Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang secara efektif dan efisien
untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Efisiensi
usahatani dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga
dan efisiensi ekonomi (Soekartawi, 1995)
Dalam melakukan analisis uasahatani ini, seseorang dapat melakukannya
menurut kepentingan untuk apa analisis usahatani yang dilakukan petani atau
produsen memang dimaksudkan untuk tujuan untuk mengetahui dan meneliti
adalah : keunggulan komparatif, kenaikan hasil yang semakin menurun, subsitusi,
pengeluaran biaya usahatani, biaya yang diluangkan,pemilikan cabang usaha
(macam tanaman lain apa yang dapat diusahakan), baku-timbang tujuan
(Soekartawi, 1995)
Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani
yang sangat tergantung musim. Tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal dari
dalam keluarga maupun luar keluarga. Ada beberapa hal yang membedakan antara
tenaga kerja keluarga dengan tenaga luar antara lain adalah komposisi menurut
umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan kerja (prestasi kerja). Kegiatan tenaga
kerja tenaga luar sangat dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan
sehari-hari, kecakapan, dan umur tenaga kerja (Suratiyah, 2011).

Dalam usahatani, biaya dan pendapatan harus disusun dengan baikagar


dapat dilakukan analisis biaya dan pendapatan. Biaya-biaya dalam uasahatani
terdiri dari biaya tetap, yaitu biaya yang tidak beubah walaupun jumlah produksi
berubah atau biaya yang tidak terpengaruh oleh besar kecilnya produksi, dan
biaya variabel, yaitu biaya yang dikeluarkan sepanjang waktu produksi atau
dipengaruhi oleh produksi ( Prawirokusumo, 1990).
Pendapatan usahatani diperoleh dari pendapatan kotor, didefenisiskan
sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual
maupun yang tidak dijual, dan pengeluaran total usahatani, didefenisikan sebagai
nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi,
tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Selisih antara pendapatan kotor
usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani.
Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani
dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik
sendiri

atau

modal

pinjaman

yang

diinvstasikan

ke

dalam

usahatani

(Soekartawi, dkk, 1984).


Terong Belanda (Solanum betaceum) merupakan tanaman asal Amerika
Latin yang masih belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Terong
Belanda merupakan tanaman perdu dengan pertumbuhan yang cukup cepat dan
memiliki tinggi mencapai kurang lebih 5 m. Tanaman ini mulai berbuah pada
umur mencapai 1.5-2 tahun, sedangkan masa hidupnya berkisar 12 tahun.
Buahnya berbentuk bulat seperti telor dan memiliki warna beraneka ragam antara
lain; kuning, orange, merah, jingga dan ada yang berwarna hitam. Buah yang
berwarna merah rasanya lebih asam, sedangkan yang berwarna orange dan kuning

lebih memiliki rasa manis. Di dalam daging buahnya terdapat banyak biji
(Anonimus, 2013).
Terong Belanda memiliki kandungan vitamin, zat besi yang tinggi, dan
rendah kalori berkisar 40 kalori / buah sehingga sangat baik untuk diet. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa kandungan nutrisi buah Terong Belanda adalah:
Protein= 1.5 -2.5 %; kadar air: 81-87 %, lemak: 0.05 -1.28 %, Serat : 1.4 6.0,
keasaman: 1.0 2.4, Vitamin A : 0.32 -1.48 %, Vitamin C : 19.7 57.8%,
Calcium : 3.9 11.3 %, Magnesium: 19.9 -11.3 % (Anonimous, 2013).
Terong Belanda mempunyai banyak manfaat dan khasiat yaitu kandungan
vitamin A dan C - nya yang tinggi sehingga sangat baik untuk menjaga kesehatan
mata dan menjaga daya tahan tubuh, sedangkan kandungan fosfor dan magnesium
yang tinggi sangat baik untuk pertumbuhan tulang. Selain itu, Terong Belanda
juga sangat baik untuk mencegah kanker dan sembelit karena memiliki kandungan
serat yang tinggi. Terong Belanda yang matang telah diolah menjadi sirup, selai,
minuman jus, rujak, sebagai hiasan es krim atau menjadi bahan campuran salad.
Pengembangan produk olahan buah terong tersebut menjadi aneka produk yang
bernilai ekonomis tinggi sangat berpotensi untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat Indonesia (Anonimus, 2013).
Benih terong jepang (terong belanda) yang berkualitas unggul sampai
sekarang masi harus diimport. Untuk mendapatkan benih terung jepang ini dapat
di beli di toko atau kios pertanian yang cukup besar. (Mashudi,2010)
Musim tanam yang baik untuk tanaman terong jepang adalah pada awal
musim kemarau (Maret April) bisa juga pada musim penghujan asala
drainasenya baik dan lancar (Rukmana, 2002).

