Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

BAB II
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PABRIK
II.1. Sejarah Singkat Pertamina RU-IV Cilacap
Minyak bumi merupakan komoditi yang sangat diperlukan oleh seluruh masyarakat.
Sumber daya tersebut dapat menghasilkan energy yang baik unuk bahan bakar maupun untuk
pembangkit tenaga listrik. Bagi Indonesia, minyak bumi merupakan sumber daya alam yang
sangat penting. Hal ini disebabkan karena disamping untuk keperluan dalam negeri, jugs
diperuntukkan sebagai sumber devisa melalui ekspor migas. Seiring dengan perkembangan
industry dan pembangunan di Indonesia, maka kebutuhan energy akan menigkat dari tahun ke
tahun.
Pada zaman penjajahan Belanda, sejak tahun 1871 orang-orang Belanda telah mulai
berusaha untuk mendapatkan minyak bumi di Indonesia dengan jalan melakukan pemboran
di daerah-daerah sumber minyak bumi untuk diolah menjadi minyak lampu. Pada tanggal 15
Juni tahun 1885, seorang pemimpin perkebunan Belanda bernama Aeilco Janszoon Zylker
berhasil melakukan pemboran yang pertama di Telaga Tunggal dekat Pangkalan Brandan di
Sumatera Utara pada kedalaman kira-kira 400 kaki. Sejak penemuan ini, pencarian minyak
bumi terus berlanjut, dimana pada saat yang hampir bersamaan telah ditemukan pula sumber
minyak bumi di Indonesia, seperti di desa Ledok Jawa Tengah, di desa Minyak Hitam di
daerah Muara Enim Palembang dan Riam Kiwa dekat Sangasanga di Kalimantan Timur.
Di Indonesia penemuan minyak bumi mengakibatkan tumbuhnya banyak
perusahaan minyak asing, dimana pada akhir abad XIX tidak kurang dari 18 buah perusahaan
asing secara aktif mengusahakan sumber-sumber minyak di Indonesia. Karena usaha
eksplorasi dan kekuatan finansialnya, maka pada tahun 1902 Royal Dutch Company, yaitu
perusahaan yang mengambil alih konsesi Zylker, dapat menyisihkan perusahaan-perusahaan
yang ada pada waktu itu. Dalam tahun 1907, Royal Dutch Company bergabung dengan Shell
Transport and Trading Company, dimana perusahaan yang beroperasi dari kelompok
Royal Dutch dan Shell di Indonesia adalah Bataafshe Petroleum Maatschappij (B.P.M),
dan ini merupakan satu-satunya perusahaan yang beroperasi di Indonesia sampai tahun 1911.
Pada tahun 1912, Standard Vacum Oil Company (STANVAC), suatu anak perusahaan
Standard Oil (New Jersey) dan Vacum Oil Company mulai beroperasi di Indonesia,
perusahaan tersebut mengerjakan lapangan-lapangan minyak di Talang Akar dan Pendopo
Sumatera Selatan.
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-1

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

Untuk mengahadapi saingan dari Standard Oil ini, maka pada tahun 1930 oleh
pemerintah kolonial Belanda dan B.P.M, dibentuklah suatu campuran yaitu N.V.
Nederlandsche Indische Aardolie Maatschappij (N.I.A.M.). pada tahun 1935, CALTEX
yaitu sebuah anak perusahaan Standard Oil of California and Texas Company mulai
beroperasi di Indonesia, dimana lapangan produksinya terletak di Minas dan Duri di daerah
Daratan Riau. Pada tahun 1935, dibentuk perusahaan minyak bernama Nederlandsche
Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (N.N.G.P.M) untuk mengeksploitasi Irian Jaya
bagian barat, dengan sahamnya dari Royal Ducth-Shell, Stanvac, dan Caltex. Kilang minyak
yang ada sebelum perang dunia II ada 6 buah yaitu di Plaju (B.P.B), Sungai Gerong
(STANVAC), Balikpapan (B.P.M.), Cepu (B.P.M.), Wonokromo (B.P.M.), dan
Pangkalan Brandan (B.P.M.).
Dengan pecahnya Perang Dunia II, karena serbuan bala tentara Jepang ke Indonesia
dan politik bumi hangus pemerintah Hindia Belanda, sebagian besar instalasi-instalasi kilang
minyak hancur, terutama kilang minyak Pangkalan Brandan.
Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, satu-satunya
lapangan minyak yang dapat dikuasai oleh pejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia adalah
lapangan minyak sekitar Pangkalan Brandan dan daerah Aceh, bekas milik Shell-B.P.M, yang
selanjutnya merupakan perusahaan minyak Indonesia yang pertama dan diberi nama
Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (P.T.M.N.R.I.). Pada tahun 1945,
B.P.M. berhasil meneruskan produksi minyak mentahnya di Tarakan dan pada tahun 1946,
kilang Plaju dan Sungai Gerong masing-masing dikembalikan kepada B.P.M. dan STANVAC
untuk rekontruksi. Di Jawa Tengah B.P.M. tidak berhasil memperoleh kembali lapangan
minyak Kawengan, Ledok, dan kilang minyak Cepu, karena telah dikuasai oleh koperasi
buruh minyak yang kemudian menjadi perusahaan negara PERMIGAN.
Karena sesudah selesainya perjuangan fisik di tahun 1950, P.T.M.N.R.I. juga belum
menunjukan usaha-usaha pembangunannya, maka bulan April 1945 P.T.M.N.R.I. diubah
menjadi Tambang Minyak Sumatra Utara (T.M.S.U.). Tindakan ini ternyata juga tidak ada
manfaatnya, sehingga pada tanggal 10 Desember 1957 T.M.S.U. diubah menjadi P.T.
Perusahaan Pertambangan Minyak Nasional (P.T. PERMINA). Setelah kira-kira tiga setengah
tahun, maka pada tanggal 1 Juli 1961 statusnya dirubah menjadi Perusahaan Negara
Pertambangan Minyak Nasional (P.N. PERMINA).

