A. Pengantar
1. Aman (selamat) adalah kondisi tidak ada kemungkinan malapetaka (bebas dari bahaya).
2. Insiden ialah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah terjadi.
3. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktifitas dan dapat menimbulkan kerugian
baik korban manusia danatau harta benda.
4. Potensi bahaya (Hazard) ialah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat
menimbulkan kecelakaan kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau kemampuan
melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan.
5 Resiko (Risk) menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan/kerugian pada periode
waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.
6 Tindakan tidak aman adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang
memberikan peluang terhadap terjadinya kecelakaan.
7. Tingkat bahaya (Danger) ialah merupakan ungkapan dengan potensi bahaya secara relatif,
kondisi yang berbahaya mungkin saja ada, akan tetapi dapat menjadi tidak begitu berbahaya,
karena telah dilakukan beberapa tindakan pencegahan.
B. Pengertian K3
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) adalah secara filosofis suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
adil dan makmur. Secara keilmuan adalahmerupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Seirama dengan derap langkah pembangunan negara ini kita akan memajukan industri yang
maju dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi. Proses industrialisasi maju
ditandai antara lain dengan mekanisme, elektrifikasi dan modernisasi. Dalam keadaan yang
demikian maka penggunaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi modern serta
bahan berbahaya mungkin makin meningkat.
Masalah tersebut di atas akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah
maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran
lingkungan. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja yang merupakan salah satu
bagian dari perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan danditingkatkan, mengingat
keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan agar :
1. Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada d i tempat kerja mendapat perlindungan
atas keselamatannya.
2. Setiap sumber produksi dapat dipakai, dipergunakan secara aman dan efisien.
3. Proses produksi berjalan lancar.
Kondisi tersebut di atas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk kebakaran,
peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi. Oleh karena itu setiap
usaha kesehatan dan keselamatan kerja tidak lain adalah usaha pencegahan dan
penanggulangan dan kecelakaan di tempat kerja. Pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan kerja haruslah ditujukan untuk mengenal dan menemukan sebab-sebabnya, bukan
gejala-gejalanya untuk kemudian sedapat mungkin menghilangkan atau mengeliminirnya.
Untuk itu semua pihak yang terlibat dalam usaha berproduksi khususnya para pengusaha dan
tenaga kerja diharapkan dapat mengerti dan memahami serta menerapkan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) di tempat masing-masing. Modul ini disusun sebagai materi
pengantar K3 ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja) agar peserta diklat mempunyai
kompetensi tentang pengetahuan K3 dan penerapannya di industri.
1. Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan cairan metal, cairan
non-metal, hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan embun yang beracun.
2. Bahaya jenis fisika: lingkungan yang bertemperatur panas dingin, lingkungan
yang beradiasi pengion dan non pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara yang tidak
normal.
3. Bahaya yang mengancam manusia dikarenakan jenis proyek: pencahayaan dan penerangan
yangkurang, bahaya dari pengangkutan, dan bahaya yg ditimbulkan oleh peralatan.
Pengertian (Definisi) Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum
merujuk pada 2 sumber, yaitu Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah bagian dari sistem secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengajian dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
Sedangkan Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) menurut standar OHSAS 18001:2007 ialah bagian dari sebuah sistem
manajemen organisasi (perusahaan) yang digunakan untuk mengembangkan dan
menerapkan Kebijakan K3 dan mengelola resiko K3 organisasi (perusahaan)
tersebut. Elemen-Elemen Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bisa
beragam tergantung dari sumber (standar) dan aturan yang kita gunakan. Secara umum,
Standar Sistem Manajemen Keselamatan Kerja yang sering (umum) dijadikan rujukan
ialah Standar OHSAS 18001:2007, ILO-OSH:2001 dan Permenaker No 5 Tahun 1996
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rokhaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat adil dan makmur. Segi keilmuan adalah ilmu pengetahuan dan
e.
kontrak dengan sumber energi melebihi nilai ambang batas badan atau struktur.
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang
f.
bahaya).
g. Tindakan tak aman adalah suatu pelanggaran terhadap suatu prosedur keselamatan yang
h.
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Hakikat tersebut selalu sesuai dengan maksud dan tujuan pembangunan di dalam
suatu Negara, maka keselamatan kesehatan kerja selalu diikutsertakan dalam
pembangunan tersebut. Undang-undang No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja pasal 1 ayat (9). 27 Abdul Hakim,SH, Op Cit, hlm.65 28 Dr.Sumamur P.K.,M.Sc,
Op.Cit, hlm.