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui keadaan usaha tani terong belanda yang dilakukan oleh
petani serta luas usaha yang dikelola.
2. Untuk mengetahui tenaga kerja yang terpakai baik dari dalam keluarga
maupun dari luar keluarga.
3. Untuk mengetahui besarnya pendapatan petani dalam usaha tani terong
belanda.
4. Untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha tani terong belanda pada
petani sampel.
5. Untuk mengetahui keuntungan yang didapat oleh petani dalam usahatani
terong belanda.
6. Untuk mengetahui pendapatan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK)
dalam usahatani tanaman terong belanda
1.3 Kegunaan Penulisan
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat lulus Praktikum Ilmu Usaha Tani di
Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1. Faktor Produksi
2.1.1. Botani
Klasifikasi dari tanaman Terong Belanda (Anonimus, 2012) adalah :
Kingdom : Plantae
Subkingdom

: Trachaeobionta

Super divisi

: Sphermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub kelas

: Asterideae

Ordo

: Solanales

Famili

: Solanaceae

Genus

: Cyphomandra

Spesies

: Cyphomandra betacea

2.1.2 Faktor Alam


Tanaman terong belanda akan lebih cocok dibudidayakan di daerah
pegunungan yang memiliki tingkat kesuburan tinggi dan temperatur rendah.
Tanaman ini akan tumbuh baik pada lahan subur seperti dengan pH tanah
5 8.5. (Anonimus, 2013).
2.1.2. Faktor Iklim
Tanaman ini menyukai iklim sub-tropis dengan curah hujan berkisar 6004000 mm per tahun, temperatur 15-20 C . Tanaman terong Belanda memiliki
kemampuan adaptasi yang cukup baik, sehingga meskipun Indonesia beriklim

tropis, tanaman ini dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah
(Anonimus, 2013).
2.1.3. Tenaga Kerja
Dibawah ini merupakan rincian tenaga kerja yang dibutuhkan di lahan Ibu
Sulis dengan luas 6 rante untuk setiap tahapnya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
i.

Penyiapan lahan
Penanaman
Penyiraman
Penyiangan
Pemupukan
Pemberantasan hama dan penyakit
Panen

: 1 orang
: 1 orang
: 1 orang
: 1 orang
: 1 orang
: 1 orang
: Ibu Sulis

2.1.5. Modal Investasi


Inventarisasi dapat membantu petani untuk melihat keberhasilan dan
kegagalan usaha taninya, disamping untuk merencanakan usaha tani
berikutnya. Inventarisasi yang dimaksud di sini adalah seluruh kekayaan
sumber sumber produksi yang dimiliki oleh petani tersebut. Inventarisasi
kekayaan Bu Sulis dapat diuraikan sebagai berikut.
Tabel 1.1 Inventaris Usahatani
No Jenis Harta
1
2

Gubuk
Alat-Alat Pertanian
a. Cangkul
b. Goni
c. Parang
d. Sprayer

Satuan

Buah
Buah
Buah
Buah

Jumlah Harga satuan

Total Harga

Umur Ekon
(tahun)

Rp. 250.000

Rp.

350.000

1
5
1
1

Rp
Rp
Rp
Rp

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp.

