Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Miopi atau nearsighted adalah anomali refraktif pada mata dimana


bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina oleh mata yang
tidak berakomodasi. Miopi berasal dari kata muopia yang dalam bahasa yunani
berarti dekat dengan mata. Penyebab miopia dapat bersifat keturunan (herediter),
ketegangan visual atau faktor lingkungan.1
Faktor herediter pada miopi pengaruhnya lebih kecil dari faktor
ketegangan visual. Terjadinya miopi lebih dipengaruhi oleh bagaimana seseorang
menggunakan penglihatannya, dalam hal ini seseorang yang lebih banyak
menghabiskan waktu di depan komputer atau seseorang yang menghabiskan
banyak

waktunya

dengan

membaca

tanpa

istirahat

akan

lebih

besar

kemungkinannya untuk menderita miopi.1 Faktor lingkungan juga dapat


memengaruhi misalnya pada rabun malam yang disebabkan oleh kesulitan mata
untuk memfokuskan cahaya dan membesarnya pupil, keduanya karena kurangnya
cahaya, menyebabkan cahaya yang masuk kedalam mata tidak difokuskan dengan
baik.2
Prevalensi miopia secara global diperkirakan mencapai 800 juta sampai
2,3 juta. Angka insidensi myopia bervariasi menurut umur, negara, jenis kelamin,
ras, etnis, pekerjaan, lingkungan, dan faktor lainnya. 2 Pada beberapa penelitian
menemukan bahwa insidensi miopia meningkat sesuai dengan tingkat pendidikan
dan banyak studi yang menunjukan adanya korelasi antara miopia dan tingkat
kecerdasan (IQ) yang tinggi.3
Beberapa penjelasan telah

dibuat mengenai hal ini. Salah satunya

menyatakan bahwa anak penderita miopia lebih dapat beradaptasi pada kegiatan
membaca dan belajar, sehingga meningkatkan kecerdasan. Penjelasan kedua
menyatakan bahwa kegiatan membaca dan belajar pada anak dapat menyebabkan
miopia.2,3 Beberapa karakteristik individu, seperti membaca pada waktu senggang,
kemampuan bahasa, waktu olah raga, pencapaian di sekolah berkorelasi dengan
timbulnya miopia.4

ISI
3.1 Denifisi
Miopi atau nearsighted adalah anomali refraktif pada mata dimana
bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina oleh mata yang
tidak berakomodasi. Miopi berasal dari kata muopia yang dalam bahasa yunani
berarti dekat dengan mata.2,4 Miopi merupakan suatu masalah yang serius bukan
karena tingginya prevalensi miopi, akan tetapi akibat kontribusinya pada
morbiditas penglihatan dan meningkatkan resiko ancaman penglihatan, seperti
retinal break sand detachment, dan glaucoma. Untuk faktor resiko miopi antara
lain adanya riwayat keluarga yang miopi, muncul miopi pada retinoskopi non
sikloplegia pada infant, menurun hingga emmetropia sebelum masuk sekolah,
kesalahan refraksi emmetropia hingga 0,50 D pada hiperopia, menurunnya fungsi
akomodasi, dan melakukan pekerjaan yang menggunakan penglihatan dekat
dalam jumlah banyak.4
Untuk klasifikasi miopi didasarkan pada penampakan klinis, derajat, dan
umur. Berdasarkan penampakan klinisnya miopi dibedakan menjadi 5, yaitu
simple myopia, nocturnal myopia, pseudo myopia, degenerative myopia, induced
myopia. Berdasarkan derajatnya miopi dibedakan menjadi 3, yaitu low myopia
(<3.00 D), medium myopia (3.00 D-6.00 D), high myopia (>6.00 D). Berdasarkan
umur terjadinya miopi, miopi dibedakan menjadi 4, yaitu congenital myopia,
youth-onset myopia (<20 th), early adult-onset myopia (20-40 th), late adult-onset
myopia (>40 th).2
3.2 Epidemiologi
Prevalensi miopia secara global diperkirakan mencapai 800 juta sampai
2,3 juta. Angka insidensi myopia bervariasi menurut umur, negara, jenis kelamin,
ras, etnis, pekerjaan, lingkungan, dan faktor lainnya. Adanya variasi pada metode
testing dan pengolahan data menyebabkan sulitnya untuk membandingkan
prevalensi dan progresi antar daerah.1
Di beberapa daerah seperti di India dan Malaysia, kira-kira 41% dari
populasi orang dewasa adalah miopia -1dpt, serta kira-kira 80% adalah miopia

