BAB I
PENDAHULUAN
atau
modal
pinjaman
yang
diinvstasikan
ke
dalam
usahatani
lebih memiliki rasa manis. Di dalam daging buahnya terdapat banyak biji
(Anonimus, 2013).
Terong Belanda memiliki kandungan vitamin, zat besi yang tinggi, dan
rendah kalori berkisar 40 kalori / buah sehingga sangat baik untuk diet. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa kandungan nutrisi buah Terong Belanda adalah:
Protein= 1.5 -2.5 %; kadar air: 81-87 %, lemak: 0.05 -1.28 %, Serat : 1.4 6.0,
keasaman: 1.0 2.4, Vitamin A : 0.32 -1.48 %, Vitamin C : 19.7 57.8%,
Calcium : 3.9 11.3 %, Magnesium: 19.9 -11.3 % (Anonimous, 2013).
Terong Belanda mempunyai banyak manfaat dan khasiat yaitu kandungan
vitamin A dan C - nya yang tinggi sehingga sangat baik untuk menjaga kesehatan
mata dan menjaga daya tahan tubuh, sedangkan kandungan fosfor dan magnesium
yang tinggi sangat baik untuk pertumbuhan tulang. Selain itu, Terong Belanda
juga sangat baik untuk mencegah kanker dan sembelit karena memiliki kandungan
serat yang tinggi. Terong Belanda yang matang telah diolah menjadi sirup, selai,
minuman jus, rujak, sebagai hiasan es krim atau menjadi bahan campuran salad.
Pengembangan produk olahan buah terong tersebut menjadi aneka produk yang
bernilai ekonomis tinggi sangat berpotensi untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat Indonesia (Anonimus, 2013).
Benih terong jepang (terong belanda) yang berkualitas unggul sampai
sekarang masi harus diimport. Untuk mendapatkan benih terung jepang ini dapat
di beli di toko atau kios pertanian yang cukup besar. (Mashudi,2010)
Musim tanam yang baik untuk tanaman terong jepang adalah pada awal
musim kemarau (Maret April) bisa juga pada musim penghujan asala
drainasenya baik dan lancar (Rukmana, 2002).
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1. Faktor Produksi
2.1.1. Botani
Klasifikasi dari tanaman Terong Belanda (Anonimus, 2012) adalah :
Kingdom : Plantae
Subkingdom
: Trachaeobionta
Super divisi
: Sphermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub kelas
: Asterideae
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Cyphomandra
Spesies
: Cyphomandra betacea
tropis, tanaman ini dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah
(Anonimus, 2013).
2.1.3. Tenaga Kerja
Dibawah ini merupakan rincian tenaga kerja yang dibutuhkan di lahan Ibu
Sulis dengan luas 6 rante untuk setiap tahapnya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
i.
Penyiapan lahan
Penanaman
Penyiraman
Penyiangan
Pemupukan
Pemberantasan hama dan penyakit
Panen
: 1 orang
: 1 orang
: 1 orang
: 1 orang
: 1 orang
: 1 orang
: Ibu Sulis
Gubuk
Alat-Alat Pertanian
a. Cangkul
b. Goni
c. Parang
d. Sprayer
Satuan
Buah
Buah
Buah
Buah
Total Harga
Umur Ekon
(tahun)
Rp. 250.000
Rp.
350.000
1
5
1
1
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp.
60.000
5.000
50.000
400.000
865.000
2
1
2
5
40.000
1.000
50.000
400.000
Total
2.2. Identitas Responden
Identitas petani yang menjadi responden dalam laporan analisis usaha tani
cabai rawit yang telah diwawancarai adalah sebagai berikut:
Nama Petani
: Sulistiyah
Umur Petani
: 39 Tahun
Pendidikan Petani
: 12 tahun
: Karo
: Dolat Rakyat
: Tongkoh
Pengalaman Bertani
No
1.
2
3.
a. Utama
: Bertani Kol
: 10 tahun
b. Sampingan
: Bertani Terong Belanda : 5 tahun
Tabel 1.2 Tanggungan Anggota Keluarga Petani
Nama
Jenis
Umur
Pendidikan
Kelamin
Formal
Pak Darul
Laki-laki
42 tahun
12 tahun
Ardi
Laki-laki
16 tahun
8 tahun
Aulia
Perempuan
10 tahun
4 tahun
Status
Suami
Anak kandung
Anak Kandung
lahan. Jumlah pohon terong belanda yang ditanami di sekeliling lahan adalah
18 pohon. Sekali panen setiap pohon mampu mengahsilkan 3 kg buah.