D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-2

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

Dengan penyerahan kedaulatan oleh pemerintah kolonial Belanda kepada Republik


Indonesia, maka pada tanggal 1 Januari 1959 status N.V.N.I.A.M. dirubah menjadi P.T
Pertambangan Minyak Indonesia (P.T. PERMINDO).
Untuk itu Pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No. 19/1960 tentang Perusahaan
Negara dan UU No. 44/1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (pertambangan
minyak dan gas bumi hanya boleh dilakukan oleh Negara). Atas dasar kedua Undang
Undang tersebut, maka pada tahun 1961 dibentuk perusahaan negara sektor Minyak dan Gas
Bumi, yaitu :
1. PN PERTAMIN (perusahaan Pertambangan Minyak)
2. PN PERMINA (perusahaan Minyak Nasional)
Kedua perusahaan tersebut bertindak selaku kuasa pertambangan yang meliputi
bidang gas dan minyak dengan melakukan kegiatan :
1. Eksplorasi
2. Eksploitasi
3. Pemurnian dan Pengelolaan
4. Pengangkutan
Pada tahun 1968 kedua perusahaan tersebut digabung menjadi PN PERTAMINA
(Perusahaan Pertambangan Milik Nasional). Demi kelanjutan dan perkembangannya, pada
tanggal 15 September 1971 Pemerintah mengeluarkan UU No. 8/1971 tentang PERTAMINA
sebagai pengelola tunggal di bidang minyak dan gas bumi di Indonesia sehingga pada tanggal
1 Januari 1972, PN PERTAMINA diubah namanya menjadi PERTAMINA.
PERTAMINA terus tumbuh dan berkembang menjadi salah satu BUMN yang handal.
Berdasarkan UU No. 22 tahun 2001 dan No. 31 tahun 2003, status PERTAMINA mengalami
perubahaan dari Lembaga Pemerintahan Non-Departement (LPND) menjadi Persero. Dengan
adanya perubahan status ini, PT PERTAMINA (Persero) berada dibawah naungan stake
holder-nya, dalam hal ini adalah Pemerintah , yang berperan sebagai profit oriented.
PERTAMINA sebagai salah satu perusahaan vital negara memiliki visi untuk menjadi
perusahaan yang unggul, maju, dan terpandang. Untuk mencapai visi tersebut, PT
PERTAMINA memiliki beberapa misi, yaitu
1. Melakukan usaha dalam bidang energi dan petrokimia
2. merupakan entitas bisnis yang dikelola secara profesional, kompetitif dan berdasarkan
tata nilai unggulan.

D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-3

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

3. Memberikan nilai lebih bagi para pemegang saham, pelanggan, pekerja dan
masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
PT PERTAMINA juga memiliki peranan penting dalam pembangunan bangsa, yaitu :
1. Menyediakan dan menjamin pemenuhan dalam negeri akan kebutuhan BBM
2. Sebagai sumber devisa negara.
3. Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih teknologi dan pengetahuan
kepada masyarakat.
Sejalan dengan pembangunan yang meningkat pesat, kebutuhan akan produk minyak bumi
terus meningkat. Untuk itu perlu dibangun Refinery Unit minyak bumi guna memenuhi
kebutuhan yang semakin meningkat tersebut.PERTAMINA memiliki unit unit operasi yang
tersebar di seluruh Indonesia yang meliputi beberapa operasi ekspolarasi dan produksi, 7
Refinery Unit, 8 Unit Pemasaran Dalam Negeri dan Unit Penunjang lainnya (PKK, Umum,
Keuangan)
Unit unit pengolahan minyak dan gas bumi yang dikelola oleh pertamina terbagai
atas 7 lokasi yaitu:
1. RU I Pangakalan Brandan (Sumatra Utara), sudah tidak beroperasi sejak tahun
2006
2. RU II Dumai dan Sungai Pakning (Riau), Kapasitas 170.000 barrel/ hari
3. RU III Plau dan Sungai Gerong (Sumatera Selatan), kapasitas 135.000 barrel/hari
4. RUIV Cilacap (Jawa Tengah), kapasitas 348.000 barrel/hari
5. RU V Balikpapan (Kalimantan Timur),kapasitas 270.000 barrel/hari
6. RU VI Balongan (Jawa Barat), kapasitas 125.000 barrel/hari
7. RU VII Kasim (Papua Barat), kapasitas 10.000 barrel/hari

Gambar II.1.1. LokasiUnit Pengolahan PertaminaSeluruh Indonesia


D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-4

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

Pembangunan kilang minyak Cilacap merupakan salah satu dari unit-unit pengolahan
yang ada di Indonesia.Pertamina Refinery Unit IV Cilacap berada dibawah tanggungjawab
Direktorat Pengolahan Pertamina. Refinery Unit IV Cilacap ini merupakan unit pengolahan
terbesar dan terlengkap hasil produksinya. Pembangunan kilang minyak Cilacap dilaksanakan
dalam lima tahap yaitu Kilang Minyak

I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene,

Debottlenecking Project dan Kilang SRU.

