Tugas03 Pengelolaan Kualitas Air
Tugas03 Pengelolaan Kualitas Air
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................5
2.1
2.2
Pengambilan Sampel....................................................................................................................6
2.2.1
Cara Manual.........................................................................................................................7
2.2.2
Cara Otomatis......................................................................................................................8
2.3
2.4
2.5
2.6
Permasalahan.............................................................................................................................14
3.2
3.3
Pembahasan...............................................................................................................................16
3.4
Pengembangan Infrastruktrur.....................................................................................................19
KESIMPULAN.........................................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Sumber
air tersebut ada yang diperoleh dari air tanah, mata air, air sungai, danau, dan air laut. Sumber air
di bumi tersebut berasal dari suatu siklus air dimana tenaga matahari merupakan sumber panas
yang mampu menguapkan air. Air baik yang berada didarat maupun d laut akan menguapa oleh
panas matahari. Uap kemudian naik berkumpul menjadi awan. Awan mengalami kondensasi dan
pendinginan akan membentuk titik-titik air dan akhirnya akan menjadi hujan. Air hujan jatuh ke
bumi sebagian mengalir meresap kedalam tanah menjadi air tanah dan mata air, sebagian
mengalir melalui saluran yang disebut air sungai, sebagian lagi terkumpul dalam danau/rawa dan
sebagian lagi kembali ke laut.
Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara. Sumber
Daya Air dikelola berdasarkan asas kelestarian, kesimbangan, kemanfaat umum, keterpaduan
dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas
Menurut UU.No 7 Tahun 2004 menyebutkan bahwa, Pengelolaan Sumber Daya Air
adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi pelenggaraan
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
Secara umum, Pengelolaan Sumber Daya Air meliputi ; perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan, penganggaran dan keuangan.
Pengeloaan Sumber Daya Air juga dapat didefinisikan sebagai aplikasi dari cara
struktural dan non-struktural, untuk mengendalikan system sumber daya air alam dan buatan
manusia untuk kepentingan/manfaat manusia dan tujuan-tujuan lingkungan. Tindakan-tindakan
struktur (structural measure) untuk pengelolaan air adalah fasilitas-fasilitas terbangun
(constructed facilities) yang digunakan untuk mengendalikan aliran air baik dari sisi kuantitas
maupun kualitas. Tindakan-tindakan non-struktural (non-structual measure) untuk pengelolaan
air adalah program-program atau aktifitas-aktifitas yang tidak membutuhkan fasilitas-fasilitas
terbangun. (Grigg, 1996)
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas yang
diinginkan sesuai fungsi peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisis
2
Kelas Satu
3
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan
2.
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas Dua
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
3.
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas Tiga
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mengendalikan kualitas air terlebih dahulu menentukan kelas/mutu air yang
ditinjau sebagai patokan dalam menentukan alternatif yang diambil sebagai upaya pengendalian
kualitas air, Untuk menentukan pengendalian kualitas air dilakukan tahap/proses sebagai berikut.
(Gambar 2.2 Contoh Lokasi Pengambilan Sampel untuk Pengendalian Pencemaran Air)
b. Pengambilan Sampel
Pengambilan contoh dapat dilakukan secara manual atau secara otomatis tergantung dari
keperluan dan fasilitas yang ada. Masing-masing cara mempunyai kelebihan dan kekurangan
dalam pelaksanaannya. Berikut adalah beberapa cara yang digunakan dalam pengambilan
sampel.
i.
Cara Manual
Pengambilan contoh secara manual mudah diatur waktu dan tempatnya, serta
dapat menggunakan bermacam-macam alat sesuai dengan keperluannya. Apabila
diperlukan volume contoh yang lebih banyak, contoh dapat diambil lagi dengan mudah.
Selain itu biaya pemeliharaan alat dengan cara ini tidak besar bila dibandingkan dengan
cara otomatis. Akan tetapi keberhasilan pengambilan contoh secara manual sangat
tergantung pada keterampilan petugas yang melaksanakannya. Pengambilan contoh
secara manual yang berulang-ulang dapat menyebabkan perbedaan perlakuan yang dapat
mengakibatkan perbedaan hasil pemeriksaan kualitas air.
