Anda di halaman 1dari 79

Tasroni Lendunk menerbitkan sebuah catatan.

A. Pengantar

1. Aman (selamat) adalah kondisi tidak ada kemungkinan malapetaka (bebas dari bahaya).
2. Insiden ialah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah terjadi.
3. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktifitas dan dapat menimbulkan kerugian
baik korban manusia danatau harta benda.
4. Potensi bahaya (Hazard) ialah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat
menimbulkan kecelakaan kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau kemampuan
melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan.
5 Resiko (Risk) menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan/kerugian pada periode
waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.
6 Tindakan tidak aman adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang
memberikan peluang terhadap terjadinya kecelakaan.
7. Tingkat bahaya (Danger) ialah merupakan ungkapan dengan potensi bahaya secara relatif,
kondisi yang berbahaya mungkin saja ada, akan tetapi dapat menjadi tidak begitu berbahaya,
karena telah dilakukan beberapa tindakan pencegahan.

B. Pengertian K3

K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) adalah secara filosofis suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
adil dan makmur. Secara keilmuan adalahmerupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Seirama dengan derap langkah pembangunan negara ini kita akan memajukan industri yang
maju dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi. Proses industrialisasi maju
ditandai antara lain dengan mekanisme, elektrifikasi dan modernisasi. Dalam keadaan yang
demikian maka penggunaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi modern serta
bahan berbahaya mungkin makin meningkat.

Masalah tersebut di atas akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah
maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran
lingkungan. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja yang merupakan salah satu
bagian dari perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan danditingkatkan, mengingat
keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan agar :

1. Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada d i tempat kerja mendapat perlindungan
atas keselamatannya.
2. Setiap sumber produksi dapat dipakai, dipergunakan secara aman dan efisien.
3. Proses produksi berjalan lancar.

Kondisi tersebut di atas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk kebakaran,
peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi. Oleh karena itu setiap
usaha kesehatan dan keselamatan kerja tidak lain adalah usaha pencegahan dan
penanggulangan dan kecelakaan di tempat kerja. Pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan kerja haruslah ditujukan untuk mengenal dan menemukan sebab-sebabnya, bukan
gejala-gejalanya untuk kemudian sedapat mungkin menghilangkan atau mengeliminirnya.
Untuk itu semua pihak yang terlibat dalam usaha berproduksi khususnya para pengusaha dan
tenaga kerja diharapkan dapat mengerti dan memahami serta menerapkan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) di tempat masing-masing. Modul ini disusun sebagai materi
pengantar K3 ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja) agar peserta diklat mempunyai
kompetensi tentang pengetahuan K3 dan penerapannya di industri.

C. Faktor penyebab bahaya yang sering ditemui

1. Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan cairan metal, cairan
non-metal, hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan embun yang beracun.
2. Bahaya jenis fisika: lingkungan yang bertemperatur panas dingin, lingkungan
yang beradiasi pengion dan non pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara yang tidak
normal.
3. Bahaya yang mengancam manusia dikarenakan jenis proyek: pencahayaan dan penerangan
yangkurang, bahaya dari pengangkutan, dan bahaya yg ditimbulkan oleh peralatan.

D. Cara pengendalian ancaman bahaya keselamatan kerja

1. Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan berbahaya,


menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja basah dan ventilasi pergantian
udara.
2. Pengendalian administrasi : mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan keselamatan
dan kesehatan, memakai alat pelindung, memasang tanda-tanda peringatan, membuat daftar
data bahan-bahan yang aman, melakukan pelatihan sistem penangganan darurat.
3. Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan berkala

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pengertian (Definisi) Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum
merujuk pada 2 sumber, yaitu Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah bagian dari sistem secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengajian dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
Sedangkan Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) menurut standar OHSAS 18001:2007 ialah bagian dari sebuah sistem
manajemen organisasi (perusahaan) yang digunakan untuk mengembangkan dan
menerapkan Kebijakan K3 dan mengelola resiko K3 organisasi (perusahaan)
tersebut. Elemen-Elemen Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bisa
beragam tergantung dari sumber (standar) dan aturan yang kita gunakan. Secara umum,
Standar Sistem Manajemen Keselamatan Kerja yang sering (umum) dijadikan rujukan
ialah Standar OHSAS 18001:2007, ILO-OSH:2001 dan Permenaker No 5 Tahun 1996
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rokhaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat adil dan makmur. Segi keilmuan adalah ilmu pengetahuan dan

penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit


akibat kerja.
Sebelum mempelajari lebih lanjut mengenai keselamatan dan kesehatan kerja,
maka perlu memahami beberapa pengertian dan istilah sebagai berikut :
a. Potensi Bahaya (Hazard) adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat
menimbulkan kecelakaan / kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau
kemampuan melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan.
b. Tingkat bahaya (Danger) adalah merupakan ungkapan adanya potensi bahaya secara
relative. Kondisi yang berbahaya mengkin saja ada, akan tetapi dapat menjadi tidak
begitu berbahaya karena telah dilakukan beberapa tindakan pencegahan.
c. Resiko (Risk) menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan / kerugian pada periode
d.

waktu tertentu atau siklus operai tertentu.


Insiden adalah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah mengadakan

e.

kontrak dengan sumber energi melebihi nilai ambang batas badan atau struktur.
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang

f.

mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu


Aman / Selamat adalah kondisi tiada ada kemungkinan malapetaka (bebas dari

bahaya).
g. Tindakan tak aman adalah suatu pelanggaran terhadap suatu prosedur keselamatan yang
h.

memberikan peluang terhadap terjadinya kecelakaan.


Keadaan tak aman adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang
mungkin dapat langsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

Penjelasan lain yang berkaitan dengan, keselamatan dan kesehatan kerja


adalah :
1. tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci
dalam pasal 2; termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat
kerja tersebut.
2. Pegawai pengawas adalah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga
Kerja yang ditunjuk oleh Mentri Tenaga Kerja.
3. Ahli keselamatan kerja adalah tenaga teknis yang berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Mentri Tenaga

Upaya keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk melindungi keselamatan


pekerja/buruh guna mewujudkan produktifitas kerja yang optimal, dengan cara

pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.

Tujuan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah :


1. Melindungi pekerja dari resiko kecelakaan kerja.
2. Meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh.
3. Agar pekerja/buruh dan orang-orang di sekitarnya terjamin keselamatannya
4. Menjaga agar sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan
berdaya guna.

Hakikat kesehatan kerja adalah dua hal ;


1. sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggitingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas,
dengan demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja
2. sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada
meningginya efisiensi dan daya produktifitas faktor manusia dalam produksi.

Hakikat tersebut selalu sesuai dengan maksud dan tujuan pembangunan di dalam
suatu Negara, maka keselamatan kesehatan kerja selalu diikutsertakan dalam
pembangunan tersebut. Undang-undang No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja pasal 1 ayat (9). 27 Abdul Hakim,SH, Op Cit, hlm.65 28 Dr.Sumamur P.K.,M.Sc,
Op.Cit, hlm.

Tujuan utama tersebut diatas dapat diperinci lebih lanjut sebagai berikut :
Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaankecelakaan akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja,
perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia,
menghilangkan kelelahan kerja serta kenikmatan kerja, perlindungan bagi masyarakat
sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya pengotoran oleh bahanbahan dari perusahaan yang bersangkutan, dan perlindungan masyarakat luas dari
bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri. Keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) yang merupakan salah satu bagian dari perlindungan tenaga kerja
perlu dikembangkan dan ditingkatkan, mengingat keselamatan dan kesehatan kerja
bertujuan agar :
1. Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat
perlindungan atas keselamatannya.
2. Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
3. Proses produksi berjalan lancar. Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja.

istilah-istilah dalam K3

istilah-istilah dalam K3

1. Hazard

Hazard adalah sesuatu yang mempunyai potensi membahayakan keselamatan, keamanan,


kesehatan, dan kenyamanan orang di tempat kerja. Hazard (bahaya) adalah sesuatu yang
dapat menyebabkan cedera pada manusia atau kerusakan pada alat atau lingkungan.
Contoh hazard:
1) Batuan rapuh di tambang bawah tanah
Batuan rapuh di bawah tanah mempunyai potensi bahaya yang besar bagi keselamatan para
pekerja karena banyak kemungkinan yang dapat terjadi dari batuan rapuh tersebut
2) Bahan kimia
Bahan kimia termasuk hazard karena potensi untuk menyebabkan gangguan kesehatan dan
keselamatan bagi para pekerja dan orang yang ada di sekitar bahan kimia tersebut
kebanyakan bahan kima bersifat toxic
3) Listrik
Listrik termasuk hazard krena potensi bahayanya yang bisa kapanpun mengancam
keselamatan orang yang ada di sekitarnya.
4) Beban berat
Beban berat termasuk hazard karena banyak potensi bahaya dari beban tersebut bagi
keselamatan manusia
5) Api
Api mempunyai potensi bahaya yg cukup tinggi bagi keselamatan dan kesehatan manusia

2. Danger
Danger adalah suatu kondisi yang dapat mengakibatkan peluang bahaya yang sudah mulai
tampak, sehingga memunculkan suatu tindakan.
Tingkat bahaya (Danger) ialah merupakan ungkapan dengan potensi Bahaya secara relatif,
kondisi yang berbahaya mungkin saja ada, akan tetapi dapat menj adi tidak begitu
berbahaya, karena telah dilakukan beberapa t indakan pencegahan.

Contoh:
1) Gas bocor
Gas bocor merupakan sebuah keadaan yg bahaya dan perlu tindakan segera
2) Listrik konslet

Listrik yang sudah konslet dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar lagi perlu
penanganan segera
3) Tangki rusak
Tangki yangrusak dapat menimbulkan kecelakaan atau bahaya yang lebih parah harus
segera mendapatkan penanganan
4) Tangga rapuh
Tangga yang rapuh perlu perbaikan segera agar tidak menimbulkan kecelakaan
5) Bahan kimia
Bahan kimia yang mudah terbakar jika tidak dikasih pelindung maka akan menimbulkan
kecelakaan berupa kebakaran

3. Resiko:
Risk (resiko) didefinisikan sebagai peluang terpaparnya seseorang atau alat pada suatu
hazard (bahaya). Peluang atau kemungkina tinggi, sedang, atau rendah, bahwa seorang yang
terkena bahaya bisa celaka akibat hal tersebut. Menyatakan kemungkinan terjadinya
kecelakaan / kerugian pada periode tertentu atau siklus operasi tertentu.
Kombinasi dari kemungkinan dan konsekuensi terjadinya kejadian berbahaya yang
terpersyaratan. (OHSAS 18001:1999)

Contoh: pecah ban


1) Keracunan makanan
Makanan yang termasuk unsur risk adalah jika makanan tersebut tidak diolah dan disajikan
secara benar di tempat pekerja.
2) Tersengat listik
Listrik yang ada di tempat kerja apalagi yang bermasalah (lecet) mempunyai kemungkinan
yang tinggi untuk mengancam keselamatan para pekerja
3) Ngantuk
Ngentuk merupakan risk karena jika dalam pekerjaan pekerja tersebut mengantuk maka
potensi terjadinya keselakaan sangat tinggi
4) Kelelahan
Kelelahan merupakan risk karena dari pekerja yang mengalami kelelahan maka akan
mengurangi fokus kerjanya dan mempunyai potensi besar untuk terkena bahaya.

5) Merokok
Merokok merupakan risk karena rokok itu mengandung percikan atau api kecil yang dapat
mempunyai potensi bahaya mengancam keselamatan pekerja jika berada pada sekitar bahan
yg mudah meledak
6) Heat stress
Kondisi heat stress mempunyai resiko yang besar karena dapat mengancam keselamatan
pekarja pada saat bekarja.

4. Unsafe act
Unsafe act Unsur perilaku tidak memuaskan segera seblum suatu peristiwa kecelakaan yang
segnifikan dalam memulai acara. Suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang
memberi peluang terjadinya kecelakaan.

Contoh:
1) Mengambil jalan pintas
Merupakan perilaku yang melanggar aturan terhadap prosedur keselamatan kerja akibat
dari perilaku tersebut dapat terjadi kecelakaan
2) Kecerobohan
Kecerobohan merupakan perilaku yang tidak mengindahkan prosedur keselamatan kerja,
akibat yang ditimbulkan bisa sangat fatal bisa merugikan dirinya serta orang lain
3) Kurangnya perhatian
Kurangnya perhatian merupakan perilaku yang dapat memicu kecelakaan karena
kurangnya perhatian pasti akan memicu pelanggaran prosedur keselamatan.
4) Membuang Sampah Sembarangan Tempat
Merupakan perilaku yang kurang mempuaskan dan dari hal yang sepele tersebut dapat
menyebabkan kecelakaan yang membahayakan keselamatan pekerja
5) Bekerja Sambil Bercanda dan Bersenda Gurau.
Perilaku tersebut merupakan pelanggaran prosedur karena dengan bercanda gurau dalam
bekerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja
6) Mengerjakan Pekerjaan Yang Tidak Sesuai Dengan Skill / Keterampilan
Perilaku tersebut mempunyai potensi bahaya yang besar uintuk terjadinya suatu kecelakaan
karena orang yang bukan ahlinya akan memicu kesalahan kerja.

5. Unsafe contdition
Unsafe contdition adalah Kondisi fisik yang tidak memuaskan yang ada dilingkungan tempat
kerja segera sebelum suatu peristiwa kecelakaan yang segnifikan dalam melalui acara.
Suatu kondisi fisik keadaan/ keadaan yang berbahaya yang mungkin langsung dapat
menimbulkan kecelakaan.

Contoh:
1) Bahaya seperti lantai licin
Kondisi licin sangat potensial sekali untuk dapat menyebabkan kecelakaan bagi para pekerja
2) Pecahan kaca
Kondisi mempu yai kemungkian yang besar untuk mengancam keselamatan kerja
3) Tingkat pencahayaan yang rendah
Keadaan pencahayaan yang sangat rendah dapat memicu kesalahan kerja yang dapat
menimbulkan kecelakaan kerja.
4) Tempat Kerja Yang Tidak Memenuhi Standar / Syarat.
Kondisi yang tidak memuaskan seperti ini mempunyai kemungkianan terjadinya kecelakaan
yang sangat tinggi
5) Alat Pelindung Diri Yang Tidak Sesuai Dengan Standar Yang Telah di Tetapkan.
Kondisi seperti ini dapat menimbulkan kecelakaan baik secara langsung ataupun tidak
langsung.
6) Kebisingan di Tempat Kerja.
Kondisi yang tidak sesuai dengan prosedur seperti ini sangat memungkinkan
membahayakan keselamatan dan menyebabkan tidak fokus dalam bekerja sehingga dapat
menimbulkan kecelakaan kerja
7) Waktu kerja atau Jam Terbang Yang Berlebihan.\
Kondisi kerja yang terlalu lama maka akan mngakibatkan fokus bekerja menjadi berkurang
sehingga kemungkinan terjadinya suuatu kecelakaan kerja sangatlah besar.

