miskin. Kata terdapat seharusnya diganti dengan
frase yang mempunyai.
c) Kalimat seharusnya: Namun demikian, persentase penduduk miskin
tertinggi adalah di Kecamatan Nusa Penida yang mempunyai 3.034 orang
penduduk miskin.
7) Kalimat: Hal ini terkait dengan kondisi geografis Kecamatan Nusa Dua
yang identic dengan kegersangan dan daerah tandus, wilayah dengan
kelerengan tinggi, curam, dan berbatu-batu, curah hujan rendah,
keterbatasan tumbuhnya tanaman pangan termasuk tidak adanya
produksi beras, dan keberadaan Nusa Penida yang dipisahkan oleh
perairan/laut yang memberikan keterbatasan aksessibilitas dan
keterisolasian dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya.
a) Kesalahan pertama terdapat pada pengejaan aksessibilitas yang
merupakan kata serapan. Pengejaan yang benar adalah aksesibilitas.
b) Kesalahan kedua terdapat pada pengejaan identic yang juga merupakan
kata serapan. Pengejaan yang benar adalah identik.
c) Kalimat seharusnya: Hal ini terkait dengan kondisi geografis Kecamatan
Nusa Dua yang identik dengan kegersangan dan daerah tandus, wilayah
dengan kelerengan tinggi, curam, dan berbatu-batu, curah hujan rendah,
keterbatasan tumbuhnya tanaman pangan termasuk tidak adanya produksi
beras, dan keberadaan Nusa Penida yang dipisahkan oleh perairan/laut
yang memberikan keterbatasan aksesibilitas dan keterisolasian
dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya.
8) Kalimat: Kemiskinan memiliki banyak wajah, yang berbeda antar
daerah dan waktu.
16

a) Kesalahan terdapat pada penggunaan tanda koma yang seharusnya tidak


digunakan.
b) Kalimt seharusnya: Kemiskinan memiliki banyak wajah yang berbeda
antar daerah dan waktu.
9) Kalimat: Upaya ini sulit menyelesaikan akar persoalan kemiskinan,
karena sifat bantuan adalah tidak menyentuh masalah pemberdayaan,
bahkan menimbulkan masalah ketergantungan.
a) Kesalahan terdapat pada anak kalimat setelah karena. Ada dua predikat
setelah kata karena, jadi, salah satu harus dihilangkan.
b) Kalimat seharusnya: Upaya ini sulit menyelesaikan akar persoalan
kemiskinan, karena bantuan tidak menyentuh masalah pemberdayaan,
bahkan menimbulkan masalah ketergantungan.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Simpulan
Kesalahan-kesalahan yang kami temukan merupakan kesalahan yang

sering kita jumpai saat membaca suatu artikel atau pun karya ilmiah. Kesalahan
pada ejaan dan diksi sangatlah umum walaupun ejaan dan diksi terkesan sangat
sederhana dalam penggunaannya.
Kami, para mahasiswa, perlu dengan lebih aktif lagi memperbaiki bahasa
Indonesia yang kami gunakan karena pada saat ini, kami belum menggunakan

17

bahasa yang sepenuhnya baku dan benar. Kami juga perlu menyadari bahwa
masih banyak aturan-aturan dalam bahasa Indonesia yang kami belum pahami
dengan dalam. Selain itu, kami juga harus lebih berhati-hati dalam berbahasa.
4.2

Saran
Saran untuk penulis sebaiknya lihat pedoman penggunaan EYD yang

terbaru sehingga tidak banyak salah dalam penulisan EYD. Penulis juga
sebaiknya belajar untuk menggunakan kalimat yang lebih efektif, kalimat yang
tidak terlalu panjang tapi tetapi tetap dimengerti subtansinya.

DAFTAR PUSTAKA

Waridah, Ernawati.2013.EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan.Bandung: Ruang


Kata Imprint Kawan Pustaka
Sukartha I Nengah, Suparwa I Nyoman, Putrayasa I.G.N.K, Teguh I
Wayan.2012.Bahasa Indonesia Akademik untuk Perguruan Tinggi.Denpasar:
Udayana University Pers.

18

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/pedoman_um
um-ejaan_yang_disempurnakan.pdf
http://hidayatullahahmad.wordpress.com/2013/03/16/diksi/

19

Anda mungkin juga menyukai