Pengambilan contoh secara manual sesuai untuk diterapkan pada pengambilan
contoh sesaat pada titik tertentu dan untuk jumlah contoh yang sedikit. Sedangkan untuk
pengambilan contoh yang rutin dan berulang-ulang dalam periode waktu yang lama cara
manual memerlukan biaya dan tenaga kerja yang besar.
ii.
Cara Otomatis
Pengambilan contoh cara otomatis sesuai untuk pengambilan contoh gabungan
waktu dan contoh yang diambil rutin secara berulang-ulang. Contoh dapat diambil pada
interval waktu yang tepat secara terus-menerus dan secara otomatis dapat dimasukkan ke
dalam beberapa botol contoh secara terpisah atau ke dalam satu botol untuk mendapatkan
contoh campuran.
Pemeriksaan contoh secara terpisah dari tiap-tiap botol dapat menunjukkan
kemungkinan adanya kelainan pada masing-masing contoh, serta dapat memberikan nilai
minimum dan maksimum dalam periode waktu tertentu. Sedangkan hasil pemeriksaan
dari contoh komposit merupakan hasil rata-rata selama periode pengukuran.
Dewasa ini telah banyak peralatan mekanis yang dapat digunakan untuk
mengambil contoh cara otomatis yang dirancang sesuai dengan keperluan pemakainya.
Beberapa alat pengambil contoh otomatis dirancang khusus yang dapat digunakan untuk
mengetahui perbedaan karakteristik sumber air dan air limbah setiap waktu, debit air
setiap waktu, berat jenis cairan dan kadar zat tersuspensi, serta terdapatnya bahan-bahan
yang mengapung. Akan tetapi pengambilan contoh secara otomatis memerlukan biaya
yang lebih mahal untuk konstruksi alat dan pemeliharaannya, serta memerlukan tenaga
operator yang terlatih.
otomatis
DO (Dissolved Oxygen)
pH
1.
DO (Dissolved Oxygen)
Dissolved Oxygen adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal
dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua
mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk
mikroorganisme, seperti bakteri.
Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter
atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati,
tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan
berkembang.
Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan
organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi
karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga
kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti
ikan, udang dan kerang akan mati. Lalu apakah penyebab bau busuk dari air yang
tercemar? Bau busuk ini berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil proses
penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob.
2.
4.
pH
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air.
Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Ph sangat penting
sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi
beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup
pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu
apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka.
Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis).
Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7
menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral.
Nilai pH bisa ditentukan melalui alat pH meter atau dengan uji kertas lakmus.
10
d. Mutu dan Kelas Air (PP No. 8 Tahun 2001 dan PP No.2 Tahun 1990)
a.
b. Klasifikasi Mutu dan Kelas Air (PP No. 8 Tahun 2001 Pasal 8)
1. Kelas Satu
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
2. Kelas Dua
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas Tiga
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
4. Kelas empat
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
c. Penggolongan Air (PP No.2 Tahun 1990 Pasal 7)
Penggolongan air menurut peruntukkannya ditetapkan sebagai berikut :
1. Golongan A
Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan
terlebih dahulu,
2. Golongan B
Air yang dapat dighunakan sebagai air baku air minum,
3. Golongan C
Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan,
4. Golongan D
Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk
usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.
11
No
Tercemar
Parameter
Ringan
Sedang
Berat
Sangat Berat
(Kelas 1)
(Kelas 2)
(Kelas 3)
(Kelas 4)
Keterangan
BOD/KOB (mg/l)
< 1,0
1,0-3,0
3,0-6,0
>6,0
(*) Dijabarkan
COD/KOK (mg/l)
<5,0
5,0-10,0
10,0-15,0
>15,0
DO/OT (mg/l)
>6,0
5,0-6,0
3,0-5,0
<3,0
pH
6,5-8,5
5,0-9,0
6,0-9,0
5,0-9,0
Air Gol-A, B,
C dan D
(PP.20/90)
12
mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang ada pada
sumber-sumber air.
ii. Pengelolaan kualitas air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara memperbaiki kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber daya air.
iii. Pengendalian pencemaran air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan cara mencegah masuknya pencemaran air pada sumber air dan prasarana
sumber daya air.
iv. Ketentuan mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
2.6.2 Undang-Undang No.23 Tahun 1997 Mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu;
masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya. Demikian pula dengan lingkungan air yang dapat pula tercemar karena
masuknya atau dimasukannya mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi
kesehatan. Air dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang
membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya.