6. Incident
Incident adalah Kejadian yang bisa menimbulkan atau potensi mengarah pada kecelakaan.
Suatu kejadian yang tidak dinginkan yang dapat dan telah mengadakan kontak dengan
sumber energi melebihi nilai ambang batas.

Contoh:
1)

kenaikan temperatur mesin


naiknay temperatur mesin adalah suatu kejadiana diluar prosedur maka dapat menimbulkan
kecelakaan karena beban mesin yang terlalu berat dan lama

2)

Debit air dalam pipa meningkat


Kejadian meningkatnya air dalam pipa sangat bisa mengarah terhadap kecelakaan kerja

3)

Genangan oli
Kejadian adanya genangan oli sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja jika tidak
segera ditangani

4)

Kabel mengelupas
Kabel yang mengelupas dapat membahayakan keselamatan para pekerja

5)

Bahan kimiatumpah
Bahan kimia yang tumpah jika dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja apalagi yang dapat
terbakar dan bersifat toxic

7. Accident:
Accident adalah Kejadiaan yang tidak diinginkan terjadi, mengakibatkan cidera pada
manusia dan kerusakan/ kerugian/ lost lainnya.
Acident jiuka sudah ada luka-luka, kematian, dan terkait dengan health and safety lainnya
(kerusakan property, kerusakan tempat kerja tidakj masuk lagi dalam istilah accident di
OHSAS versi 2007)

Contoh:
1) Kecelakan industri
Kecelakaan industri sudah pasti menimbulkan kerugian material dan non material
2) Kecelakaan perjalanan
kecelakaan perjalanan menimbulkan kerugian atau menimbulkan cidera bahkan kecacatan
sehingga masuk dalam kategori Accident
3) Kebakaran kapal
Mengakibatkan kerugain dan kerusakan baik pada manusia maupun bagi perusahaan itu
sendiri
4) Pekerja tertimpa bowl

Kecelakaan tersebut menimbulkan cidera atau mereugikan dagi manusia


5) Floorman tertimpa elevator
Tentu saja dapat menimbulkan pekerja dan kerugian bagi pekerja tersebut karea mengalami
gangguan kerja nantinya

8. Near miss:
Near miss adalah Sebuah peristiwa tak terencana yang tidak menyebabkan cidera , penyakit
atau kerusakan tapi memiliki potensi untuk melakukanya.
Near miss adalah incident yang tidak menimbulkan cidera manusia atau kerusakan
/kerugian/lost lainya.

Contoh:
1) Terpeleset
Terpeleset yang tidak menimbulkan cidera ini lah yang dikatakan near miss
2) Salah mengambil bahan kimia
Kesalahan menggambil bahan kimia tapi tidak terjadi kecelakaan yang lebih parah makan
termasuk near miss
3) Mencabut kabel hampir kesetrum
Pada saat mau mencabuk kabel yang berseliweran dan terjadi konslet tapi anda tidak
kesetrum maka masuk dalam near miss.
4) Terpukul kayu
Terkena kayu pada saat kerja tetapi tidak menimbulkan cidera bisa termasuk near miss
5) Terperosok
Terperosok di tempat kerja tetapi tidak menimbulkan cidera atau kerugian bagi manusia
maka termasuk near miss

Sumber:
http://safetyfirstindonesia.blogspot.com/2011/01/terjemahan-sistem-manajemenkesehatan.html
http://www.bsn.go.id/sni/about_sni.php
http://www.iso.org/iso/home.html
http://qhseconbloc.wordpress.com/2012/01/26/unsafe-action-unsafe-condition/

http://www.hse-info.com/contoh-contoh-kecelakaan-kerja/

TEKNIK DAN PROSES KESELAMATAN KERJA


May 2, 2015Uncategorizedreddevil2893

1.Definisi K3
A.Pengertian Dasar K3 (Occupational Health and Safety)
Pengistilahan keselamatan dan kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam macam, ada yang
menyebutnya higiene perusahaan dan kesehatan kerja (Hyperkes), ada yang hanya disingkat
K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.Keselamatan kerja atau
Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut dengan safety saja, secara
filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia
pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya.Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Pengertian kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian atau
peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses.
Dewasa ini pembangunan nasional bergantung banyak kepada kualitas, kompetensi dan
profesionalisme sumber daya manusia termasuk praktisi keselamatan dan kesehatan kerja
(K3). Dari segi dunia usaha diperlukan produktivitas dan daya saing yang baik agar dapat
berkiprah dalam bisnis internasional maupun domestik. Salah satu faktor yang harus dibina
sebaik-baiknya adalah implementasi K3 dalam berbagai aktivitas masyarakat khususnya
dalam dunia kerja.Pengertian hampir celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan insiden

(incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah near-miss atau near-accident,
adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan keadaan yang
sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses kerja.
Bagaimana K3 dalam perspektif hukum? Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma
keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana
atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan
oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif.
B.Definisi tentang K3 adalah yang dirumuskan oleh ILO/WHO Joint safety and Health
Committee :
Bila dicermati definisi K3 di atas maka definisi tersebut ada dalam beberapa kalimat yang
menunjukkan bahwa K3 adalah :
a)Promosi dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.
b)Untuk mencegah penurunan kesehatan keselamatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan mereka.
c)Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor yang
dapat mengganggu kesehatan.
d)Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
fisilogis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan
pekerja dan setiap orang dengan tugasnya.
Definisi K3 yang dirumuskan oleh ILO dan WHO dapat ditelaah dengan menggunakan
sistematika 4W (What, Who, When, Where) dan 1 H (How).
What
Kata what berarti apa atau apakah. Dalam konteks pembahasan ini sesuai dengan definisi di
atas, maka yang dimaksud dengan what adalah apa yang menjadi perhatian dalam keilmuan
K3. Dari definisi di atas terlihat konsern K3 yang dirumuskan lebih memperhatikan aspek
Kesehatan dengan penekanan terhadap pengendalian terhadap potensihazard yang ada di
lingkungan kerja. Pada definisi di atas juga terlihat sedikit mengenai aspek keserasian antara
pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerja (aspek ergonomi).
Who

Pada definisi di atas yang dimaksud dengan who adalah semua pekerja yang berada di
tempat kerja mulai dari level tertingi dalam manajemen sampai level terendah. Aspek yang
diperhatikan meliputi fisik, mental dan kesejahteraan sosial.
When
Bila merujuk pada definisi di atas yang mana terdapat kata promotion, prevention, protection,
dan maintenance, menunjukkan bahwa K3 dalam penerapannya dilakukan di semua tahapan
proses. Tahapan yang dimaksud misalnya tahap disain (preventif dan promotif), tahap proses
berjalan (protection dan maintenance) serta dapat dilakukan pada saat pasca operasi khusunya
untuk penanganan masalah keselamatan dan kesehatan produk dan masalah limbah produksi.
Where
Pada definisi di atas berarti tempat di mana K3 harus di jalankan atau dilaksanakan. Bila
merujuk pada definisi di atas, maka tempat penerapan K3 adalah pada setiap pekerjaan di
lingkungan kerja.
How
Pada definisi di atas maksudnya adalah bagaimana metode untuk melaksanakan K3 di
lingkungan kerja pada semua jenis pekerjaan. Terlihat bahwa penerapan K3 menurut
ILO/WHO adalah dengan melakukan promotive, preventive, protective, maintenance dan
adaptative.
C.Istilah K3
Ada beberapa istilah dalam K3, diantaranya sebagai berikut:
1.Potensi bahaya (hazard)
Ialah suatu keadaan yang memungkinkan dapat menimbulkan kecelakaan atau kerugian
berupa cedera, penyakit, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi yang telah
ditetapkan.
2.Tingkat bahaya (danger)
Adalah ungkapan adanya potensi bahaya secara relatif. Kondisi yang berbahaya mungkin saja
ada, akan tetapi dapat menjadi tidak begitu berbagaya karena telah dilakukan beberapa
tindakan pencegahan.
3.Risiko (Risk)
Menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan/kerugian pada priode waktu tertentu atau
siklus operasi tertentu.

4.Insiden (Incident)
Kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah mengadakan kontak dengan sumber
energi melebihi nilai ambang batas badan atau struktur.
5.Kecelakaan (accident)
Adanya suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan
proses-proses yang telah diatur dari suatu aktivitas.
6.Aman/Selamat (safe)
Adalah suatu kondisi tiada ada kemungkinan malapetaka (bebas dari bahaya).
7.Tindakan tidak aman (unsafe action)
Adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang memberikan peluang terhadap
kejadian kecelakaan.
Contoh :
a)Karyawan bekerja tanpa memakai Alat Pelindung Diri Pekerja yang mengabaikan Peraturan
K3.
b)MEROKOK di daerah Larangan merokok.c)Bersendau gurau pada saat bekerja.Dll.
1.

Keadaan tak man (unsafe condition)

Adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat langsung
mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
Contoh :
1.

a) Peralatan kerja yang sudah usang ( tidak laik pakai ).

2.

b) Tempat kerja yang acak-acakan

c)Peralatan kerja yang tidak ergonomis.


d)Roda berputar mesin yang tidak dipasang pelindung ( penutup ).
1.Tempat kerja yang terdapat bahan kimia berbahaya yang tidak dilengkapi sarana
pengamanan ( labeling, rambu) dll.
2.

Sejarah K3

Sejarah perkembangan K3 mulai dari zaman pra-sejarah sampai dengan zaman modern
sekarang secara ringkas adalah sebagai berikut:
1.

Zaman Pra-Sejarah

Pada zaman batu dan goa (Paleolithic dan Neolithic) dimana manusia yang hidup pada zaman
ini telah mulai membuat kapak dan tombak yang mudah untuk digunakan serta tidak
membahayakan bagi mereka saat digunakan. Disain tombak dan kapak yang mereka buat
umumnya mempunyai bentuk yang lebih besar proporsinya pada mata kapak atau ujung
tombak. Hal ini adalah untuk menggunakan kapak atau tombak tersebut tidak memerlukan
tenaga yang besar karena dengan sedikit ayunan momentum yang dihasilkan cukup besar.
Disain yang mengecil pada pegangan dimaksudkan untuk tidak membahayakan bagi pemakai
saat mengayunkan kapak tersebut.
B.Zaman Bangsa Babylonia (Dinasti Summeria) di Irak
Pada era ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar aman dan tidak
membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa ini masyarakat sudah mengenal
berbagai macam peralatan yang digunakan untuk membantu pekerjaan mereka. Dan semakin
berkembang setelah ditemukannya tembaga dan swasa sekitar 3000-2500 BC. Pada tahun
3400 BC masyarakat sudah mengenal konstruksi dengan menggunakan batubata yang dibuat
proses pengeringan oleh sinar matahari. Pada era ini masyarakat sudah membangun saluran
air dari batu sebagai fasilitas sanitasi. Pada tahun 2000 BC muncul suatu peraturan
Hammurabi yang menjadi dasar adanya kompensasi asuransi bagi pekerja.
C.Zaman Mesir Kuno
Pada masa ini terutama pada masa berkuasanya Firaun banyak sekali dilakukan pekerjaan
raksasa yang melibatkan banyak orang sebagai tenaga kerja.Pada tahun 1500 BC khususnya
pada masa Raja Ramses II dilakukan pekerjaan pembangunan terusan dari Mediterania ke
Laut Merah.Disamping itu Raja Ramses II juga meminta para pekerja untuk membangun
temple Rameuseum.Untuk menjaga agar pekerjaannya lancar Raja Ramses II menyediakan
tabib serta pelayan untuk menjaga kesehatan para pekerjanya.
D.Zaman Yunani Kuno
Pada zaman Romawi kuno tokoh yang paling terkenal adalah Hippocrates. Hippocrates
berhasil menemukan adanya penyakit tetanus pada awak kapal yang ditumpanginya.
E.Zaman Romawi
Para ahli seperti Lecretius, Martial, dan Vritivius mulai memperkenalkan adanya gangguan
kesehatan yang diakibatkan karena adanya paparan bahan toksik dari lingkungan kerja,
seperti timbal dan sulfur.Pada masa pemerintahan Jendral Aleksander Yang Agung sudah
dilakukan pelayanan kesehatan bagi angkatan perang.

F.Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran terhadap pekerja yang mengalami
kecelakaan, sehingga menyebabkan cacat atau meninggal. Masyarakat pekerja sudah
mengenal akan bahaya vapour di lingkungan kerja sehingga disyaratkan bagi pekerja yang
bekerja pada lingkungan yang mengandung vapour harus menggunakan masker.
G.Abad ke-16
Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus Aureolus Theophrastus
Bombastus Von Hoheinheim atau yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Paracelsus
mulai memperkenalkan penyakit akibat kerja terutama yang dialamai oleh pekerja
tambang.Pada era ini seorang ahli yang bernama Agricola dalam bukunya De Re Metallica
bahkan sudah mulai melakukan upaya pengendalian bahaya timbal di pertambangan dengan
menerapkan prinsip ventilasi.
H.Abad ke-18
Pada masa ini ada seorang ahli bernama Bernardino Ramazzini (1664 1714) dari
Universitas Modena di Italia, menulis dalam bukunya yang terkenal : Discourse on the
diseases of workers, (buku klasik ini masih sering dijadikan referensi oleh para ahli K3
sampai sekarang). Ramazzini melihat bahwa dokter pada masa itu jarang yang melihat
hubungan antara pekerjaan dan penyakit, sehingga ada kalimat yang selalu diingat pada saat
dia mendiagnosa seseorang yaitu What is Your occupation ?. ramazzini melihat bahwa ada
dua faktor besar yang menyebabkan penyakit akibat kerja, yaitu bahaya yang ada dalam
bahan yang digunakan ketika bekerja dan adanya gerakan janggal yang dilakukan oleh para
pekerja ketika bekerja (ergonomic factors).
1.