60.000
5.000
50.000
400.000
865.000

2
1
2
5

40.000
1.000
50.000
400.000

Total
2.2. Identitas Responden

Identitas petani yang menjadi responden dalam laporan analisis usaha tani
cabai rawit yang telah diwawancarai adalah sebagai berikut:

Nama Petani

: Sulistiyah

Umur Petani

: 39 Tahun

Pendidikan Petani

: 12 tahun

Tempat Tinggal Petani


a. Kabupaten
b. Kecamatan
c. Desa

: Karo
: Dolat Rakyat
: Tongkoh

Pengalaman Bertani

No
1.
2
3.

a. Utama
: Bertani Kol
: 10 tahun
b. Sampingan
: Bertani Terong Belanda : 5 tahun
Tabel 1.2 Tanggungan Anggota Keluarga Petani
Nama
Jenis
Umur
Pendidikan
Kelamin
Formal
Pak Darul
Laki-laki
42 tahun
12 tahun
Ardi
Laki-laki
16 tahun
8 tahun
Aulia
Perempuan
10 tahun
4 tahun

Status
Suami
Anak kandung
Anak Kandung

2.3. Identitas Usaha


Usaha yang dilakukan oleh Ibu Sulis adalah Usahatani tanaman Kol
sebagai usaha utama utama dan tanaman terong belanda merupakan usaha
sampingan.
2.3.1. Usaha Kol
Ibu Sulis memiliki lahan seluas 6 rante yang ditanami tanaman kol sebagai
tanaman utamanya. Tanaman kol tersebut setelah berproduksi di jual ke
tengkulak untuk dijual ke pasar. Tanaman kol tersebut sekali panen dapat
mencapai 500-600 kg yang dijual dengan harga Rp. 2000-3000 /kg.
2.3.2. Usaha Terong Belanda
Lahan Ibu Sulis seluas 6 rante tersebut, selain ditanami tanaman kol, di
pinggir lahan ditanamai tanaman terong belanda sebagai pagar/batas antar

lahan. Jumlah pohon terong belanda yang ditanami di sekeliling lahan adalah
18 pohon. Sekali panen setiap pohon mampu mengahsilkan 3 kg buah.

No

1.

Tabel 1.3 Luas Lahan dan Status Kepemilikan


Luas
Status Kepemilikan
Jenis
Laha
Milik
Lahan/Usah
n
Sewa
Sendiri
a Tani
(rant
e)

Ladang
6

Bagi
Hasi
l

Nilai (Rp)
Saat
I
1 tahun yang
n
lalu
i

Lahan Ibu Sulis berupa ladang yang merupakan milik dari Ibu Sulis itu
sendiri. Ladang ini seluas 6 rante atau sebesar 2400 m2.

BAB III
KRONOLOGIS KERJA

3.1. Penyiapan Lahan

Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan gulma-gulma yang


mengganggu dengan menggunakan cangkul, parang, maupun babat. Tanah
dicangkul sedalam 30 40 cm cm. Selanjutnya tanah digemburkan, dihaluskan,
dan diratakan.
3.2 Penanaman
Penanaman langsung dilakukan dengan menanam bibit di tanah dengan
cara membuat lubang sedalam 3- 4 cm lalu masukkan bibit ke lubang tersebut lau
tutup lubang dengan tanah.
3.3 Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan gulma-gulma yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan tanaman dilakukan dua kali
selama pertumbuhan tanaman. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman
berumur satu bulan dan penyiangan yang kedua dilakukan pada saat tanaman
berumur dua bulan.
3.4 Penyiraman
Penyiraman tanman terong belanda tidak diperlukan secara khusus karena
mengandalkan air hujan, karena di dukung kondisi alam di Kabupaten Karo yang
intensitas hujannya cukup banyak.