13
BAB III
STUDY KASUS
3.1 Permasalahan
Sungai merupakan tempat dan wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air
sampai muara dibatasi kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
Sungai mampu menampung aliran permukaan dari daerah tangkapannya atau disebut dengan
Daerah Pengaliran Sungai (DPS). DPS merupakan satuan hidrologis, dimana didalamnya
berlangsung berlangsung proses biohidrologis, yaitu suatu proses dinamik dalam bentuk,
aktivitas, iterrelasi dan interdepensi antara factor manusia, makhluk hidup lain, fisik
hidrologi didalamnya termasuk didalamnya proses erosi, sedimentasi, pencemaran dan
upaya pengendaliannya.
Perkembangan jumlah manusia dalam satuan DPS, sangat mempengaruhi kualitas
maupun kuantitas air sungai. Aktivitas pembangunan yang meningkat, berbanding lurus
dengan peningkatan jumlah limbah/polutan. Kondisi terkini sungai citarum dan sungai
citanduy adalah penjelasan factual.
Sungai sebagai suatu ekosistem memerlukan suatu sistem pengelolaan yang sesuai
dengan karakteristik dan fungsinya. Variasi karakteristik dan fungsi sungai menghendaki
variasi upaya pengelolaan. Variasi upaya pengelolaan sangat identik dengan variasi aktor
pengelola dan pananggung jawab, serta variasi visi dan misi upaya pengelolaan. Oleh karena
itu diperlukan suatu media agar upaya pengelolaan dilakukan secara terkoordinasi, terpadu
dan sinergi dalam tataran visi dan misi, jenis upaya, ruang, dan waktu. Hal ini sesuai dengan
yang digariskan dalam UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang dan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan.
3.2 Pendekatan Pemecahan masalah
Media pengelolaan yang dimaksud berupa Pengembangan Infrastruktur dan pengelolaan
kualitas air sebagai salah satu bentuk upaya pengelolaan Sungai Citarum dan Sungai
Citanduy sebagai contoh kasus. Terdapat dua metoda yang dapat digunakan untuk
menentukan status mutu air, yaitu Metoda STORET atau Metoda Indeks Pencemaran
(Kepmen KLH No. 115 Tahun 2003).
14
3.3 Pembahasan
a. Status Mutu Air Sungai Citarum
Sungai Citarum diperuntukkan sebagai air baku air minum, perikanan dan
peternakan, pertanian, dan lain-lain yang termasuk ke dalam Golongan B; C; D
(Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 39 Tanggal 21 Desember 2000 tentang
Peruntukan Air dan Baku Mutu pada Sungai Citarum dan Anak-Anak Sungainya di Jawa
Barat). Peruntukan baku mutu air Sungai Citarum yang digunakan disesuaikan dengan
peruntukan baku mutu air Kelas II (PP Nomor 82 Tahun 2001). Hasil perhitungan
terhadap sejumlah data yang dikumpulkan dari 10 titik pengamatan di Sungai Citarum
(BPLHD Jabar, 2004) diperoleh status mutu Sungai Citarum (Metode STORET) yang
disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1.
15
Analisis kualitas air sungai Citanduy dilakukan terhadap data primer dari 9 titik
pengamatan. Letak titik-titik tersebut secara berurutan titik 1 ke titik 9 (dari hulu ke hilir)
adalah : Desa Panumbangan; Desa Sukamulya; Desa Panyingkiran; Desa Handapherang;
Desa Purwaharja; Desa Pataruman; Desa Langensari; Desa Paledah; dan Desa Pamotan
(lihat Gambar 2). Jumlah parameter yang dianalisa sebanyak 7 buah, antara lain : pH, TSS,
BOD, COD, Total N, total P dan Bakteri E-coli.