Tujuan utama tersebut diatas dapat diperinci lebih lanjut sebagai berikut :
Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaankecelakaan akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja,
perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia,
menghilangkan kelelahan kerja serta kenikmatan kerja, perlindungan bagi masyarakat
sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya pengotoran oleh bahanbahan dari perusahaan yang bersangkutan, dan perlindungan masyarakat luas dari
bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri. Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) yang merupakan salah satu bagian dari perlindungan tenaga kerja
perlu dikembangkan dan ditingkatkan, mengingat keselamatan dan kesehatan kerja
bertujuan agar :
1. Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat
perlindungan atas keselamatannya.
2. Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
3. Proses produksi berjalan lancar. Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja.
istilah-istilah dalam K3
istilah-istilah dalam K3
1. Hazard
2. Danger
Danger adalah suatu kondisi yang dapat mengakibatkan peluang bahaya yang sudah mulai
tampak, sehingga memunculkan suatu tindakan.
Tingkat bahaya (Danger) ialah merupakan ungkapan dengan potensi Bahaya secara relatif,
kondisi yang berbahaya mungkin saja ada, akan tetapi dapat menj adi tidak begitu
berbahaya, karena telah dilakukan beberapa t indakan pencegahan.
Contoh:
1) Gas bocor
Gas bocor merupakan sebuah keadaan yg bahaya dan perlu tindakan segera
2) Listrik konslet
Listrik yang sudah konslet dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar lagi perlu
penanganan segera
3) Tangki rusak
Tangki yangrusak dapat menimbulkan kecelakaan atau bahaya yang lebih parah harus
segera mendapatkan penanganan
4) Tangga rapuh
Tangga yang rapuh perlu perbaikan segera agar tidak menimbulkan kecelakaan
5) Bahan kimia
Bahan kimia yang mudah terbakar jika tidak dikasih pelindung maka akan menimbulkan
kecelakaan berupa kebakaran
3. Resiko:
Risk (resiko) didefinisikan sebagai peluang terpaparnya seseorang atau alat pada suatu
hazard (bahaya). Peluang atau kemungkina tinggi, sedang, atau rendah, bahwa seorang yang
terkena bahaya bisa celaka akibat hal tersebut. Menyatakan kemungkinan terjadinya
kecelakaan / kerugian pada periode tertentu atau siklus operasi tertentu.
Kombinasi dari kemungkinan dan konsekuensi terjadinya kejadian berbahaya yang
terpersyaratan. (OHSAS 18001:1999)
5) Merokok
Merokok merupakan risk karena rokok itu mengandung percikan atau api kecil yang dapat
mempunyai potensi bahaya mengancam keselamatan pekerja jika berada pada sekitar bahan
yg mudah meledak
6) Heat stress
Kondisi heat stress mempunyai resiko yang besar karena dapat mengancam keselamatan
pekarja pada saat bekarja.
4. Unsafe act
Unsafe act Unsur perilaku tidak memuaskan segera seblum suatu peristiwa kecelakaan yang
segnifikan dalam memulai acara. Suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang
memberi peluang terjadinya kecelakaan.
Contoh:
1) Mengambil jalan pintas
Merupakan perilaku yang melanggar aturan terhadap prosedur keselamatan kerja akibat
dari perilaku tersebut dapat terjadi kecelakaan
2) Kecerobohan
Kecerobohan merupakan perilaku yang tidak mengindahkan prosedur keselamatan kerja,
akibat yang ditimbulkan bisa sangat fatal bisa merugikan dirinya serta orang lain
3) Kurangnya perhatian
Kurangnya perhatian merupakan perilaku yang dapat memicu kecelakaan karena
kurangnya perhatian pasti akan memicu pelanggaran prosedur keselamatan.
4) Membuang Sampah Sembarangan Tempat
Merupakan perilaku yang kurang mempuaskan dan dari hal yang sepele tersebut dapat
menyebabkan kecelakaan yang membahayakan keselamatan pekerja
5) Bekerja Sambil Bercanda dan Bersenda Gurau.
Perilaku tersebut merupakan pelanggaran prosedur karena dengan bercanda gurau dalam
bekerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja
6) Mengerjakan Pekerjaan Yang Tidak Sesuai Dengan Skill / Keterampilan
Perilaku tersebut mempunyai potensi bahaya yang besar uintuk terjadinya suatu kecelakaan
karena orang yang bukan ahlinya akan memicu kesalahan kerja.
