BAB II
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PABRIK
II.1. Sejarah Singkat Pertamina RU-IV Cilacap
Minyak bumi merupakan komoditi yang sangat diperlukan oleh seluruh masyarakat.
Sumber daya tersebut dapat menghasilkan energy yang baik unuk bahan bakar maupun untuk
pembangkit tenaga listrik. Bagi Indonesia, minyak bumi merupakan sumber daya alam yang
sangat penting. Hal ini disebabkan karena disamping untuk keperluan dalam negeri, jugs
diperuntukkan sebagai sumber devisa melalui ekspor migas. Seiring dengan perkembangan
industry dan pembangunan di Indonesia, maka kebutuhan energy akan menigkat dari tahun ke
tahun.
Pada zaman penjajahan Belanda, sejak tahun 1871 orang-orang Belanda telah mulai
berusaha untuk mendapatkan minyak bumi di Indonesia dengan jalan melakukan pemboran
di daerah-daerah sumber minyak bumi untuk diolah menjadi minyak lampu. Pada tanggal 15
Juni tahun 1885, seorang pemimpin perkebunan Belanda bernama Aeilco Janszoon Zylker
berhasil melakukan pemboran yang pertama di Telaga Tunggal dekat Pangkalan Brandan di
Sumatera Utara pada kedalaman kira-kira 400 kaki. Sejak penemuan ini, pencarian minyak
bumi terus berlanjut, dimana pada saat yang hampir bersamaan telah ditemukan pula sumber
minyak bumi di Indonesia, seperti di desa Ledok Jawa Tengah, di desa Minyak Hitam di
daerah Muara Enim Palembang dan Riam Kiwa dekat Sangasanga di Kalimantan Timur.
Di Indonesia penemuan minyak bumi mengakibatkan tumbuhnya banyak
perusahaan minyak asing, dimana pada akhir abad XIX tidak kurang dari 18 buah perusahaan
asing secara aktif mengusahakan sumber-sumber minyak di Indonesia. Karena usaha
eksplorasi dan kekuatan finansialnya, maka pada tahun 1902 Royal Dutch Company, yaitu
perusahaan yang mengambil alih konsesi Zylker, dapat menyisihkan perusahaan-perusahaan
yang ada pada waktu itu. Dalam tahun 1907, Royal Dutch Company bergabung dengan Shell
Transport and Trading Company, dimana perusahaan yang beroperasi dari kelompok
Royal Dutch dan Shell di Indonesia adalah Bataafshe Petroleum Maatschappij (B.P.M),
dan ini merupakan satu-satunya perusahaan yang beroperasi di Indonesia sampai tahun 1911.
Pada tahun 1912, Standard Vacum Oil Company (STANVAC), suatu anak perusahaan
Standard Oil (New Jersey) dan Vacum Oil Company mulai beroperasi di Indonesia,
perusahaan tersebut mengerjakan lapangan-lapangan minyak di Talang Akar dan Pendopo
Sumatera Selatan.
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
II-1
Untuk mengahadapi saingan dari Standard Oil ini, maka pada tahun 1930 oleh
pemerintah kolonial Belanda dan B.P.M, dibentuklah suatu campuran yaitu N.V.
Nederlandsche Indische Aardolie Maatschappij (N.I.A.M.). pada tahun 1935, CALTEX
yaitu sebuah anak perusahaan Standard Oil of California and Texas Company mulai
beroperasi di Indonesia, dimana lapangan produksinya terletak di Minas dan Duri di daerah
Daratan Riau. Pada tahun 1935, dibentuk perusahaan minyak bernama Nederlandsche
Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (N.N.G.P.M) untuk mengeksploitasi Irian Jaya
bagian barat, dengan sahamnya dari Royal Ducth-Shell, Stanvac, dan Caltex. Kilang minyak
yang ada sebelum perang dunia II ada 6 buah yaitu di Plaju (B.P.B), Sungai Gerong
(STANVAC), Balikpapan (B.P.M.), Cepu (B.P.M.), Wonokromo (B.P.M.), dan
Pangkalan Brandan (B.P.M.).
Dengan pecahnya Perang Dunia II, karena serbuan bala tentara Jepang ke Indonesia
dan politik bumi hangus pemerintah Hindia Belanda, sebagian besar instalasi-instalasi kilang
minyak hancur, terutama kilang minyak Pangkalan Brandan.
Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, satu-satunya
lapangan minyak yang dapat dikuasai oleh pejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia adalah
lapangan minyak sekitar Pangkalan Brandan dan daerah Aceh, bekas milik Shell-B.P.M, yang
selanjutnya merupakan perusahaan minyak Indonesia yang pertama dan diberi nama
Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (P.T.M.N.R.I.). Pada tahun 1945,
B.P.M. berhasil meneruskan produksi minyak mentahnya di Tarakan dan pada tahun 1946,
kilang Plaju dan Sungai Gerong masing-masing dikembalikan kepada B.P.M. dan STANVAC
untuk rekontruksi. Di Jawa Tengah B.P.M. tidak berhasil memperoleh kembali lapangan
minyak Kawengan, Ledok, dan kilang minyak Cepu, karena telah dikuasai oleh koperasi
buruh minyak yang kemudian menjadi perusahaan negara PERMIGAN.
Karena sesudah selesainya perjuangan fisik di tahun 1950, P.T.M.N.R.I. juga belum
menunjukan usaha-usaha pembangunannya, maka bulan April 1945 P.T.M.N.R.I. diubah
menjadi Tambang Minyak Sumatra Utara (T.M.S.U.). Tindakan ini ternyata juga tidak ada
manfaatnya, sehingga pada tanggal 10 Desember 1957 T.M.S.U. diubah menjadi P.T.
Perusahaan Pertambangan Minyak Nasional (P.T. PERMINA). Setelah kira-kira tiga setengah
tahun, maka pada tanggal 1 Juli 1961 statusnya dirubah menjadi Perusahaan Negara
Pertambangan Minyak Nasional (P.N. PERMINA).
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
II-2
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
II-3
3. Memberikan nilai lebih bagi para pemegang saham, pelanggan, pekerja dan
masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
PT PERTAMINA juga memiliki peranan penting dalam pembangunan bangsa, yaitu :
1. Menyediakan dan menjamin pemenuhan dalam negeri akan kebutuhan BBM
2. Sebagai sumber devisa negara.
3. Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih teknologi dan pengetahuan
kepada masyarakat.
Sejalan dengan pembangunan yang meningkat pesat, kebutuhan akan produk minyak bumi
terus meningkat. Untuk itu perlu dibangun Refinery Unit minyak bumi guna memenuhi
kebutuhan yang semakin meningkat tersebut.PERTAMINA memiliki unit unit operasi yang
tersebar di seluruh Indonesia yang meliputi beberapa operasi ekspolarasi dan produksi, 7
Refinery Unit, 8 Unit Pemasaran Dalam Negeri dan Unit Penunjang lainnya (PKK, Umum,
Keuangan)
Unit unit pengolahan minyak dan gas bumi yang dikelola oleh pertamina terbagai
atas 7 lokasi yaitu:
1. RU I Pangakalan Brandan (Sumatra Utara), sudah tidak beroperasi sejak tahun
2006
2. RU II Dumai dan Sungai Pakning (Riau), Kapasitas 170.000 barrel/ hari
3. RU III Plau dan Sungai Gerong (Sumatera Selatan), kapasitas 135.000 barrel/hari
4. RUIV Cilacap (Jawa Tengah), kapasitas 348.000 barrel/hari
5. RU V Balikpapan (Kalimantan Timur),kapasitas 270.000 barrel/hari
6. RU VI Balongan (Jawa Barat), kapasitas 125.000 barrel/hari
7. RU VII Kasim (Papua Barat), kapasitas 10.000 barrel/hari
II-4
Pembangunan kilang minyak Cilacap merupakan salah satu dari unit-unit pengolahan
yang ada di Indonesia.Pertamina Refinery Unit IV Cilacap berada dibawah tanggungjawab
Direktorat Pengolahan Pertamina. Refinery Unit IV Cilacap ini merupakan unit pengolahan
terbesar dan terlengkap hasil produksinya. Pembangunan kilang minyak Cilacap dilaksanakan
dalam lima tahap yaitu Kilang Minyak
DIAGRAM SEDERHANA
PROSES PT. PERTAMINA RUIV
Fuel Oil
Complex
II
HEAVY
NAPTHA
Domestic
230 MB
230 MB
Fuel Oil
Complex
I
Long
Residue
Mid East
118 MB
Gas
LPG
Gasoline
Kerosene / Avtur
ADO / IDO
LSWR
IFO
KIlang
Paraxylene
Cilacap
Gas
LPG
Gasoline
p-Xylene
Benzene
Heavy Aromate
Base Oil
Parafinic
Extract / Minarex
Asphalt
Slack Wax
IFO
Lube Oil
Complex
I / II / III
Non-BBM
BBM
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
II-5
untuk mengurangi ketergantungan impor BBM dari luar negeri, dan sebagai langkah efisiensi
karena memudahkan supply distribusi.