Prinsip Dasar
Prinsip dasar Pengembangan-Infrstruktur Pengelolaan Kualitas Air adalah:
Kebijaksanaan dan konsep penataan yang jelas
Pemanfaatan mampu memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
Pengembangan memperhatikan potensi, budaya dan kearifan masyarakat lokal
Pemeliharaan sungai disesuaikan dengan fungsi dan karakteristik sungai
Pengawasan dilakukan secara terus menerus dan efektif
Pengendalian fokus pada kegiatan manusia yang menyebabkan pencemaran dan
DPS Citarum
Analisa dan Identifikasi Sumber Pencemar
1. Ruas Wangisagara dan Ruas Majalaya
Pada ruas Wangisagara, Sungai Citarum memiliki konsentrasi parameter TSS,
kebutuhan oksigen biologis (biological oxygen demand, BOD), E.Coli tinja, dan
deterjen yang melebihi baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan pada
kualitas air Sungai Citarum disebabkan terutama oleh limbah domestik, fluktuasi
aliran sungai, erosi, dan sedimentasi
2. Ruas Majalaya
18
Pada ruas Majalaya, Sungai Citarum memiliki konsentrasi parameter TSS, BOD,
amonia, seng, koli tinja, dan deterjen yang melebihi baku mutu. Hal ini menunjukkan
bahwa gangguan pada kualitas air Sungai Citarum masih disebabkan terutama oleh
pencemaran limbah domestik, fluktuasi aliran sungai, erosi, dan sedimentasi.
3. Ruas Sapan
Pada ruas Sapan, Sungai Citarum memiliki konsentrasi parameter TSS, BOD,
kebutuhan oksigen kimia (Chemical Oxygen Demand (COD)), oksigen terlarut
(Dissolved Oxygen (DO)), total fosfat, amonia, E.Coli tinja, dan deterjen yang tidak
memenhui baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan pada kualitas air
Sungai Citarum disebabkan oleh limbah domestik dan industri, pertanian, fluktuasi
aliran sungai, erosi, dan sedimentasi.
4. Ruas Cijeruk
Pada ruas Cijeruk, Sungai Citarum memiliki konsentrasi parameter TSS, BOD, COD,
DO, amonia, koli tinja, dan deterjen yang tidak memenuhi baku mutu. Hal ini
menunjukkan bahwa gangguan pada kualitas air Sungai Citarum disebabkan oleh
pencemaran limbah domestik dan industri, fluktuasi aliran sungai, erosi, dan
sedimentasi.
5. Ruas Dayeuhkolot
Pada ruas Dayeuhkolot, Sungai Citarum memiliki konsentrasi parameter TSS, BOD,
COD, DO, amonia, E.Coli tinja, dan deterjen yang tidak memenuhi baku mutu. Hal
ini menunjukkan bahwa gangguan pada kualitas air Sungai Citarum disebabkan oleh
pencemaran limbah domestik dan industri, fluktuasi aliran sungai, erosi, dan
sedimentasi.
6. Ruas Burujul
Pada ruas Burujul, Sungai Citarum memiliki konsentrasi parameter TSS, BOD,
COD, DO, total fosfat, amonia, koli tinja, dan deterjen yang tidak memenuhi baku
mutu. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan pada kualitas air Sungai Citarum
disebabkan oleh limbah domestik dan industri, pertanian, fluktuasi aliran sungai,
erosi, dan sedimentasi.
7. Ruas Nanjung
Pada ruas Nanjung, Sungai Citarum memiliki konsentrasi TSS, BOD, COD, DO,
total fosfat, amonia, koli tinja, dan deterjen yang tidak memenuhi baku mutu. Hal ini
menunjukkan bahwa gangguan pada kualitas air Sungai Citarum disebabkan
19
terutama oleh limbah domestik dan industri, pertanian, fluktuasi aliran sungai, erosi,
dan sedimentasi.
8. Ruas Bendung Curug
Pada ruas Bendung Curug, Sungai Citarum memiliki konsentrasi parameterparameter kebutuhan oksigen biologis (Biological Oxygen Demand (BOD)), oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen (DO)), dan E.Coli tinja yang tidak memenuhi baku mutu.
Hal ini menunjukkan bahwa gangguan pada kualitas air Sungai Citarum disebabkan
oleh pencemaran limbah domestik.