3.5 Pemupukan
Selama pertumbuhan dan perkembangannya tanaman memerlukan unsurunsur hara. Unsur hara tersebut dapat diperoleh dari pupuk. Pemupukan pertama
kali dilakukan pada saat pengolahan tanah dengan pupuk dasar yaitu pupuk
9

10

kandang dan pupuk kompos. Pupuk tersebut dibeli petani dan diberikan ke
tanaman 6 bulan sekali.
3.6 Pemberantasan Hama dan Penyakit
Untuk kegiatan pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan
menggunakan Pestisida dan Insektisida Desis, yang dilakukan setiap 2 bulan
sekali dengan cara menyemprot insektisida ke tanaman dengan menggunakan
sprayer.
3.7 Panen
Pada umumnya tanaman terong belanda dapat dipanen setelah berumur
sekitar 3-4 bulan setelah tanam. Untuk menjaga agar hasil panen tidak menurun
mutunya, pemanenan jangan sampai terlambat.
Cara panen tanaman terong belanda tidaklah rumit, hanya langsung
memetik buah terong belanda dari pohonnya saja dengan gunting lalu buahnya
dikumpulkan dan dimasukkan kedalam goni.

BAB IV
CURAHAN TENAGA KERJA
4.1 Ketersediaan Tenaga Kerja

10

11

Tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga Bu Sulis adalah Ibu Sulis dan
suaminya. Namun suami Bu Sulis mengusahakan tanaman lain, sehingga Bu Sulis
sendiri yang mengusahakan tanman terong belanda ini. Anak Bu Sulis belum
mampu bertani secara konsisten.
4.2.Tenaga Kerja Yang Digunakan
Dalam pengusahaannya, Ibu Sulis tidak dibantu tenaga kerja lain, hanya
Ibu Sulis sendiri saja yang mengerjakan dari persiapan lahan sampai panen.
4.2.1. Persiapan Lahan
Jumlah HKW Bu Sulis

Jumla h Jam Kerja Jumla h Hari


8

0,8 HKW

8 1

0,8 HKW

= 0,8 HKW
4.2.2. Penanaman
Penanaman dilakukan sendiri oleh Ibu Sulis selama 3 jam daalam waktu 1
hari .
Jumlah HKW Bu Sulis

Jumla h Jam Kerja Jumla h Hari


8

31
8

0,8 HKW

= 0,3 HKW

11

1 HKW

12

4.2.3 Penyiangan
Penanaman dilakukan sendiri oleh Bu Sulis selama 1 hari, perhari
dikerjakan selama 3 jam.
Jumlah HKW Bu Sulis

Jumla h Jam Kerja Jumla h Hari


8

31
8

0,8 HKW

0,8 HKW

= 0,3 HKW
4.2.4 Penyiraman
Proses

penyiraman

tidak

membutuhkan

tenaga

kerja

karena

mengandalkan air hujan yang turun saja.


4.2.6 Pemupukan
Proses pemupukan dilakukan sendiri oleh Bu Sulis selama 1 hari sekitar 3
jam.
Jumlah HKW Bu Sulis

Jumla h Jam Kerja Jumla h Hari


8
31
8

1 HKW

0,8 HKW

= 0,3HKW
4.2.7 Pemberantasan Hama dan Penyakit
Dalam proses pemberantasan hama dan penyakit dikerjakan oleh Bu Sulis
selama 1 hari selama 1 jam
Jumlah HKW Bu Sulis =

Jumla h Jam Kerja Jumla h Hari


7

12

0,8 HKW

13

1 1
8

0,8 HKW

= 0,1 HKW

4.2.8 Panen
Dalam tahap ini, Bu Sulis memanen tanaman terong belanda sendiri
selama 1 hari dalam waktu 2 jam.
Jumlah HKW Bu Sulis

Jumla h Jam Kerja Jumla h Hari


8
2 1
8

1 HKP

0,8 HKW

= 0,2 HKW
Dari penjelasan diatas, maka dapat ditabulasi bahwa Curahan Tenaga
Kerja yang digunakan pada usaha tani terong belanda Bu Sulis sebagai berikut
Tabel 1.4 Total HKO Usahatani
Tenaga Kerja yang Dibutuhkan
Dalam Keluarga
Luar Keluarga
No
.

