Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Latansa Dina
NIM : 1110103000070
KATA PENGANTAR
Penulis
vi
ABSTRAK
Latansa Dina. Program Studi Pendidikan Dokter. Prevalensi Presbikusis
Dan Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Lanjut Usia Di Balai Perlindungan
Sosial Provinsi Banten.
Presbikusis adalah penurunan pendengaran yang bersifat degeneratif. Faktor
predisposisi yang mempengaruhi diantaranya tekanan darah tinggi, diabetes
mellitus, hiperkolesterolemia, dan merokok. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada prevalensi presbikusis di Balai Perlindungan Sosial
Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan dengan cara pemeriksaan tekanan darah,
pemeriksaan menggunakan rapid glucose test, rapid cholesterol test dan
melakukan wawancara kuosioner. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
rancangan penelitian cross sectional, teknik pengambilan sampel yakni cluster
sampling. Sampel penelitian berjumlah 59 orang. Hasil pada penelitian ini
ditemukannya prevalensi presbikusis sebesar 2,1%.
Kata Kunci : Presbikusis, pendengaran, degeneratif
ABSTRACT
Latansa Dina. Medicine Education Program. Prevalence of Presbycusis and
Risk Factors That Affecting Elderly in Balai Perlindungan Sosial Provinsi
Banten.
Presbycusis is a degenerative hearing loss. Predisposing factors that influence
them are hypertension, diabetes mellitus, hypercholesterolemia, and smoking.
This study aims to determine whether there is prevalence of presbycusis in Banten
Province Institute of Social Protection. The research was conducted by measure
the blood pressure checks, glucose checks using the rapid test, rapid cholesterol
test and questionnaire interview. The research being done with using cross
sectional research design, sampling techniques which cluster sampling. Sample
was 59 people. The results in this study found the prevalence of presbycusis by
2.1%.
Key word: Presbycusis, hearing, degenerative.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL...
ii
iii
iv
ABSTRAK.. ............................................................................................
vi
vii
2.2.2 Klasifikasi.........................................................................
10
2.5. Presbikusis...................................................................................
11
11
2.5.2 Patologi.............................................................................
11
12
14
14
2.5.6 Tatalaksana........................................................................
18
viii
2.5.7 Prognosis...........................................................................
19
20
21
22
24
3.1. Desain...................................................
24
24
24
3.4. Populasi........................................................................................
24
24
24
25
25
25
29
30
30
30
31
33
4.2. Pembahasan..................................................................................
35
37
39
5.1. Kesimpulan.......
39
5.2. Saran.....
39
DAFTAR PUSTAKA.
40
ix
DAFTAR TABEL
15
28
Tabel 4.2:Distribusi data berdasarkan hasil tekanan darah, kadar glukosa, kadar
kolesterol dan kebiasaan merokok.........................................................................
29
30
30
32
33
33
34
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Presbikusis adalah gangguan pendengaran sensorineural yang merupakan
Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
-
Menentukan
prevalensi
terjadinya
presbikusis
pada
Balai
pada
lansia
Menentukan
hubungan
presbikusis
yang
terjadi
1.3.2
Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
-
c. Bagi Institusi
-
d. Bagi Keilmuan
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
kulit. Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral,dan bertulang di
sebelah medial. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan
terhadap
liang
telinga,
sementara
prosesus
mastoideus
terletak
Telinga
Telinga
Telinga
luar
tengah
dalam
Duktus
semisirkularis
Nervus fasialis
Nervus vestibularis
heliks
Nervus koklear
aurikula
Koklea
Tulang temporal
Koklear window
Kanalis
Kavitas timpani
akustikus
Tuba eustachius
eksternus
Tulang
osikel
Membran
lobe
timpani
Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu setengah
putaran.Rongga koklea bertulang dibagi menjadi tiga bagian oleh duktus koklearis
yang panjangnya 35mm dan berisi endolimfe.Terletak diatas membran basilaris
dari basis ke apeks adalah organ corti dan membran reissner yang tipis dan
mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf pendengaran.