No
1.
Ladang
6
Bagi
Hasi
l
Nilai (Rp)
Saat
I
1 tahun yang
n
lalu
i
Lahan Ibu Sulis berupa ladang yang merupakan milik dari Ibu Sulis itu
sendiri. Ladang ini seluas 6 rante atau sebesar 2400 m2.
BAB III
KRONOLOGIS KERJA
3.5 Pemupukan
Selama pertumbuhan dan perkembangannya tanaman memerlukan unsurunsur hara. Unsur hara tersebut dapat diperoleh dari pupuk. Pemupukan pertama
kali dilakukan pada saat pengolahan tanah dengan pupuk dasar yaitu pupuk
9
10
kandang dan pupuk kompos. Pupuk tersebut dibeli petani dan diberikan ke
tanaman 6 bulan sekali.
3.6 Pemberantasan Hama dan Penyakit
Untuk kegiatan pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan
menggunakan Pestisida dan Insektisida Desis, yang dilakukan setiap 2 bulan
sekali dengan cara menyemprot insektisida ke tanaman dengan menggunakan
sprayer.
3.7 Panen
Pada umumnya tanaman terong belanda dapat dipanen setelah berumur
sekitar 3-4 bulan setelah tanam. Untuk menjaga agar hasil panen tidak menurun
mutunya, pemanenan jangan sampai terlambat.
Cara panen tanaman terong belanda tidaklah rumit, hanya langsung
memetik buah terong belanda dari pohonnya saja dengan gunting lalu buahnya
dikumpulkan dan dimasukkan kedalam goni.
BAB IV
CURAHAN TENAGA KERJA
4.1 Ketersediaan Tenaga Kerja
10
11
Tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga Bu Sulis adalah Ibu Sulis dan
suaminya. Namun suami Bu Sulis mengusahakan tanaman lain, sehingga Bu Sulis
sendiri yang mengusahakan tanman terong belanda ini. Anak Bu Sulis belum
mampu bertani secara konsisten.
4.2.Tenaga Kerja Yang Digunakan
Dalam pengusahaannya, Ibu Sulis tidak dibantu tenaga kerja lain, hanya
Ibu Sulis sendiri saja yang mengerjakan dari persiapan lahan sampai panen.
4.2.1. Persiapan Lahan
Jumlah HKW Bu Sulis
0,8 HKW
8 1
0,8 HKW
= 0,8 HKW
4.2.2. Penanaman
Penanaman dilakukan sendiri oleh Ibu Sulis selama 3 jam daalam waktu 1
hari .
Jumlah HKW Bu Sulis
31
8
0,8 HKW
= 0,3 HKW
11
1 HKW
12
4.2.3 Penyiangan
Penanaman dilakukan sendiri oleh Bu Sulis selama 1 hari, perhari
dikerjakan selama 3 jam.
Jumlah HKW Bu Sulis
31
8
0,8 HKW
0,8 HKW
= 0,3 HKW
4.2.4 Penyiraman
Proses
penyiraman
tidak
membutuhkan
tenaga
kerja
karena
1 HKW
0,8 HKW
= 0,3HKW
4.2.7 Pemberantasan Hama dan Penyakit
Dalam proses pemberantasan hama dan penyakit dikerjakan oleh Bu Sulis
selama 1 hari selama 1 jam
Jumlah HKW Bu Sulis =
12
0,8 HKW
13
1 1
8
0,8 HKW
= 0,1 HKW
4.2.8 Panen
Dalam tahap ini, Bu Sulis memanen tanaman terong belanda sendiri
selama 1 hari dalam waktu 2 jam.
Jumlah HKW Bu Sulis
1 HKP
0,8 HKW
= 0,2 HKW
Dari penjelasan diatas, maka dapat ditabulasi bahwa Curahan Tenaga
Kerja yang digunakan pada usaha tani terong belanda Bu Sulis sebagai berikut
Tabel 1.4 Total HKO Usahatani
Tenaga Kerja yang Dibutuhkan
Dalam Keluarga
Luar Keluarga
No
.
1
2
3
4
5
6
7
Jenis Pekerjaan
Persiapan Lahan
Penanaman
Penyiangan
Penyiraman
Pemupukan
Pemberantasan hama
Panen
Jumlah
13
HKO
0,3
0,3
0,3
0,3
0,1
0,2
2
14
BAB V
ANALISIS USAHATANI
Analisis usahatani tanaman Terong Belanda Bu Sulis di Desa Tongkoh
Kec. Dolat Rakyat Kab. Karo seluas 6 rante atau 18 pohon pada 1 kali musim
tanam.