5. Unsafe contdition
Unsafe contdition adalah Kondisi fisik yang tidak memuaskan yang ada dilingkungan tempat
kerja segera sebelum suatu peristiwa kecelakaan yang segnifikan dalam melalui acara.
Suatu kondisi fisik keadaan/ keadaan yang berbahaya yang mungkin langsung dapat
menimbulkan kecelakaan.
Contoh:
1) Bahaya seperti lantai licin
Kondisi licin sangat potensial sekali untuk dapat menyebabkan kecelakaan bagi para pekerja
2) Pecahan kaca
Kondisi mempu yai kemungkian yang besar untuk mengancam keselamatan kerja
3) Tingkat pencahayaan yang rendah
Keadaan pencahayaan yang sangat rendah dapat memicu kesalahan kerja yang dapat
menimbulkan kecelakaan kerja.
4) Tempat Kerja Yang Tidak Memenuhi Standar / Syarat.
Kondisi yang tidak memuaskan seperti ini mempunyai kemungkianan terjadinya kecelakaan
yang sangat tinggi
5) Alat Pelindung Diri Yang Tidak Sesuai Dengan Standar Yang Telah di Tetapkan.
Kondisi seperti ini dapat menimbulkan kecelakaan baik secara langsung ataupun tidak
langsung.
6) Kebisingan di Tempat Kerja.
Kondisi yang tidak sesuai dengan prosedur seperti ini sangat memungkinkan
membahayakan keselamatan dan menyebabkan tidak fokus dalam bekerja sehingga dapat
menimbulkan kecelakaan kerja
7) Waktu kerja atau Jam Terbang Yang Berlebihan.\
Kondisi kerja yang terlalu lama maka akan mngakibatkan fokus bekerja menjadi berkurang
sehingga kemungkinan terjadinya suuatu kecelakaan kerja sangatlah besar.
6. Incident
Incident adalah Kejadian yang bisa menimbulkan atau potensi mengarah pada kecelakaan.
Suatu kejadian yang tidak dinginkan yang dapat dan telah mengadakan kontak dengan
sumber energi melebihi nilai ambang batas.
Contoh:
1)
2)
3)
Genangan oli
Kejadian adanya genangan oli sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja jika tidak
segera ditangani
4)
Kabel mengelupas
Kabel yang mengelupas dapat membahayakan keselamatan para pekerja
5)
Bahan kimiatumpah
Bahan kimia yang tumpah jika dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja apalagi yang dapat
terbakar dan bersifat toxic
7. Accident:
Accident adalah Kejadiaan yang tidak diinginkan terjadi, mengakibatkan cidera pada
manusia dan kerusakan/ kerugian/ lost lainnya.
Acident jiuka sudah ada luka-luka, kematian, dan terkait dengan health and safety lainnya
(kerusakan property, kerusakan tempat kerja tidakj masuk lagi dalam istilah accident di
OHSAS versi 2007)
Contoh:
1) Kecelakan industri
Kecelakaan industri sudah pasti menimbulkan kerugian material dan non material
2) Kecelakaan perjalanan
kecelakaan perjalanan menimbulkan kerugian atau menimbulkan cidera bahkan kecacatan
sehingga masuk dalam kategori Accident
3) Kebakaran kapal
Mengakibatkan kerugain dan kerusakan baik pada manusia maupun bagi perusahaan itu
sendiri
4) Pekerja tertimpa bowl
8. Near miss:
Near miss adalah Sebuah peristiwa tak terencana yang tidak menyebabkan cidera , penyakit
atau kerusakan tapi memiliki potensi untuk melakukanya.
Near miss adalah incident yang tidak menimbulkan cidera manusia atau kerusakan
/kerugian/lost lainya.
Contoh:
1) Terpeleset
Terpeleset yang tidak menimbulkan cidera ini lah yang dikatakan near miss
2) Salah mengambil bahan kimia
Kesalahan menggambil bahan kimia tapi tidak terjadi kecelakaan yang lebih parah makan
termasuk near miss
3) Mencabut kabel hampir kesetrum
Pada saat mau mencabuk kabel yang berseliweran dan terjadi konslet tapi anda tidak
kesetrum maka masuk dalam near miss.