II.2. Sejarah Perkembangan Kilang Minyak I
Pembangunan kilang minyak I Cilacap dimulai tahun 1974 dan mulai beroperasi pada
24 Agustus 1976 setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto. Kilang ini dirancang oleh Shell
International Petroleum Maatschappij (SIPM), sedangkan kontraktornya adalah Flour
Eastern Inc yang dibantu oleh beberapa sub kontraktordari perusahan nasional Indonesia dan
asing. Selaku pengawas dalam pelaksanaan proyek ini adalah Pertamina.
Kilang Minyak I didesain untuk menghasilkan produk BBM dan Non BBM (Minyak
dasar pelumas dan aspal). Oleh karena itulah bahan baku kilang ini adalah Crude Oil dari
Timur Tengah ,yaitu Arabian Light Crude (ALC) yang kadar sulfurnya cukup tinggi
(sekitar1,88% berat). Kandungan sulfur dalam minyak mentah dibutuhkan untuk menjaga
stabilitas oksidasi pada komponen Lube Base Oil. Kandungan sulfur dalam aspal juga dapat
meningkatkan ketahanan aspal terhadap deformasi dan cuaca yang berubah-ubah. Namun,
kandungan sulfur tidak boleh terlalu tinggi supaya tidak menyebabkan korosi pada peralatan
proses. Sementara untuk saat ini,bahan baku kilang ini bukan hanya ALC melainkan juga
Iranian Light Crude (ILC) dan Basrah Light Crude (BLC).
Kilang ini dirancang dengan kapasitas produksi 100.000 barrel/hari tetapi karena
meningkatnya kebutuhan konsumen , kapasitas ini ditingkatkan menjadi 118.00 barrel/hari
melalui Debottlenecking Project pada tahun 1997/.1998. Kilang Minyak I Pertamina Refinery
Unit IV Cilacap meliputi :
a. Feul Oil Complex (FOC I), untuk memproduksi BBM
b. Lube Oil Complex (LOC I), untuk memproduksi bahan baku minyak pelumas (lube
base oil) dan aspal.
c. Utilities Complex I (UTL I), menyediakan semua kebutuhan utilities dari unit-unit
proses seperti steam,listrik, angina instrument, air pendingin serta fuel system.
d. Offsite Facilities, yaitu sebagi fasilitas penunjang yang terdiri dari tangki tangki
storage, flare system, utilitas dan environment system,
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
II-6
Berikut adalah kapasitas desain tiap unit pada FOC Idan LOC I
FOC I
LOC I
Unit
Kapasitas
Unit
Kapasitas
(Ton/hari)
CDU I
13.650
High Vacuum Unit I (HVU I)
Naphta Hydrotreater (NHDT)
2.275
Propane Deashalting Unit I
Gas Oil To HDS
2.300
Furtural Extraction Unit I
Platformer I
1.650
MEK Dewaxing Unit I
Propane Manufacturing
43,5
Merox Treater
1.940
Tabel II.2.1. Kapasitas desain tiap unit pada FOC I
(Ton/hari)
3.184
784
991 1.580
226 - 337
FUEL GAS
PMF
STAB/
NHT
SPLIT
KERO MEROX
PLATFORME
LPG
GASOLINE/
PREMIUM
AVTUR
KEROSENE
LGO
MIDDLE
EAST
CDU
ADO / IDO
HDS
HGO
CRUDE
to LOC
ADO
VGO
I
LONG
RESIDUE
HVU
I, II
F
E
U
II
H
T
U
M
D
U
HVI-60
II
HVI-95
III
HVI-160S
HVI-650
SLACK WAX
MINAREX
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
SHORT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
INSTITUT
PROPANE ASPHALT
RESIDUE
II-7
ASPHALT
BLENDING
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
II-8
LOC II
Kapasitas
Unit
Kapasitas
Unit
(ton/hari)
(ton/hari)
CDU II
26.680
High Vacuum Unit II
2.238
NHT II
2.500
Propane Deasphalting Unit II
583
AH Unibon