Didalam membran corti banyak terdapat sel rambut,sel rambut tersebut berfungsi
untuk merubah gaya mekanik menjadi sebuah impuls elektrokimiawi yang
dihasilkan sebagai bunyi.1,10
Organ corti mempunyai peran pada transduksi sinyal dengan menggunakan
sel-sel rambut sensoris. Rambut-rambut sensoris terbagi menjadi 2 bagian, pada
bagian
dalam
terdapat
satu
baris
dengan
jumlah
sekitar
3.000
sel
Stereosilia
Membran tektorial
Sel
rambut
dalam
Sel
Serabut saraf
penyokong
Membran basilar
Pada setiap 15.000 sel rambut yang berada di koklea dipersarafi oleh sekitar
30.000 neuron aferen. Masing-masing sel rambut dalam di sarafi oleh banyak
neuron,namun hanya sebagian kecil sel rambut luar yang dipersarafi oleh neuron
aferen. Serabut ini berjalan ke inti koklearis dan ventralis. Serabut ini berjalan ke
atas melewati garis tengah menuju kolikulus inferior kontralateral,namun terdapat
sebagian yang berjalan ipsilateral. Penyilangan juga terdapat lemniskus lateral lalu
masuk ke korpus genikulatum kemudian ke korteks pendengaran di lobus
temporalis.1
Gelombang berjalan disepanjang membran basilaris,menggerakkan dasar
apeks koklea dan timbul rangsangan suatu respons seperti piston yang terdapat
pada bagian stapes telinga tengah. Gelombang yang berjalan dan menghasilkan
gelombang tinggi pada membran basalis untuk nada frekuensi tinggi sedangkan
apeks untuk nada frekuensi rendah. 12
Jumlah sel rambut luar lebih banyak dibandingkan sel rambut dalam, 90%
serabut saraf sensorik di rangsang oleh sel rambut dalam.Sel rambut luar memiliki
peranan penting dalam mengatur sensitivitas di berbagai nada suara karena ketika
ada gelombang suara masuk akan ditangkap terebih dahulu oleh sel rambut luar.
Ketika sel rambut luar mengalami kerusakan dan sel rambut bagian dalam masih
baik, maka akan timbul kehilangan pendengaran yang cukup berat.
Dalam mendengar, terdapat tiga istilah yang penting yaitu nada suara (pitch
of sound), intensitas (keras-lemah) suara, dan kualitas suara (timbre of
sound).Nada suara ditentukan oleh frekuensi getaran.Frekuensi getaran adalah
jumlah getaran dalam satu detik.Semakin besar frekuensi getaran, maka semakin
tinggi nada suara yang dihasilkan. Manusia memiliki kemampuan untuk
mendengarkan getaran 20-20000 Hz (1 Hz = 1 getaran per detik) namun dapat
lebih sensitif pada getaran 1000-4000 Hz.12
Proses pendengaran
Menggetarkan
Gelombang
membran
Tulang
Menggetarkan
suara
timpani
osicle
oval window
bergetar
Perubahan
potensial
berjenjang
di reseptor
Adanya
frekuensi
Menekuknya
Getaran
Cairan
sel rambut di
membran
perilimfe
organ corti
basilaris
dalam koklea
bergetar
perubahan
Korteks
potensial
auditori
aksi di N.VIII
lobus
Persepsi
suara
temporalis
2.2
LANJUT USIA
2.2.1 Definisi
Lanjut usia adalah kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang
yang merupakan realita kehidupan yang memiliki dinamika tersendiri.
Penuaan atau aging adalah proses dimana keadaan tubuh tidak dapat
mempertahankan keseimbangan struktur dan fungsi normal, yang secara
perlahan kemampuannya akan menurun, sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi atau memperbaiki kerusakan yang terjadi didalam tubuh.