Era Revolusi Industri (Traditional Industrialization)

Pada era ini hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah :


1.Penggantian tenaga hewan dengan mesin, seperti mesin uap yang baru ditemukan sebagai
sumber energi.
2.Penggunaan mesin yang menggantikan tenaga manusia
3.Pengenalan metode baru dalam pengolahan bahan baku (khususnya bidang industri kimia
dan logam).
4.Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar berkembangnya industri yang
ditopang oleh penggunaan mesin-mesin baru.
5.Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan pemajanan karbon dari bahan-bahan sisa pembakaran.

J.Era Industrialisasi (Modern Idustrialization)


Sejak era revolusi industri di atas sampai dengan pertengahan abad 20, maka penggunaan
teknologi semakin berkembang sehingga K3 juga mengikuti perkembangan ini. Secara
keilmuan K3 konsep yang berkembang pada era ini adalah mengenai metode-metode
pengendalian bahaya kecelakaan dan potensi gangguan kesehatan dengan pendekatan
Engineering, Administrative, dan penggunaan alat pelindung diri saat bekerja. Masalah yang
muncul sangatberhubungan dengan sistem operasionalisasi kerja yang dibantu dengan mesin
yang canggih. Seiring dengan kemajuan teknologi serta munculnya permasalahan baru di
lingkungan kerja terutama aspek keselamatan dan kesehatan pekerja saat bekerja dengan
mesin maka mulai dikembangkan alat pelindung diri, safety devices, interlock dan alat
pengaman lainnya juga turut berkembang.
K.Era Manajemen dan Manjemen K3
Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an hingga sekarang.
Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich (1941) yang meneliti penyebab kecelakaan
bahwa umumnya (85%) terjadi karena faktor manusia (unsafe act) dan faktor kondisi kerja
yang tidak aman (unsafe condition).Pada era ini berkembang sistem automasi pada pekerjaan
untuk mengatasi masalah sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor manusia. Namun
sistem otomasi menimbulkan masalah manusiawi yang akhirnya berdampak kepada
kelancaran pekerjaan karena adanya blok pekerjaan dan tidak terintegrasinya masing-masing
unit pekerjaan. Sejalan dengan itu Frank Bird dari International Loss Control Institute (ILCI)
pada tahun 1972 mengemukakan teori Loss Causation Model yang menyatakan bahwa faktor
manajemen merupakan latar belakang penyebab yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Berdasarkan perkembangan tersebut serta adanya kasus kecelakaan di Bhopal tahun 1984,
akhirnya pada akhir abad 20 berkembanglah suatu konsep keterpaduan sistem manajemen K3
yang berorientasi pada koordinasi dan efisiensi penggunaan sumber daya. Keterpaduan
semua unit kerja, seperti safety, health dan masalah lingkungan dalam suatu sistem
manajemen juga menuntut adanya kualitas yang terjamin baik dari aspek input proses dan
output. Untuk mencakup semua aspek di perusahaan, maka manajemen yang dikembangkan
adalah manajemen secara sistem.
Secara keilmuan K3 aspek yang berkembang pada era ini adalah manajemen di bidang K3
serta Integrative System Management K3. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya standar
internasional, seperti ISO 9000, ISO 14000 dan ISO 18000.
L.Era Mendatang Perkembangan K3
Ternyata aspek K3 tidak hanya diperlukan di lingkungan industri atau tempat kerja saja.
Prasarana dan sarana yang digunakan atau yang dimanfaatkan oleh masyarakat umumpun
perlu mendapatkan perhatian K3. Permasalahan K3 tidak hanya menjadi tugas dan tanggung
jawab ahli K3, tapi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat baik yang berada di
lingkungan kerja (formal) maupun masyarakat umum. Oleh sebab itu arah perkembangan K3

di masa yang akan datang lebih ditekankan kepada aspek perilaku dengan kata lain setiap
orang di setiap aktivitas mereka sudah menerapkan prinsip K3. Pada masa yang akan datang
tidak hanya difokuskan pada permasalahan K3 yang ada sebatas di lingkungan industri dan
pekerja. Perkembangan K3 mulai menyentuh aspek yang sifatnya publik atau untuk
masyarakat luas. Penerapan aspek K3 mulai menyentuh segala sektor aktifitas kehidupan dan
lebih bertujuan untuk menjaga harkat dan martabat manusia serta penerapan hak asazi
manusia demi terwujudnya kualitas hidup yang tinggi. Upaya ini tentu saja lebih bayak
berorientasi kepada aspek perilaku manusia yang merupakan perwujudan aspek-aspek K3.
3.Undang-Undang K3
Perundang-undangan K3 ialah salah satu alat kerja yang sangat penting bagi para Ahli K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) guna menerapkan K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) di Tempat Kerja.Berikut merupakan kumpulan perundang-undangan K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja) Republik Indonesia yang memuat isi sebagai berikut antara lain :
Undang-Undang K3 :
1.Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie).
2.Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3.Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 203 tentang Ketenagakerjaan.
Peraturan Pemerintah terkait K3 :
1.Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening).
2.Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan
dan Peredaran Pestisida.
3.peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan
Kerja di Bidang Pertambangan.
4.Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 1979 tentang keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
Peraturan Menteri terkait K3 :
1.Permenakertranskop RI No 1 Tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter
Perusahaan.
2.Permenakertrans RI No 1 Tahun 1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Pengangkutan dan Penebangan Kayu.

3.Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 tentang Penunjukan dan Wewenang Serta Kewajiban


Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja.
4.Permenakertrans RI No 1 Tahun 19879 tentang Kewajiban Latihan Hygienen Perusahaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga Paramedis Perusahaan.
5.Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada Konstruksi
Bangunan.
6.Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
7.Permenakertrans RI No 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan.
8.Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
9.Permenakertrans RI No 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan.
10.Permenakertrans RI No 2 Tahun 1982 tentang Kualifikasi Juru Las.
11.Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
12.Permenaker RI No 2 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis.
13.Permenaker RI No 3 Tahun 1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemakaian
Asbes.
14.Permenaker RI No 4 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi.
15.Permenaker RI No 5 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
16.Permenaker RI No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
17.Permenaker RI No 1 Tahun 1988 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat Operator Pesawat
Uap.
18.Permenaker RI No 1 Tahun 1989 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat Operator Keran
Angkat.
19.Permenaker RI No 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi-instalasi Penyalur Petir.
20.Permenaker RI No 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan
Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

21.Permenaker RI No 4 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan


Kerja.
22.Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
23Permenaker RI No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
24.Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan
Kecelakaan.
25.Permenaker RI No 4 Tahun 1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian dan tata Kerja
Dokter Penasehat.
26.Permenaker RI No 3 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang.
Keputusan Menteri terkait K3 :
1.Kepmenaker RI No 155 Tahun 1984 tentang Penyempurnaan keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep 125/MEN/82 Tentang Pembentukan, Susunan dan Tata
Kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2.Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum RI No 174 Tahun
1986 No 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan
Konstruksi.
3.Kepmenaker RI No 1135 Tahun 1987 tentang Bendera keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4.Kepmenaker RI No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat
Kerja.
5.Kepmenaker RI No 245 Tahun 1990 tentang Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional.
6.Kepmenaker RI No 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat
Kerja.
7.Kepmenaker RI No 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
Kerja.
8.Kepmenaker RI No 197 Thun 1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.

9.Kepmenakertrans RI No 75 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia


(SNI) No SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL
2000) di Tempat Kerja.
10.Kepmenakertrans RI No 235 Tahun 2003 tentang Jenis-jenis Pekerjaan yang
Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak.
11.Kepmenakertrnas RI No 68 Tahun 2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/AIDS di Tempat Kerja.
Instruksi Menteri terkait K3 :
1.Instruksi Menteri Tenaga Kerja No 11 Tahun 1997 tentang Pengawasan Khusus K3
Penanggulangan Kebakaran.
Surat Edaran dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan terkait K3 :
1.Surat keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja RI No 84 Tahun 1998 tentang Cara Pengisian
Formulir Laporan dan Analisis Statistik Kecelakaan.
2.Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan No 407 Tahun 1999 tentang Persyaratan, Penunjukan, Hak dan Kewajiban
Teknisi Lift.
3.Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan No 311 Tahun 2002 tentang Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Teknisi Listrik.
Sumber Dari :
1.

https://hartantig.wordpress.com/2013/02/02/tugas-manajemen-k3/

2.

http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/11/kumpula
n-perundang-undangan-k3.html

3.

http://www.academia.edu/5417700/HUKUMHUKUM_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA_K3_Makalah_ini_disusun_sebagai
_Tugas_Mata_Kuliah_Hukum_dan_Undang-Undang_Kesehatan

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50
TAHUN 2012
Sabtu, 08 February 2014 02:22

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50


TAHUN 2012

( by : Zainal Bakti )

Pengantar
Sebelum terbitnya Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012, panduan yang
digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan SMK3, Permenaker N0.5
tahun 1996, dan untuk Kementerian Pekerjaan Umum menggunakan Permen
N0.09 tahun 2008, dengan terbitnya peraturan pemerintah ini, seyogianya
semua peraturan yang bersifat sektoral segera disesuaikan.

Adapun PP 50 tahun 2013 ini didasarkan kepada Undang-Undang N0.01 tahun


1970, dan diamanatkan oleh Undang-Undang No. 13 tahun 2003.
Pelaksanaan Sistim Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3)
Pemerintah No. 50 Tahun 2012

Peraturan

Seperti diketahui tujuan penerapan Sistim Manajamen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja(SMK3) ini adalah dalam rangka :
1.

Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan K3 dengan cara :


terencana, terukur, terstruktur, terintegrasi

2.

Untuk mencegah kecelakaan kerja dan mengurangi penyakit akibat kerja,


dengan melibatkan : manajemen, tenaga kerja/pekerja dan serikat pekerja

SMK3 diwajibkan bagi perusahaan, mempekerjakan lebih dari 100 org dan
mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Untuk itu perusahaan diwajibkan
menyusun Rencana K3, dalam menyusun rencana K3 tersebut, pengusaha
melibatkan Ahli K3, Panitya Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja(P2K3),
Wakil Pekerja dan Pihak Lain yag terkait
A. PENGENDALIAN
Dalam proses operasional dilakukan pengendalian, pengendalian meliputi:
kegiatan, produk, barang dan jasa.
Sementara itu, untuk cakupan pengendalian meliputi : bahan, peralatan,
lingkungan kerja, cara kerja, sifat kerja dan proses kerja.
B. POTENSI TERJADI KECELAKAAN KERJA
Bila dilakukan identifikasi potensi bahaya, sehingga terjadi kecelakaan kerja
maka dapat dikatagorikan ada dua penyebab yang dominan , yaitu tindakan
tidak aman dan kondisi yang tidak aman.
1.

Tindakan tidak aman (unsafe action) disebabkan: kelelahan karena


kurang istirahat, jam kerja melampui ketentuan yang sudah diatur dalam
undang-undang, kekurangan gizi yaitu ketidak seimbangan antara asupan
makanan dibanding dengan tenaga yang dibutuhkan dalam bekerja , tidak
kompeten karena tidak terlatih dan bekerja hingga larut malam terusmenerus , bahkan menjelang pagi

2.

Kondisi tidak aman (unsafe condition) disebabkan : cuaca ekstrim


yaitu hujan badai dan panas yang luar biasa, ruang bekerja sempit tanpa
tersedianya udara segar yang memadai, peralatan kadaluarsa yang tetap

digunakan dan penerangan kurang memadai sehingga pekerja terpaksa


bekerja remang-remang dan mengakibatkan kerusakan mata.
C. PENGAWASAN
Untuk melakukan pengawasan terhadap berjalannya pelaksanaan Peraturan
Pemerintah ini dilaksanakan secara berjenjang yaitu :
1.

Kementerian Tenaga Kerja di Pusat,

2.

Dinas Tenaga Kerja di Provinsi dan,

3.

Suku Dinas di Kabupaten/Kota

Dalam pengawasan dilakukan pemeriksaan berdasarkan kriteria sebagai


berikut :
1.

Bagiamana komitmen manajemen perusahaan tentang pelaksanaan K3,


apakah ada visi, misi dan kebijakan K3 ?

2.

Bagaimana bentuk organisasi, apakah P2K3 sudah dimasukkan atau


terintegrasi dalam organisasi perusahaan ?

3.

Sumber daya manusia, apakah sudah diberikan sosialisasi dan pelatihan


mengenai K3 ?

4.

Apakah pelaksanaan undang-undang K3, dilaksanakan secara konsisten ?

5.

Setiap tenaga kerja, apakah keamanan bekerja sudah dijamin ?

6.

Dilakukan pemeriksaan, dan dilakukan pengujian dan dan diukur apakah


SMK3 telah dilakukan secara baik dan benar

7.

Apakah Pengendalian Keadaan darurat & bahaya industri sudah dilakukan


?

8.

Apakah kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja dibuat


pelaporannya dan dilakukan perbaikan, agar dapat dicegah kejadian yang
sama.

9.

Apakah tindak lanjut dari hasil audit, dilakukan, sehingga dapat dilakukan
pencegahan dan terjadi perbaikan dan peningkatan kinerja perusahaan.

D. OVERVIEW
I. Pendahuluan
Pengertian pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan


penyakit akibat kerja
mengendalikan atau meniadakan potensi bahaya untuk mencapai

tingkat risiko yang dapat diterima dan sesuai dengan standard yang
ditetapkan.
II. Pengertian Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
( SMK3 )
Pengertian manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
Proses mengintegrasikan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja
kedalam
operasi perusahaan
Definisi :
SMK3 adalah : Bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan
dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.( Peraturan
Pemerintah No.50/2012)
III. Komparasi Permennaker No. 05/1996 dan Peraturan Pemerintah No.
50/2012
1. Dasar Hukum yang digunakan :
Permennaker No. 05/1996

Peraturan Pemerintah No. 50/2012

1)

1)

UU No.14 th1969 tentang Ketentuan-

ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja

UU No. 13 th 2003 ttg

Ketenagakerjaan

2)

UU No. 1 th 1970 ttg Keselamatan

Kerja

2)

UU No. 1 th 1970 ttg Keselamatan

Kerja

2. Tujuan penerapan SMK3


Permennaker No. 05/1996

Peraturan Pemerintah No. 50/2012

Menciptakan suatu sistem K3 di tempat

a)

kerja kerja dgn melibatkan unsur

K3 yg terencana, terukur dan teintegrasi;

manajemen, tenaga kerja, kondisi dan

b)

lingkungan kerja yg terintegrasi dalam


rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan PAK serta terciptanya
tempat kerja yang aman, effisien dan
produktif.