2.680
Furfural Extraction Unit II
478-573
Platformer II
2.440
MEK Dewaxing Unit II
226-377
LPG Recovery
730
Naphtha Merox
1.620
THDT
1.800
Visbreaker
8.387
Tabel II.3.1. Kapasitas Desain tiap Unit pada FOC II dan LOC II/III
FUEL GAS
LPG REC
FRACTIONATOR
KERO
NHT
PLATFORMER
LPG
GASOLINE/
PREMIUM
To
AH UNIBON
LDO
KEROSENE
HDO
CDU
D 3 TEKNIK KIMIA
DOMESTIC
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
VISBREAKER
CRUDE
INSTITUT
TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Paraxylene
ADO/IDO
NAPHTA MEROX
TDHT
II-9
IFO
LSWR
VGO
I
LONG
RESIDUE
HVU
I, II
F
E
U
II
H
T
U
M
D
U
HVI-60
II
HVI-95
III
HVI-160S
HVI-650
SLACK WAX
MINAREX
SHORT
RESIDUE
ASPHALT
BLENDING
II-10
dirancang oleh Universal Oil Product (UOP) ini dibangun pada tahun 1988 oleh kontraktor
Japan Gasoline Corporation (JGC) dan memulai operasinya setelah diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 20 Desember 1990. Tujuan pembangunan kilang ini adalah
untuk mengolah nafta dari FOC II menjadi produk-produk petrokimia, yaitu paraxylene dan
benzene sebagai produk utama serta raffinate, heavy aromate, toluene, dan LPG sebagai
produk sampingan. Total kapasitas produksi dari kilang ini adalah 270.000 ton/tahun.
Pertamina RU-IV semakin penting dengan adanya kilang Paraxylene, karena dengan
mengolah naphta 590.000 ton/tahun menjadi produk utama paraxylene, benzene, dan produk
samping lainnya, otomatis Pertamina RU-IV menjadi satu-satunya unit pengolahan minyak
bumi di Indonesia yang terintegrasi dengan industri Petrokimia.
Paraxylene yang dihasilkan sebagian digunakan sebagai bahan baku pabrik Purified
Terepthalic Acid (PTA) pada pusat aromatik di Plaju, Sumatera Selatan. Hal ini merupakan
suatu bentuk usaha penghematan devisa sekaligus sebagai usaha peningkatan nilai tambah
produksi kilang BBM, sedangkan sebagian lagi diekspor ke luar negeri. Sementara, seluruh
benzene yang dihasilkan diekspor ke luar negeri. Produk-produk sampingan dari kilang ini
dimanfaatkan lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Kilang Paraxylene meliputi beberapa unit dengan kapasitas masing-masing unitnya
dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Heavy
Naphta
Unit
Kapasitas (ton/hari)
NHT
1.791
CCR / Platformer
1.791
Sulfolane
Tatoray
1.100
1.730
Xylene Fractionator
NHT/Platformer
Sulfolane
4.985
LPG/Fuel
Gas
Benzene
Parex
4.440
Isomar
3.590
Tabel II.4.1. Kapasitas Desain tiap Unit di Kilang Paraxylene
Tatoray
Xylene Column
Parex
Paraxylene
Isomar
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Heavy II-11
Aromate to
DO
HP
HDS
GAS
LP SOUR
STREAM (8)
HP
Amine
Treating
Compressin &
LP Amine
Reating
HIDROGEN
TO PSA
Mol. Sieve
Dehydrati
on Lean
Fuel
Gas
Compression
&
Refrigeration
Amine
Acid
Gas
D 3 TEKNIK KIMIA
Amine
Sulfur
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Regenerat
Recover
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
ion
y
Rich
Amine
LPG
LPG
Recover
y
Treating
LPG
Condensa
te
Sulfur
II-12
Modifikasi FOC I dan II, LOC I dan II, dan Utilities II / offsite,
b.
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
II-13
c.
d.
