PENDAHULUAN
1.1
masing yang mungkin berbeda dengan orang lain. Namun terkadang kita masih
bingung, potensi apa yang kita miliki. Mana yang benar-benar bakat alami dan mana
yang hanya sekedar minat. Dua kata ini mempunyai arti yang berbeda.
Menurut Merriam-Webster, minat adalah kecenderungan terhadap sesuatu.
Bisa diartikan, minat adalah dorongan kuat dalam diri seseorang untuk melakukan
segala sesuatu yang diinginkan. Minat jadi salah satu faktor yang dapat mengarahkan
bakat. Sedangkan bakat adalah anugrah / talenta yang dimiliki seseorang. Sifat dasar,
kepandaian, serta pembawaan yang muncul sejak lahir. Misalnya bakat menyanyi,
bakat kesenian.
Pembentukan bakat anak-anak sangat terpengaruh oleh bakat yang hidup
dalam keluarga. Tidak diragukan lagi bahwa nantinya bakat dan hobi anak-anak akan
bertambah kuat jika ada anggota keluarga yang juga mempunyai bakat yang kuat.
Akan tetapi bakat seseorang itu tidak harus sama.
Orang tua yang berkecimpung di bidang kesenian, anaknya akan mudah
mempelajari seni suara, tari, dan lain-lain. Anak yang berbakat teknik akan mudah
mempelajari matematika, fisika, konstruksi mesin. Anak yang berbakat olah raga
mereka akan berkembang di bidang olah raga, lari, lompat, lempar lembing, sepak
bola, voli, dan lain-lain.
Bakat mengandung makna kemampuan bawaan yang masih bersifat potensial
atau laten dan memerlukan pengembangan lebih lanjut. (Moh.Ali,2005:79)
Sedangkan Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran
perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau
kecenderungan-
1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.3
Tujuan
1.3.1
1.3.2
2.1
Optimalisasi Potensi
Menurut Alex (2005:456) Optimalisasi berasal dari kata optimal, yang artinya
paling baik, paling tinggi, paling utama. Sehingga optimalisasi (kata benda) adalah
cara atau proses membuat jadi optimal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia potensi adalah daya, kekuatan,
kemampuan, kesanggupan, kekuasaan. Kemampuan yang mempunyai kemungkinan
untuk dapat dikembangkan atau sesuatu yang menjadi aktual. Potensi disini berarti
kemampuan yang terdapat pada anak usia dini yang harus dioptimalkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa optimalisasi potensi Multiple Intelligences
adalah proses pengoptimalan potensi Multiple Intelligences yang dimiliki anak usia
dini.
Mengapa potensi Multiple Intelligences perlu dioptimalkan pada anak usia
dini karena Usia dini (0-6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan
yang sangat menentukan bagi anak di masa depannya atau disebut juga masa
keemasan (the golden age) karena dalam temuan neuro sains menyatakan bahwa
ketika lahir, sel-sel otak bayi berjumlah sekitar 100 miliar, tetapi belum saling
berhubungan. Saat usia 3 tahun, sel otak telah membentuk sekitar 1000 triliun
jaringan koneksi/sinapsis. Jumlah ini 2 kali lebih banyak dari yang dimiliki orang
dewasa. Sinaps-sinaps yang jarang digunakan akan mati, sedangkan yang sering
digunakan akan semakin kuat dan permanen.
2.2
Pengertian Bakat
Bakat (apititude) biasanya diartikan dalam kemampuan bawaan yang
merupakan potensi (potency ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih.
(Semiawan dkk, 1984:1). Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang
3
sesuatu
gairah.
Sedangkan
didalam
kamus
lengkap
psikologi
(chaplin,1999:540). Minat adalah kemauan, kehendak hasrat (1) fungsi yang terlibat
dalam perbuatan yang disadari, (2) totalitas impuls sadar maupun tidak sadar.
Menurut Guilford dalam Munandir (1996:146), Minat adalah kecenderungan tingkah
laku umum seseorang untuk tertarik terhadap sekelompok hal-hal tertentu.