Lanjut usia menurut World Health Organisation (WHO) adalah seseorang
yang telah memasuki usia lebih dari 60 tahun. Pasien geriatri adalah pasien
lanjut usia dengan multipatologi (penyakit ganda).13,14
2.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi lanjut usia menurut World Health Organisation (WHO)
terbagi menjadi 4, yaitu diantaranya:
a)
b)
Elderly
c)
Old
d)
Very old
PROSES PENUAAN
Proses penuaan adalah proses menghilangnya kemampuan jaringan secara
penuaan
berdasarkan
spesies
tertentu
telah
terprogram
secara
genetik.Dalam suatu inti sel pada spesies tertentu terdapat suatu jam genetik yang
mengatur replikasi tertentu. Teori kedua yaitu teori mutasi genetik, teori ini
membahas bahwa mutasi genetik terjadi karena adanya faktor lingkungan
contohnya seperti radiasi dan bahan kimia yang dapat menyebabkan penurunan
fungsional pada sel. Terdapat satu hipotesis yang berhubungan dengan teori ini
yaitu Error Catastrophone,hipotesis ini menyebutkan bahwa terjadi kesalahan
pada proses translasi dan transkripsi dalam jangka waktu yang lama selama
kehidupan berlangsung. Pada presbikusis, strain yang berperan yaitu C57BL/6J
yang bilamengalami apoptosis maka akan menghasilkan protein pembawa mutasi
genetik.15,17
Teori mengenai rusaknya sistem imun tubuhmenyatakan bahwa rusaknya
imun tubuh merupakan lanjutan dari proses mutasi genetik yang berulang.Mutasi
genetik yang terjadi dipermukaan sel menyebabkan sistem imun tubuh
menganggap bahwa sel yang berubah tersebut adalah benda asing. Teori terakhir
yaitu mengenai kerusakan akibat radikal bebas,teori ini menjelaskan jika radikal
bebas dapat terbentuk didalam tubuh sebagai produk sampingan yang berasal dari
proses metabolisme mitokondria. Semakin bertambahnya usia semakin banyak
radikal bebas yang terbentuk sehingga menyebabkan kerusakan sel sampai dengan
kematian sel.15,17
10
2.4
GANGGUAN PENDENGARAN
Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh satu atau dua penyebab
bagian telinga yang tidak dapat berfungsi degan normal. Terdapat 2 jenis
gangguan pendengaran yaitu :
1.
mekanis dari telinga luar atau telinga tengah. Hal ini dapat terjadi karena
membran timpani tidak dapat menghantarkan bunyi dengan sempurna atau
tidak dapat bergetar dalam menanggapi bunyi. Gangguan konduktif ini
dapat terjadi karena penumpukan serumen, kerusakan tulang ossiclesyang
tepat berada di belakang telinga, benda asing yang terjebak di dalam lubang
telinga, dan scar pada lubang telinga yang disebabkan oleh infeksi
berulang.18
2.
pada daerah koklea atau dapat juga mengenai nervus koklearis. Gangguan
sensorineural ini bersifat irreversibel. Gangguan ini dapat disebabkan oleh
infeksi,penyakit sistemik, neuroma akustik, gangguan pendengaran akibat
usia (presbikusis),infeksi pada anak-anak (seperti meningitis,mumps,dan
campak),penyakit Meniere, pajanan suara keras, dan penggunaan obat-obat
tertentu yang mengakibatkan terhambatnya transmisi impuls ke otak.18,19
Proses degeneratif pada usia lanjut dapat mempengaruhi struktur fungsi
saraf, yang mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran pada telinga dalam.
Pada bagian gangguan pendengaran telinga dalam bersifat sensorineural.
Gangguan pendengaran sensorineural pada usia lanjut dapat disebabkan oleh
berkurangnya sel-sel rambut. Membran basal dapat mengalami degenerasi
sehingga menyebabkan penurunan frekuensi tinggi tanpa adanya penurunan
audiometri tutur. Sedangkan pada neuron koklea yang berkurang menyebabkan
penurunan audiometri tutur yang lebih buruk.20
11
PRESBIKUSIS
2.5.1 Definisi Presbikusis
Menurut Katz menyebutkan pengertian presbikusis adalah proses
normal penuaan yang menimbulkan gambaran gangguan pendengaran
sensorineural.Hal ini dapat diakibatkan karena terjadinya proses degenerasi
pada koklea yaitu di akson,sel ganglion atau berkurangya sel-sel rambut.
Pada audiogram pasienpresbikusis tercatat penurunan kurva yang bilateral
simetris sehingga menghasilkan gambarannya seperti kurva melandai
(gradually sloping).Kurva tersebut menggambarkan adanya penurunan
frekuensi pendengaran dengan perbedaan ambang dengar 6-10 dB.5,20
2.5.2Patologi
Presbikusis berdasarkan perubahan patologinya terbagi menjadi
4,yaitu diantaranya sensorik,neural,metabolik dan mekanik. Patologi yang
terjadi pada sensorik yaitu terdapat lesi yang terbatas pada koklea, dan
terdapat atrofi pada organ corti serta jumlah sel-sel rambut dan sel
penunjang yang berkurang. Pada patologi yang terjadi secara neural
disebabkan oleh berkurangnya sel neuron pada koklea dan jaras audiotorik.