Unit
CDU
Jenis Pekerjaan
- Penambahan Crude Desalter, Preflash Drum
- Modifikasi / penambahan tray pada Crude Splitter,
Product
NHT
Kerosene Merox
Treating
SWS
Lain-lain
FOC II
CDU
HVU I
Lain lain
HVU II
PDU II
FEU II
HOS II
Lain-lain
AH Unibon
LPG Recovery
SWS
Lain-lain
LOC I
LOC II
Utilities/
Offsite
Jenis Pekerjaan
Pembangunan PDU III
Pembangunan MDU III
Pembangunan HTU / RDU
Pembangunan new tankage, pumping dan piping system
Pembangunan Power Generation 8 MW dan Distribution System
Pembangunan Boiler 60 ton /hari beserta BFW dan SteamDistribution
System
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
II-14
Hasil Produksi
Fraksi minyak
Naptha dan gasoline
Avtur/kerosene
Sebelum
100.000
20.000
15.708
Sesudah
118.000
25.600
17.300
Kenaikan
18.000 (18%)
5.600 (28%)
1.592 (10,13%)
Tabel II.6.3. Perbandingan Kapasitas Produksi Sebelum dan Sesudah Proyek Debottlenecking
pada FOC II (dalam barrel/hari)
Unit
CDU
AH Unibon
LPG Recovery
Hasil Produksi
Fraksi minyak
Kerosene
Gas Propane/Butane
Sebelum
200.000
20.000
7.321
Sesudah
230.000
23.000
7.740
Kenaikan
30.000 (15 %)
3.000 (15 %)
419 (5,72%)
Hasil Produksi
HVI 60/100/160S/650
Asphalt
Gas Propane/Butane
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Sebelum
255.000
512.000
7.321
Sesudah
428.000
720.000
7.740
Kenaikan
173.000 (69 %)
208.000 (40.63%)
419 (5,72 %)
II-15
Dengan demikian kapasitas desain FOC I, FOC II, LOC I, II, dan III mengalami
perubahan seperti terlihat pada Tabel 1.8 dan 1.9 seperti di bawah ini.
Tabel II.6.5. Kapasitas Desain Baru FOC I dan II Pertamina RU IV Cilacap
FOC I
Unit
CDU I
NHT I
Gas Oil HDS
Platformer I
Propane Manufacturing
Merox Treater
Sour Water Stripper
FOC II
Kapasitas
(ton/hari)
16.126
2.805
2.300
1.650
43,5
2.116
780
Unit
CDU II
NHT II
AH Unibon
Platformer II
LPG Recovery
Naphtha Merox
SWS
THDT
Visbreaker
Kapasitas
(ton/hari)
30.680
2.441
3.084
2.441
636
1.311
2.410
1.802
8.390
Tabel II.6.6. Kapasitas Desain Baru LOC I, II, & III Pertamina RU IV Cilacap
Unit
HVU
PDU
FEU
MDU
Hydrotreating Unit
II.3.
LOC I
2.574
538
478-573
226-337
-
Kapasitas (ton/hari)
LOC II
3.883
784
1786-2270
501-841
-
LOC III
784
501-841
1700
dalam menjalakan operasinya. Demikian pula dalam menentukan lokasi kilang. Hal-hal yang
menjadi pertimbangan meliputi biaya produksi, biaya operasi, dampak social, kebutuhan
bahan bakar, sarana, studi lingkungan dan letak geografis.
Pertamina RU IV Cilacap terletak di desa Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah,
Kabupaten Cilacap, Jawa tengah. Beberapa pertimbangan dipilihnya Cilacap sebagai lokasi
kilang adalah :
a. Studi kebutuhan BBM menunjukkan bahwa konsumen terbesar adalah penduduk
pulau jawa.
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
II-16
b. Daerah Cilacap dan sekitarnya telah direncanakan oleh pemerintah sebagai pusat
pengembangan produksi untuk wilayah Jawa bagian selatan
c. Terdapat jaringan pipa Maos -Jogjakarta dan Cilacap -Padalarang sehingga
penyaluran produksi bahan bakar minyak menjadi lebih mudah
d. Tersedianya sarana pelabuhan alami yang sangat ideal karena lautnya cukup dalam
dan tenang karena terlindung pulau Nusakambangan
Atas dasar pertimbangan tersebut maka dengan adanya areal tanah yang tersedia dan
memenuhi persyaratan untuk pembangunan kilang minyak, maka Refinery Unit IV dibangun
di Cilacap dengan luas area total yang digunakan adalah 526 Ha.