5.1. Analisis Tabel
Tabel 1.5 Analisis Usahatani
No Uraian
1 Penerimaan
a. Produksi total
b. Harga
c. Penerimaan
2
Nilai (Rp)
54 kg
Rp. 15.000 /kg
Rp. 810.000
Biaya
a. Biaya variabel
(1) Benih
(2) Pupuk kimiawi
(3) Pupuk organik
(4) Insektisida ( Desis)
(5) Tenaga kerja luar
Jumlah (TVC)
Biaya variabel per unit
(AVC)
b. Biaya tetap (TFC)
(1) Biaya Penyusutan
Rp. 18.000
Rp 30.000
Rp 7.000
Rp. 55.000
Rp.
1.018 /kg
Rp. 144.000
Rp 199.000
Rp.611.000
14
15
Keuntungan
a. Upah tenaga kerja keluarga
b. Pendapatan TKDK / HKP
c. Bunga modal investasi
d. Keuntungan
Biaya Penyusutan
Nilai awalnilai akhir
Gubuk
:
umur ekonomis
:
Cangkul
: Rp. 50.000
Nilai awalnilai akhir
:
umur ekonomis
:
Goni
Rp .5000Rp .4500
1
: Rp.500
Nilai awalnilai akhir
:
2
:
Sprayer
: Rp. 20.000
Nilai awalnilai akhir
:
umur ekonomis
:
Parang
: Rp. 12.500
Nilai awalnilai akhir
:
5
:
: Rp. 60.000
Keterangan :
a. Pendapatan Petani
Pd = Total Penerimaan Total Biaya
= Rp. 810.000 Rp. 199.000
= Rp. 611.000
b. Pendapatan TKDK
Pd TKDK = Total HKW x upah yang berlaku
15
Rp.
Rp.
Rp.
Rp
90.000
45.000
86.500
389.500
16
= 2 x Rp.45.000
= Rp. 90.000
c. Pendapatan TKDK / HKP
Pd TKDK / HKW = Pd TKDK / Total HKW
= Rp. 90.000 / 2
= Rp. 45.000
d. Keuntungan Petani
Keuntungan = Pendapatan upah TKDK bunga investasi
= Rp. 611.000 Rp. 90.000 Rp. 86.500
= Rp. 389.500
5.2. Analisis Kelayakan
Break Event Point (BEP) Produksi
FC
BEP = PAVC
Rp .144.000
= Rp .15 .000Rp .1.018
= 10.298 kg
Artinya, Ibu Sulis harus memproduksi minimal 10,928 kg untuk balik modal,
sedangkan total produksi yang diperoleh sebesar 54 kg, berarti usahtani Ibu Sulis
layak.
Rp .199 .000
54 kg
= Rp. 3685
Artinya, Ibu Sulis harus menjual terong belandanya seharga Rp. 3685/kg agar
dapat balik modal, sedangkan harga terong belanda tiap kg adalah Rp.15.000,
karena harga yang ditetapkan per kg lebih besar dari harga BEP, maka usahatani
Ibu Sulis layak.
Break Event Point (BEP) Penerimaan
BEP =
TFC
TVC
1
S
16
17
Rp144.000
Rp 55.000
1
Rp 810.000
= Rp 154.489
Penerimaan yang diperoleh dari usaha tani terong belanda memiliki nilai
positif dan penerimaannya Rp. 810.000 lebih besar dari BEP, maka usahatani Ibu
Sulis dikatakan layak.
Uji Kelayakan /C
Rp 473.250
Rp 199.000
= 2,378
Artinya, /c ratio yang diperoleh lebih besar dari tingkat bunga bank sebesar
Rp 10 %, maka usahatani terong belanda layak dilakukan.
Produktivitas TK =
Penerimaan
Jumlah HKW
Rp 810.000
2 HKW
= Rp 405.000
Jadi, produktifitas tenaga kerja pada usahatani terong belanda milik Ibu Sulis
sebesar Rp. 405.000.
Upah umum yang berlaku adalah Rp. 45.000, sehingga usahatani Ibu Sulis layak.
17
18
R / C ratio = 4.070 > 1, maka Usahatani Terong Belanda Ibu Sulis layak
Tabel 1.6 Analisis kelayakan
No
Analisis Usahatani
A
1.