-0,5dpt. Pada penelitian di Hongkong menemukan bahwa insidensi tahunan dari


miopia kira-kira sebesar 11% sampai 12%, dimana penduduk yang berumur 17
tahun, lebih dari 70% adalah penderita miopi. Di Australia, prevalensi secara
keseluruhan penderita miopia (yang lebih tinggi dari -0,50 dioptri) diperkirakan
sebesara 17%. Pada salah satu studi baru-baru ini, kurang dari 1 dalam 10 anakanak di Australia yang berumur antara 4 sampai 12 tahun ditemukan menderita
miopia lebih besar dari -0,50 dioptri. 1,3,4
3.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Refraksi
Pemeriksaan refraksi terdiri dari 2 yaitu refraksi subyektif dan refraksi obyektif.
Refraksi subyektif tergantung respon pasien untuk mendapatkan koreksi refraksi
yang memberikan tajam penglihatan terbaik.4,5

Gambar Pemeriksaan Mata

Refraksi

obyektif

dilakukan

dengan

retinoskopi.

Mayoritas

retinoskopi

menggunakan sistem proyeksi streak yang dikembangkan oleh Copeland.


Retinoskopi dilakukan saat akomodasi pasien relaksasi dan pasien disuruh melihat
ke suatu benda pada jarak tertentu yang diperkirakan tidak membutuhkan daya
akomodasi.6
Pemeriksaan Penunjang :
A. Cara Subyektif
Cara subyektif ini penderita aktif menyatakan kabur terangnya saat di periksa.
Pemeriksaan dilakukan guns mengetahui derajat lensa negatif yang diperlukan
untuk memperbaiki tajam penglihatan sehingga menjadi normal atau tercapai
tajam penglihatan terbaik. Alat yang digunakan adalah kartu Snellen, bingkai
percobaan dan sebuah set lensa coba.6
Tehnik pemeriksaan :
1. Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.
2. Pada mata dipasang bingkai percobaan dan satu mata ditutup.
3. Penderita di suruh membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar dan
diteruskan sampai huruf terkecil yang masih dapat dibaca.
4. Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam penglihatan
menjadi lebih baik ditambahkan kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat
di baca huruf pada baris terbawah.
5. Sampai terbaca basis 6/6.
1. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama (Ilyas, 2003).
B. Cara Obyektif
Cara ini untuk anomali refraksi tanpa harus menanyakan bagaimana
tambah atau kurangnya kejelasan yang di periksa, dengan menggunakan alat-alat

tertentu yaitu retinoskop. Cara objektif ini dinilai keadaan refraksi mata dengan
cara mengamati gerakan bayangan cahaya dalam pupil yang dipantulkan kembali
oleh retina. Pada saat pemeriksaan retinoskop tanpa sikloplegik (untuk
melumpuhkan akomodasi), pasien harus menatap jauh. Mata kiri diperiksa dengan
mata kiri, mata kanan dengan mata kanan dan jangan terlalu jauh arahnya dengan
poros visuil mata. Jarak pemeriksaan biasanya meter dan dipakai sinar yang
sejajar atau sedikit divergen berkas cahayanya. Bila sinar yang terpantul dari mata
dan tampak di pupil bergerak searah dengan gerakan retinoskop, tambahkan lensa
plus. Terus tambah sampai tampak hampir diam atau hampir terbalik arahnya.
Keadaan ini dikatakan point of reversal (POR), sebaliknya bila terbalik
tambahkan lensa minus sampai diam. Nilai refraksi sama dengan nilai POR
dikurangi dengan ekivalen dioptri untuk jarak tersebut, misalnya untuk jarak
meter dikurangi 2 dioptri (Sastrawiria, 1989).
Cara pemeriksaan subyektif dan obyektif biasanya dilakukan pada setiap pasien.
Cara ini sering dilakukan pada anak kecil dan pada orang yang tidak kooperatif,
cukup dengan pemeriksaan objektif. Untuk yang tidak terbiasa, pemeriksaan
subjektif saja pada umumnya bisa dilakukan (Sastrawiria, 1989).
3.4 Diagnosis
Miopi biasanya didiagnosis sejak pasien mengeluhkan adanya kesulitan
membaca tulisan, yang dapat terjadi secara tiba-tiba1,2. Uji yang biasa digunakan
dalam pemeriksaan myopi adalah uji refraksi sikloplegi1. Dimana pada uji tersebut
bertujuan untuk memeriksa adanya gangguan refraksi pada penderita.
Cara lain yang lebih mudah dalam mendiagnosis pasien miopi adalah
dengan menggunakan snellen chart. Pada pemeriksaan ini pasien diperintahkan
untuk membaca snellen dari jarak 20 kaki atau setara dengan 6.1 meter 2,3. Pada
pemeriksaan snellen chart ini dianjurkan untuk menyingkirkan astigmatisma agar
kasus miopi dapat ditegakkan3. Nilai pada tes snellen chart ditulis seperti bilangan
pecahan dengan nilai normal 6/6 atau 20/203,4. Bagian pembilang menyatakan
jarak yang diperlukan oleh penderita untuk melihat huruf di snellen chart4. Angka

