Oleh:
MUTIARA DESTY
G1G010027
ARTIKEL ILMIAH
Oleh:
MUTIARA DESTY
G1G010027
Alamat korespondensi: Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah
Indonesia, 53122. Email: desty.tyara@gmail.com
ABSTRAK
Pada perempuan menopause terjadi penurunan kadar estrogen yang menyebabkan
meningkatnya risiko periodontitis. Kadar matrix metalloproteinase-9 lebih tinggi pada
kondisi periodontitis. Konsumsi dari antioksidan seperti coenzyme q10 dan selenium
dapat mengurangi kedalaman poket periodontal dan memperbaiki penyakit periodontal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh coenzyme q10 dan selenium terhadap
kadar matrix metalloproteinase-9 tikus model (Rattus norvegicus galur Sprague dawley)
post ovariektomi dengan periodontitis. Penelitian ini merupakan penelitian true
experimental dengan rancangan penelitian pretest-posttest control group design. Jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 28 ekor tikus dan diperiksa kadar
matrix metalloproteinase-9 yang terdapat pada gingival crevicular fluid dan pengukuran
kadar matrix metalloproteinase-9 menggunakan ELISA Reader. Terdapat penurunan
kadar matrix metalloproteinase-9 pada setiap kelompok dengan hasil uji Wilcoxon
menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan nilai p < 0,05. Uji beda menggunakan
Kruskal-Wallis diperoleh hasil p = 0,033 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna
setidaknya pada dua kelompok (p < 0,05). Uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan
bermakna terdapat pada kelompok kontrol-coenzyme q10, kontrol-selenium, dan kontrolkombinasi. Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh coenzyme q10,
selenium, dan kombinasi coenzyme q10 dan selenium terhadap penurunan kadar matrix
metalloproteinase-9 dan penurunan terbesar pada kelompok kombinasi coenzyme q10
dan selenium.
Kata kunci
ii
Address for correspondence: Dentistry of Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Central Java,
Indonesia, 53122. Email: desty.tyara@gmail.com
ABSTRACT
In postmenopausal woman, there was a decreased level of estrogen which caused the
increasing of periodontitis risk. The level of matrix metalloproteinase-9 was higher in
periodontitis condition. Consumption of antioxidants such as coenzyme q10 and
selenium could reduce periodontal pocket depth and repair the periodontal disease. The
aims of the study was to determine the effect of coenzyme q10 and selenium to matrix
metalloproteinase-9 level in rat model (Rattus norvegicus galur Sprague dawley) post
ovariectomy with periodontitis. This research was true experimental that used pretestposttest control group design. The study carried out on total 28 rats as samples which has
been examined matrix metalloproteinase-9 level from gingival crevicular fluid and
measurement of matrix metalloproteinase-9 level used ELISA Reader. Matrix
metalloproteinase-9 level decreased in each group with Wilcoxon result showed
significant differences with p value < 0,05. The different test using Kruskal-Wallis
resulted value p = 0,033 that showed significant differences of two group (p < 0,05). The
Mann-Whitney test showed that there was a significant different in control-coenzyme
q10, control-selenium, and control-combination group. The conclusion of this research
there was the effect of coenzyme q10, selenium, and combination coenzyme q10 and
selenium to decrease matrix metalloproteinase level and the biggest drop in combination
coenzyme q10 and selenium group.