Sedangkan menurut Surya (2003:6), Minat dapat diartikan sebagai suatu keinginan
untuk memposisikan diri pada pencapaian pemuasaan kebutuhan seseorang. Minat
juga menjadi daya pendorong bagi seseorang untuk melakukan apa yang di inginkan.
Menurut Slameto (2003:180), Minat adalah suatu rasa lebih suka dan asa
ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
4
dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
diluar diri sendiri. Semakin kuat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya.
Minat bisa berhubungan dengan daya gerak dan pendorong seseorang untuk
cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun dapat
berupa
pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan sendiri. Minat dapat menjadi
penyebab partisipasi dalam suatu kegiatan. Minat diangggap sebagai respon sadar,
sebab kalau tidak demikian tidak berarti apa-apa. Minat bersifat sangat pribadi,
meskipun bersifat sangat pribadi, minat dipengaruhi oleh lingkungan. Setiap orang
harus mengembangkan minat yang dimilikinya.
Menurut Munandir (2001:185) "Minat diartikan sebagai kecenderungan
seseorang untuk lebih menyukai suatu kegiatan daripada kegiatan lain". Minat
merupakan suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses
belajar. Jika seseorang murid memiliki rasa ingin belajar, ia akan dengan mudah
mengerti, memahami dan mengingatnya tentang hal yang telah dipelajarinya.
Seorang siswa mungkin cerdas dan memiliki syarat-syarat lain sebagai faktor
penentu belajar, akan tetapi jika tidak memiliki minat terhadap suatu bidang maka
siswa tersebut tidak bisa belajar dengan baik dan tidak memperoleh hasil yang
maksimal.
Menurut peneliti, minat adalah suatu keinginan, ketertarikan atau kesukaan
seseorang terhadap sesuatu, dimana ketertarikan tersebut terjadi karena adanya
beberapa faktor pendorong, yaitu pengaruh lingkungan, orang lain di sekitar maupun
hatinya sendiri, dan minat sseorang dapat berubah sewaktu-waktu dan tidak bersifat
laten.
a) Ciri-ciri Minat
Menurut Slameto (2003:180) menjelaskan bahwa ciri-ciri minat yang ada
pada diri masing-masing individu adalah sebagai berikut :
1) Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari kemudian
2) Minat dapat diekspresikan melalui suatu pertanyaan yang menunjukkan
bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lain.
3) Minat dapat dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas
4) Minat mempunyai segi motivasi dan perasaan
b) Faktor kepribadian
Faktor kepribadian yaitu keadaan psikologis dimana perkembangan potensi
anak tergantung pada diri dan emosi anak itu sendiri. Hal ini akan membantu
anak dalam membentuk konsep serta optimis dan percaya diri dalam
mengembangkan minat dan bakatnya.
2. Faktor Ekstern
a) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan olahan dari berbagai hal untuk mendukung
pengembangan minat dan bakat anak. Faktor lingkungan terbagi atas:
Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan tempat latihan atau belajar dan
tempat anak memperoleh pengalaman, karena keluarga merupakan
lingkungan pertama dan paling penting bagi anak.
Lingkungan sekolah
Suatu lingkungan yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar
kondusif yang bersifat formal. Lingkungan ini sangat berpengaruh
bagi pengembangan minat dan bakat karena di lingkungan ini minat
dan bakat anak dikembangkan secara intensif.
Lingkungan sosial
Suatu lingkungan yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat.
Di lingkungan ini anak akan mengaktualisasikan minat dan bakatnya
kepada masyarakat. Dapat diambil kesimpulan bahwa bakat-bakat
lahir dan bertumbuh pada masa kanak-kanak dan masa remaja. Bakat
tidak hanya dipengaruhi oleh faktor keluarga melainkan lingkungan
juga sangat penting, karena pertumbuhan kecemerlangan dalam
ketrampilan yang bermacam-macam dan perkembangan bakat, banyak
tergantung pada lingkungan. Adapun bagaimana berkembangnya
bakat dan kemana arah perubahannya, terpengaruh oleh pengalaman
anak dalam lingkungan dan oleh pola hidup yang berpengaruh dalam
keluarga, masyarakat dan teman-teman.