DIAGRAM SEDERHANA
PROSES PT. PERTAMINA RUIV
Fuel Oil
Complex
II

HEAVY
NAPTHA

Domestic
230 MB
230 MB

Fuel Oil
Complex
I

Long
Residue
Mid East
118 MB

Gas
LPG
Gasoline
Kerosene / Avtur
ADO / IDO
LSWR
IFO

KIlang
Paraxylene
Cilacap

Gas
LPG
Gasoline
p-Xylene
Benzene
Heavy Aromate

Base Oil
Parafinic
Extract / Minarex
Asphalt
Slack Wax
IFO

Lube Oil
Complex
I / II / III

Non-BBM

BBM

Gambar II.1.2 Diagram Blok Proses Pertamina RU-IV


Refinery Unit IV Cilacap merupakan salah satu unit kilang minyak PT Pertamina
(persero) yang memiliki kapasitas terbesar dan yterlengkap fasilitasnya ditanah air. Kapasitas
terpasang kilang ini sebesar 348.000 barrel/hari dengan luas area kilang dan perkantoran
226,39 Ha.
Tujuan pembangunan kilang minyak ini di Cilacap adalah untuk memenuhi kebutuhan
BBM bagi masyarakat Pulau Jawa, mengingat secara geografis posisi kilang Cilacap terletak
di sentral pulau Jawa,mengingat secara geografis posisi kilang cilacap terletak disentral pulau
Jawa atau dekat dengan konsumen terpadat penduduknya diIndonesia.disamping itu juga

D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-5

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

untuk mengurangi ketergantungan impor BBM dari luar negeri, dan sebagai langkah efisiensi
karena memudahkan supply distribusi.
II.2. Sejarah Perkembangan Kilang Minyak I
Pembangunan kilang minyak I Cilacap dimulai tahun 1974 dan mulai beroperasi pada
24 Agustus 1976 setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto. Kilang ini dirancang oleh Shell
International Petroleum Maatschappij (SIPM), sedangkan kontraktornya adalah Flour
Eastern Inc yang dibantu oleh beberapa sub kontraktordari perusahan nasional Indonesia dan
asing. Selaku pengawas dalam pelaksanaan proyek ini adalah Pertamina.
Kilang Minyak I didesain untuk menghasilkan produk BBM dan Non BBM (Minyak
dasar pelumas dan aspal). Oleh karena itulah bahan baku kilang ini adalah Crude Oil dari
Timur Tengah ,yaitu Arabian Light Crude (ALC) yang kadar sulfurnya cukup tinggi
(sekitar1,88% berat). Kandungan sulfur dalam minyak mentah dibutuhkan untuk menjaga
stabilitas oksidasi pada komponen Lube Base Oil. Kandungan sulfur dalam aspal juga dapat
meningkatkan ketahanan aspal terhadap deformasi dan cuaca yang berubah-ubah. Namun,
kandungan sulfur tidak boleh terlalu tinggi supaya tidak menyebabkan korosi pada peralatan
proses. Sementara untuk saat ini,bahan baku kilang ini bukan hanya ALC melainkan juga
Iranian Light Crude (ILC) dan Basrah Light Crude (BLC).
Kilang ini dirancang dengan kapasitas produksi 100.000 barrel/hari tetapi karena
meningkatnya kebutuhan konsumen , kapasitas ini ditingkatkan menjadi 118.00 barrel/hari
melalui Debottlenecking Project pada tahun 1997/.1998. Kilang Minyak I Pertamina Refinery
Unit IV Cilacap meliputi :
a. Feul Oil Complex (FOC I), untuk memproduksi BBM
b. Lube Oil Complex (LOC I), untuk memproduksi bahan baku minyak pelumas (lube
base oil) dan aspal.
c. Utilities Complex I (UTL I), menyediakan semua kebutuhan utilities dari unit-unit
proses seperti steam,listrik, angina instrument, air pendingin serta fuel system.
d. Offsite Facilities, yaitu sebagi fasilitas penunjang yang terdiri dari tangki tangki
storage, flare system, utilitas dan environment system,

D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-6

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

Berikut adalah kapasitas desain tiap unit pada FOC Idan LOC I
FOC I

LOC I

Unit

Kapasitas

Unit

Kapasitas

(Ton/hari)
CDU I
13.650
High Vacuum Unit I (HVU I)
Naphta Hydrotreater (NHDT)
2.275
Propane Deashalting Unit I
Gas Oil To HDS
2.300
Furtural Extraction Unit I
Platformer I
1.650
MEK Dewaxing Unit I
Propane Manufacturing
43,5
Merox Treater
1.940
Tabel II.2.1. Kapasitas desain tiap unit pada FOC I

