Anda di halaman 1dari 2

Solopos.

com, SRAGEN Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merenggut nyawa satu
orang di Sragen pada awal tahun 2015 ini . Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen
meminta masyarakat mengantisipasi wabah DBD dengan menjaga kebersihan. Sementara itu,
DKK mencatat sepanjang 2014 sebanyak 12 orang meninggal dunia karena penyakit tersebut.
Penderita DBD yang meninggal dunia pada tahun lalu naik 100% dibandingkan pada 2013 di
mana ada enam orang masyakarat meninggal dunia akibat DBD.
Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Penyakit Bidang P2PL DKK Sragen, M.M. Sumiyati, saat
ditemui wartawan di kantornya, Kamis (15/1/2015), mengonfirmasi satu orang meninggal
dunia karena DBD pada awal 2015.
Sumiyati tidak menyebut jumlah kasus DBD selama awal tahun dengan alasan semua kasus
tengah dalam pemeriksaan. Menurutnya, peningkatan kasus DBD dan penderita yang
meninggal dunia tidak bisa dilepaskan dari rendahnya kesadaran masyarakat tentang
kebersihan.
Kesadaran masyarakat untuk mencegah serangan DBD kurang sehingga dari tahun ke tahun
ada peningkatan penderita yang meninggal dunia, tutur dia.
Berdasarkan data DKK Sragen, jumlah kasus DBD pada 2014 melonjak dibandingkan 2013.
Pada 2014, ada 575 kasus DBD, sedangkan pada 2013 hanya 389 kasus DBD. Sementara
untuk 2015, DKK Sragen belum bisa memperkirakan apakah tren naik itu bertahan.
Lebih jauh, Sumiyati mengatakan masyarakat masih berpikir pragmatis dalam menangani
penyakit DBD, yaitu melalui pengasapan (fogging). Padahal pengasapan adalah alternatif
terakhir untuk menangani penyakit tersebut.
Dia menyatakan ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi untuk mengambil tindakan
pengasapan. Pengasapan tidak bisa sembarangan. Ada kriteria-kriteria tertentu yang harus
dipenuhi sebelum fogging, imbuh dia.
Sumiyati menjelaskan masyarakat harus mempertimbangkan banyak hal sebelum meminta
fogging. Hal itu karena pengasapan berisiko jika dilakukan sembarangan. Salah satu
risikonya adalah kemungkinan nyamuk penyebar DBD lebih resisten terhadap zat
pengasapan.
Risiko lain yaitu ancaman keguguran bagi perempuan yang sedang mengandung.
Tahapannya setelah ada kasus suspect DBD adalah melakukan penyelidikan epidemiologi
[PE] untuk mengetahui angka positif jentik, tutur Sumiyati.
Sedangkan anggota Komisi IV DPRD Sragen, Fathurrohman, meminta DKK Sragen
meningkatkan penyuluhan untuk mendongkrak kesadaran masyarakat tentang penyakit DBD.
Menurut dia, langkah paling tepat untuk menghadapi penyakit menular berbahaya seperti
DBD adalah dengan pencegahan.

Dari pada seperti pemadam kebakaran, lakukan langkah-langkah antisipasi sebelum ada
kejadian. DKK harus lebih masif bekerja, kata dia.
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut menyatakan puskesmas harus proaktif
memantau kesehatan lingkungan masyarakat di wilayah masing-masing. Bila ada potensi
penyakit menular, harus diambil langkah pencegahan secara cepat dan tepat

Anda mungkin juga menyukai