Meningkatkan efektivitas perlindungan


Mencegah dan mengurangi kec.kerja

dan PAK dgn melibatkan unsur manajemen,


pekerja/ buruh, dan/atau SP/SB;
c)

Menciptakan tempat kerja yg aman,

nyaman dan efisien utk mendorong


produktivitas

3. Dasar Penerapan SMK3


Permennaker No. 05/1996

Peraturan Pemerintah No. 50/2012

Ditetapkan melalui ketentuan-ketentuan

Dilakukan berdasarkan KEBIJAKAN

sebagai pedoman dalam penerapan SMK3.

NASIONAL ttg SMK3 sebagai pedoman


perusahaan dalam menerapkan SMK3.

4. Ketentuan Penerapan SMK3,


Permennaker No. 05/1996

Peraturan Pemerintah No. 50/2012

1)

1)

Penetapan kebijakan K3

penerapan SMK3

2)

Perencanaan K3

2)

Perencanaan pemenuhan kebijakan

3)

Pelaksanaan rencana K3

3)

Penerapan kebijakan K3

Kebijakan K3 dan

Komitmen

4)

4)

Pemantauan dan evaluasi kinerja K3

eveluasi kinerja K3

5)

Peninjauan dan peningkatan kinerja

5)

SMK3

Pengukuran, pemantauan dan


Tinjauan ulang dan perbaikan terus

menerus

5. Ketentuan Penilaian SMK3 :


Permennaker No. 05/1996

1.

1. Elemen Audit : 12 elemen dan 41


sub elemen; dan 166 kriteria

1.

2. Audit dilakukan oleh Badan Audit

Peraturan Pemerintah No. 50/2012

1.

Elemen Audit : 12 elemen dan 44 sub

elemen; dan 166 kriteria

1.

Audit dilakukan Lembaga Audit


Independen yg ditunjuk Menteri atas

yg ditunjuk Menteri

permohonan perusahaan.

1.

3. Direktur berwenang menetapkan


persh yg wajib utk di audit

1.

Perusahaan yg berpotensi bahaya


tinggi wajib melakukan penilaian
penerapan SMK3

1.

4. Audit dilaksanakan 3 th sekali

6. Laporan Audit SMK3


Permennaker No. 05/1996

Peraturan Pemerintah No. 50/2012

1.

1. Laporan Audit disampaikan

1.

Menteri

kpd Direktur dan pengurus tempat


kerja
2.

2.

2. Direktur melakukan evaluasi

2. Laporan Audit, tembusan


disampaikan kpd :

dan penilaian laporan audit

3.

1. Hasil Audit dilaporkan kpd

Menteri pembina sektor

3. Berdasrkan hasil evaluasi dan

Gubernur

penilaian ditetapkan pemberian


Bupati/Walikota

sertifikat/ bendera penghargaan


dan menginstruksi utk tindakan

untuk peningkatan SMK

hukum jika terdpt pelanggaran.


7. Tingkat Penilaian SMK3
Tingkat Pencapaian

Permennaker No. 05/1996

50/2012

Penerapan

0-59% dari total kriteria

Peraturan Pemerintah No.

Tindakan hukum

Tingkat penilaian
Penerapan Kurang

60-84% dari total kriteria

85-100% dari total kriteria

Sertifikat dan bendera

Tingkat penilaian

perak

Penerapan Baik

Sertifikat dan bendera

Tingkat Penilaian

emas

Penerapan Memuaskan

8. Obyek Pengawasan
Permennaker No. 05/1996

Peraturan Pemerintah No. 50/2012

Prinsip-prinsip Penerapan SMK3

1.

1. Pembangunan dan terjaminnya


pelaksanaan komitmen;

1.

Organisasi;

2.

Sumber Daya Manusia

3.

Pelaksanaan Perat Peruu K3;

4.

Keamanan Bekerja;

5.

Pemeriksaan, pengujian dan


pengukuran penerapan SMK3;

6.

Pengendalian keadaan darurat dan


bahaya industri;

7.

Pelaporan dan perbaikan


kekurangan; dan

8.

Tindak lanjut audit

IV. Tinjauan Ulang Peningkatan Kinerja Penerapan SMK3


Tujuan Tinjauan Ulang adalah :
1.

Mengevaluasi strategi SMK3 untuk menentukan apakah telah memenuhi


tujuan yang direncanakan;

2.

Mengevaluasi kemampuan SMK3 untuk memenuhi kebutuhan organisasi


dan para pemangku kepentingan, termasuk para pekerja;

3.

Mengevaluasi kebutuhan perubahan pada SMK3, termasuk kebijakan dan


sasaran;

4.

Mengevaluasi kemajuan dalam pencapaian tujuan organisasi dan tindakan


korektif;

5.

Mengevaluasi efektivitas tindak lanjut dari tinjauan ulang sebelumnya;

6.

Mengidentifikasi tindakan apa yang diperlukan untuk memperbaiki setiap


kekurangan dalam waktu yang tepat, termasuk adaptasi terhadap aspek2
yang berkaitan dengan struktur manajemen dan pengukuran kinerja
perusahaan;

7.

Memberikan arahan terhadap umpan balik, termasuk penentuan prioritas,


perencanaan yang bermakna dan perbaikan berkesinambungan;

Tinjauan Ulang SMK3 harus mempertimbangkan :


1.

Perubahan peraturan perundangan;

2.

Incident data (cidera, sakit akibat kerja, rekomendasi hasil investigasi


kecelakaan kerja);

3.

Hasil pemantauan dan pengukuran kinerja, dan laporan kegiatan audit;

4.

Masukan yang berasal dari internal dan eksternal perusahaan;

5.

Perubahan organisasi yang dapat mempengaruhi SMK3;

6.

Perubahan kegiatan perusahaan (penggunaan teknologi, proses dsb.)

7.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi;

8.

Tuntutan pasar;

Tinjauan Ulang SMK3 dicatat dan dikomunikasi secara formal kepada :


1.

Petugas/unit kerja yang bertanggungjawab terhadap elemen SMK3 yang


relevant sehingga mereka dapat menindaklanjuti dengan tepat;

2.

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), pekerja


dan/atau Serikat Pekerja;

V. Implementasi Audit SMK3


Proses yg sistematik, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh
bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai
sejauh mana kriteria audit dipenuhi.
Kriteria Audit SMK3, adalah seperangkat : Kebijakan, Prosedur, Persyaratan
Digunakan sebagai acuan pembanding terhadap bukti audit.
Bukti Audit adalah Rekaman, pernyataan mengenai fakta atau informasi lain
yang terkait dengan kriteria audit dan dapat diverifikasi; dapat bersifat
kualitatif atau kuantitatif.
Rekaman K3 berupa :

Data pelatihan dan pendidikan K3, pelaksanaan, peserta dan evaluasi.

Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya

Laporan inspeksi K3, pelaksanaan dan tindak lanjut

Laporan Audit SMK3, internal dan eksternal

Rekaman kegiatan rapat-rapat P2K3

Laporan Kecelakaan Kerja

Laporan tindak lanjut rekomendasi investigasi kecelakaan

Laporan Konsultasi K3

SOP, instruksi kerja, juklak, juknis

Data penggunaan bahan kimia berbahaya dan LDKB

Maintenance record

Feedback dari staff, pekerja, pemasok, kontraktor

Data pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, awal, berkala dan khusus

Laporan monitoring lingkungan kerja; spt : kebisingan, udara lingkungan


kerja, iklim kerja

Data APD, penyediaan, pengadaan, pelatihan, distribusi, perawatan

Laporan pelatihan keadaan darurat

Sertifikasi peralatan, mesin, instalasi, pesawat

Sertifikasi kompetensi personel, SIO, SKP

Laporan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko

Laporan monitoring dan tinjauan ulang pengendalian risiko

Data peralatan pengaman, spt. APAR, alat deteksi dini, rambu K3

dll

* Audit SMK3 adalah :


Pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap pemenuhan
kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan
yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di
perusahaan (PP 50 th 2012 ttg SMK3)
* Tujuan Program Audit adalah didasarkan pada pertimbangan :

Prioritas manajemen;

Tujuan komersial;

Persyaratan sistem manajemen;

Persyaratan peraturan peruu;

Persyaratan kontrak;

Kebutuhan utk evaluasi pemasok;

Persyaratan pelanggan;

Kebutuhan pihak lain yg berkepentingan;

Risiko terhadap organisasi.


* Lingkup Audit SMK3 yaitu :

Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen

Strategi Pendokumentasian

Peninjauan Ulang dan Kontrak

Pengendalian Dokumen

Pembelian

Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3

Standar Pementauan

Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan

Pengelolaan Material dan Perpindahannya

Pengumpulan dan Penggunaan Data

Audit SMK3

Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan


Demikian sekilas gambaran dari SMK3 versi PP 50/2012, untuk pendalaman dan
bimbingan di perusahaan/industry lebih lanjut, dapat menghubungi : A2K4Indonesia ph.021.7884886 dan 021.98495513 atau dengan Zainal Bakti
081617377315 atau email a2k4ina@gmail.com dan zainalbakti28@yahoo.co.id .
Daftar Pustaka :

1.

Undang-Undang No.01/1970

2.

Undang-Undang No.13/2003 tentang Ketenaga-Kerjaan

3.

Permenaker No.5/1996 tentang SMK3

4.

Permen.PU No.8/2009 tentang SMK3 di Pekerjaan Umum

5.

Peraturan Pemerintah No. 50/2012 tentang SMK3

6.

Makalah Workshop Nasional K3 dengan tema : Penyesuaian SMK3 sesuai


dengan PP 50/2012 pada tanggal : 26-27 September 2012 Penyelenggara :
Indonesian Management Centre ( IMAC )Bertempat di Grand Cempaka Hotel
Cempaka Putih Jakarta

GAMBAR-GAMBAR PENUNJANG TULISAN :

TINDAKAN CEROBOH, BERBAHAYA ( UNSAFE ACTION)

PASTIKAN ALAT PELINDUNG DIRI BERFUNGSI DENGAN BAIK

TEKNIK & PROSES KESELAMATAN KERJA


Posted on Juli 7, 2013 by iriyanto120492

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari


sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia
pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan
diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau
peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia,
merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.
Pengertian Hampir Celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan
insiden (incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah near-miss
atau near-accident, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan dimana dengan keadaan yang sedikit berbeda akan
mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
a. Sasarannya adalah lingkungan kerja

b. Bersifat teknik.
Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya)
bermacam macam : ada yang
menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan
ada yang hanya disingkat
K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.
A. Tujuan K3
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif.
Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) :
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.
B. Ruang Lingkup K3
Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman,
1990) :
Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang
di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat
kerja dan usaha yang dikerjakan.
Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2. Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4. Proses produksi
5. Karakteristik dan sifat pekerjaan
6. Teknologi dan metodologi kerja
Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan
hingga perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut
bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.
Kebijakan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di era global
1. Dalam bidang pengorganisasian

Di Indonesia K3 ditangani oleh 2 departemen : departemen Kesehatan dan


departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Pada Depnakertrans ditangani oleh Dirjen (direktorat jendral) Pembinaan
dan Pengawasan Ketenagakerjaan, dimana ada 4 Direktur :
1. Direktur Pengawasan Ketenagakerjaan
2. Direktur Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak
3. Direktur Pengawasan Keselamatan Kerja, yang terdiri dari Kasubdit
;Kasubdit mekanik, pesawat uap dan bejana tekan.Kasubdit konstruksi
bangunan,instalasi listrik dan penangkal petir,Kasubdit Bina kelembagaan
dan keahlian keselamatan ketenagakerjaan
4. Direktur Pengawasan Kesehatan Kerja, yang terdiri dari kasubdit
;Kasubdit Kesehatan tenaga kerja,Kasubdit Pengendalian Lingkungan
Kerja,Kasubdit Bina kelembagaan dan keahlian kesehatan kerja.
Pada Departemen Kesehatan sendiri ditangani oleh Pusat Kesehatan Kerja
Depkes. Dalam upaya pokok Puskesmas terdapat Upaya Kesehatan Kerja
(UKK) yang kiprahnya lebih pada sasaran sektor Informal (Petani, Nelayan,
Pengrajin, dll)
2. Dalam bidang regulasi
Regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah sudah banyak,
diantaranya :
1. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. KepMenKes No 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
4. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja.
5. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan
Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan.
6. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan
Hygiene Perusahaan K3 Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan.
7. Keputusan Menaker No Kep 79/MEN/2003 tentang Pedoman Diagnosis
dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
3. Dalam bidang pendidikan
Pemerintah telah membentuk dan menyelenggarakan pendidikan untuk

menghasilkan tenaga Ahli K3 pada berbagai jenjang Pendidikan, misalnya :


1. Diploma 3 Hiperkes di Universitas Sebelas Maret
2. Strata 1 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya peminatan K3
di Unair, Undip,dll dan jurusan K3 FKM UI.
3. Starta 2 pada Program Pasca Sarjana khusus Program Studi K3, misalnya
di UGM, UNDIP, UI, Unair.
Pada beberapa Diploma kesehatan semacam Kesehatan Lingkungan dan
Keperawatan juga ada beberapa SKS dan Sub pokok bahasan dalam sebuah
mata kuliah yang khusus mempelajari K3.
C. Kecelakaan kerja
1. Pengertian
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998
tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang
dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan
atau harta benda.
2. Penyebab kecelakaan kerja
Secara umum, ada dua sebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu penyebab
dasar (basic causes), dan penyebab langsung (immediate causes)
a. Penyebab Dasar
1) Faktor manusia/pribadi, antara lain karena :
kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis
kurangny/lemahnya pengetahuan dan ketrampilan/keahlian.
stress
motivasi yang tidak cukup/salah
2) Faktor kerja/lingkungan, antara lain karena :
tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan
tidak cukup rekayasa (engineering)
tidak cukup pembelian/pengadaan barang
tidak cukup perawatan (maintenance)
tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan berang-barang/bahan-bahan.
tidak cukup standard-standard kerja
penyalahgunaan

b. Penyebab Langsung
1) Kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-kondisi yang tidak
standard) yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan, misalnya
(Budiono, Sugeng, 2003) :
Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang tidak memadai atau tidak
memenuhi syarat.
Bahan, alat-alat/peralatan rusak
Terlalu sesak/sempit
Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai
Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan
Kerapihan/tata-letak (housekeeping) yang buruk
Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap, dll
Bising
Paparan radiasi
Ventilasi dan penerangan yang kurang
2) Tindakan berbahaya (unsafe act/tindakan-tindakan yang tidak standard)
adalah tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang akan
menyebabkan kecelakaan, misalnya (Budiono, Sugeng, 2003) :
Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang.
Gagal untuk memberi peringatan.
Gagal untuk mengamankan.
Bekerja dengan kecepatan yang salah.
Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi.
Memindahkan alat-alat keselamatan.
Menggunakan alat yang rusak.
Menggunakan alat dengan cara yang salah.
Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri secara benar.
Data-data tentang Kecelakaan Kerja
Soekotjo Joedoatmodjo, Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional (DK3N) menyatakan bahwa frekuensi kecelakaan kerja di
perusahaan semakin meningkat, sementara kesadaran pengusaha terhadap
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) masih rendah, yang lebih
memprihatinkan pengusaha dan pekerja sektor kecil menengah menilai K3
identik dengan biaya sehingga menjadi beban, bukan kebutuhan. Catatan