9. Ruas Bendung Walahar
Pada ruas Bendung Walahar, Sungai Citarum memiliki konsentrasi parameterparameter kebutuhan oksigen biologis (Biological Oxygen Demand (BOD), oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen (DO)), dan E.Coli tinja yang tidak memenuhi baku mutu.
Hal ini menunjukkan bahwa gangguan pada kualitas air Sungai Citarum disebabkan
oleh pencemaran limbah domestik.
10.Ruas Tanjungpura
Pada ruas Tanjungpura, Sungai Citarum memiliki konsentrasi parameter-parameter
kebutuhan oksigen biologis (Biological Oxygen Demand (BOD)), oksigen terlarut
(Dissolved Oxygen (DO)), amonia, E.Coli tinja, dan deterjen yang tidak memenuhi
baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan pada kualitas air Sungai Citarum
disebabkan oleh pencemaran limbah domestik.
Infrastruktur Pengelolaan Kualitas Air
Berdasarkan lokakarya yang telah diselenggarakan oleh KLH, BPLHD Jabar dan
LAPI ITB, terungkap bahwa terdapat beberapa infrastruktur yang telah, sedang dan
akan dikembangkan oleh berbagai stake holder, antara lain:
a. Perda Pengendalian Lingkungan dan Tata ruang, dalam bentuk pengendalian
pemanfaatan ruang dan penertibannya.
b. Pembanguan IPAL dan IPAL Gabungan (terpadu) untuk kawasan industri dan
pemukiman (perumahan).
c. Pengembangan sistem informasi geografis untuk pengendalian pencemaran air
d. Pembuatan saluran pembuangan limbah tertutup di setiap pemukiman padat
e. Pembuatan jamban umum dan septic tank komunal untuk satuan-satuan pemukiman
di sepanjang sungai Citarum
f. Pembuatan Bar Screen untuk mecegah masuknya sampah ke badan sungai
g. Pengadaan Bin Container dan gerobak sampah untuk setaip unit kelurahan atau unit
pemukiman
h. Pembangunan instalasi biogas untuk limbah ternak di setiap unit peternakan
20
i. Pembuatan sumur pantau utuk monitoring kualitas air tanah pada setiap unit
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
kali
r. Bersih, pelatihan pemantau kualitas air, dan pelaksanaan program kali bersih.
DPS Citanduy
Seperti telah dikemukakan pada permasalahan diatas, sumber masalah dalam pengendalian
sungai Citanduy adalah TSS. TSS ini hanya sebagai indkator potensi sedimen dan
sedimentasi pada sungai Citanduy. Potensi sedimen sebenarnya dapat digambarkan oleh
besarnya bed load yang pada aliran sungai dan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) di upper
catchmentnya.
3.4.1 Sumber Pencemar (Sedimen) dan Skenario Pengendalian TSS
Berdasarkan pengamatan lapangan, pencemar (sedimen) berasal dari erosi di
permukaan lahan (erosi lembar, erosi alur, erosi parit, dan erosi jurang); erosi tebing
sungai; erosi di lahan permukiman, jalan dan lahan fasilias umum lainnya;
pengolahan lahan/sawah; penataan bentuk permukaan lahan (perubahan morfologi
lahan); dan sebagainya.
21
Erosi di permukaan lahan sebagai salah satu sumber sedimen, dapat diduga dari
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dan luasnya. Dengan asumsi erosi permukaan lahan
merupakan penyumbang terbesar sedimen (TSS), maka upaya pengendalian TSS
dapat didekati dengan upaya pengendalian TBE. Skenario pengendalian TBE
disajikan pada Tabel 4.
3.4.2 Infrastruktur Pengendalian TSS
Infrastruktur pengendalian kualitas air dalam rangka pengelolaan sungai Citanduy
menurut pembagian DPS Hulu, Tengah, dan Hilir beserta target objek
permasalahannya disajikan pada Tabel 5.
22
23
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan kualitas air Sungai Citarum
dan Citanduy disebabkan oleh pencemaran limbah domestik dan industri, pertanian, fluktuasi
aliran sungai, erosi, dan sedimentasi. Oleh karena itu pengembangan infrastruktur pengelolaan
kualitas air sungai Citarum dan sungai Citanduy harus disesuaikan dengan karakteristik air dan
sumber pencemar di setiap ruas sungai Citarum dan sungai Citanduy.
24