1
2
3
4
5
6
7

Jenis Pekerjaan

Persiapan Lahan
Penanaman
Penyiangan
Penyiraman
Pemupukan
Pemberantasan hama
Panen
Jumlah

Wanita Dewasa (1 orang)


Upah
(jam
(Rp)/ja
HKP
)
m
45.000
8
0,3
45.000
3
0,3
45.000
3
0,3
45.000
45.000
3
0,3
45.000
2
0,1
45.000
2
0,2
21

13

HKO

Wanita Dewasa (1 orang)


Upah
(Rp)/ja (jam) HKP
m
-

0,3
0,3
0,3
0,3
0,1
0,2
2

14

BAB V
ANALISIS USAHATANI
Analisis usahatani tanaman Terong Belanda Bu Sulis di Desa Tongkoh
Kec. Dolat Rakyat Kab. Karo seluas 6 rante atau 18 pohon pada 1 kali musim
tanam.
5.1. Analisis Tabel
Tabel 1.5 Analisis Usahatani
No Uraian
1 Penerimaan
a. Produksi total
b. Harga
c. Penerimaan
2

Nilai (Rp)
54 kg
Rp. 15.000 /kg
Rp. 810.000

Biaya
a. Biaya variabel
(1) Benih
(2) Pupuk kimiawi
(3) Pupuk organik
(4) Insektisida ( Desis)
(5) Tenaga kerja luar
Jumlah (TVC)
Biaya variabel per unit
(AVC)
b. Biaya tetap (TFC)
(1) Biaya Penyusutan

Total biaya (TC)

Pendapatan petani (Pd)

Rp. 18.000
Rp 30.000
Rp 7.000
Rp. 55.000
Rp.

1.018 /kg

Rp. 144.000
Rp 199.000
Rp.611.000

14

15

Keuntungan
a. Upah tenaga kerja keluarga
b. Pendapatan TKDK / HKP
c. Bunga modal investasi
d. Keuntungan

Biaya Penyusutan
Nilai awalnilai akhir
Gubuk
:
umur ekonomis
:

Cangkul

: Rp. 50.000
Nilai awalnilai akhir
:
umur ekonomis
:

Goni

Rp .5000Rp .4500
1

: Rp.500
Nilai awalnilai akhir
:
2
:

Sprayer

Rp .60 .000Rp .20.000


2

: Rp. 20.000
Nilai awalnilai akhir
:
umur ekonomis
:

Parang

Rp .350 .000Rp .100.000


5

Rp .35 .000Rp .10.000


2

: Rp. 12.500
Nilai awalnilai akhir
:
5
:

Rp .400 .000Rp .100.000


5

: Rp. 60.000
Keterangan :
a. Pendapatan Petani
Pd = Total Penerimaan Total Biaya
= Rp. 810.000 Rp. 199.000
= Rp. 611.000
b. Pendapatan TKDK
Pd TKDK = Total HKW x upah yang berlaku

15

Rp.
Rp.
Rp.
Rp

90.000
45.000
86.500
389.500

16

= 2 x Rp.45.000
= Rp. 90.000
c. Pendapatan TKDK / HKP
Pd TKDK / HKW = Pd TKDK / Total HKW
= Rp. 90.000 / 2
= Rp. 45.000
d. Keuntungan Petani
Keuntungan = Pendapatan upah TKDK bunga investasi
= Rp. 611.000 Rp. 90.000 Rp. 86.500
= Rp. 389.500
5.2. Analisis Kelayakan
Break Event Point (BEP) Produksi
FC
BEP = PAVC
Rp .144.000
= Rp .15 .000Rp .1.018
= 10.298 kg
Artinya, Ibu Sulis harus memproduksi minimal 10,928 kg untuk balik modal,
sedangkan total produksi yang diperoleh sebesar 54 kg, berarti usahtani Ibu Sulis
layak.