(Ton/hari)
3.184
784
991 1.580
226 - 337

FUEL GAS
PMF

STAB/

NHT

SPLIT
KERO MEROX

PLATFORME

LPG
GASOLINE/
PREMIUM
AVTUR

KEROSENE
LGO

MIDDLE

EAST

CDU

ADO / IDO

HDS

HGO

CRUDE
to LOC

Gambar II.2.1. Diagram Blok Feul Oil Complex I

ADO

VGO

I
LONG
RESIDUE

HVU
I, II

F
E
U

II

H
T
U

M
D
U

HVI-60

II

HVI-95

III

HVI-160S

HVI-650
SLACK WAX
MINAREX

D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
SHORT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
INSTITUT
PROPANE ASPHALT
RESIDUE

PDU I, II, III

II-7
ASPHALT
BLENDING

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

Gambar II.2.2.Diagram Blok Lube Oil Complex I


II.3. Sejarah Perkembangan Kilang Minyak II
Kilang Minyak II dibangun pada tahun 1981 untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam
negeri yang terus meningkat. Setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 4
Agustus 1983, kilang ini memulai operasinya. Kompleks BBM (Fuel Oil Complex II) di
kilang ini dirancang oleh Universal Oil Product (UOP) sedangkan Kompleks Bahan Dasar
Minyak Pelumas (Lube Oil Complex II dan III) dirancang oleh Shell International Petroleum
Maatschappij (SIPM), dan offsite facilities oleh Fluor Eastern Inc. Kontraktor utama untuk
pembangunan kilang ini adalah Fluor Eastern Inc. dan dibantu oleh kontraktor-kontraktor
nasional.
Kilang II dirancang terutama untuk mengolah minyak mentah dalam negeri karena
sebelumnya minyak mentah dalam negeri diolah di kilang minyak luar negeri kemudian baru
masuk kembali ke Indonesia dalam bentuk BBM dan cara seperti ini sangatlah tidak efisien.
Kilang ini mengolah minyak mentah dalam negeri yang kadar sulfurnya lebih rendah
daripada minyak mentah Timur Tengah. Awalnya, minyak mentah domestik yang diolah
merupakan campuran dari 80% Arjuna Crude (kadar sulfurnya 0,1 % berat). Dalam
perkembangannya, bahan baku yang diolah adalah minyak cocktail yang merupakan
campuran dari minyak mentah dalam dan luar negeri.
Sebelum diadakan Debottlenecking Project pada tahun 1998/1999, kapasitas Kilang
Minyak II hanya 200.000 barrel/hari tetapi setelah diadakan proyek tersebut, kapasitasnya

D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-8

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

meningkat menjadi 230.000 barrel/hari. Kilang Minyak II Pertamina Refinery Unit IV


Cilacap meliputi :
a. Fuel Oil Complex II (FOC II) yang memproduksi BBM.
b. Lube Oil Complex II (LOC II) yang memproduksi bahan dasar minyak pelumas dan
aspal
c. Lube Oil Complex III (LOC III) yang juga memproduksi bahan dasar minyak pelumas
dan aspal
d. Utilities Complex II (UTL II) yang fungsinya sama dengan UTL I.
Kapasitas desain tiap unit pada FOC II dan LOC II/III dapat dilihat pada Tabel 1.2
FOC II

LOC II
Kapasitas

Unit

Kapasitas

Unit

(ton/hari)
(ton/hari)
CDU II
26.680
High Vacuum Unit II
2.238
NHT II
2.500
Propane Deasphalting Unit II
583
AH Unibon
2.680
Furfural Extraction Unit II
478-573
Platformer II
2.440
MEK Dewaxing Unit II
226-377
LPG Recovery
730
Naphtha Merox
1.620
THDT
1.800
Visbreaker
8.387
Tabel II.3.1. Kapasitas Desain tiap Unit pada FOC II dan LOC II/III

FUEL GAS

LPG REC
FRACTIONATOR

KERO

NHT

PLATFORMER

LPG

GASOLINE/
PREMIUM
To

AH UNIBON

LDO

KEROSENE

HDO

CDU
D 3 TEKNIK KIMIA
DOMESTIC
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
VISBREAKER
CRUDE
INSTITUT
TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Paraxylene

ADO/IDO
NAPHTA MEROX

TDHT

II-9
IFO
LSWR

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

Gambar II.3.1. Diagram Blok Fuel Oil Complex II


ADO

VGO

I
LONG
RESIDUE

HVU
I, II

F
E
U

II

H
T
U

M
D
U

HVI-60

II

HVI-95

III

HVI-160S

HVI-650
SLACK WAX
MINAREX

SHORT
RESIDUE

PDU I, II, III


PROPANE ASPHALT

ASPHALT
BLENDING

Gambar II.3.2. Diagram Blok Lube Oil Complex II/III

II.4. Sejarah Perkembangan Kilang Paraxylene


Berdasarkan pertimbangan adanya bahan baku nafta yang cukup, sarana pendukung
berupa dermaga, tangki, dan utilitas, serta peluang pasar baik di dalam maupun luar negeri
yang terbuka lebar, maka Pertamina RU-IV membangun Kilang Paraxylene. Kilang yang
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-10