Keyword
iii
PENDAHULUAN
Menopause merupakan bagian dari periode transisi perubahan masa reproduktif ke
masa tidak produktif. Pada usia menopause terjadi penurunan hormon terutama hormon
reproduksi yaitu hormon estrogen dan progesteron.1 Hal tersebut mengakibatkan
perubahan pada rongga mulut seperti, mulut terasa kering (dry mouth) karena volume
saliva yang berkurang serta meningkatkan insidensi karies gigi, dysaesthesia,
pengecapan berkurang, gingivitis, periodontitis, dan osteoporosis tulang rahang.2
Periodontitis merupakan peradangan atau infeksi pada jaringan periodontal.3
Periodontitis terjadi diawali dengan adanya bakteri pada permukaan gigi. Interaksi
antara respon host dan bakteri menyebabkan gangguan keseimbangan homeostatis
sehingga terjadi pengeluaran sitokin proinflamasi yaitu IL-1, IL-6, dan TNF, protease
(MMP), dan prostaglandin (PGE2).4
Salah satu mediator adalah matrix metalloproteinase (MMP) yang merupakan
suatu enzim proteolitik yang mempengaruhi remodeling jaringan dan degradasi dari
makromolekul matriks ekstraseluler.5 Pada proses inflamasi dengan pembentukan
tulang, seperti periodontitis menunjukkan adanya peran MMP-9 (92 kDa gelatinase) dan
MMP-2 (72 kDa gelatinase) kedua enzim tersebut turunannya adalah membran basilaris
kolagen tipe IV.6
Sejak diketahui bahwa MMP memiliki peran dalam berbagai proses patologik,
maka usaha mengatasi keterlibatan MMP dalam proses patologik ditujukan pada
pengembangan inhibitor untuk melawan aktivitas MMP. Salah satu yang dapat
menghambat MMP adalah antioksidan.7 Antioksidan adalah zat yang dapat menunda
atau mencegah terbentuknya reaksi radikal bebas (peroksida) dalam oksidasi lipid.8
1
Coenzyme q10 memiliki fungsi sebagai antioksidan yang tinggi dan memberi efek secara
klinis.9 Selenium merupakan nutrisi dasar yang penting bagi tubuh sebagai jalur
metabolisme utama termasuk metabolisme hormon tiroid, sistem pertahanan
antioksidan, dan fungsi kekebalan tubuh.10
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
pengaruh coenzyme q10 dan selenium terhadap kadar matrix metalloproteinase-9 pada
tikus model (Rattus norvegicus galur Sprague dawley) post ovariektomi dengan
periodontitis.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan rancangan penelitian
menggunakan pretest-posttest control group design.11 Perlakuan hewan coba tikus
sebanyak 28 ekor yang terbagi menjadi 4 kelompok secara acak, yaitu kelompok
kontrol, kelompok coenzyme q10, kelompok selenium, kelompok kombinasi coenzyme
q10 dan selenium. Tahap yang pertama dilakukan adalah ovariektomi pada hewan coba.
Prosedur ovariektomi pada tikus yang pertama dilakukan adalah anestesi pada daerah
paha bagian dalam/luar secara intramuscular. Insisi dilakukan pada area bedah menjorok
ke dalam 2 cm mengikuti tulang belakang dengan jarak 1,5 cm dari tulang belakang.
Kemudian dicari ovarium yang berbentuk granul-granul seperti anggur dan berada di
bawah kolon, dipotong dan disisihkan. Setelah ovariektomi tikus diberikan antibiotik
selama 3 hari dan analgesik selama 1 hari Perlakuan selanjutnya pada tikus dapat
dilakukan 14 hari pascaovariektomi.12
Tikus dibuat menjadi periodontitis dengan cara ligasi menggunakan benang silk
pada gigi insisivus bawah. Pemberian bakteri porphyromonas gingivalis dilakukan
setelah ligasi dengan cara diinjeksi pada sulkus gingiva area gigi insisivus bawah dengan
dosis 1 McFarland sebanyak 0,02 ml. Injeksi bakteri diberikan setiap 3 hari 1 kali
selama 28 hari. Selanjutnya Pengambilan sample GCF dilakukan dengan menggunakan
kertas saring yang telah disesuaikan ukurannya. Kertas saring diletakkan ke dalam
sulkus dan ditunggu sampai dengan 30 detik. Kertas saring kemudian dimasukkan ke
dalam tube steril dan disimpan dalam suhu -20oC sampai waktu dilakukannya
eksperimen.13 Pemberian obat pada tikus dilakukan secara oral dengan menggunakan
jarum kanula.14 Dosis yang digunakan adalah coenzyme q10 1,125 mg/hari, selenium
1,125 mcg/hari, kombinasi coenzyme q10 0,5625 mg/hari dan selenium 0,5625 mcg/hari
dengan pemberian konsumsi selama 3 minggu. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar
matrix metalloproteinase-9 dengan menggunakan ELISA Reader. Sampel dibaca pada
panjang gelombang 450 nm selama 30 menit.15
Kadar matrix metalloproteinase-9 yang diperoleh diuji normalitas data
menggunakan uji Shapiro-wilk dan diuji homogenitasnya dengan uji Levene. Uji
Wilcoxon untuk menganalisis rerata perbedaan kadar matrix metalloprotesinase-9 dalam
satu kelompok. Pengujian dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis untuk menganalisis
perbedaan kadar matrix metalloproteinase-9 pada kelompok tikus model post
ovariektomi dengan periodontitis dengan pemberian coenzyme q10, selenium, kombinasi
coenzyme q10 dan selenium, dan kontrol.