Pada
proses
metabolik
timbul
karena
adanyaatrofi
stria
yaitu
patologi
yang
terjadi
secara
mekanik
yang
12
menjaga
keseimbangan
kimia
dan
bioelektrikal
serta
13
E. Obat Salisilat
Obat salisilat secara cepat memasuki perilimfe setelah
administrasi sistemik. Konsentrasi dalam perilimfe mencapai nilai
maksimal dalam 2 jam setelah injeksi intraperitoneal pada percobaan
binatang. Salisilat yang diberi kontras tritium dideteksi secara cepat
dalam pembuluh darah dari stria vaskularis dan ligamentum spiralis
Dalam satu jam, kontras tersebut ditemukan pada lorong luar organ
korti, di sekitar sel rambut luar, dan kanal rosenthal di sekitar sel
ganglion spiral.
Pada percobaan terhadap binatang juga didapatkan sodium
salisilat mengurangi potensial aksi nervus kranial VIII secara selektif.
Uji terhadap lesi pada sistem auditori pada pasien yang mengalami
14
sosial.
Masalah
sosial
yang
akan
terjadi
antara
lain
15
dinyatakan dalam getaran per detik. Frekuensi merupakan nada murni yang
dihasilkan oleh suatu benda bersifat sederhana. Ambang dengar ialah nada
murni terlemah yang masih dapat terdengar. Ambang dengar terbagi
menjadi dua berdasarkan sifat konduksi,yaitu konduksi udara (Air
Conduction) dan konduksi tulang (Bone Conduction). Pada audiogram jika
hasil Air Conduction (AC) dan Bone Conduction (DC) dihubungkan maka
dapat diketahui jenis ketulian dan derajat ketulian. Uji nada murni dapat
memberikan
informasi
mengenai
tingkatan
gangguan
Derajat ketulian
Klasifikasi
0-25 dB
Normal
>25-40 dB
Tuli ringan
>40-55 dB
Tuli sedang
>55-70 dB
>70-90 dB
Tuli berat
>90dB
16
2.
Audiometri Tutur
Tutur dapat diartikan sebagai kata. Tutur merupakan bahasa lisan
yang digunakan sehari-hari yang terdiri dari suatu rangkaian kata. Jika
diuraikan, tutur terdiri dari suatu kalimat, kalimat akan terdiri dari kata-kata,
dan kata tersusun oleh beberapa suku kata yang mempunyai satuan bunyi
terkecil serta membedakan sebuah arti yang disebut fonem.Audiometri tutur
adalah suatu uji pendengaran yang menggunakan sejumah kata yang telah
dipilih. Uji audiometri tutur dapat bersifat subjektif, kualitatif maupun
kuantitatif. Pada uji ini yang dipakai adalah kata-kata yang telah disusun
dalam silabus yaitu monosilabus (terdiri dari satu kata) dan bisilabus (terdiri
dari dua suku kata).29
17
18
suara yang didengar dengan benar. Hasil NDT/WDS pada penderita tuli
konduktif akan mencapi 100%.29
gerak
bibir
dapat
membantu
pasien
dengan
Assestive device
Alat bantu ini bekerja dengan cara amplifikasi sinyal telepon,
televisi dan mendengar suara bel. Perangkat elektronik ini berguna
untuk meningkatkan kenyamanan dalam mendengar pada kondisi
lingkungan tertentu. Pasien dapat memperkuat suara tanpa harus
menggangu orang lain yang berada disekitarnya.
3.
19
20
2.6
KERANGKA TEORI
Usia lanjut
Hipertensi
Dislipidemia
Diabetes
mellitus
Proses
Perfusi
Degeneratif
jaringan
berkurang
Struktur jaringan
telinga mengalami
kerusakan
Tuli Sensorineural /
Presbikusis
Audiometri tutur
Aterosklerosis
Ikatan karboksihemoglobin
Merokok
21
Faktor resiko :
Hipertensi
Diabetes
Mellitus
Tuli Sensorineural /
Presbikusis
Audiometri nada
murni
Audiometri tutur
Hiperkolesterol
Merokok
22
No
Variabel
Definisi
Pengukur
Cara
Pengukuran
Alat Ukur
Skala
Hasil Ukur
Usia Lanjut
Seseorang
dengan usia
60 tahun.13,15
Peneliti
Menanyakan
langsung
pada
sampel.