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

dirancang oleh Universal Oil Product (UOP) ini dibangun pada tahun 1988 oleh kontraktor
Japan Gasoline Corporation (JGC) dan memulai operasinya setelah diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 20 Desember 1990. Tujuan pembangunan kilang ini adalah
untuk mengolah nafta dari FOC II menjadi produk-produk petrokimia, yaitu paraxylene dan
benzene sebagai produk utama serta raffinate, heavy aromate, toluene, dan LPG sebagai
produk sampingan. Total kapasitas produksi dari kilang ini adalah 270.000 ton/tahun.
Pertamina RU-IV semakin penting dengan adanya kilang Paraxylene, karena dengan
mengolah naphta 590.000 ton/tahun menjadi produk utama paraxylene, benzene, dan produk
samping lainnya, otomatis Pertamina RU-IV menjadi satu-satunya unit pengolahan minyak
bumi di Indonesia yang terintegrasi dengan industri Petrokimia.
Paraxylene yang dihasilkan sebagian digunakan sebagai bahan baku pabrik Purified
Terepthalic Acid (PTA) pada pusat aromatik di Plaju, Sumatera Selatan. Hal ini merupakan
suatu bentuk usaha penghematan devisa sekaligus sebagai usaha peningkatan nilai tambah
produksi kilang BBM, sedangkan sebagian lagi diekspor ke luar negeri. Sementara, seluruh
benzene yang dihasilkan diekspor ke luar negeri. Produk-produk sampingan dari kilang ini
dimanfaatkan lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Kilang Paraxylene meliputi beberapa unit dengan kapasitas masing-masing unitnya
dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Heavy
Naphta

Unit

Kapasitas (ton/hari)

NHT

1.791

CCR / Platformer

1.791

Sulfolane
Tatoray

1.100
1.730

Xylene Fractionator

NHT/Platformer

Sulfolane

4.985

LPG/Fuel
Gas
Benzene

Parex
4.440
Isomar
3.590
Tabel II.4.1. Kapasitas Desain tiap Unit di Kilang Paraxylene
Tatoray

Xylene Column

Parex

Paraxylene

Isomar
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Heavy II-11
Aromate to
DO

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

Gambar II.4.1. Kilang Paraxylene


II.5. Sejarah Perkembangan Kilang LPG dan Sulphur Recovery Unit
Pemerintah berencana untuk mengurangi kadar emisi SOx pada buangan. Untuk
mendukung komitmen terhadap lingkungan pada tanggal 27 Februari 2002, Pertamina RU-IV
membangun kilang SRU dengan luas area proyek 24.200 m 2 yang terdiri dari unit prose dan
unit penunjang. Proyek ini dapat mengurangi emisi gas dari kilang RU IV, khususnya SO 2
sehingga emisi yang dibuang ke udara akan lebih ramah terhadap lingkungan. Kilang ini
mengolah off gas dari berbagai unit di Pertamina RU-IV menjadi produk berupa sulfur cair,
LPG, dan condensate.
Dengan melakukan treatment terhadap 9 stream sour gas (sumber gas) dengan
jumlah total sebesar 600 metrik ton/hari dapat diperoleh produk sulfur cair sebanyak 59-68
metrik ton/hari, produk LPG sebanyak 324-407 metric ton/hari dan produk condensate (C5+)
sebanyak 28-103 metrik ton/hari. Sedangkan hasil atas yang berupa gas dengan kandungan
H2S sangat rendah dari Unit LPG Recovery akan dikirimkan keluar sebagai fuel sistem.

HP
HDS
GAS
LP SOUR
STREAM (8)

HP
Amine
Treating
Compressin &
LP Amine
Reating

HIDROGEN
TO PSA

Mol. Sieve
Dehydrati
on Lean

Fuel
Gas
Compression
&
Refrigeration

Amine
Acid
Gas
D 3 TEKNIK KIMIA
Amine
Sulfur
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Regenerat
Recover
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
ion
y
Rich
Amine