penyebut menyatakan jarak yang diperlukan oleh mata normal untuk melihat
huruf yang identik4, dimana kedua jarak harus dalam satuan yang sama.
Dokter spesialis mata biasanya menggunakan alat yang disebut phoropter
yang berupa alat yang memiliki beragam lensa dan retinoskopi untuk memeriksa
focus daripada cahaya dari mata4.
3.5 Diagnosis Banding
Dalam menegakkan diagnosis miopia, terdapat beberapa penyakit yang
mempunyai gejala dan tanda mirip seperti pada miopia. Antara penyakit-penyakit
yang mirip dengan miopia seperti diplopia, degenerasi makula (macular
degeneration), hipermetropia, dan astigmatisme.
Gejala dan tanda-tanda diplopia adalah nausea dengan atau tanpa muntah,
nyeri kepala, penglihatan kabur, mata kering, sensitifitas terhadap cahaya
meningkat, penglihatan memburuk saat malam hari, dan bloodshot eyes.
(bettermedicine)
Gejala dan tanda-tanda degenerasi macula adalah kesulitan membaca tulisan
yang tercetak kecil dengan kacamata baca, garis lurus mulai terlihat bergelombang
atau terdistorsi dan penglihatan menjadi kabur.
Gejala dan tanda-tanda hipermetropia adalah susah untuk melihat jarak dekat,
mata menjadi lelah, dan merasa nyeri kepala jika membaca ataupun menjahit.
Semakin bertambahnya usia hipermetropia semakin memburuk (icegivingsight)
Gejala dan tanda-tanda astigmatisme adalah penglihatan kabur, nausea,saat
menggunakan kacamata baru adanya disorientasi temporer dan bayangan yang
tampak miring.(Oftalmologi umum edisi 14 vaughan DG,)
3.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata
difokuskan tepat di retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara :
1.

Cara optik

2.

Cara operasi

Cara optik
Kacamata (Lensa Konkaf)

Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa


konkaf (cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung
akan menyebar. Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi
atau bila bola mata terlalu panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat
dinetralisir dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata. Lensa cekung
yang akan mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan
demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina (Guyton, 1997).
Lensa kontak
Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa
ini tetap ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang
antara lensa kontak dan permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak
adalah menghilangkan hampir semua pembiasan yang terjadi dipermukaan
anterior kornea, penyebabnya adalah air mata mempunyai indeks bias yang
hampir sama dengan kornea sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi
berperan penting sebagai dari susunan optik mata. Sehingga permukaan anterior
lensa kontaklah yang berperan penting.Cara operasi pada kornea
Ada beberapa cara, yaitu :
1.

Radikal keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi


kornea perifer sehingga kornea sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan
sinar yang masuk ke mata menjadi lebih dekat ke retina.

2.

Excimer laser (dengan sinar laser) yaitu operasi dengan menggunakan


tenaga laser untuk mengurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali.

3.

Keratomileusis yaitu bila kornea yang terlalu cembung di insisi kemudian


dikurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali.