Tangal
lahir
KTP
Nominal
60 tahun
gangguan
pendengaran
sensorineural
yang merupakan
keadaan
fisiologis dari
penuaan organ
pendengaran.
Bersifat sietris
bilateral.17
Tekanan darah
yang melibihi
bantas normal
tekanan darah.24
Peneliti
Berdasarkan atas
hasil pemeriksaan
ambang
dengar
pada audiometri
nada murni pada
frekuensi
500Hz,1000
Hz,2000Hz, 4000
Hz
Tes penala
dan
audiometri
Nominal
Tuli
sensorineural
> 25 dB
Peneliti
Melihat
hasil
pemeriksaan
dengan
menggunakan
tensi
meter
sebayak 3 kali
dalam waktu yang
berbeda
Tensimeter
Nominal
Peningkatan
gula
darah
sewaktu 200
mg/dl dan kadar
gula puasa
126 mg/dl.24
Peningkatan
kadar LDL atau
trigliserida
dalam
batas
normal.24
Peneliti
Anamnesis
dan melihat
data
sekunder
Nominal
Normal
:<120/80
mmHg
Prehipertensi
: 120-139/8089 mmHg
Hipertensi
stage 1 : 140159 (sistol)
atau
90-99
(diastole)
Hipertensi
stage 2 : >160
(sistole) atau
>100 (diastol)
GDS 200
mg/dl, GDP
126 mg/dl
Peneliti
Rapid choesterol
test atau rekam
medik
Anamnesis
dan melihat
data
sekunder
Nominal
Alat
untuk
memeriksa atau
untuk
mengauskultasi
telinga.12
Peneliti
Melihat keadaan
liang
telinga,
refleks
cahaya
membran timpani,
keutuhan
membran timpani
Otoskop
Tuli
sensorineural
atau
presbikusis
Hipertensi
Diabetes
Mellitus
Hiperkolestero
lemia
Otoskopi
di
Kolesterol
total
<240mg/dl
Liang telinga
lapang,
Refleks
cahaya (+),
membran
timpani intak
23
Test penala
Test
untuk
menentukan
apakah terjadi
gangguan
konduksi.
Terdapat
3
pemeriksaan
yaitu
rinne,weber,dan
schwabach.12
Peniliti
Rinne:
Dengan
menggatarkan
penala
lalu
menempelkan
pada mastoid.
Weber:
dengan
menggetarkan
penala
lalu
menempelkan
pada glabella atau
gigi
Swabach: dengan
menggetarkan
penala
membandingkan
hantaran
tulang
gelombang suara
pada pasien dngan
pemeriksa.
Mengguna
kan penala
512.
Nominal
Audiometri
Audiometri
nada
murni
adalah Uji nada
murni
dapat
memberikan
informasi
mengenai
tingkatan
gangguan
pendengaran.12
Peniliti
Audiometri tutur:
Dengan mengukur
frekuensi di 500
Hz, 1000 Hz, 2000
Hz, 4000 Hz, dan
8000 Hz.
audiometri
Nominal
Audiometri
tutur
adalah
ujipendengarany
ang
menggunakan
sejumah
kata
yang
telah
dipilih.29
Audioetri tutur :
monosilabik ( satu
suku kata) dan
bisilabik ( dua
suku kata)
Rinne :
Positif
jika
AC
lebih
panjang
dibandingaka
n BC (normal
atau
tuli
sensorineural)
, negatif jika
AC
lebih
pendek
dibandingkan
BC
(tuli
kondukif).
Weber
:
lateralisasi ke
arah telinga
yang
sakit
yaitu
tuli
konduktif,
lateralisasi ke
arah telinga
yang
sehat
yaitu
tuli
sensorineural.
Swabach
:
memanjang
(tuli
konduktif),
memendek (
tuli
sesnorineural)
Penurunan
ambang
dengar terjadi
pada
frekuensi 2-4
kHz
pada
pasien
presbikusis
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Desain
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang
(cross sectional).
3.2
Waktu Penelitian
Terhitung mulai tanggal1 Juli- 25 Agustus 2013
3.3
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Balai Perlindungan Sosial Provinsi Banten.
3.4
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah pasien lanjut usia yang berusia lebih dari
60 tahun diBalai Perlindungan Sosial Provinsi Banten.