LPG

LPG

Recover
y

Treating

LPG
Condensa
te

Sulfur

II-12

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

Gambar II.5.1. Blok Diagram LPG dan Sulphur Recovery

II.6. Sejarah Perkembangan Proyek Debottlenecking


Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan di Indonesia, kebutuhan akan BBM,
minyak pelumas, dan aspal juga meningkat. Sebagai upaya untuk memenuhinya, Pertamina
merealisasikan Proyek Debottlenecking RU-IV Cilacap yang dibangun pada awal tahun 1996
dan mulai beroperasi pada awal Oktober 1998. Sebenarnya kegiatan perencanaan proyek ini
sudah dimulai sejak tanggal 16 Desember 1995 dan yang bertindak sebagai pelaksana EPC
(Engineering, Procurement, and Construction) Contract adalah Fluor Daniel. Sementara
perancang dan pemilik lisensi untuk Lube Oil Complex adalah SIPM (Shell International
Petroleum Maatschppij).
Pendanaan Proyek Debottlenecking Cilacap (DPC) berasal dari pinjaman dari 29 bank
dunia yang dikoordinir oleh CITICORP dengan penjamin US Exim Bank. Dana yang
dipinjam sebesar US$ 633 juta dengan pola Tyrustee Borrowing Scheme. Sedangkan sistem
penyediaan dananya adalah Non Recourse Financing artinya pengembalian pinjaman
berasal dari hasil penjualan produk yang dihasilkan oleh proyek sehingga dana pinjaman
tersebut tidak membebani anggaran Pemerintah maupun cash flow Pertamina.
Tenaga kerja tambahan untuk proyek Debottlenecking Cilacap (DPC) sebagian besar
diambil dari tenaga lokal, dimana pada puncak penyelesaian proyek mencapai sekitar 3000
orang yang terdiri dari tenaga kerja lokal, nasional dan asing.
Tujuan dari proyek ini adalah untuk :
a. Meningkatkan kapasitas produksi Kilang Minyak I dan II dalam rangka memenuhi
kebutuhan BBM dalam negeri,
b. Meningkatkan kapasitas produksi Lube Oil Plant dalam rangka memenuhi kebutuhan
Lube Base Oil dan Asphalt,
c. Menghemat / menambah devisa negara.
Lingkup dari proyek ini adalah :
a.

Modifikasi FOC I dan II, LOC I dan II, dan Utilities II / offsite,

b.

Pembangunan LOC III (Lube Oil Complex III),

D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-13

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

c.

Pembangunan Utilities III dan LOC III Tankage,

d.

Modernisasi Insrumentasi Kilang dengan DCS (Distributed Control System).


Berbagai pekerjaan yang dilakukan pada masing-masing area selama proyek

Debottlenecking dapat dilihat pada Tabel 1.4.


Tabel II.6.1. Jenis Pekerjaan dalam Proyek Debottlenecking Cilacap
Lokasi
FOC I

Unit
CDU

Jenis Pekerjaan
- Penambahan Crude Desalter, Preflash Drum
- Modifikasi / penambahan tray pada Crude Splitter,
Product

NHT
Kerosene Merox
Treating
SWS
Lain-lain
FOC II

CDU

Side Stripper, Naphtha Stabilizer dan Gasoline Splitter


Modifikasi / penambahan peralatan
Modifikasi peralatan
Modifikasi / penambahan peralatan
- Modifikasi / penambahan pumping dan piping system
- Modifikasi / penambahan heat exchange system
- Penambahan Crude Desalter
- Modifikasi / penambahan tray pada Crude Splitter,
Product

HVU I
Lain lain

Side Stripper, Naphtha Stabilizer dan Gasoline Splitter


Modifikasi / penambahan peralatan
Modifikasi / penambahan peralatan
Modifikasi / penambahan peralatan
- Modifikasi / penambahan pumping dan piping system
- Modifikasi / penambahan heat exchange system
Modifikasi / penambahan peralatan
Rekonfigurasi / penambahan heat exchange, pumping

HVU II
PDU II
FEU II
HOS II
Lain-lain

tankfarm dan piping system


Modifikasi / penambahan peralatan
Modifikasi / penambahan peralatan
Modifikasi / penambahan peralatan
Modifikasi / penambahan peralatan
Rekonfigurasi / penambahan heat exchange, pumping

AH Unibon
LPG Recovery
SWS
Lain-lain
LOC I

LOC II

tankfarm dan piping system


Lokasi
LOC III

Utilities/
Offsite

Jenis Pekerjaan
Pembangunan PDU III
Pembangunan MDU III
Pembangunan HTU / RDU
Pembangunan new tankage, pumping dan piping system
Pembangunan Power Generation 8 MW dan Distribution System
Pembangunan Boiler 60 ton /hari beserta BFW dan SteamDistribution
System

D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-14

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

Modifikasi / penambahan peralatan pada Flare System


Pembangunan Instrument Air
Pembangunan tangki penimbun Asphalt dan Lube Oil
Modifikasi / penambahan kolam pengolah limbah
Modifikasi / penambahan Cooling Water System
Dengan selesainya proyek ini, kapasitas pengolahan Kilang Minyak I meningkat
118.000 barrel/hari, dan Kilang Minyak II meningkat menjadi 230.000 barrel/hari. Total
kapasitas keseluruhan menjadi 348.000 barrel/hari. Sementara kapasitas produk minyak dasar
pelumas (lube base oil) meningkat menjadi 428.000 ton/tahun. Produksi aspal juga
mengalami peningkatan dari 512.000 ton/tahun menjadi 720.000 ton/tahun. Perbandingan
kapasitas produksi tiap kilang sebelum dan sesudah Proyek Debottlenecking dapat dilihat
pada Tabel 1.5, 1.6, dan 1.7.