Break Event Point (BEP) Harga


TC
BEP =
Y
=

Rp .199 .000
54 kg

= Rp. 3685
Artinya, Ibu Sulis harus menjual terong belandanya seharga Rp. 3685/kg agar
dapat balik modal, sedangkan harga terong belanda tiap kg adalah Rp.15.000,
karena harga yang ditetapkan per kg lebih besar dari harga BEP, maka usahatani
Ibu Sulis layak.
Break Event Point (BEP) Penerimaan

BEP =

TFC
TVC
1
S

16

17

Rp144.000
Rp 55.000
1
Rp 810.000

= Rp 154.489
Penerimaan yang diperoleh dari usaha tani terong belanda memiliki nilai
positif dan penerimaannya Rp. 810.000 lebih besar dari BEP, maka usahatani Ibu
Sulis dikatakan layak.

Uji Kelayakan /C

Rp 473.250
Rp 199.000

= 2,378
Artinya, /c ratio yang diperoleh lebih besar dari tingkat bunga bank sebesar
Rp 10 %, maka usahatani terong belanda layak dilakukan.

Produktivitas Tenaga Kerja


Produktivitas tenaga kerja menggunakan rumus sebagai berikut:

Produktivitas TK =

Penerimaan
Jumlah HKW
Rp 810.000
2 HKW

= Rp 405.000
Jadi, produktifitas tenaga kerja pada usahatani terong belanda milik Ibu Sulis
sebesar Rp. 405.000.
Upah umum yang berlaku adalah Rp. 45.000, sehingga usahatani Ibu Sulis layak.

17

18

Revenue Cost Ratio


R/C>1
Rp .810 .000
R / C ratio = Rp .199 .000

R / C ratio = 4.070 > 1, maka Usahatani Terong Belanda Ibu Sulis layak
Tabel 1.6 Analisis kelayakan
No
Analisis Usahatani
A
1.
2.
3.
4.
5
6

Total Produksi 54 kg
Harga jual
Rp.15.000/kg
Penerimaan yang
diperoleh petani
sebesar Rp.810.000
R / C = 4.070
/ C = 2,378
Produktifitas Tenaga
kerja Rp. 405.00-

A> B

B
BEP produksi 10,928 kg
BEP haraga yang diperoleh
Rp.3685/kg.
BEP pennerimaan yang
diperoleh sebesar
Rp.154.489.
1
10
Upah yang berlaku sebesar
Rp. 45.000

Layak
Layak
Layak
Layak
Layak
Layak

Tabel 1.7 Penerimaan, Pengeluaran, dan Pendapatan Usahatani


Nilai
Total
Rincian
(Rp)
Banyaknya
(Rp)
A. Penerimaan
15.000
54
Rp.810.000
B. Pengeluaran
1. Bibit
a. Pembelian
@1.000
18 buah
Rp.18.000
b. Produksi sendiri
2. Pestisida
a. Insektisida (Desis)
3. Pupuk
a. Pabrik
- Urea
- PSP
b. Kandang/hijau
4. Biaya lain-lain
a. Biaya Penyusutan
5. Upah buruh

@7.000
-

1 botol
-

@1000

30 kg

144.000

18

Rp.7000

Rp.30.000

19

a. Pengolahan tanah
b. Menanam
c. Memelihara
d. Memanen
6. Pengeluaran lain
a. Pajak
Total Pengeluaran
C. Pendapatan = Penerimaan
Pengeluaran

Rp. 199.000

Rp. 611.000

BAB VI
HAL HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUARGA

6.1. Land Man Ratio


Land man ratio adalah perbandingan luas lahan yang menunjukkan
berapa luas lahan yang sebenarnya diusahakan atau dikerjakan setiap anggota
keluarga dalam suatu usaha tani yang dilakukan.
Land Man Ratio Ibu Sulis adalah :
=

Luas lahan yang diusahakan


Jumlah anggota keluarga

2400 m 2
3 orang

19

20

=800 m2/orang
Ini berarti bahwa setiap lahan seluas 800 m2 ditanggungjawabi oleh 1
orang.
6.2. Dependency Ratio
Dependency ratio adalah perbandingan jumlah anggota keluarga yang
ditanggung dengan anggota keluarga yang bertanggung jawab terhadap nafkah
keluarga.
Dependency ratio Ibu Sulis adalah
Tenaga kerja produktif
Suami- isteri = 2
Anak