4) Terpukul kayu
Terkena kayu pada saat kerja tetapi tidak menimbulkan cidera bisa termasuk near miss
5) Terperosok
Terperosok di tempat kerja tetapi tidak menimbulkan cidera atau kerugian bagi manusia
maka termasuk near miss
Sumber:
http://safetyfirstindonesia.blogspot.com/2011/01/terjemahan-sistem-manajemenkesehatan.html
http://www.bsn.go.id/sni/about_sni.php
http://www.iso.org/iso/home.html
http://qhseconbloc.wordpress.com/2012/01/26/unsafe-action-unsafe-condition/
http://www.hse-info.com/contoh-contoh-kecelakaan-kerja/
1.Definisi K3
A.Pengertian Dasar K3 (Occupational Health and Safety)
Pengistilahan keselamatan dan kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam macam, ada yang
menyebutnya higiene perusahaan dan kesehatan kerja (Hyperkes), ada yang hanya disingkat
K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.Keselamatan kerja atau
Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut dengan safety saja, secara
filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia
pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya.Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Pengertian kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian atau
peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses.
Dewasa ini pembangunan nasional bergantung banyak kepada kualitas, kompetensi dan
profesionalisme sumber daya manusia termasuk praktisi keselamatan dan kesehatan kerja
(K3). Dari segi dunia usaha diperlukan produktivitas dan daya saing yang baik agar dapat
berkiprah dalam bisnis internasional maupun domestik. Salah satu faktor yang harus dibina
sebaik-baiknya adalah implementasi K3 dalam berbagai aktivitas masyarakat khususnya
dalam dunia kerja.Pengertian hampir celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan insiden
(incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah near-miss atau near-accident,
adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan keadaan yang
sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses kerja.
Bagaimana K3 dalam perspektif hukum? Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma
keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana
atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan
oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif.
B.Definisi tentang K3 adalah yang dirumuskan oleh ILO/WHO Joint safety and Health
Committee :
Bila dicermati definisi K3 di atas maka definisi tersebut ada dalam beberapa kalimat yang
menunjukkan bahwa K3 adalah :
a)Promosi dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.
b)Untuk mencegah penurunan kesehatan keselamatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan mereka.
c)Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor yang
dapat mengganggu kesehatan.
d)Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
fisilogis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan
pekerja dan setiap orang dengan tugasnya.
Definisi K3 yang dirumuskan oleh ILO dan WHO dapat ditelaah dengan menggunakan
sistematika 4W (What, Who, When, Where) dan 1 H (How).
What
Kata what berarti apa atau apakah. Dalam konteks pembahasan ini sesuai dengan definisi di
atas, maka yang dimaksud dengan what adalah apa yang menjadi perhatian dalam keilmuan
K3. Dari definisi di atas terlihat konsern K3 yang dirumuskan lebih memperhatikan aspek
Kesehatan dengan penekanan terhadap pengendalian terhadap potensihazard yang ada di
lingkungan kerja. Pada definisi di atas juga terlihat sedikit mengenai aspek keserasian antara
pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerja (aspek ergonomi).
Who
Pada definisi di atas yang dimaksud dengan who adalah semua pekerja yang berada di
tempat kerja mulai dari level tertingi dalam manajemen sampai level terendah. Aspek yang
diperhatikan meliputi fisik, mental dan kesejahteraan sosial.
When
Bila merujuk pada definisi di atas yang mana terdapat kata promotion, prevention, protection,
dan maintenance, menunjukkan bahwa K3 dalam penerapannya dilakukan di semua tahapan
proses. Tahapan yang dimaksud misalnya tahap disain (preventif dan promotif), tahap proses
berjalan (protection dan maintenance) serta dapat dilakukan pada saat pasca operasi khusunya
untuk penanganan masalah keselamatan dan kesehatan produk dan masalah limbah produksi.
Where
Pada definisi di atas berarti tempat di mana K3 harus di jalankan atau dilaksanakan. Bila
merujuk pada definisi di atas, maka tempat penerapan K3 adalah pada setiap pekerjaan di
lingkungan kerja.
How
Pada definisi di atas maksudnya adalah bagaimana metode untuk melaksanakan K3 di
lingkungan kerja pada semua jenis pekerjaan. Terlihat bahwa penerapan K3 menurut
ILO/WHO adalah dengan melakukan promotive, preventive, protective, maintenance dan
adaptative.