Tabel II.6.2. Perbandingan Kapasitas Produksi Sebelum dan Sesudah Proyek


Debottlenecking pada FOC I (dalam barrel/hari)
Unit
CDU
NHT
Kerosene-Merox

Hasil Produksi
Fraksi minyak
Naptha dan gasoline
Avtur/kerosene

Sebelum
100.000
20.000
15.708

Sesudah
118.000
25.600
17.300

Kenaikan
18.000 (18%)
5.600 (28%)
1.592 (10,13%)

Tabel II.6.3. Perbandingan Kapasitas Produksi Sebelum dan Sesudah Proyek Debottlenecking
pada FOC II (dalam barrel/hari)
Unit
CDU
AH Unibon
LPG Recovery

Hasil Produksi
Fraksi minyak
Kerosene
Gas Propane/Butane

Sebelum
200.000
20.000
7.321

Sesudah
230.000
23.000
7.740

Kenaikan
30.000 (15 %)
3.000 (15 %)
419 (5,72%)

Tabel II.6.4. Perbandingan Kapasitas Produksi Sebelum dan Sesudah Proyek


Debottlenecking pada LOC I/II/III (dalam ton/tahun)
Unit
Lube Base Oil
Asphalt
LPG Recovery

Hasil Produksi
HVI 60/100/160S/650
Asphalt
Gas Propane/Butane

D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Sebelum
255.000
512.000
7.321

Sesudah
428.000
720.000
7.740

Kenaikan
173.000 (69 %)
208.000 (40.63%)
419 (5,72 %)

II-15

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

Dengan demikian kapasitas desain FOC I, FOC II, LOC I, II, dan III mengalami
perubahan seperti terlihat pada Tabel 1.8 dan 1.9 seperti di bawah ini.
Tabel II.6.5. Kapasitas Desain Baru FOC I dan II Pertamina RU IV Cilacap
FOC I
Unit
CDU I
NHT I
Gas Oil HDS
Platformer I
Propane Manufacturing
Merox Treater
Sour Water Stripper

FOC II
Kapasitas
(ton/hari)
16.126
2.805
2.300
1.650
43,5
2.116
780

Unit
CDU II
NHT II
AH Unibon
Platformer II
LPG Recovery
Naphtha Merox
SWS
THDT
Visbreaker

Kapasitas
(ton/hari)
30.680
2.441
3.084
2.441
636
1.311
2.410
1.802
8.390

Tabel II.6.6. Kapasitas Desain Baru LOC I, II, & III Pertamina RU IV Cilacap
Unit
HVU
PDU
FEU
MDU
Hydrotreating Unit
II.3.

LOC I
2.574
538
478-573
226-337
-

Kapasitas (ton/hari)
LOC II
3.883
784
1786-2270
501-841
-

LOC III
784
501-841
1700

Lokasi dan Tata Letak


Lokasi perusahaan adalah hal penting yang akan menentukan kelancaran perusahaan

dalam menjalakan operasinya. Demikian pula dalam menentukan lokasi kilang. Hal-hal yang
menjadi pertimbangan meliputi biaya produksi, biaya operasi, dampak social, kebutuhan
bahan bakar, sarana, studi lingkungan dan letak geografis.
Pertamina RU IV Cilacap terletak di desa Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah,
Kabupaten Cilacap, Jawa tengah. Beberapa pertimbangan dipilihnya Cilacap sebagai lokasi
kilang adalah :
a. Studi kebutuhan BBM menunjukkan bahwa konsumen terbesar adalah penduduk
pulau jawa.
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-16

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

b. Daerah Cilacap dan sekitarnya telah direncanakan oleh pemerintah sebagai pusat
pengembangan produksi untuk wilayah Jawa bagian selatan
c. Terdapat jaringan pipa Maos -Jogjakarta dan Cilacap -Padalarang sehingga
penyaluran produksi bahan bakar minyak menjadi lebih mudah
d. Tersedianya sarana pelabuhan alami yang sangat ideal karena lautnya cukup dalam
dan tenang karena terlindung pulau Nusakambangan
Atas dasar pertimbangan tersebut maka dengan adanya areal tanah yang tersedia dan
memenuhi persyaratan untuk pembangunan kilang minyak, maka Refinery Unit IV dibangun
di Cilacap dengan luas area total yang digunakan adalah 526 Ha.
Tata letak kilang minyak Cilacap beserta sarana pendukung yang ada adalah sebagai
berikut :
1. Areal kilang minyak dan perluasan

227 +73 ha

2. Areal terminal dan pelabuhan

22,5

ha

3. Areal pipa track dan jalur jalan

10,5

ha

4. Areal perumahan dan sarananya

87,5

ha

5. Areal rumah sakit dan lingkungannya

27

ha

6. Areal lapangan terbang

70

ha

7. Areal kilang paraxylene

ha

526,5

ha

Total

Pertamina Refinery Unit IV Cilacap terdiri dari unit-unit proses dan sarana penunjang
yang terbagi dalam beberapa area yaitu :
1. Area 10
Fuel Oil Complex I meliputi :
No. Unit
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Nama Unit
Crude Distillation Unit ( CDU I )
Naphtha Hydrotreater Unit ( NHT I )
Hydro Desulfurizer Unit ( HDS )
Platformer Unit
Propane Manufacturer Unit ( PMF )
Meroxtreater Unit
Sour Water Stripper Unit ( SWS )
Nitrogen Plant
CRP Unit / Hg Removal

D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-17

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

2. Area 01
Fuel Oil Complex II meliputi :
No. Unit
008
009
011
012
013
014
015
016
017
018
019

Nama Unit
Caustic and Storage Unit
Nitrogen Plant
Crude Distillation Unit ( CDU ) II
Naphtha Hydrotreater Unit ( NHT ) II
Aromatic Hydrogenation ( AH ) Unibon Unit
Continuous Catalytic Regeneration ( CCR ) Platformer Unit
Liquified Petroleum Gas ( LPG ) Recovery Unit
Minimize Alkalinity Merchaptan Oxidation (Minalk Merox)
Treater Unit
Sour Water Stripper Unit ( SWS ) II
Thermal Distillate Hydrotreater Unit
Visbreaker Thermal Cracking Unit