PT Jamsostek dalam tiga tahun terakhir (1999 2001) terbukti jumlah


kasus kecelakaan kerja mengalami peningkatan, dari 82.456 kasus pada
1999 bertambah menjadi 98.902 kasus di tahun 2000 dan berkembang
menjadi 104.774 kasus pada 2001. Untuk angka 2002 hingga Juni, tercatat
57.972 kasus, sehingga rata rata setiap hari kerja terjadi sedikitnya lebih
dari 414 kasus kecelakaan kerja di perusahaan yang tercatat sebagai
anggota Jamsostek. Sedikitnya 9,5 persen dari kasus kecelakaan kerja
mengalami cacat, yakni 5.476 orang tenaga kerja, sehingga hampir setiap
hari kerja lebih dari 39 orang tenaga kerja mengalami cacat tubuh.
(www.gatra.com)
Direktur Operasi dan Pelayanan PT Jamsostek (Persero), Djoko Sungkono
menyatakan bahwa berdasarkan data yang ada pada PT Jamsostek selama
Januari-September 2003 selama di Indonesia telah terjadi 81.169 kasus
kecelakaan kerja, sehingga rata-rata setiap hari terjadi lebih dari 451 kasus
kecelakaan kerja. Ia mengatakan dari 81.169 kasus kecelakaan kerja, 71
kasus diantaranya cacat total tetap, sehingga rata-rata dalam setiap tiga
hari kerja tenaga kerja mengalami cacat total dan tidak dapat bekerja
kembali. Sementara tenaga kerja yang meninggal dunia sebanyak 1.321
orang, sehingga hampir setiap hari kerja terdapat lebih tujuh kasus
meninggal dunia karena kecelakaan kerja, ujarnya (www.kompas.co.id)
Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1
juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan
akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta
kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan
pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan
pekerjaan baru setiap tahunnya (Pusat Kesehatan Kerja, 2005)
Faktor Risiko di Tempat Kerja
Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan kerja,
seperti disebutkan diatas, dalam melakukan pekerjaan perlu
dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta resiko yang bisa terjadi
akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan serta
lingkungan disamping faktor manusianya.
Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang
potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau

kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang
kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik
hazard maupun resiko tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya
pengendaliannya dilaksanakan dengan baik.
Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat
dipengaruhi oleh:
1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu
diperhatikan
2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
3. lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik,
kimia, biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di
sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu mengembangkan dan meningkatkan
K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko
kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta
meningkatkan produktivitas dan efesiensi.
Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor
kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan
terpajan dengan resiko bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi
mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis
pekerjaannya.
Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar 1.505 tenaga
kerja wanita di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan muskuloskeletal
(16%) di mana 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri di daerah tulang
punggung dan pinggang. Dan dilaporkan juga pada 5.057 perawat wanita di
18 Rumah Sakit didapatkan 566 perawat wanita adanya hubungan kausal
antara pemajanan gas anestesi dengan gejala neoropsikologi antara lain
berupa mual, kelelahan, kesemutan, keram pada lengan dan tangan.
Di perkantoran, sebuah studi mengenai bangunan kantor modern di
Singapura dilaporkan bahwa 312 responden ditemukan 33% mengalami
gejala Sick Building Syndrome (SBS). Keluhan mereka umumnya cepat
lelah 45%, hidung mampat 40%, sakit kepala 46%, kulit kemerahan 16%,

tenggorokan kering 43%, iritasi mata 37%, lemah 31%.


Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23
mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib
diseleng-garakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat
bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan
dengan program perlindungan tenaga kerja.
Keselamatan Kerja
Balai K3 Bandung
Definisi: Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, landasan, tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan kerja.
Merupakan sarana utama untuk pencegahan kerugian; cacat & kematian
sebagai kecelakaan kerja,
kebakaran, & ledakan.
Sasaran
Tempat kerja: darat, udara, dalam tanah, permukaan air, dalam air.
Mencakup: Proses produksi & distribusi (barang & jasa)
Peranan keselamatan kerja
Aspek teknis : Upaya preventif utk mencegah timbulnya resiko kerja
Aspek Hukum : Sebagai perlindungan bagi tenaga kerja (TK) & orang lain
di tempat kerja
Aspek ekonomi : Untuk efisiensi
Aspek sosial : Menjamin kelangsungan kerja & penghasilan bagi kehidupan
yang layak
Aspek kultural : Mendorong terwujudnya sikap & perilaku yang disiplin,
tertib, cermat, kreatif,
inovatif, & penuh tanggung jawab.
Hampir celaka (near miss): Suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan, dalam kondisi yang sedikit berbeda dapat mengakibatkan
terjadinya kecelakaan.
Contoh: seseorang yang hampir terpeleset, tapi segera berpegangan pada

pagar pengaman.
Kesadaran akan keselamatan masih rendah, salah satu indikasinya:
Kecelakaan kerja (2005): 96.081 kasus di Indonesia
Kecelakaan kerja (2006): 92.000 kasus di Indonesia
Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya.
Kecelakaan dapat dicegah atau dikurangi dengan menghilangkan atau
mengurangi penyebabnya.
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tak diharapkan.
Kerugian kecelakaan kerja (5K): kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan
& kesedihan, kelainan & cacat, kematian.
Penyebab kecelakaan manusia, mesin, lingkungan
Kondisi yang tidak aman (15%)
Tindakan yang tidak aman (85%)
Konsep modern manajemen keselamatan:
Sebab-sebab kecelakaan: Secara umum ada 2 penyebab terjadinya
kecelakaan kerja.
-Penyebab langsung: Kecelakaan yg bisa dilihat & dirasakan langsung
Penyebab Dasar: (basic cause)
Penyebab langsung:
Unsafe conditions & sub-standard conditions
Unsafe acts & sub-standard practice
Unsafe conditions & sub-standard conditions (kondisi berbahaya):
keadaan yang tidak aman pada hakekatnya dapat diamankan/diperbaiki
Pengaman yang tidak sempurna
Peralatan/bahan yang tidak seharusnya
-Penerangan kurang/berlebih
Ventilasi kurang
Iklim kerja tidak sesuai
Getaran
Kebisingan cukup tinggi
Pakaian tidak sesuai
Ketatarumahtanggaan yang buruk (poor house keeping)
Unsafe acts & sub-standard practice (tindakan yang berbahaya):
tindakan/perbuatan yang menyimpang dari tata cara/prosedur aman

Melakukan pekerjaan tanpa wewenang


Menghilangkan fungsi alat pengaman (melepas/mengubah)
Memindahkan alat-alat keselamatan
Menggunakan alat yang rusak
Menggunakan alat dg cara yang salah
Bekerja dengan posisi/sikap tubuh yang tidak aman
Mengangkat secara salah
Mengalihkan perhatian (mengganggu, mengagetkan, bergurau)
Melalaikan penggunaan alat pelindung diri (APD) yang ditentukan
Mabuk karena minuman beralkohol
Penyebab dasar kecelakaan kerja:
Faktor manusia
* Kurangnya kemampuan fisik, mental & psikologi
* Kurangnya pengetahuan & ketrampilan
* Stres
* Motivasi yang salah
Faktor lingkungan
* Kepemimpinan/pengawasan kurang
* Peralatan & bahan kurang
* Perawatan peralatan yang kurang
* Standar kerja kurang
Biaya langsung dari kecelakaan kerja:
P3K
Pengobatan
Perawatan
Biaya Rumah Sakit
Angkutan
Upah (selama tidak bekerja)
-Kompensasi
Faktor penyebab kejadian kecelakan di industri, antara lain:
Kegagalan komponen, misalnya desain alat yang tidak memadai & tidak
mampu menahan tekanan, suhu atau bahan korosif
Penyimpangan dari kondisi operasi normal, seperti kegagalan dalam
pemantauan proses, kesalahan prosedur, terbentuknya produk samping

Kesalahan manusia (human error), seperti mencampur bahan kimia


tanpa mengetahui jenis & sifatnya, kurang terampil, & salah komunikasi
Faktor lain, misalnya sarana yang kurang memadai, bencana alam,
sabotase, kerusuhan massa.
Klasifikasi Kecelakaan kerja:
Menurut jenis kecelakaan
* Jatuh
* Tertimpa benda jatuh
* Menginjak, terantuk
* Terjepit,terjempit
* Gerakan berlebihan
* Kontak suhu tinggi
* Kontak aliran listrik
* Kontak dengan bahan berbahaya/radiasi
Menurut media penyebab
* Mesin
* Alat angkut & alat angkat
* Peralatan lain
* Bahan, substansi & radiasi
* Lingkungan kerja
* Penyebab lain
Menurut sifat cedera
* Patah tulang
* Keseleo
* Memar
* Amputasi
* Luka bakar
* Keracunan akut
* Kematian
Menurut bagian tubuh yang cedera
* Kepala
* Leher
* Badan

* Anggota gerak atas


* Anggota gerak bawah
Manfaat Klasifikasi :
Mencegah kecelakaan kerja yang berulang
-Sebagai sumber informasi: faktor penyebab, keadaan pekerja, kompensasi
Meningkatkan kesadaran dalam bekerja.
Pencegahan kecelakaan kerja:
-Peraturan perundangan
Standarisasi
Pengawasan
Penelitian teknik
Riset medis
Penelitian psikologis
Penelitian secara statistik
Pendidikan
Latihan-latihan
Penggairahan
Asuransi
D. Undang-undang Keselamatan kerja
Pasal 10
(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membertuk Panitia Pembina
Keselamatan Kerja guna memperkembangkan kerja sama, saling
pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga
kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka
melancarkan usaha berproduksi.
(2) Susunan Panitia Pembina dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas
dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
E. Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai ilmu terapan, yang bersifat
multidisiplin didalam era global dewasa hadir dan berkembang dalam
aspek keilmuannya (di bidang pendidikan maupun riset) maupun dalam
bentuk program-program yang dilaksanakan di berbagai sektor yang

tentunya penerapannya didasari oleh berbagai macam alasan .


Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 45% penduduk
dunia dan 58% penduduk yang berusia diatas sepuluh tahun tergolong
tenaga kerja. Diperkirakan dari jumlah tenaga kerja diatas, sebesar 35%
sampai 50% pekerja di dunia terpajan bahaya fisik, kimia, biologi dan juga
bekerja dalam beban kerja fisik dan ergonomi yang melebihi kapasitasnya,
termasuk pula beban psikologis serta stress. Dikatakan juga bahwa hampir
sebagain besar pekerja didunia, sepertiga masa hidupnya terpajan oleh
bahaya yang ada di masing-masing pekerjaanya. Dan yang sangat
memperihatinkan adalah bahwa hanya 5% hingga 10% dari tenaga kerja
tadi yang mendapat layanan kesehatan kerja di Negara yang sedang
berkembang. Sedangkan di negara industri tenaga kerja yang memperoleh
layanan kesehatan kerja diperkirakan baru mencapai 50%. Kenyataan
diatas jelas menggambarkan bahwa sebenarnya hak azasi pekerja untuk
hidup sehat dan selamat dewasa ini belum dapat terpenuhi dengan baik.
Masih banyak manusia demi untuk dapat bertahan hidup justru
mengorbankan kesehatan dan keselamatannya dengan bekerja ditempat
yang penuh dengan berbagai macam bahaya yang mempunyai risiko
langsung maupun yang baru diketahui risikonya setelah waktu yang cukup
lama. Dari uraian diatas akan dapat dipahami bahwa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sebagai ilmu maupun sebagai program memang sangat
diperlukan untuk menegakkan hak azasi manusia (khususnya pekerja)
untuk hidup sehat dan selamat.
Di sisi lain, kajian mengenai aspek biaya atau aspek ekonomi yang harus
ditanggung oleh negara-negara didunia sehubungan dengan penyakitpenyakit akibat kerja maupun yang berhubungan dengan pekerjaan, biayabiaya kompensasi yang harus ditanggung akibat cidera, kecacatan akibat
terjadinya kecelakaan merupakan beban yang harus dipikul. Belum lagi
kerugian kerugian lain karena hilangnya hari kerja, kerusakan properti,
tertundanya produksi akibat terjadinya kecelakaan. Tentunya kerugian
(loss) yang diakibatkan masalah kesehatan maupun masalah keselamatan
bila tidak dikendalikan dengan baik akan menjadi beban saat ini maupun
dikemudian hari. Karena itulah Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai
ilmu terapan maupun dalam berbagai bentuk programnya sangat