HASIL PENELITIAN
1. Kadar Matrix Metalloproteinase-9 Seluruh Kelompok
Hasil rerata kadar matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) pada tikus model post
ovariektomi dengan periodontitis pada kelompok coenzyme q10, selenium, kombinasi
coenzyme q10 dan selenium serta kelompok kontrol dirangkum dalam Gambar 4.1.
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
Gambar 4.1 ..Rerata Kadar MMP-9 Sebelum Perlakuan, Setelah Perlakuan, dan
mmmmmmmiSelisih
Sumber: Data primer terolah, 2014
Kadar MMP-9
Setelah Perlakuan
0,067
0,049
0,029
0,299
Nilai p
0,043
b. Kelompok Selenium
Terdapat pengaruh selenium terhadap kadar MMP-9 dengan hasil uji
Wilcoxon menunjukkan perbedaan yang bermakna (p = 0,043). Penurunan kadar
MMP-9 pada kelompok selenium sebesar 89,89%. Kadar MMP-9 sebelum dan
setelah perlakuan pada kelompok selenium dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Kadar MMP-9 Sebelum dan Setelah Perlakuan Kelompok Selenium
No
Status
Rerata Kadar MMP-9 (ng/ml)
1
Sebelum
0,485
2
Setelah
0,049
Sumber: Data primer terolah, 2014
Nilai p
0,043
Nilai p
0,028
d. Kelompok Kontrol
Hasil uji Wilcoxon untuk mengetahui adanya perubahan kadar MMP-9
pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar MMP-9
secara bermakna (p = 0,028). Penurunan kadar MMP-9 pada kelompok kontrol
sebesar 34,14%. Kadar MMP-9 sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok
kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Kadar MMP-9 Sebelum dan Setelah Perlakuan Kelompok Kontrol
No
Status
Rerata Kadar MMP-9 (ng/ml)
1
Sebelum
0,454
2
Setelah
0,299
Sumber: Data primer terolah, 2014
Nilai p
0,028
Coenzyme q10
-
Selenium
1,000
Kombinasi
0,931
Kontrol
0,030*
Selenium
Kombinasi
Kontrol
1,000
0,931
0,030*
1,000
0,009*
1,000
0,026*
0,009*
0,026*
-
periodontal yang dilakukan tidak memiliki perbedaan. Proses ini terdiri dari
pembuangan jaringan yang rusak dan penggantian jaringan yang rusak akibat
penyakit. Termasuk regenerasi dan perbaikan struktur periodontal, tetapi tidak
termasuk kembalinya perlekatan.25
Penurunan kadar MMP-9 pada kelompok kontrol bisa terjadi karena faktor usia
tikus yang menunjukkan metabolisme tubuh yang masih baik, penyembuhan luka
berlangsung lebih cepat pada usia muda karena pada usia tua terdapat penurunan
elastisitas jaringan ikat, tulang gagal mempertahankan kekuatan dan berkurangnya
kemampuan sel untuk memperbaiki jaringan yang rusak.26 Daya tahan tubuh sangat
mempengaruhi perkembangan dari periodontitis. Sel-sel imun tubuh akan
memberikan respon terhadap adanya inflamasi, sehingga akan terjadi proses
penyembuhan pada periodontitis secara alami terutama pada kondisi periodontitis
ringan.27
Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar MMP-9
secara bermakna (p = 0,033). Uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan kadar
MMP-9 secara bermakna terjadi pada kelompok kontrol-coenzyme q10, kontrolselenium, dan kontrol-kombinasi coenzyme q10 dan selenium sedangkan antara
kelompok coenzyme q10, selenium dan kombinasi tidak terdapat perbedaan yang
bermakna. Tidak adanya perbedaan kadar MMP-9 yang bermakna dikarenakan
tempat aktivitas coenzyme q10 pada mitokondria dan selenium aktivitasnya
ditemukan pada mitokondria juga terdispersi pada sitoplasma.17,24 Coenzyme q10 dan
selenium bekerja sama kuatnya sehingga untuk terapi periodontitis dapat dilakukan
10
dengan memilih salah satu yaitu, coenzyme q10 atau selenium tanpa harus
mengkombinasikannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat penurunan kadar matrix
metalloproteinase-9 pada kelompok kontrol, coenzymeq10, selenium, dan kombinasi
coenzyme q10 dan selenium setelah perlakuan. Tidak terdapat perbedaan kadar matrix
metalloproteinase-9 secara bermakna antara pemberian coenzyme q10, selenium, dan
kombinasi coenzyme q10 dan selenium.