2.
3.
4.
5
6
Total Produksi 54 kg
Harga jual
Rp.15.000/kg
Penerimaan yang
diperoleh petani
sebesar Rp.810.000
R / C = 4.070
/ C = 2,378
Produktifitas Tenaga
kerja Rp. 405.00-
A> B
B
BEP produksi 10,928 kg
BEP haraga yang diperoleh
Rp.3685/kg.
BEP pennerimaan yang
diperoleh sebesar
Rp.154.489.
1
10
Upah yang berlaku sebesar
Rp. 45.000
Layak
Layak
Layak
Layak
Layak
Layak
@7.000
-
1 botol
-
@1000
30 kg
144.000
18
Rp.7000
Rp.30.000
19
a. Pengolahan tanah
b. Menanam
c. Memelihara
d. Memanen
6. Pengeluaran lain
a. Pajak
Total Pengeluaran
C. Pendapatan = Penerimaan
Pengeluaran
Rp. 199.000
Rp. 611.000
BAB VI
HAL HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUARGA
2400 m 2
3 orang
19
20
=800 m2/orang
Ini berarti bahwa setiap lahan seluas 800 m2 ditanggungjawabi oleh 1
orang.
6.2. Dependency Ratio
Dependency ratio adalah perbandingan jumlah anggota keluarga yang
ditanggung dengan anggota keluarga yang bertanggung jawab terhadap nafkah
keluarga.
Dependency ratio Ibu Sulis adalah
Tenaga kerja produktif
Suami- isteri = 2
Anak
= 0
Jumlah
+
= 2
Depency Ratio
=
= 0,66
Ini berarti bahwa 1 orang yang bekerja aktif dalam usaha tani harus
menanggungjawabi biaya hidup 1 orang.
6.3. Pengaruh Jumlah dan Susunan Keluarga Terhadap Ukuran Usaha Tani
Petani sampel memiliki 2 orang anak.
Pengaruh Anak-Anak Dalam Usaha Tani
20
21
Pengaruh anak-anak dalam usaha tani tidak ada, karena anak-anak Ibu
Sulis belum ada yang turut serta dalam usaha taninya.
6.4. Kemakmuran Petani
a. Pendapatan dari usaha tani terong belanda saja untuk saat ini belum dapat
mencukupi seluruh kebutuhan keluarga namun bila ditambah dari usaha tani
tanaman kol sudah dapat mencukupi kebutuhan keluarga
b. Pendidikan formal Ibu Sulis yaitu SMA dan suaminya SMA.
6.5. Motivasi Petani Mengusahakan Usaha Tani Terong Belanda
Tujuan usaha tani terong belanda Ibu Sulis adalah untuk usaha komersial,
untuk mendapat keuntungan yang lebih selain dari usahatani kol. Usaha terong
belanda ini ada karena perawatannya yang mudah dan tidak terlalu rumit dalam
pemeliharaannya.
21
22
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Dari analisis usahatani tanaman terong belanda milik Ibu Sulis diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Luas lahan usahatani terong belanda Ibu Sulis seluas 6 rante (2400 m2)
2. Dalam usahatani ini, Ibu Sulis mengerjakannnya sendiri tanpa bantuan dari
orang lain.
3. Pendapatan yang diterima Ibu Sulis dalam usahatani ini adalah Rp. 611.000.
22
23
4. Setelah dilakukan analisis kelayakan usahatani terong belanda Ibu Sulis layak.
5. Keuntungan yang diperoleh Ibu Sulis dari usahatani ini adalah Rp.389.500.
6. Pendapatan TKDK dari usahatani Ibu Sulis adalah Rp.90.000
7.2. Saran
Saran bagi Petani Terong Belanda
Sebaiknya petani meningkatkan usahatani terong belanda ini dan tidak
hanya menjadikan tanaman selingan saja, serta berhubungan dengan petani
yang lain dalam mengusahakan terong belanda ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2012. Dikutip dari http://www.plantamor.com/index.php?plant=443.
Diakses pada tanggal 11 Juni 2013.
Anonimus, 2013. Dikutip dari http://agrotekno.blogspot.com/2013/05/suksesbudidaya-dan-mengolah-terong.html). Diakses pada tanggal 11 Juni
2013.
Mashudi. 2010. Budidaya Terung. Azka Press. Jakarta
Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usahatani. BPFE. Yogyakarta
Rukmana, R. 2002. Bertanam Terung. Penebar Swadaya. Yogyakarta
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
23
24
24