Tata letak kilang minyak Cilacap beserta sarana pendukung yang ada adalah sebagai
berikut :
1. Areal kilang minyak dan perluasan
227 +73 ha
22,5
ha
10,5
ha
87,5
ha
27
ha
70
ha
ha
526,5
ha
Total
Pertamina Refinery Unit IV Cilacap terdiri dari unit-unit proses dan sarana penunjang
yang terbagi dalam beberapa area yaitu :
1. Area 10
Fuel Oil Complex I meliputi :
No. Unit
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Nama Unit
Crude Distillation Unit ( CDU I )
Naphtha Hydrotreater Unit ( NHT I )
Hydro Desulfurizer Unit ( HDS )
Platformer Unit
Propane Manufacturer Unit ( PMF )
Meroxtreater Unit
Sour Water Stripper Unit ( SWS )
Nitrogen Plant
CRP Unit / Hg Removal
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
II-17
2. Area 01
Fuel Oil Complex II meliputi :
No. Unit
008
009
011
012
013
014
015
016
017
018
019
Nama Unit
Caustic and Storage Unit
Nitrogen Plant
Crude Distillation Unit ( CDU ) II
Naphtha Hydrotreater Unit ( NHT ) II
Aromatic Hydrogenation ( AH ) Unibon Unit
Continuous Catalytic Regeneration ( CCR ) Platformer Unit
Liquified Petroleum Gas ( LPG ) Recovery Unit
Minimize Alkalinity Merchaptan Oxidation (Minalk Merox)
Treater Unit
Sour Water Stripper Unit ( SWS ) II
Thermal Distillate Hydrotreater Unit
Visbreaker Thermal Cracking Unit
3. Area 20
Lube Oil Complex I, meliputi :
No. Unit
21
22
23
24
25
4. Area 02
Nama Unit
Hight Vacuum Unit ( HVU ) I
Propane Deasphalting Unit ( PDU ) I
Fulfural Extraction Unit ( FEU ) I
Methyl Ethyl Ketone ( MEK ) Dewaxing Unit ( MDU ) I
Hot Oil System I
Nama Unit
Hight Vacuum Unit ( HVU ) II
Propane Deasphalting Unit ( PDU ) II
Fulfural Extraction Unit ( FEU ) II
Methyl Ethyl Ketone ( MEKL ) Dewaxing Unit ( MDU ) II
Hot Oil System II
32
33
34
Nama Unit
Tangki-tangki Gasoline dan vessel penambahan TEL FOC I dan
Platformer feed Tank
Tangki-tangki kerosene dan AH Unibon feed Tank
Tangki-tangki Automative Diesel Oil ( ADO )
Tangki-tangki Industrial Fuel Oil ( IFO )
Tangki-tangki komponen IFO dan HVU feed
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
II-18
35
36
37
38
6. Area 40
Nama Unit
Tangki-tangki Lube Oil
Tangki-tangki Bitumen
Tangki-tangki Long Residue
Gasoline station, Bengkel, Gudang dan Pool Alat Berat
Tangki-tangki Feed FOC II
Tangki-tangki mixed LPG
Flare system
Drum Plant, untuk pengisian aspal
Nama Unit
Pembangkit Tenaga Listrik
Unit Steam Generator
Unit Sistem Air Pendingin
Unit Pengolahan Air
Unit Sistem Air Pemadam Kebakaran
Unit Sistim Udara Tekan
Unit Sistim Pengadaan Fuel Oil Dan Fuel Gas
8. Area 05
Utilities Complex II, meliputi :
No. Unit
051
052
053
054
055
056
057
9. Area 60
Nama Unit
Pembangkit Tenaga Listrik
Unit Steam Generator
Unit Sistem Air Pendingin
Unit Pengolahan Air
Unit Sistem Air Pemadam Kebakaran
Unit Sistim Udara Tekan
Unit Sistim Pengadaan BBM Dan Gas
II-19
No. Unit
61
62
63
64
66
67
68
10. Area 70
Nama Unit
jaringan Pipa dari dan ke Unit Terminal Minyak Area 70
Cross Country Pipe Line
Stasiun Pompa Air Sungai
Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG dan Paraxylene
Tangki-Tangki Balast Dan Bunker
Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG, dan Paraxylene
Dermaga Pengapalan LPG
Nama Unit
Nitrogen Plant Unit
Naphtha Hydrotreater Unit
CCR Platformer Unit
Sulfolane Unit
Tatoray Unit
Xylene Fractionation Unit
Parex Unit
Isomar Unit
12. Area 90
LPG dan Sulphur Recovery Unit, meliputi :
No. Unit
90
91
92
93
94
95
13. Area 200
Nama Unit
Utility dan Deader System
Gas Treating Unit
LPG Recovery Unit
Sulphur Recovery Unit
Tail Gas Unit
Refrigerator Unit
II-20
No. Unit
510
520
530
560
Nama Unit
Pembangkit Tenaga Listrik
Steam Generator Unit
Cooling Water System
Unit Sisitem Udara Tekan
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
II-21