REFERENSI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
11
10. Brown, K.M. dan Arthur. J.R. 2001. Selenium, Selenoproteins and Human Health:
A Review. Scotland: Public Health Nutrition. 4(2B): 593-599.
11. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.
12. Joelianto, R. 2004. Pengaruh Ovariektomi Terhadap Jaringan Periodontal Pada
Tikus Strain Wistar. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
13. Nugraha, L.S. 2011. Cara Dan Rute Pemberian Obat Pada Hewan Percobaan
Mencit. Semarang: Akademi Farmasi Theresiana.
14. Nugraha, M.A., Suci, A.W., dan Susilawati, I.D.A. 2014. Kadar LDL dan HDL
dalam Darah Model Tikus Periodontitis. e-Jurnal Pustaka Kesehatan. 2(1): 29-33.
15. R&D System. 2013. Quantikine Elisa Rat Total MMP-9. Minneapolis USA: R&D
System Incorporation.
16. Rai, B., Kharb, S., Jain, R., Anand, S.C. 2008. Biomarkers of Periodontitis in Oral
Fluids. Journal of Oral Science. 50(1): 53-56.
17. Pitale, U., Khetarpal, S., Peter, K., Pal, V., Verma, E., dan Gupta, P. 2012.
Evaluation of Efficacy of Coenzyme Q10 in Management of Gingivitis & Slight
Periodontitis- a Clinical Study. International Journal of Current Pharmaceutical
Research. 4: 33-38.
18. Squires, M. 2011. CoQ10 & Periodontal Disease. Fontain Hills: TyH Publications.
19. Thomas, B., Ramesh, A., Suresh, S., dan Prasad, B.R. 2013. A Comparative
Evaluation of Antioxidant Enzymes and Selenium in The Serum of Periodontitis
Patient with Diabetes Mellitus Type 2. Contemporary Clinical Dentistry. 4: 176180.
20. Perricone, Nicholas. 2007. The Perricone Preseption. Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta
21. Grossi, S.G. dan Genco, R.J. 1998. Periodontal Disease and Diabetes Mellitus: a
Two-way Relationship. Annals Periodontology. 3(1): 51-61
22. Collins, Joseph. 2000. Discover Your Menopause Type. New York: Three River
Press.
23. Manjunath, Shiva R,G. 2011. Role of Antioxidant as An Adjunct in Periodontal
Theraphy. Journal of Academy of Advance Dental Research. 2(2): 9-16.
24. Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.
25. Polimeli, G., Xiropaidis, A.V., dan Wukesjo, U.M.E. 2006. Biology and Principles
of Periodontal Wound Healing/Regeneration. Periodontology 2000. 41: 30-47.
26. Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik, Vol 1. Jakarta: EGC.
27. Mariano, F.S., Sardi, J.C.O., Duque, C., Hofling, J.F., dan Goncavles, R.B. 2010.
The Role of Immune System in The Development of Periodontal Disease: A Brief
Review. Revista Odonto Ciencia. 25(3):300-305.
12