3.5
3.6
Besar Sampel
3.6.1 Perhitungan Besar Sampel
Jumlah sampel
= jumlah sampel
= 1-P
= presisi
25
Variabel Penelitian
3.7.1 Variabel Terikat
Presbikusis
3.7.2 Variabel Bebas
Pasien usia lanjut berusia 60 tahun.
3.8
Pasien
dengan
adanya
riwayat
hipertensi,diabates
3.9
Cara Kerja
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes penala dan
audiometri nada murni untuk mengetahui adanya tuli sensorineural atau
presbikusis sertauntuk pemeriksaan penunjang untuk mengetahui faktor
risiko seperti diabetes mellitus,hipertensi dan dislipidemia menggunakan
tensimeter,glukotest serta dapat melihat rekam medis jika memang tersedia.
3.9.1 Tensimeter
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tekanan darah
pasien.Sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan dalam keadaan duduk.
Pasang manset 2 jari diatas fossacubiti. Pakailah stetoskop dan
letakkan dibawah manset tepat di atas arteri brachialis. Raba nadi
radialis pasien lalu pompa tensimeter sampai denyut nadi tidak
teraba, setelah itu naikkan 20 mmHg. Buka katup secara perlahandan
amati suara yang timbul dari stetoskop serta amati angka yang tertera
26
27
3.9.2
Test Penala
Terdapat beberapa tes pendengaran untuk menegakan
diagnosis, di antaranya adalah tes Rinne, Weber dan Schwabach.
Pemeriksaan ini dilakukan pada ruangan yang tenang, penala yang
digunakan adalah 512 Hz. Tes penala ini dilakukan untuk
membedakan
air
conduction
dan
bone
conduction.
Pada
Pemeriksaan Audiometri
Pemeriksaan audiometri terdiri dari pemeriksaan air
conduction (AC) dan bone conduction (BC). Cara pemeriksaan
ambang dengar hantaran udara (AC) yaitu pertama dengan
28
Audiometri Tutur
Untuk pemeriksaan kepekaan pendengaran (SRT), pada
saat akan diperiksa pasien hendaknya diberitahu terlebih dahulu
apa yang akan didengar dan bagaimana cara merespon nya.
Pemeriksaan dapat dilakukan pada telinga yang hantaranyang
masih baik atau pada telinga yang tidak sakit. Setelah itu pasien
diminta untuk mengulang kata yang didengar, dan didengar oleh
audiologis melalui sirkuit jawaban. Pada pemeriksaan WDS, daftar
kata yang akan di perdengarkan oleh pasien yaitu pada tingkat 2540 dB yang memungkinkan pasien untuk mendapatkan skor
maksimum. Skor diskriminasi adalah suatu presentasi berdasarkan
pada jumlah kata yang dapat diucapkan kembali dengan benar oleh
pasien.Jika kata-kata yang di presentasikan sudah mencapai
intensitas maksimal dan skor diskriminasi mencapai 80% maka
pemeriksaan dapat dihentikan. Namun jika skor yang didapat
kurang dari 80% maka pemeriksaan lebih lanjut dapat diteruskan
pada presentasi yang lebih rendah.
29
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Tekanan darah
lipid
gula darah
para
sampel.
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Audiometri
penala
Pemeriksaan
otoskopi
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Frekuensi
Persentase (%)
Kelompok Usia
-
60-69 tahun
18
30
70-79 tahun
33
55
80 tahun
15
Total
60
100
Dari hasil tabel 4.1 dapat kita lihat bahwa sebaran usia sampel pada
penelitian ini berdasarkan kelompok usia 60-69 tahun sebanyak 18 orang
(30%), kelompok usia 70-79 tahun sebanyak 33 orang (55%) dan kelompok
usia 80 tahun sebanyak 9 orang (15%). Data tersebut memperlihatkan bahwa
kelompok usia yang paling banyak adalah kelompok usia 70-79 tahun yaitu
33 orang, dengan rata-rata usia 73 tahun.