2.4
suatu tujuan, untuk berpikir secara rasional, dan untuk berhubung dengan lingkungan
di sekitarnya secara memuaskan (Agustian; 2007).Gardner menyatakan bahwa pada
hakekatnya setiap anak ialah cerdas. Pandangan ini menentang bahwa kecerdasan
hanya dilihat dari faktor IQ. Gardner melihat kecerdasan dari berbagai dimensi.
Setiap kecerdasan yang dimiliki akan mengantarkan pada kesuksesan.
Kecerdasan merupakan bakat tunggal yang dipergunakan dalam situasi
menyelesaikan masalah apa pun. Seseorang yang tidak bisa memecahkan masalah
atau persoalan semudah-mudahnya juga memiliki inteligensi hanya tarafnya yang
rendah. Oleh karena itu, kecerdasan pada hakikatnya merupakan suatu kemampuan
dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung
berbagai komponen.
Dalam kehidupan sehari-hari semua manusia menggunakan otaknya untuk
berpikir baik saat bekerja, bermain, atau sedang beristirahat. Menurut Rismawati
(2012: 2-3) menjelaskan bahwa Otak manusia dibagi dua bagian yaitu otak kanan
dan otak kiri. Para ahli mengungkapkan banyak hal mengenai fungsi dan peran otak
kanan dan otak kiri dalam kehidupan manusia. Otak kanan berfungsi dalam hal
persamaan, khayalan, kreativitas, imajinasi, pengalaman wajah, bentuk atau ruang,
emosi, musik, gambar-gambar, warna dan pengenalan pola atau peta. Bisa juga
diartikan bahwa otak kanan berfungsi artistik, kreatif dan naluriah. Sementara itu,
otak kiri erat kaitannya dengan logika, kata-kata, penalaran, angka, linieritas, dan
analisis. Artinya, otak kiri memayungi kegiatan akademik, intelektual, dan bisnis.
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan kata- kata secara
efektif. Kecerdasan logis-matematis adalah kemampuan menggunakan angka-angka
secara efektif. Kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan memahami dunia
visual-spasial
secara
akurat.
Kecerdasan
kinestik-tubuh
adalah
keahlian
mengenali dan memahami diri sendiri serta bertanggung jawab atas perbuatan
sendiri. Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali lingkungan dan
memperlakukanya secara proposional. Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan
merasakan dan menghayati berbagai pengalaman ruhani atas pelajaran sesuai
keyakinan Tuhan.
a. Kecerdasan Linguistik (cerdas bahasa)
Kecerdasan linguistik berkaitan dengan kemampuan berbicara (misalnya,
sebagai seorang orator, pendongeng, atau politisi) maupun tulisan (misalnya, penyair,
penulis naskah drama, editor atau jurnalis). Kecerdasan ini juga diartikan sebagai
kecerdasan dalam mengolah kata, atau kemampuan menggunakan kata secara efektif
baik secara lisan maupun tertulis. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat
berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat
kata-kata yang diucapkannya. Kecerdasan ini memiliki empat ketrampilan yaitu:
menyimak, membaca, menulis dan berbicara.
b. Kecerdasan Logis-Matematis
Kecerdasan logis-matematis adalah kemampuan menangani bilangan, perhitungan,
pola, serta pemikiran logis dan ilmiah, termasuk kemampuan menggunakan logikamatematika dalam memecahkan berbagai masalah. Karakteristik kecerdasan logismatematis adalah kemampuan menggunakan angka secara efektif (misalnya sebagai
ahli matematika, akuntan pajak, atau ahli statistik). Kecerdasan ini meliputi kepekaan
terhadap pola-pola dan hubungan-hubungan yang logis, pernyataan dan dalil (jkamaka, sebab-akibat), fungsi, dan abstraksi terkaitnya lainya.
c. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan melihat secara detail sehingga
bisa menggunakan kemampuan ini untuk melihat segala objek yang diamati. Lebih
dari itu, kecerdasan ini bisa merekam semua yang diamati dan mampu
melukiskannya kembali. Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap warna, garis,
bentuk, ruang dan hubungan yang ada diantara unsur-unsur ini. Kecerdasan ini
melibatkan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala seseorang
untuk menciptakan dalam bentuk dua atau tiga dimensi.