diperlukan agar kerugian yang kelak dapat terjadi bisa diperkecil atau
ditiadakan kalau memang memungkinkan.
Tentunya dalam rangka menegakkan hak azasi manusia untuk hidup sehat
dan selamat, serta tidak terjadinya berbagai kerugian dan beban ekonomi
seperti yang diuraikan, dikembangkan perangkat hukum (legal) pada
tingkat internasional, regional naupun nasional. Kita ketahui ada berbagai
konvensi yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan keselamatan
pada tingkat internasional maupun regional yang perlu dipatuhi. Adapula
dalam berbagai bentuk regulasi atau standar-standar tertentu yang
berkaitan dengan masalah kesehatan dan keselamatan. Dalam hubungan
inilah Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai keilmuan maupun sebagai
program berfungsi membantu pelaksanaan penerapan aspek legal. Bahkan
dengan pendekatan ilmiahnya melalui penelitian atau riset yang dilakukan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ikut membantu pula memberi masukan
pada penyusunan kebijakan dalam menentukan standar-standar tertentu
dalam bidang kesehatan dan keselamatan.
Dengan demikian kehadiran Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai
suatu pendekatan ilmiah maupun dalam berbagai bentuk programnya di
berbagai sektor bukan tanpa alasan. Alasan yang pertama adalah karena
hak azasi manusia untuk hidup sehat dan selamat, dan alasan yang kedua
adalah alasan ekonomi agar tidak terjadi kerugian dan beban ekonomi
akibat masalah keselamatan dan kesehatan, serta alasan yang ketiga adalah
alasan hukum.
F. Konsep Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi sebagai ilmu terapan yang bersifat
multidisiplin maupun sebagai suatu program yang didasarkan oleh suatu
dan alasan tetentu perlu dipahami dan dipelajari secara umum maupun
secara khusus. Secara umum adalah memahami prinsip dasarnya
sedangkan secara khusus adalah memahami pendekatan masing keilmuan
yang terlibat didalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sebagai ilmu yang bersifat multidisiplin, pada hakekatnya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja mempunyai tujuan untuk memperkecil atau
menghilangkan potensi bahaya atau risiko yang dapat mengakibatkan
kesakitan dan kecelakaan dan kerugian yang mungkin terjadi. Kerangka

konsep berpikir Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menghindari


resiko sakit dan celaka dengan pendekatan ilmiah dan praktis secara
sistimatis (systematic), dan dalam kerangka pikir kesistiman (system
oriented).
Untuk memahami penyebab dan terjadinya sakit dan celaka, terlebih
dahulu perlu dipahami potensi bahaya (hazard) yang ada, kemudian perlu
mengenali (identify) potensi bahaya tadi, keberadaannya, jenisnya, pola
interaksinya dan seterusnya. Setelah itu perlu dilakukan penilaian (asess,
evaluate) bagaimana bahaya tadi dapat menyebabkan risiko (risk) sakit dan
celaka dan dilanjutkan dengan menentukan berbagai cara (control,
manage) untuk mengendalikan atau mengatasinya.
Langkah langkah sistimatis tersebut tidak berbeda dengan langkah-langkah
sistimatis dalam pengendalian resiko (risk management). Oleh karena itu
pola pikir dasar dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada hakekatnya
adalah bagaimana mengendalikan resiko dan tentunya didalam upaya
mengendalikan risiko tersebut masing-masing bidang keilmuan akan
mempunyai pendekatan-pendekatan tersendiri yang sifatnya sangat
khusus.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mempunyai kerangka pikir yang
bersifat sistimatis dan berorientasi kesistiman tadi, tentunya tidak secara
sembarangan penerapan praktisnya di berbagai sektor didalam kehidupan
atau di suatu organisasi. Karena itu dalam rangka menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja ini diperlukan juga pengorganisasian
secara baik dan benar. Dalam hubungan inilah diperlukan Sistim
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang Terintegrasi
(Integrated Occupational Health and Safety Management System) yang
perlu dimiliki oleh setiap organisasi. Melalui sistim manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja inilah pola pikir dan berbagai
pendekatan yang ada diintegrasikan kedalam seluruh kegiatan operasional
organisasi agar organisasi dapat berproduksi dengan cara yang sehat dan
aman, efisien serta menghasilkan produk yang sehat dan aman pula serta
tidak menimbulkan dampak lingkungan yang tidak diinginkan.
Perlunya organisasi memiliki sistim manajemen Keselamatan dan
Kesehatan kerja yang terintegrasi ini, dewasa ini sudah merupakan suatu

keharusan dan telah menjadi peraturan. Organisasi Buruh Sedunia (ILO)


menerbitkan panduan Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Di Indonesia panduan yang serupa dikenal dengan istilah SMK3,
sedang di Amerika OSHAS 1800-1, 1800-2 dan di Inggris BS 8800 serta di
Australia disebut AS/NZ 480-1. Secara lebih rinci lagi asosiasi di setiap
sektor industri di dunia juga menerbitkan panduan yang serupa seperti
misalnya khusus dibidang transportasi udara, industri minyak dan gas,
serta instalasi nuklir dan lain-lain sebagainya. Bahkan dewasa ini
organisasi tidak hanya dituntut untuk memiliki sistim manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi, lebih dari itu organisasi
diharapkan memiliki budaya sehat dan selamat (safety and health culture)
dimana setiap anggotanya menampilkan perilaku aman dan sehat.
laksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.

Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


1. Pengertian dan tujuan kesehatan dan keselamatan kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga
kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat makmur dan sejahtera.
Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi
baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula
meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan
tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai
tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003
tentang ketenaga kerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan
perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti
peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang
dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam
tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-undang tersebut juga mengatur syaratsyarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan,
peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung
dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan,
sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan
upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat,
meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu
pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.
Kesehatan Kerja
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan
sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan
melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan
pekerjaannya.
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat
dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan
atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke
arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan
kesehatan seoptimal mungkin. Status kesehatan seseorang.
Menurut blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni :
1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik /
anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri,
microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi,
pendidikan,pekerjaan).

2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.


3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan,
pencegahan kecacatan, rehabilitasi, dan
4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

Menurut Sumamur (1976) Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu


kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit
umum,konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar
kesehatan pada sektor industri saja melainkan juga mengarah kepada upaya
kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (total health of all at
work).
Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat
pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik,
atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit penyakit/gangguan gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :

Sasarannya adalah manusia

Bersifat medis.

Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut
dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari
segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang
tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses.
Pengertian Hampir Celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan insiden
(incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah near-miss atau nearaccident, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan

keadaan yang sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak
harta benda atau kerugian terhadap proses
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).
Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :

Sasarannya adalah lingkungan kerja

Bersifat teknik.

Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam


macam : ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
(Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal
Occupational Safety and Health.
Ruang Lingkup K3
Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :

Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di


dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan
usaha yang dikerjakan.

Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :


1. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2. Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun social
4. Proses produksi
5. Karakteristik dan sifat pekerjaan
6. Teknologi dan metodologi kerja

Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga


perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.

Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung


jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.
Kebijakan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di era global

1. Dalam bidang pengorganisasian

Di Indonesia K3 ditangani oleh 2 departemen : departemen Kesehatan dan


departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Pada Depnakertrans ditangani oleh Dirjen (direktorat jendral) Pembinaan dan
Pengawasan Ketenagakerjaan, dimana ada 4 Direktur :

Direktur Pengawasan Ketenagakerjaan

Direktur Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak

Direktur Pengawasan Keselamatan Kerja, yang terdiri dari Kasubdit


;Kasubdit mekanik, pesawat uap dan bejana tekan.Kasubdit konstruksi
bangunan,instalasi listrik dan penangkal petir,Kasubdit Bina kelembagaan dan
keahlian keselamatan ketenagakerjaan

Direktur Pengawasan Kesehatan Kerja, yang terdiri dari kasubdit ;Kasubdit


Kesehatan tenaga kerja,Kasubdit Pengendalian Lingkungan Kerja,Kasubdit Bina
kelembagaan dan keahlian kesehatan kerja.
Pada Departemen Kesehatan sendiri ditangani oleh Pusat Kesehatan Kerja Depkes.
Dalam upaya pokok Puskesmas terdapat Upaya Kesehatan Kerja (UKK) yang
kiprahnya lebih pada sasaran sektor Informal (Petani, Nelayan, Pengrajin, dll).
2. Dalam bidang regulasi

Regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah sudah banyak, diantaranya :


3. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4. UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
5. KepMenKes No 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
6. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja.
7. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan
Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan.
8. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan
Hygiene Perusahaan K3 Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan.
9. Keputusan Menaker No Kep 79/MEN/2003 tentang Pedoman
Diagnosis dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit
Akibat Kerja.

1. Dalam bidang pendidikan

Pemerintah telah membentuk dan menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan


tenaga Ahli K3 pada berbagai jenjang Pendidikan, misalnya :
10.Diploma 3 Hiperkes di Universitas Sebelas Maret
11.Strata 1 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya peminatan
K3 di Unair, Undip,dll dan jurusan K3 FKM UI.
12.Starta 2 pada Program Pasca Sarjana khusus Program Studi K3,
misalnya di UGM, UNDIP, UI, Unair.

Pada beberapa Diploma kesehatan semacam Kesehatan Lingkungan dan Keperawatan


juga ada beberapa SKS dan Sub pokok bahasan dalam sebuah mata kuliah yang
khusus mempelajari K3.
Kecelakaan kerja
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang Tata
Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan
kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula
yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
13.Penyebab kecelakaan kerja

Secara umum, ada dua sebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu penyebab dasar (basic
causes), dan penyebab langsung (immediate causes)

Penyebab Dasar
1. kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis
kurangny/lemahnya pengetahuan dan ketrampilan/keahlian.
stress motivasi yang tidak cukup/salah
2. tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan

tidak cukup rekayasa (engineering)


tidak cukup pembelian/pengadaan barang
tidak cukup perawatan (maintenance)
tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan berang-barang/bahan-bahan.
tidak cukup standard-standard kerja
penyalahgunaan

Penyebab Langsung
3. Kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-kondisi yang tidak
standard) yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan,
misalnya (Budiono, Sugeng, 2003) :

Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang tidak memadai atau tidak memenuhi


syarat.
Bahan, alat-alat/peralatan rusak
Terlalu sesak/sempit
Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai
Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan
Kerapihan/tata-letak (housekeeping) yang buruk
Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap, dll
Bising
Paparan radiasi
Ventilasi dan penerangan yang kurang
4. Tindakan berbahaya (unsafe act/tindakan-tindakan yang tidak
standard) adalah tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang
akan menyebabkan kecelakaan, misalnya (Budiono, Sugeng, 2003) :

Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang.


Gagal untuk memberi peringatan.
Gagal untuk mengamankan.
Bekerja dengan kecepatan yang salah.
Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi.
Memindahkan alat-alat keselamatan.
Menggunakan alat yang rusak.
Menggunakan alat dengan cara yang salah.

Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri secara benar.


Undang-undang Keselamatan kerja
Pasal 10
(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membertuk Panitia Pembina Keselamatan
Kerja guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif
dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
(2) Susunan Panitia Pembina dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lainlainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai ilmu terapan, yang bersifat multidisiplin
didalam era global dewasa hadir dan berkembang dalam aspek keilmuannya (di
bidang pendidikan maupun riset) maupun dalam bentuk program-program yang
dilaksanakan di berbagai sektor yang tentunya penerapannya didasari oleh berbagai
macam alasan.
Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 45% penduduk dunia dan 58%
penduduk yang berusia diatas sepuluh tahun tergolong tenaga kerja. Diperkirakan dari
jumlah tenaga kerja diatas, sebesar 35% sampai 50% pekerja di dunia terpajan bahaya
fisik, kimia, biologi dan juga bekerja dalam beban kerja fisik dan ergonomi yang
melebihi kapasitasnya, termasuk pula beban psikologis serta stress. Dikatakan juga
bahwa hampir sebagain besar pekerja didunia, sepertiga masa hidupnya terpajan oleh
bahaya yang ada di masing-masing pekerjaanya. Dan yang sangat memperihatinkan
adalah bahwa hanya 5% hingga 10% dari tenaga kerja tadi yang mendapat layanan
kesehatan kerja di Negara yang sedang berkembang. Sedangkan di negara industri
tenaga kerja yang memperoleh layanan kesehatan kerja diperkirakan baru mencapai
50%. Kenyataan diatas jelas menggambarkan bahwa sebenarnya hak azasi pekerja
untuk hidup sehat dan selamat dewasa ini belum dapat terpenuhi dengan baik. Masih
banyak manusia demi untuk dapat bertahan hidup justru mengorbankan kesehatan dan
keselamatannya dengan bekerja ditempat yang penuh dengan berbagai macam bahaya
yang mempunyai risiko langsung maupun yang baru diketahui risikonya setelah
waktu yang cukup lama. Dari uraian diatas akan dapat dipahami bahwa Keselamatan
dan Kesehatan Kerja sebagai ilmu maupun sebagai program memang sangat
diperlukan untuk menegakkan hak azasi manusia (khususnya pekerja) untuk hidup
sehat dan selamat.
Di sisi lain, kajian mengenai aspek biaya atau aspek ekonomi yang harus ditanggung
oleh negara-negara didunia sehubungan dengan penyakit-penyakit akibat kerja

maupun yang berhubungan dengan pekerjaan, biaya-biaya kompensasi yang harus


ditanggung akibat cidera, kecacatan akibat terjadinya kecelakaan merupakan beban
yang harus dipikul. Belum lagi kerugian kerugian lain karena hilangnya hari kerja,
kerusakan properti, tertundanya produksi akibat terjadinya kecelakaan. Tentunya
kerugian (loss) yang diakibatkan masalah kesehatan maupun masalah keselamatan
bila tidak dikendalikan dengan baik akan menjadi beban saat ini maupun dikemudian
hari. Karena itulah Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai ilmu terapan maupun
dalam berbagai bentuk programnya sangat diperlukan agar kerugian yang kelak dapat
terjadi bisa diperkecil atau ditiadakan kalau memang memungkinkan.
Tentunya dalam rangka menegakkan hak azasi manusia untuk hidup sehat dan
selamat, serta tidak terjadinya berbagai kerugian dan beban ekonomi seperti yang
diuraikan, dikembangkan perangkat hukum (legal) pada tingkat internasional, regional
naupun nasional. Kita ketahui ada berbagai konvensi yang berhubungan dengan
masalah kesehatan dan keselamatan pada tingkat internasional maupun regional yang
perlu dipatuhi. Adapula dalam berbagai bentuk regulasi atau standar-standar tertentu
yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan keselamatan. Dalam hubungan inilah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai keilmuan maupun sebagai program
berfungsi membantu pelaksanaan penerapan aspek legal. Bahkan dengan pendekatan
ilmiahnya melalui penelitian atau riset yang dilakukan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja ikut membantu pula memberi masukan pada penyusunan kebijakan dalam
menentukan standar-standar tertentu dalam bidang kesehatan dan keselamatan.
Dengan demikian kehadiran Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu
pendekatan ilmiah maupun dalam berbagai bentuk programnya di berbagai sektor
bukan tanpa alasan. Alasan yang pertama adalah karena hak azasi manusia untuk
hidup sehat dan selamat, dan alasan yang kedua adalah alasan ekonomi agar tidak
terjadi kerugian dan beban ekonomi akibat masalah keselamatan dan kesehatan, serta
alasan yang ketiga adalah alasan hukum.
Konsep Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi sebagai ilmu terapan yang bersifat
multidisiplin maupun sebagai suatu program yang didasarkan oleh suatu dan alasan
tetentu perlu dipahami dan dipelajari secara umum maupun secara khusus. Secara
umum adalah memahami prinsip dasarnya sedangkan secara khusus adalah
memahami pendekatan masing keilmuan yang terlibat didalam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Sebagai ilmu yang bersifat multidisiplin, pada hakekatnya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja mempunyai tujuan untuk memperkecil atau menghilangkan potensi
bahaya atau risiko yang dapat mengakibatkan kesakitan dan kecelakaan dan kerugian
yang mungkin terjadi. Kerangka konsep berpikir Keselamatan dan Kesehatan Kerja