31
Frekuensi
Persentase (%)
Tekanan Darah
-
Normal
32
53,3
Hipertensi
28
46,7
Total
60
100
Kadar Glukosa
-
Normal
55
91,7
Diabetes Mellitus
8,3
Total
60
100
Kadar Koleseterol
-
Normal
46
76,7
Hiperkelesterolemia
14
23,3
Total
60
100
Merokok
-
Tidak merokok
40
66.7
Merokok :
20
33,3
Total
60
100
32
Frekuensi
Persentasi(%)
Positif
Negatif
Total
27
33
60
45
55
100
Frekuensi
Persentasi (%)
Tuli sensorineural
simetris bilateral
13
21,7
Berdasarkan tabel 4.4 diatas hasil penelitian ini dari 60 sampel yang
berusia diatas 60 tahun ditemukan sampel yang positif presbikusis pada kedua
telinga atau simetris bilateral berjumlah 13 orang (21,7%).
33
Distribusi
data
presbikusis
dan
non-presbikusis
Tekanan Darah
Total
OR
PValue
HT
Presbikusis
10
11,7
13
21,7
0,97
Non-
25
36,7
22
41,7
47
78,3
28
46,7
32
53,3
60
100
0,987
presbikusis
Total
*HT : Hipertensi
34
Distribusi
data
presbikusis
dan
non-presbikusis
Kadar Glukosa
N
Total
DM
OR
P-Value
Presbikusis
12
20
1,7
13
21,7
Non-
43
71,7
6,7
47
78,3
55
91,7
8,3
60
100
0,896
0.925
presbikusis
Total
Distribusi
data
presbikusis
dan
non-presbikusis
Kadar kolesterol
HK
Total
Presbikusis
11
8,3
3,3
13
21,7
Non-
35
35
12
20
47
78,3
46
76,7
14
23,3
60
60
presbikusis
Total
*HK : Hiperkolesterolemia
OR
PValue
0,530 0,444
35
sehingga
tidak
ditemukan
adanya
hubungan
antara
Distribusi
data
presbikusis
dan
non-presbikusis
Merokok
Tidak
Total
Ya
OR
Value
Presbikusis
15
6,7
13
21,7
Non-
31
51,7
16
26,7
47
78,3
40
66,7
20
33,3
60
100
P-
0,861
0,825
Presbikusis
Total
4.2 Pembahasan
Presbikusis merupakan penurunan pendengaran sensorineural yang
disebabkan proses degenerasi akibat bertambahnya usia. Faktor resiko selain
usia diduga dapat mempengaruhi terjadinya presbikusis seperti hipertensi,
diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, dan merokok.
Berdasarkan laporan penelitian ini ditemukan lansia yang menderita
penyakit hipertensi sebanyak 28 orang (46,7%), penyakit Diabetes Mellitus 5
36
37
38
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ditemukannya prevalensi presbikusis pada lansia yang berusia 60
tahun sekitar 21,7%.
2. Tidak adanya hubungan antara diabtes mellitus dengan
kejadian
presbikusis.
3. Tidak adanya hubungan antara hipertesi dengan kejadian presbikusis
4. Tidak adanya hubungan antara merokok dengan kejadian presbikusis.
5. Tidak adanya hubungan antara hiperkolesterolemia dengan kejadian
presbikusis.
5.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
representatif.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor resiko
pada populasi yang berbeda.
tersebut
40
Daftar Pustaka
1. Highler,
Adams
Boies.BOIES
Buku
Ajar
Penyakit
THT.ed
6.Jakarta:EGC.1997
2. Dhingra,Deeksha.Diseases of Ear,Nose&Throat.ed 5. Elsevier.2010
3. Maria, Fernanda.Releationship Between Hypertension and Hearing
Loss.OtorhinolaryngolIntl Arch. 2009. Diunduh pada tanggal 06-122012
4. Lee,FS.. Longitudinal Study of Pure Tone Thresholds in Older
Person. Ear Hear. 2005. Diunduh pada tanggal 27-12-2012
5. Rapport JM,Provencal C.Handbook of Clinical Audiology.ed
6.Lippincott Williams & Wilkins.2010
6. Roth,Thomas Nikhlaus dkk. Prevalence of releated-hearing loss in
Europa:review. Eur Arch Otorhinolaryngol.2011
7. Keputusan
Menteri
879/Menkes/XI/2006
Kesehatan
Tentang
Republik
Rencana
Indonesia
Strategi
Nomor
Nasional
Hidung
Tenggorok
Kepala
dan
Leher.ed
5.Jakarta:FKUI.2001
13. Maryam, R. S, Ekasari, M. F, Rosidawati, Jubaedi, A, Batubara, I.
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
2008
41
14. Definition
of
an
older
or
elderly
person,
sited
from
http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/May 201305-25
15. Darmojo R.B. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).Ed
3. Balai penerbit FKUI.2004
16. Seidman
MC
dkk.