= 0
Jumlah

+
= 2

Depency Ratio
=

Anggota keluarga yang bekerja


Anggota keluarga yang ditanggung
2orang
3 orang

= 0,66
Ini berarti bahwa 1 orang yang bekerja aktif dalam usaha tani harus
menanggungjawabi biaya hidup 1 orang.
6.3. Pengaruh Jumlah dan Susunan Keluarga Terhadap Ukuran Usaha Tani
Petani sampel memiliki 2 orang anak.
Pengaruh Anak-Anak Dalam Usaha Tani

20

21

Pengaruh anak-anak dalam usaha tani tidak ada, karena anak-anak Ibu
Sulis belum ada yang turut serta dalam usaha taninya.
6.4. Kemakmuran Petani
a. Pendapatan dari usaha tani terong belanda saja untuk saat ini belum dapat
mencukupi seluruh kebutuhan keluarga namun bila ditambah dari usaha tani
tanaman kol sudah dapat mencukupi kebutuhan keluarga
b. Pendidikan formal Ibu Sulis yaitu SMA dan suaminya SMA.
6.5. Motivasi Petani Mengusahakan Usaha Tani Terong Belanda
Tujuan usaha tani terong belanda Ibu Sulis adalah untuk usaha komersial,
untuk mendapat keuntungan yang lebih selain dari usahatani kol. Usaha terong
belanda ini ada karena perawatannya yang mudah dan tidak terlalu rumit dalam
pemeliharaannya.

6.6. Perpindahan / Migrasi


Petani merupakan orang pendatang dan berumah tangga yang tinggal di
desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rakyat Kab. Karo.
6.7 Hubungan Sosial
a. Lembaga lembaga:
Di Desa Tongkoh tidak ada lembaga Koperasi Unit Desa maupun Koperasi
Simpan Pinjam.
b. Adanya kegiatan gotong-royong yang masih menjadi budaya di desa tersebut.

21

22

BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Dari analisis usahatani tanaman terong belanda milik Ibu Sulis diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Luas lahan usahatani terong belanda Ibu Sulis seluas 6 rante (2400 m2)
2. Dalam usahatani ini, Ibu Sulis mengerjakannnya sendiri tanpa bantuan dari
orang lain.
3. Pendapatan yang diterima Ibu Sulis dalam usahatani ini adalah Rp. 611.000.

22

23

4. Setelah dilakukan analisis kelayakan usahatani terong belanda Ibu Sulis layak.
5. Keuntungan yang diperoleh Ibu Sulis dari usahatani ini adalah Rp.389.500.
6. Pendapatan TKDK dari usahatani Ibu Sulis adalah Rp.90.000
7.2. Saran
Saran bagi Petani Terong Belanda
Sebaiknya petani meningkatkan usahatani terong belanda ini dan tidak
hanya menjadikan tanaman selingan saja, serta berhubungan dengan petani
yang lain dalam mengusahakan terong belanda ini.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2012. Dikutip dari http://www.plantamor.com/index.php?plant=443.
Diakses pada tanggal 11 Juni 2013.
Anonimus, 2013. Dikutip dari http://agrotekno.blogspot.com/2013/05/suksesbudidaya-dan-mengolah-terong.html). Diakses pada tanggal 11 Juni
2013.
Mashudi. 2010. Budidaya Terung. Azka Press. Jakarta
Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usahatani. BPFE. Yogyakarta
Rukmana, R. 2002. Bertanam Terung. Penebar Swadaya. Yogyakarta
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta

23

24

Soekartawi; Soeharjo, A; Dillon, J. L dan Hardaker, J. B. 1984. Ilmu Usahatani


dan pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarata.
Suratiyah, K. 2011. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Bogor.

24

Anda mungkin juga menyukai