C.Istilah K3
Ada beberapa istilah dalam K3, diantaranya sebagai berikut:
1.Potensi bahaya (hazard)
Ialah suatu keadaan yang memungkinkan dapat menimbulkan kecelakaan atau kerugian
berupa cedera, penyakit, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi yang telah
ditetapkan.
2.Tingkat bahaya (danger)
Adalah ungkapan adanya potensi bahaya secara relatif. Kondisi yang berbahaya mungkin saja
ada, akan tetapi dapat menjadi tidak begitu berbagaya karena telah dilakukan beberapa
tindakan pencegahan.
3.Risiko (Risk)
Menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan/kerugian pada priode waktu tertentu atau
siklus operasi tertentu.
4.Insiden (Incident)
Kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah mengadakan kontak dengan sumber
energi melebihi nilai ambang batas badan atau struktur.
5.Kecelakaan (accident)
Adanya suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan
proses-proses yang telah diatur dari suatu aktivitas.
6.Aman/Selamat (safe)
Adalah suatu kondisi tiada ada kemungkinan malapetaka (bebas dari bahaya).
7.Tindakan tidak aman (unsafe action)
Adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang memberikan peluang terhadap
kejadian kecelakaan.
Contoh :
a)Karyawan bekerja tanpa memakai Alat Pelindung Diri Pekerja yang mengabaikan Peraturan
K3.
b)MEROKOK di daerah Larangan merokok.c)Bersendau gurau pada saat bekerja.Dll.
1.
Adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat langsung
mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
Contoh :
1.
2.
Sejarah K3
Sejarah perkembangan K3 mulai dari zaman pra-sejarah sampai dengan zaman modern
sekarang secara ringkas adalah sebagai berikut:
1.
Zaman Pra-Sejarah
Pada zaman batu dan goa (Paleolithic dan Neolithic) dimana manusia yang hidup pada zaman
ini telah mulai membuat kapak dan tombak yang mudah untuk digunakan serta tidak
membahayakan bagi mereka saat digunakan. Disain tombak dan kapak yang mereka buat
umumnya mempunyai bentuk yang lebih besar proporsinya pada mata kapak atau ujung
tombak. Hal ini adalah untuk menggunakan kapak atau tombak tersebut tidak memerlukan
tenaga yang besar karena dengan sedikit ayunan momentum yang dihasilkan cukup besar.
Disain yang mengecil pada pegangan dimaksudkan untuk tidak membahayakan bagi pemakai
saat mengayunkan kapak tersebut.
B.Zaman Bangsa Babylonia (Dinasti Summeria) di Irak
Pada era ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar aman dan tidak
membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa ini masyarakat sudah mengenal
berbagai macam peralatan yang digunakan untuk membantu pekerjaan mereka. Dan semakin
berkembang setelah ditemukannya tembaga dan swasa sekitar 3000-2500 BC. Pada tahun
3400 BC masyarakat sudah mengenal konstruksi dengan menggunakan batubata yang dibuat
proses pengeringan oleh sinar matahari. Pada era ini masyarakat sudah membangun saluran
air dari batu sebagai fasilitas sanitasi. Pada tahun 2000 BC muncul suatu peraturan
Hammurabi yang menjadi dasar adanya kompensasi asuransi bagi pekerja.
C.Zaman Mesir Kuno
Pada masa ini terutama pada masa berkuasanya Firaun banyak sekali dilakukan pekerjaan
raksasa yang melibatkan banyak orang sebagai tenaga kerja.Pada tahun 1500 BC khususnya
pada masa Raja Ramses II dilakukan pekerjaan pembangunan terusan dari Mediterania ke
Laut Merah.Disamping itu Raja Ramses II juga meminta para pekerja untuk membangun
temple Rameuseum.Untuk menjaga agar pekerjaannya lancar Raja Ramses II menyediakan
tabib serta pelayan untuk menjaga kesehatan para pekerjanya.
D.Zaman Yunani Kuno
Pada zaman Romawi kuno tokoh yang paling terkenal adalah Hippocrates. Hippocrates
berhasil menemukan adanya penyakit tetanus pada awak kapal yang ditumpanginya.
E.Zaman Romawi
Para ahli seperti Lecretius, Martial, dan Vritivius mulai memperkenalkan adanya gangguan
kesehatan yang diakibatkan karena adanya paparan bahan toksik dari lingkungan kerja,
seperti timbal dan sulfur.Pada masa pemerintahan Jendral Aleksander Yang Agung sudah
dilakukan pelayanan kesehatan bagi angkatan perang.