adalah menghindari resiko sakit dan celaka dengan pendekatan ilmiah dan praktis
secara sistimatis (systematic), dan dalam kerangka pikir kesistiman (system oriented).
Untuk memahami penyebab dan terjadinya sakit dan celaka, terlebih dahulu perlu
dipahami potensi bahaya (hazard) yang ada, kemudian perlu mengenali (identify)
potensi bahaya tadi, keberadaannya, jenisnya, pola interaksinya dan seterusnya.
Setelah itu perlu dilakukan penilaian (asess, evaluate) bagaimana bahaya tadi dapat
menyebabkan risiko (risk) sakit dan celaka dan dilanjutkan dengan menentukan
berbagai cara (control, manage) untuk mengendalikan atau mengatasinya.
Langkah langkah sistimatis tersebut tidak berbeda dengan langkah-langkah sistimatis
dalam pengendalian resiko (risk management). Oleh karena itu pola pikir dasar dalam
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada hakekatnya adalah bagaimana mengendalikan
resiko dan tentunya didalam upaya mengendalikan risiko tersebut masing-masing
bidang keilmuan akan mempunyai pendekatan-pendekatan tersendiri yang sifatnya
sangat khusus.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mempunyai kerangka pikir yang bersifat
sistimatis dan berorientasi kesistiman tadi, tentunya tidak secara sembarangan
penerapan praktisnya di berbagai sektor didalam kehidupan atau di suatu organisasi.
Karena itu dalam rangka menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja ini diperlukan
juga pengorganisasian secara baik dan benar. Dalam hubungan inilah diperlukan
Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang Terintegrasi (Integrated
Occupational Health and Safety Management System) yang perlu dimiliki oleh setiap
organisasi. Melalui sistim manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja inilah pola
pikir dan berbagai pendekatan yang ada diintegrasikan kedalam seluruh kegiatan
operasional organisasi agar organisasi dapat berproduksi dengan cara yang sehat dan
aman, efisien serta menghasilkan produk yang sehat dan aman pula serta tidak
menimbulkan dampak lingkungan yang tidak diinginkan.
Perlunya organisasi memiliki sistim manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja
yang terintegrasi ini, dewasa ini sudah merupakan suatu keharusan dan telah menjadi
peraturan. Organisasi Buruh Sedunia (ILO) menerbitkan panduan Sistim Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Di Indonesia panduan yang serupa dikenal dengan
istilah SMK3, sedang di Amerika OSHAS 1800-1, 1800-2 dan di Inggris BS 8800
serta di Australia disebut AS/NZ 480-1. Secara lebih rinci lagi asosiasi di setiap sektor
industri di dunia juga menerbitkan panduan yang serupa seperti misalnya khusus
dibidang transportasi udara, industri minyak dan gas, serta instalasi nuklir dan lainlain sebagainya. Bahkan dewasa ini organisasi tidak hanya dituntut untuk memiliki
sistim manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi, lebih dari itu
organisasi diharapkan memiliki budaya sehat dan selamat (safety and health culture)
dimana setiap anggotanya menampilkan perilaku aman dan sehat.
Deskripsi-Deskripsi Lainnya

1. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di


Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun
2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah
Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut
mencerminkan kesiapan daya saing
perusahaan Indonesia di
dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan
pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah).
Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu
tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan,
pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau


bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan
bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait
dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.
2. Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara
keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat
dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri.

Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi


meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko
kecelakaan di lingkungan kerja. Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya
tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka
ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan
pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969
tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan
menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka
dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement,

STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan
dan perkembangan yang ada.

KESEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJA

Sejarah K3
Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) adalah secara filosofis
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.
Secara keilmuan adalah merupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Seirama dengan derap langkah pembangunan negara ini kita akan memajukan
industri yang maju dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi.
Proses industrialisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme, elektrifikasi
dan modernisasi. Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesinmesin, pesawat- pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya
mungkin makin meningkat. (Ridley, 2006, hal 77
Masalah tersebut di atas akan sangat mempengaruhi dan mendorong
peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu keselamatan dan
kesehatan kerja yang merupakan salah satu bagian dari perlindungan tenaga
kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan, mengingat keselamatan dan
kesehatan kerja bertujuan agar :

Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat

perlindungan atas keselamatannya.


Setiap sumber produksi dapat dipakai, dipergunakan secara aman dan efisien.
Proses produksi berjalan lancar.(Daryanto, 2003, 63)

Kondisi tersebut di atas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk
kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan
ditanggulangi. Oleh karena itu setiap usaha kesehatan dan keselamatan kerja
tidak lain adalah usaha pencegahan dan penanggulangan dan kecelakaan di
tempat kerja. Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah
ditujukan untuk mengenal dan menemukan sebab-sebabnya, bukan gejalagejalanya untuk kemudian sedapat mungkin menghilangkan atau
mengeliminirnya. Untuk itu semua pihak yang terlibat dalam usaha berproduksi
khususnya para pengusaha dan tenaga kera diharapkan dapat mengerti dan
memahami serta menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di tempat
masing-masing.

Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap


faktor kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (k3) agar tidak
menjadikan hal-hal yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan
banyak dikarenakan oleh penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan
pengawas (k3), seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik di terapkan saat
memasuki ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan
memulai pekerjaanya. Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan
dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi
sehat seseorang baik jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan kerja
suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan pada saat bekerja baik
itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga
tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja dalam
kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana
yang terjamin keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat
ditingkatkan.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan
kesehatan. Keempat faktor tersebut saling berpengaruh satu sama lainnya,
bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi
yang optimal, maka status kesehatan akan tercapai secara optimal. Keselamatan
kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,

bahan dan pengolahanya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta


melakukan cara-cara melakukan pekerjaan (Sumamur, 1989, hal 12).
(Budiono, 2003, hal 171) menerangkan bahwa keselamatan kerja yang
mempunyai ruang lingkup yang berhubungan dengan mesin, landasan tempat
kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, memberi perlindungan sumber-sumber produksi sehingga
dapat meningkatkan efesiensi dan produktifitas. (Sumamur 1989, hal 13)
berpendapat bahwa kesehatan kerja merupakan spesialis ilmu kesehatan
beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usahapreventif atau
kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor
pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum.
(Budiono, 2003, hal 14) mengemukakan indikator keselamatan dan kesehatan
kerja (k3), meliputi :

1. Faktor manusia/pribadi
Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik,
mental dan psikologi, kurangnya pengetahuan dan keterampilan, dan stress
serta motivasi yang tidak cukup.
2. Faktor kerja/lingkungan
Meliputi, tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan, rekayasa,
pembelian/pengadaan barang, perawatan, standar-standar kerja dan penyalah
gunaan.
Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai indikator
tentang keselamatan dan kesehatan kerja (k3) meliputi: faktor lingkungan dan
faktor manusia. (Anoraga, 2005, hal 76) mengemukakan aspek-aspek
keselamatan dan kesehatan kerja (k3) meliputi :
3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau keryawan
dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi
kerja, suhu, penerangan, dan situasinya
4. Alat kerja dan bahan

Alat kerja dan bahan merupakan hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang alat-alat
kerja sangatlah vital digunakan oleh para pekerja dalammelakukan kegiatan
proses produksi dan disamping itu adalah bahan-bahan utama yang akan
dijadikan barang.
5. Cara melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara melakukan pekerjaan yang
berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan
oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan.
Kecelakaan kerja merupakan hal yang tidak dapat ditolelir lagi kalau tidak
adanya kehati-hatian dalam bekerja, pekerja harus mematuhi petunjuk
keselamatan kerja, apalagi keryawan yang berhubungan langsung dengan alat
produksi itu akan berbahaya terhadap keselamatanya. Tetapi kadang pekerja
mengacuhkan prosedur keselamatan kerja yang sudah dibuat oaleh perusahaan,
berdalih tidak nyaman dalam bekerja karena menurut andi salah satu karyawan
swasta di kawasan industry tanjung mas Semarang, mengatakan bahwa
memakain helm saat bekerja membuatnya pusing dan masker juga menghalangi
udara yang masuk ke hidung sehingga tidak focus bekerja, perusahaan banyak
aturan yang membuat tidak nyaman.

Tempat kerja juga menjadikan salah satu yang menyebabkan kecelakaan


kerja itu bisa terjadi, letak lokasi kerja, kebersihan lokasi kerja dan kenyamanan
menjadikan pekerja merasa aktifitas dalam bekerjanya nyaman sehingga
mengurangi resiko kecelakaan terjadi. Bandingkan dengan tempat kerja yang
kumuh dan sempit juga akan memberikan risiko kerja yang besar dan bisa
berakibat vatal dan menyebabkan kematian. Kebutuhan yang harus dimengerti
oleh pemilik usaha agar memberikan tempat yang sesuai dengan standar kerja
menjadikan perhatian tersendiri oleh pemilik perusahaan, unsure argonomis juga
harus dibuat untuk member keindahan dan kenyamanan dalam bekerja.
Kecelakaan kerja merupakan sesuatu yang tidak bisa ditolerir lagi.
Menurut data yang disampaikan oleh kementrian tenaga kerja dan transportasi,
sepanjang tahun 2009 telah terjadi sebanyak 54.398 kasus kecelakaan kerja di
Indonesia. Pada tahun sebelumnya, jumlah kecelakaan sebanyak 20.086 kasus
tergolong pelanggaran K3. Belum lagi kecelakaan lalu lintas yang diperkirakan

mengakibatkan 30.000 korban jiwa setiap tahunnya, menjadi pembunuh no. 3 di


Indonesia setelah penyakit jantung dan stroke. Penjaminan serta perlindungan
tenaga kerja sudah menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi diberikan
kepada setiap pekerja yang ada di Indonesia tak terkecuali kepada para pekerja
rumahan (home based workers). Selain jumlah pekerja rumah tangga telah
mencapai angka 2.593.399 orang, termasuk diantaranya pekerja anak yang
berjumlah 688.132 (Survey ILO-IPEC 2003), UU No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan belum secara eksplisit memberikan perlindungan pada
kenyataannya- kepada kelompok para pekerja rumahan
(www.diknakerstrans.com).
Kecelakaan saat kerja sering terjadi akibat kelalaian manusia, melanggar
aturan yang sudah diterapkan k3 sebagai standar aturan keselamatan kerja.
Pada tahun 2008 silam telah terjadi kecelakaan akibat produksi di pabrik gula di
kawasan industry cilacap, korban adalah keryawan yang bekerja di temapat
penggilingan bahan gula, akibat kelalaian mematikan mesin giling korban
akhirnya masuk dalam mesin giling dan tewas. Hanya karna lupa dengan hal
yang sepele akan menjadi vatal karena tidak mematuhi standar (k3). Di kudus
juga terjadi kecelekaan kerja pada kontruksi bahan bangunan yang lupa karna
tidak membawa peralatan pengaman, akhirnya korban terjun dari lantai 2 saat
bekerja. Kecelekaan seperti ini bisa diminimalisir apabila pekerja menaati
program kesehatan dan keselamatan kerja yang sudah dirancang (k3) dibagian
keselamatan kerja (Koran meteor, edisi sabtu 24 mei 2008, hal 13).
Beberapa kasus terjadinya kecelakaan di tempat kerja sudah tidak menjadi
rahasia umum lagi. Hal demikian bisa muncul karena adanya keterbatasan
fasilitas keamanan kerja, juga karena kelemahan pemahaman faktor-faktor
prinsip yang perlu diterapkan perusahaan. Filosofi keselamatan dan kesehatan
kerja dalam memandang setiap karyawan memiliki hak atas perlindungan
kehidupan kerja yang nyaman belum sepenuhnya dipahami baik oleh pihak
manajemen maupun karyawan. Karena itu perlu ditanamkan jiwa bahwa
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bentuk kebutuhan karyawan.
Selain itu setiap upaya yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja hanya akan berhasil jika kedua pihak yaitu perusahaan dan karyawan
melakukan kerjasama sinergis dan harmonis. Setiap pelaku harus bertekad dan
berdisiplin memperkecil terjadinya kecelakaan kerja. Perusahaan perlu memiliki
tujuan memerkecil kejadian kecelakaan kerja sampai nol. Manfaat bagi

kepentingan karyawan berupa keselamatan dan kesehatan kerja yang


maksimum dan begitu pula bagi perusahaan berupa keuntungan maksimum.
Untuk itu maka perusahaan hendaknya:
1.

mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang dikeluarkan

2.

pemerintah secara taat asas,


membuat prosedur dan manual tentang bagaimana mengatasi keselamatan

3.
4.
5.

kerja,
memberikan pelatihan dan sosialisasi keselamatan kerja pada karyawan,
menyediakan fasilitas keselamatan kerja yang optimum,
bertanggung jawab atas keselamatan kerja para karyawan.

Setiap perusahaan sewajarnya memiliki strategi memperkecil dan bahkan


menghilangkan kejadian kecelakaan kerja di kalangan karyawan sesuai dengan
kondisi perusahaan. Strategi pokok yang perlu diterapkan perusahaan meliputi :

A.

Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam


menghadapi kejadian kecelakaan kerja. Misalnya karena alasan finansial,
kesadaran karyawan tentang keselamatan kerja dan tanggung jawab perusahaan
dan karyawan maka perusahaan bisa jadi memiliki tingkat perlindungan yang
minimum bahkan maksimum.

B.

Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan


kerja bersifat formal ataukah informal. Secara formal dimaksudkan setiap aturan
dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan dan dikontrol sesuai dengan aturan.
Sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau konvensi dan dilakukan
melalui pelatihan dan kesepakatan-kesepakatan.
Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan
rencana tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif berarti
pihak manajemen perlu memperbaiki terus menerus prosedur dan rencana
sesuai kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sementara arti reaktif, pihak
manajemen perlu segera mengatasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja
setelah suatu kejadian timbul. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat
derajad keselamatan dan kesehatan kerja yang rendah sebagai faktor promosi
perusahaan ke khalayak luas. Artinya perusahaan dinilai sangat peduli dengan
keselamatan dan kesehatan kerja.