3. Area 20
Lube Oil Complex I, meliputi :
No. Unit
21
22
23
24
25
4. Area 02

Nama Unit
Hight Vacuum Unit ( HVU ) I
Propane Deasphalting Unit ( PDU ) I
Fulfural Extraction Unit ( FEU ) I
Methyl Ethyl Ketone ( MEK ) Dewaxing Unit ( MDU ) I
Hot Oil System I

Lube Oil Complex II, meliputi :


No. Unit
021
022
023
024
025
5. Area 30

Nama Unit
Hight Vacuum Unit ( HVU ) II
Propane Deasphalting Unit ( PDU ) II
Fulfural Extraction Unit ( FEU ) II
Methyl Ethyl Ketone ( MEKL ) Dewaxing Unit ( MDU ) II
Hot Oil System II

Tangki-tangki BBM, meliputi :


No. Unit
31

32
33
34

Nama Unit
Tangki-tangki Gasoline dan vessel penambahan TEL FOC I dan
Platformer feed Tank
Tangki-tangki kerosene dan AH Unibon feed Tank
Tangki-tangki Automative Diesel Oil ( ADO )
Tangki-tangki Industrial Fuel Oil ( IFO )
Tangki-tangki komponen IFO dan HVU feed

D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-18

LAPORAN KERJA PRAKTEK

35
36
37
38
6. Area 40

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

Tangki-tangki Tangki-tangki Mogas dan Heavy Naphtha


Tengki-tangki Penambahan TELFOC II
Tangki-tangki LSWR dan IFO
Tangki-tangki ALC , BLC dan ILC sebagai umpan FOC I

Tangki-tangki Non BBM, meliputi :


No. Unit
41
42
43
44
45
46
47
48
7. Area 50

Nama Unit
Tangki-tangki Lube Oil
Tangki-tangki Bitumen
Tangki-tangki Long Residue
Gasoline station, Bengkel, Gudang dan Pool Alat Berat
Tangki-tangki Feed FOC II
Tangki-tangki mixed LPG
Flare system
Drum Plant, untuk pengisian aspal

Utilities Complex I, meliputi :


No. Unit
51
52
53
54
55
56
57

Nama Unit
Pembangkit Tenaga Listrik
Unit Steam Generator
Unit Sistem Air Pendingin
Unit Pengolahan Air
Unit Sistem Air Pemadam Kebakaran
Unit Sistim Udara Tekan
Unit Sistim Pengadaan Fuel Oil Dan Fuel Gas

8. Area 05
Utilities Complex II, meliputi :
No. Unit
051
052
053
054
055
056
057
9. Area 60

Nama Unit
Pembangkit Tenaga Listrik
Unit Steam Generator
Unit Sistem Air Pendingin
Unit Pengolahan Air
Unit Sistem Air Pemadam Kebakaran
Unit Sistim Udara Tekan
Unit Sistim Pengadaan BBM Dan Gas

Jaringan Oil Movement dan Perpipaan, meliputi :


D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-19

LAPORAN KERJA PRAKTEK

No. Unit
61
62
63
64
66
67
68
10. Area 70

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

Nama Unit
jaringan Pipa dari dan ke Unit Terminal Minyak Area 70
Cross Country Pipe Line
Stasiun Pompa Air Sungai
Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG dan Paraxylene
Tangki-Tangki Balast Dan Bunker
Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG, dan Paraxylene
Dermaga Pengapalan LPG

Terminal minyak mentah dan produk, meliputi :


No. Unit
Nama Unit
71
Tangki-tangki minyak mentah feed FOC II dan Bunker
72
Crude Island Board
73
Dermaga pengapalan Minyak dan Penerimaan Crude Oil
11. Area 80
Kilang Paraxylene, meliputi :
No. Unit
81
82
84
85
86
87
88
89

Nama Unit
Nitrogen Plant Unit
Naphtha Hydrotreater Unit
CCR Platformer Unit
Sulfolane Unit
Tatoray Unit
Xylene Fractionation Unit
Parex Unit
Isomar Unit

12. Area 90
LPG dan Sulphur Recovery Unit, meliputi :
No. Unit
90
91
92
93
94
95
13. Area 200

Nama Unit
Utility dan Deader System
Gas Treating Unit
LPG Recovery Unit
Sulphur Recovery Unit
Tail Gas Unit
Refrigerator Unit

Lube Oil Complex III, meliputi :


No. Unit
Nama Unit
220
Propane Deasphalting Unit
240
MEK Dewaxing Unit
260
Hight Vacuum Unit
14. Area 500
Utilities IIA, meliputi :
D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-20

LAPORAN KERJA PRAKTEK

No. Unit
510
520
530
560

PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP

Nama Unit
Pembangkit Tenaga Listrik
Steam Generator Unit
Cooling Water System
Unit Sisitem Udara Tekan

D 3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II-21

Anda mungkin juga menyukai