F.Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran terhadap pekerja yang mengalami
kecelakaan, sehingga menyebabkan cacat atau meninggal. Masyarakat pekerja sudah
mengenal akan bahaya vapour di lingkungan kerja sehingga disyaratkan bagi pekerja yang
bekerja pada lingkungan yang mengandung vapour harus menggunakan masker.
G.Abad ke-16
Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus Aureolus Theophrastus
Bombastus Von Hoheinheim atau yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Paracelsus
mulai memperkenalkan penyakit akibat kerja terutama yang dialamai oleh pekerja
tambang.Pada era ini seorang ahli yang bernama Agricola dalam bukunya De Re Metallica
bahkan sudah mulai melakukan upaya pengendalian bahaya timbal di pertambangan dengan
menerapkan prinsip ventilasi.
H.Abad ke-18
Pada masa ini ada seorang ahli bernama Bernardino Ramazzini (1664 1714) dari
Universitas Modena di Italia, menulis dalam bukunya yang terkenal : Discourse on the
diseases of workers, (buku klasik ini masih sering dijadikan referensi oleh para ahli K3
sampai sekarang). Ramazzini melihat bahwa dokter pada masa itu jarang yang melihat
hubungan antara pekerjaan dan penyakit, sehingga ada kalimat yang selalu diingat pada saat
dia mendiagnosa seseorang yaitu What is Your occupation ?. ramazzini melihat bahwa ada
dua faktor besar yang menyebabkan penyakit akibat kerja, yaitu bahaya yang ada dalam
bahan yang digunakan ketika bekerja dan adanya gerakan janggal yang dilakukan oleh para
pekerja ketika bekerja (ergonomic factors).
1.
di masa yang akan datang lebih ditekankan kepada aspek perilaku dengan kata lain setiap
orang di setiap aktivitas mereka sudah menerapkan prinsip K3. Pada masa yang akan datang
tidak hanya difokuskan pada permasalahan K3 yang ada sebatas di lingkungan industri dan
pekerja. Perkembangan K3 mulai menyentuh aspek yang sifatnya publik atau untuk
masyarakat luas. Penerapan aspek K3 mulai menyentuh segala sektor aktifitas kehidupan dan
lebih bertujuan untuk menjaga harkat dan martabat manusia serta penerapan hak asazi
manusia demi terwujudnya kualitas hidup yang tinggi. Upaya ini tentu saja lebih bayak
berorientasi kepada aspek perilaku manusia yang merupakan perwujudan aspek-aspek K3.
3.Undang-Undang K3
Perundang-undangan K3 ialah salah satu alat kerja yang sangat penting bagi para Ahli K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) guna menerapkan K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) di Tempat Kerja.Berikut merupakan kumpulan perundang-undangan K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja) Republik Indonesia yang memuat isi sebagai berikut antara lain :
Undang-Undang K3 :
1.Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie).
2.Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3.Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 203 tentang Ketenagakerjaan.
Peraturan Pemerintah terkait K3 :
1.Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening).
2.Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan
dan Peredaran Pestisida.
3.peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan
Kerja di Bidang Pertambangan.
4.Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 1979 tentang keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
Peraturan Menteri terkait K3 :
1.Permenakertranskop RI No 1 Tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter
Perusahaan.
2.Permenakertrans RI No 1 Tahun 1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Pengangkutan dan Penebangan Kayu.
https://hartantig.wordpress.com/2013/02/02/tugas-manajemen-k3/
2.
http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/11/kumpula
n-perundang-undangan-k3.html
3.
http://www.academia.edu/5417700/HUKUMHUKUM_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA_K3_Makalah_ini_disusun_sebagai
_Tugas_Mata_Kuliah_Hukum_dan_Undang-Undang_Kesehatan
( by : Zainal Bakti )
Pengantar
Sebelum terbitnya Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012, panduan yang
digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan SMK3, Permenaker N0.5
tahun 1996, dan untuk Kementerian Pekerjaan Umum menggunakan Permen
N0.09 tahun 2008, dengan terbitnya peraturan pemerintah ini, seyogianya
semua peraturan yang bersifat sektoral segera disesuaikan.
Peraturan
2.