Termasuk
tersebut
dalam
beberapa
cara
pragmatis
(misalnya,
untuk
mempengaruhi sekelompok orang agar mengikuti jalur tertentu dari suatu tindakan).
10
Serta berani
bertanggung jawab atas perbuatan sendiri. Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para
ahli bidang ilmu tertentu, filsuf, trainer, atau motivator. Termasuk kemampuan
memahami dan mengendalikan diri sendiri. Pengetahuan diri dan kemampuan untuk
bertindak secara adaptif berdasarkan pengetahuan itu. Kecerdasan ini termasuk
memiliki gambaran yang akurat tentang diri sendiri (kekuatan dan keterbatasan
seseorang); kesadaran terhadap suasana hati dan batin, maksud, motivasi,
temperamen, dan keinginan, dan keinginan; serta kemampuan untuk mendk iplinkan
diri, pemahaman diri dan harga diri.
h. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali lingkungan dan
memperlakukan secara proposional. Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para
neorolog, antropolog, arkeolog, atau pencinta lingkungan. Keahlian dalam mengenali
dan mengklasifikasikan berbagai species flora dan fauna, dari sebuah lingkungan
individu. Hal ini juga mencakup kepekaan terhadap fenomena alam lainya dan kasus
yang tumbuh di lingkungan perkotaan, kemampuan untuk membedakan benda-benda
mati seperti mobil, sepatu dll.
Karakteristik kecerdasan naturalis adalah kesadaran untuk menjaga
kelestarian lingkungan dari kerusakan lingkungan dan ketidakseimbangan ekok stem.
Kemampuan meneliti gejala-gejala alam, mengklasifikasi dan mengidentifikasi
penyebab gejala-gejala alam. Keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora
dan fauna di lingkungan sekitar. Menunjukan kesenangan terhadap dunia hewan dan
tumbuhan.
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kecerdasan (intelligence) adalah kemampuan bertindak dengan menetapkan
suatu tujuan, untuk berpikir secara rasional, dan untuk berhubung dengan lingkungan
di sekitarnya secara memuaskan. Kecerdasan merupakan bakat tunggal yang
dipergunakan dalam situasi menyelesaikan masalah apa pun. Seseorang yang tidak
bisa memecahkan masalah atau persoalan semudah-mudahnya juga memiliki
inteligensi hanya tarafnya yang rendah. Oleh karena itu, kecerdasan pada hakikatnya
merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu
kecakapan yang mengandung berbagai komponen.
Motivasi itu merupakan suatu tenaga (dorongan, alasan kemauan) dari dalam
yang menyebabkan kita berbuat/bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada
tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang
relatif pendek dibandingkan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Bakat
merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir.
Minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan menfokuskan
diri pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas.
12
DAFTAR RUJUKAN
Agustian, Ary Ginanjar. (2007). Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan
spiritual: the ESQ way 165, Jakarta: ARGA.
Alex MA. 2005. Kamus Ilmiah Popular Kontemporer. Surabaya: Karya Harapan.
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2005. Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik. PT Bumi Aksara.
Andi Mappiare. 1982. Psikologi Remaja. Yogyakarta: Usaha Nasional.
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Munandir. 1996. Program Bimbingan karir Di sekolah. Jakarta: Depdikbud.
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soeparwoto. 2007. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT MKK Unnes
Surya, H. 2003. Kiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta:
Gramedia.
Winkel, W.S dan M.M Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
13