4.

Epiratopati yaitu operasi dengan melakukan penjahitan keratolens yang


sesuai dengan koreksi refraksi ke kornea penderita yang telah di buang
epitelnya.

Cara operasi di atas masih mempunyai kekurangan kekurangan, oleh karena itu
para ahli mencoba untuk mencari jalan lain yang dapat mengatasi kekurangan
tersebut dengan jalan mengambil lensa mata yang masih jernih (clear lens
extraction/CLE)
3.6 Prognosis
Pada tingkat ringan dan sedang dari miopia simple prognosisnya baik bila
penderita miopia memakai kacamata yang sesuai dan mengikuti petunjuk
kesehatan. Bila progresif miopia prognosisnya buruk terutama bila di sertai oleh
perubahan koroid dan vitreus, sedangkan pada miopia maligna prognosisnya
sangat jelek.Kacamata dan lensa kontak dapat memperbaiki sebagian besar kasus
rabun jauh. Jangka panjang efek dari operasi laser mata masih sedang dievaluasi.
Banyak pasien melaporkan bahwa mereka sangat puas dengan operasi laser mata.
Prosedur laser Lebih dari 100.000 mata yang berhasil dilakukan setiap tahun di
Amerika Serikat. Namun, seperti bentuk-bentuk lain dari operasi, Anda harus
memahami risiko dan manfaat sebelum melakukan prosedur.

KESIMPULAN
Miopi atau nearsighted adalah anomali refraktif pada mata dimana bayangan
benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina oleh mata yang tidak
berakomodasi. Untuk klasifikasi miopi didasarkan pada penampakan klinis,
derajat, dan umur. Prevalensi miopia secara global diperkirakan mencapai 800 juta
sampai 2,3 juta. Pemeriksaan untuk penderita miopi dibagi dua jenis, yaitu cara
subjektif dan objektif. Miopi biasanya didiagnosis sejak pasien mengeluhkan
adanya kesulitan membaca tulisan, yang dapat terjadi secara tiba-tiba. Selain itu,
pemeriksaan snellen chart juga penting untuk menegakkan diagnosis. Terdapat
beberapa penyakit dengan keluhan mirip dengan miopi, antara lain: diplopia,
degenerasi makula (macular degeneration), hipermetropia, dan astigmatisme.
Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata
difokuskan tepat di retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara
optik dan cara operasi. Cara optik dilakukan dengan cara menggunakan kacamata
berlensa negatif dan dengan mengunakan lensa kontak. Pada tingkat ringan dan
sedang dari miopia simple prognosisnya baik bila penderita miopia memakai
kacamata yang sesuai dan mengikuti petunjuk kesehatan. Bila progresif miopia
prognosisnya buruk terutama bila di sertai oleh perubahan koroid dan vitreus,
sedangkan pada miopia maligna prognosisnya sangat jelek.10

DAFTAR PUSTAKA
1. Seang-Mei, Saw. Joanne, Katz. Oliver D. Schein. Epidemiology of
Myopia. Epidemiologic Reviews. 1996;18:2:175-187
2. Hall, John E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology, 10th
Edition. Hall. 2008: 231-442
3. Amos, John F. Beebe, Kelly L. Optometric Clinical Practice Guideline
Care of The Patient with Myopia. American Optometric Association. 1997: 539

4. Douglas, R. Fredrick. Myopi. BMJ. 2002; 324: 1195 - 1199


5. Nathan, G. Congdon. David, Friedman. Lietman, Thomas. Important
Causes of Visual Impairment in the World Today. JAMA. 2003; 290: 2057
2060
6. Yasmin Bradfield, Ophthalmology, 2nd ed. Arch Ophthalmol, 2004; 122:
1244.
7. T S Kelly. Treatment of myopia. Br Med J (Clin Res Ed).1984;288:1692
8. Sorsby, Arnold. The Control of School Myopia. Br Med J.1933;2:730
9. Anonim. A Discussion on the Causes, Prevention, and Treatment of
Myopia. Br Med J.1890;2:72
10. Stefanie Davidson and Graham E. Quinn. The Impact of Pediatric Vision
Disorders in Adulthood. Pediatrics. 2011;127:334 - 339

Anda mungkin juga menyukai