Age
Related
Microciculation
and
Auditory
Difference
Brain
Stem
in
Cochlear
Response.
Arch.
loss.
sited
from
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003044.htmDesem
ber 2012-12-24
19. Antonio,MD,Stephanie
Moody.
Inner
Ear,Syndromic
S.
Presbycusis.
Sited
from
http://emedicine.medscape.com/article/855989-overview#a0104
Januari 2013-01-13
23. Ballenger, James. Jr, Snow. Manual of Otorhinolaryngology Head
and Neck Surgery. London: BC Decker. 2002
24. Sudoyo, AW dkk. Buku Ajar Penyakit Dalam. Ed 4. Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.2006
25. Price, SA. Patofisiologi Konsep Klinis Poses-Proses Penyakit. Ed 6.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002
42
M,Rees
T.S,
Fraher
A.Screening
for
Audiometri
Tutur
Bahasa
Indonesia:
Penyusunan,
Suzanne
H.
Speech
Audiometry.
Sited
from
http://emedicine.medscape.com/article/1822315-overview#a01 201306-13
31. Kakarlapudi, Venkata. Sawyer, Robert. The Effect Of Diabetes on
Sensorineural Hearing Loss. Otology and Neurology, Inc. 2003
43
Lampiran 1
Analisis Univariat
44
45
Analisis Bivariat
46
47
48
49
Lampiran 2
Usia
Jenis kelamin
: L/P
Alamat
Telepon/Hp
satu
hari
berapa
jam
anda
menekuni
pekerjaantersebut?
c.Apakah anda dalam bekerja menggunakan alat perlindungan
diri?
Riwayat hipertensi
50
: Ya/Tidak
51
Lampiran 3
FORM PEMERIKSAAN FISIK TELINGA
Nama
Usia
Alamat
:
Kanan
Kiri
Inspeksi dan
-Inspeksi : preaurikuler sinus
Palpasi
Pre aurikuler
(ada/tidak),
preaurikuler
tag
(ada/tidak), fistula preaurikular
(ada/tidak)
-Palpasi preaurikuler : nyeri
(ada/tidak), abses (ada/tidak)
-Nyeri tekan tragus (ada/tidak)
-Inspeksi
pina
:
ukuran
(normal/mikrotia/makrotia),
warna
(hiperemis/normal),
hematoma, pseudokista, selulitis,
keloid, vesikel, massa
Aurikuler
Daun telinga
-Inspeksi
pina
:
ukuran
(normal/mikrotia/makrotia),
warna
(hiperemis/normal),
hematoma, pseudokista, selulitis,
keloid, vesikel, massa
-Inspeksi
liang
telinga
:
lapang/sempit,
isi
(serumen,
sekret, jaringan granulasi, massa)
Liang telinga
-Inspeksi
liang
telinga
:
lapang/sempit,
isi
(serumen,
sekret, jaringan granulasi, massa)
-Inspeksi
:
warna
(normal/hiperemis), edema, abses,
fistel, sikatrik, massa
Retroaurikuler
-Inspeksi
:
warna
(normal/hiperemis), edema, abses,
fistel, sikatrik, massa
Otoskopi
-Lapang/sempit, ada masa, secret,
hifa, furunkel, oedem diffuse.
Liang telinga
Keutuhan:
utuh/perforasi/sentral/marginal/ati
k
Warna : jernih/suram/hiperemis
Kelainan
di
lateral
MT:bula,polip,kolesteatoma
Kelainan di medial MT :
cairan/airbuble/hematom/massa
Pergerakan :
-valsava manuver : bergerak
/tidak bergerak
-perasat Toynbee: bergerak/tidak
bergerak
Membran
timpani
Keutuhan:
utuh/perforasi/sentral/marginal/ati
k
Warna : jernih/suram/hiperemis
Kelainan
di
lateral
MT:bula,polip,kolesteatoma
Kelainan di medial MT :
cairan/airbuble/hematom/massa
Pergerakan :
-valsava manuver : bergerak /tidak
bergerak
-perasat Toynbee: bergerak/tidak
bergerak
52
HASIL
TELINGA KANAN
Rinne
Weber
Schwabach
INTERPRETASI
TELINGA KIRI