Sumber :
Ilham Rudy Saputro, PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
PADA KARYAWAN DILIHAT DARI SISI PSIKOLOGIS

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja


Melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja, mencegah
terjadinya kecelakaan kerjadan penyakit. Berbagai arah keselamatan dan kesehatan
kerja:
1.

Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan melakukan pencegahan


sebelumnya.

2.

Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja

3.

Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja

4.

Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi. Mengenai peraturan keselamatan


dan kesehatan tenaga kerja Yang terutama adalah UU Keselamatan dan Kesehatan
Tenaga Kerja dan Detail Pelaksanaan UU Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja.
Keselamatan kerja
Tindakan keselamatan kerja bertujuan untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan, baik jasmani maupun rohani manusia, serta hasil kerja dan budaya
tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Keselamatan kerja manusia
secara terperinci antara meliputi : pencegahan terjadinya kecelakaan, mencegah dan
atau mengurangi terjadinya penyakit akibat pekerjaan, mencegah dan atau mengurangi
cacat tetap, mencegah dan atau mengurangi kematian, dan mengamankan material,
konstruksi, pemeliharaan, yang kesemuanya itu menuju pada peningkatan taraf hidup
dan kesejahteraan umat manusia.

1.

Menunjang terlaksananya tugas-tugas pemerintah, khususnya di bidang peningkatan


taraf hidup dan kesejahteraan tenaga kerja di perusahaan, industri, perkebunan,
pertanian yang meliputi di antaranya tentang penanganan keselamatan kerja.

2.

Menuju tercapainya keragaman tindak di dalam menanggulangi masalah antara lain


keselamatan kerja.
Standar Keselamatan Kerja

Pengamanan sebagai tindakan keselamatan kerja ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan digolongkan sebagai berikut:
A.

Pelindung badan, meliputi pelindung mata, tangan, hidung, kaki, kepala, dan telinga.

B.

Pelindung mesin, sebagai tindakan untuk melindungi mesin dari bahaya yang mungkin
timbul dari luar atau dari dalam atau dari pekerja itu sendiri

C.

Alat pengaman listrik, yang setiap saat dapat membahayakan.

D.

Pengaman ruang, meliputi pemadam kebakaran, sistem alarm,


air hidrant, penerangan yang cukup, ventilasi udara yang baik,
dan sebagainya.
Pencegahan merupakan cara yang paling efektif
Dua hal terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan kerja yaitu : perilaku yang
tidak aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman, berdasarkan data dari
Biro Pelatihan Tenaga Kerja, penyebab kecelakaan yang pernah terjadi sampai
saat ini adalah diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman sebagai berikut:

1.

sembrono dan tidak hati-hati

2.

tidak mematuhi peraturan

3.

tidak mengikuti standar prosedur kerja.

4.

tidak memakai alat pelindung diri

5.

kondisi badan yang lemah

Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang


tidak bisa dihindarkan (seperti bencana alam), selain itu 24% dikarenakan
lingkungan atau peralatan yang tidak memenuhi syarat dan 73% dikarenakan
perilaku yang tidak aman. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja adalah dengan menghindari terjadinya lima perilaku tidak aman yang telah
disebutkan di atas.
Mencegah Terjadinya Kecelakaan

Tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah hal


yang lebih penting dibandingkan dengan mengatasi terjadinya kecelakaan. Kecelakaan
dapat dicegah dengan menghindarkan sebab-sebab yang bisa mengakibatkan
terjadinya kecelakaan. Tindakan pencegahan bisa dilakukan dengan cara penuh kehatihatian dalam melakukan pekerjaan dan ditandai dengan rasa tanggung jawab.
Mencegah kondisi kerja yang tidak aman, mengetahui apa yang harus dikerjakan dalam
keadaan darurat, maka segera melaporkan segala kejadian, kejanggalan dan kerusakan
peralatan sekecil apapun kepada atasannya. Kerusakan yang kecil atau ringan jika
dibiarkan maka semakin lama akan semakin berkembang dan menjadi kesalahan yang
serius jika hal tersebut tidak segera diperbaiki. Tindakan pencegahan terjadinya
kecelakaan harus dilakukan dengan rasa bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
tindakan keselamatan kerja. Bertanggung jawab merupakan sikap yang perlu dijujung
tinggi baik selama bekerja maupun saat beristirahat Hal ini akan sangat bermanfaat bagi
keselamatan dalam bekerja. Peralatan perlindungan anggota badan dalam setiap
bekerja harus selalu digunakan dengan menyesuaikan sifat pekerjaan yang
dilakukan.beberapa alat pelindung keamanan anggota badan, terdiri dari pelindung
mata, kepala, telinga, tangan, kaki dan hidung. Penggunaan alat pelindung ini
disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dikerjakan. Sebagai contoh pelindung mata,
pakailah kaca mata atau gogles untuk melindungi dari sinar yang kuat, loncatan bunga
api, loncatan logam panas dan sebagainya.
Sebab-Sebab terjadinya Kecelakaan
Suatu kecelakaan sering terjadi yang diakibatkan oleh lebih dari satu sebab.
Kecelakaan dapat dicegah dengan menghilangkan halhal yang menyebabkan kecelakan
tersebut. Ada dua sebab utama terjadinya suatu kecelakaan. Pertama, tindakan yang
tidak aman. Kedua, kondisi kerja yang tidak aman. Orang yang mendapat kecelakaan
luka-luka sering kali disebabkan oleh orang lain atau karena tindakannya sendiri yang
tidak menunjang keamanan. Berikut beberapa contoh tindakan yang tidak aman, antara
lain:
A. Memakai peralatan tanpa menerima pelatihan yang tepat
B. Memakai alat atau peralatan dengan cara yang salah
C. Tanpa memakai perlengkapan alat pelindung, seperti kacamata pengaman, sarung
tangan atau pelindung kepala jika pekerjaan tersebut memerlukannya

D. Bersendang gurau, tidak konsentrasi, bermain-main dengan teman sekerja atau alat
perlengkapan lainnya.
E. Sikap tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan dan membawa barang berbahaya di
tenpat kerja
F.

Membuat gangguan atau mencegah orang lain dari pekerjaannya atau mengizinkan
orang lain mengambil alih pekerjaannya, padahal orang tersebut belum mengetahui
pekerjaan tersebut.
Tindakan Menghindari Cara Kerja yang Tidak Aman
Menghindarkan cara kerja yang tidak nyaman merupakan anggung jawab semua
pekerja yang bekerja di ruang kerja. ebaliknya sikap yang tidak bertanggung jawab
merupakan suatu indakan kebodohan. Sikap yang bodoh menyebabkan bahaya bagi
dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu ikutilah instruksi supervisor
(pengawas/pimpinan). Pakailah cara-cara kerja yang benar, tenang dan tidak ceroboh
dalam segala hal jika akan memulai bekerja. Kerja sama dari semua orang yang terlibat
dalam bekerja sangat diperlukan dalam mencegah kondisi yang tidak aman. Kondisi
kerja yang aman tidak hanya memiliki alat-alat yang bagus dan mesin yang baru.
Kerjasama dari setiap individu tempat kerja merupakan hal yang sangat penting.
Menjadikan tempat kerja yang bersih, sehat, tertib, teratur dan rapi merupakan syarat
yang sangat menentukan keberhasilan kerja secara maksimal.
Penyebab berbahaya yang sering ditemui:

1.

Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan cairan metal,
cairan non-metal, hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan embun yang beracun.

2.

Bahaya jenis fisika: lingkungan yang bertemperatur panas dingin, lingkungan yang
beradiasi pengion dan non pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara yang tidak
normal.

3.

Bahaya yang mengancam manusia dikarenakan jenis proyek: pencahayaan dan


penerangan yang kurang, bahaya dari pengangkutan, dan bahaya yg ditimbulkan oleh
peralatan.
Cara pengendalian ancaman bahaya kesehatan kerja

1.

Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan


berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja basah dan
ventilasi pergantian udara.

2.

Pengendalian administrasi: mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan


keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung, memasang tanda tanda
peringatan, membuat daftar data bahan-bahan yang aman, melakukan pelatihan sistem
penangganan darurat.

3.

Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan.


Melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja, mencegah
terjadinya kecelakaan kerjadan penyakit.Berbagai arah keselamatan dan kesehatan
kerja:

1. Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan melakukan pencegahan


sebelumnya.
2. Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja
3. Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja
4. Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi. Mengenai peraturan keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja Yang terutama adalah UU Keselamatan dan Kesehatan
Tenaga Kerja dan Detail Pelaksanaan UU Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja.

KESELAMATAN KERJA
a. Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,


pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolaannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi,
baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan
kerja, mengingat risiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama
teknologi yang lebih maju dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas
semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan
untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya, dan juga masyarakat pada
umumnya.
Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, keselamatan
kerja dinilai seperti berikut :
1. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan,
cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja
yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.
2. Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang
masuk atas dasar wajib lapor kecelakaan dan data kompensasinya
dewasa ini seolah-olah relatif rendah dibandingkan banyaknya jam kerja
tenaga kerja
3. Potensi-potensi bahaya yang mengancam keselamatan pada berbagai
sektor kegiatan ekonomi jelas dapat diobservasikan, misalnya sektor
industri disertai bahaya-bahaya potensial seperti keracunan-keracunan
bahan kimia, kecelakaan-kecelakaan oleh karena mesin, kebakaran,
ledakan-ledakan, dan lain-lain
4. Menurut observasi, angka frekwensi untuk kecelakaan-kecelakaan
ringan yang tidak menyebabkan hilangnya hari kerja tetapi hanya jam
kerja masih terlalu tinggi.
5. Analisa kecelakaan memperlihatkan bahwa untuk setiap kecelakaan
ada faktor penyebabnya. Sebab-sebab tersebut bersumber kepada alatalat mekanik dan lingkungan serta kepada manusianya sendiri. Sebanyak
85 % dari sebab-sebab kecelakaan adalah faktor manusia.
b. Keselamatan Kerja dan Perlindungan Tenaga Kerja
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu
perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Jelas
bahwa keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan
tenaga kerja. Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat
kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan

mental dari pada pekerjaannya, harus sejauh mungkin diberantas dan


atau dikendalikan.
c. Keselamatan Kerja dan Peningkatan Produksi dan Produktivitas
Keselamatan kerja erat bersangkutan dengan peningkatan produksi dan
produktivitas. Produktivitas adalah perbandingan di antara hasil kerja
( out put) dan upaya yang dipergunakan (in put ). Keselamtan kerja
dapat membantu peningkatan produksi dan produktivitas atas dasar :
1. Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan
yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi atau
ditekan sekecil-kecilnya, sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat
dihindari.
2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan
penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien dan
bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi.
3. Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan
partisipasi pengusaha dan buruh akan membawa i klim keamanan dan
ketenagaan kerja, sehingga sangat membantu bagi hubungan buruh dan
pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi terciptanya kelancaran
produksi.
d. Latar Belakang Sosial-Ekonomi dan Kultural
Keselamatan kerja memiliki latar belakang sosial-ekonomi dan kultural
yang sangat luas. Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan yang
luas, seperti kebiasaan-kebiasaan, kepercayaan-kepercayaan, dan lainlain erat bersangkutan paut dengan pelaksanaan keselamatan kerja.
Demikian juga, keadaan ekonomi ada sangkut pautnya dengan
permasalahan keselamatan kerja tersebut. Pembangunan adalah bidang
ekonomi dan sosial maka keselamatan kerja lebih tampil kedepan lagi
dikarenakan cepatnya penerapan teknologi dengan segala seginya
termasuk problematik keselamatan kerja menampilkan banyak
permasalahan sedangkan kondisi sosial kultural belum cukup siap untuk
menghadapinya. Keselamatan harus ditanamkan sejak anak kecil dan
menjadi kebiasaan hidup yang dipraktekkan sehari-hari. Keselamatan
kerja merupakan suatu bagian dari keselamatan pada umumnya,
masyarakat harus dibina penghayatan keselamatan kearah yang jauh
lebih tinggi dan proses pembinaan ini tidak pernah ada habis-habisnya
sepanjang kehidupan manusia
e. Metoda Pencegahan Kecelakaan
Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan :
1. Peraturan perundangan yaitu ketentuan yang diwajibkan mengenai
kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,
perawatan, pemeliharaan pengawasan, pengujian, dan cara kerja
peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan supervisi
medis, P3K, dan pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi yaitu penetapan standar-standar resmi setengah resmi

atau tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syaratsyarat keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktekpraktek keselamatan dan higiene umum, alat-alat pelindung diri.
3. Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuanketentuan perundangan-undangan yang diwajibkan
4. Penelitian bersifat teknik yang meliputi sifat dan ciri bahan yang
berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat
perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan
debu, penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk
tambang-tambang pengangkat.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek
fisiologis dan patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis dan
keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan
6. Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan
yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian syarat statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan
yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan
apa sebab-sebabnya.
8. Pendidikan yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum
teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya
tenaga kerja yang baru dalam keselamatan kerja
10. Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau
pendekatan lain unuk menimbulkan sikap untuk selamat.
11. Asuransi yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh
perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.
12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan
ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada
perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan terjadi sedangkan pola-pola
kecelakaan pada suatu perusahaan tergantung kepada tingkat kesadaran
akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.
13. Organisasi K3, dalam era industrialisasi dengan kompleksitas
permasalahan dan penerapan prinsip manajemen modern, masalah usaha
pencegahan kecelakaan tidak mungkin dilakukan oleh orang perorang
atau secara pribadi tapi memerlukan keterlibatan banyak orang, berbagai
jenjang dalam organisasi yang memadai.
Organisasi ini dapat berbentuk struktural seperti Safety Departemen
(Departemen K3), fungsional seperti Safety Committee (Panitia Pembina
K3). Agar organisasi K3 ini berjalan dengan baik maka harus didukung
oleh adanya :
? Seorang pimpinan (Safety Director)
? Seorang atau lebih teknisi (Safety Engineer)
? Adanya dukungan manajemen
? Prosedur yang sistimatis, kreativitas dan pemeliharaan motivasi dan
moral pekerja.

Pernyataan di atas sesuai menurut International Labour Office (ILO)


tentang langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menanggulangi
kecelakaan kerja.

Anda mungkin juga menyukai