SMK3 diwajibkan bagi perusahaan, mempekerjakan lebih dari 100 org dan
mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Untuk itu perusahaan diwajibkan
menyusun Rencana K3, dalam menyusun rencana K3 tersebut, pengusaha
melibatkan Ahli K3, Panitya Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja(P2K3),
Wakil Pekerja dan Pihak Lain yag terkait
A. PENGENDALIAN
Dalam proses operasional dilakukan pengendalian, pengendalian meliputi:
kegiatan, produk, barang dan jasa.
Sementara itu, untuk cakupan pengendalian meliputi : bahan, peralatan,
lingkungan kerja, cara kerja, sifat kerja dan proses kerja.
B. POTENSI TERJADI KECELAKAAN KERJA
Bila dilakukan identifikasi potensi bahaya, sehingga terjadi kecelakaan kerja
maka dapat dikatagorikan ada dua penyebab yang dominan , yaitu tindakan
tidak aman dan kondisi yang tidak aman.
1.
2.
2.
3.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Apakah tindak lanjut dari hasil audit, dilakukan, sehingga dapat dilakukan
pencegahan dan terjadi perbaikan dan peningkatan kinerja perusahaan.
D. OVERVIEW
I. Pendahuluan
Pengertian pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
tingkat risiko yang dapat diterima dan sesuai dengan standard yang
ditetapkan.
II. Pengertian Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
( SMK3 )
Pengertian manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
Proses mengintegrasikan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja
kedalam
operasi perusahaan
Definisi :
SMK3 adalah : Bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan
dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.( Peraturan
Pemerintah No.50/2012)
III. Komparasi Permennaker No. 05/1996 dan Peraturan Pemerintah No.
50/2012
1. Dasar Hukum yang digunakan :
Permennaker No. 05/1996
1)
1)
Ketenagakerjaan
2)
Kerja
2)
Kerja
a)
b)
1)
1)
Penetapan kebijakan K3
penerapan SMK3
2)
Perencanaan K3
2)
3)
Pelaksanaan rencana K3
3)
Penerapan kebijakan K3
Kebijakan K3 dan
Komitmen
4)
4)
eveluasi kinerja K3
5)
5)
SMK3
menerus
1.
1.
1.
1.
yg ditunjuk Menteri
permohonan perusahaan.
1.
1.
1.
1.
1.
Menteri
2.
3.
Gubernur
50/2012
Penerapan
Tindakan hukum
Tingkat penilaian
Penerapan Kurang
Tingkat penilaian
perak
Penerapan Baik
Tingkat Penilaian
emas
Penerapan Memuaskan
8. Obyek Pengawasan
Permennaker No. 05/1996
1.
1.
Organisasi;
2.
3.
4.
Keamanan Bekerja;
5.
6.
7.
8.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tuntutan pasar;
2.
Laporan Konsultasi K3
Maintenance record
dll
Prioritas manajemen;
Tujuan komersial;
Persyaratan kontrak;
Persyaratan pelanggan;
Strategi Pendokumentasian
Pengendalian Dokumen
Pembelian
Standar Pementauan
Audit SMK3
1.
Undang-Undang No.01/1970
2.
3.
4.
5.
6.
b. Bersifat teknik.
Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya)
bermacam macam : ada yang
menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan
ada yang hanya disingkat
K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.
A. Tujuan K3
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif.
Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) :
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.
B. Ruang Lingkup K3
Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman,
1990) :
Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang
di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat
kerja dan usaha yang dikerjakan.
Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2. Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4. Proses produksi
5. Karakteristik dan sifat pekerjaan
6. Teknologi dan metodologi kerja
Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan
hingga perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut
bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.
Kebijakan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di era global
1. Dalam bidang pengorganisasian
b. Penyebab Langsung
1) Kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-kondisi yang tidak
standard) yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan, misalnya
(Budiono, Sugeng, 2003) :
Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang tidak memadai atau tidak
memenuhi syarat.
Bahan, alat-alat/peralatan rusak
Terlalu sesak/sempit
Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai
Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan
Kerapihan/tata-letak (housekeeping) yang buruk
Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap, dll
Bising
Paparan radiasi
Ventilasi dan penerangan yang kurang
2) Tindakan berbahaya (unsafe act/tindakan-tindakan yang tidak standard)
adalah tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang akan
menyebabkan kecelakaan, misalnya (Budiono, Sugeng, 2003) :
Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang.
Gagal untuk memberi peringatan.
Gagal untuk mengamankan.
Bekerja dengan kecepatan yang salah.
Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi.
Memindahkan alat-alat keselamatan.
Menggunakan alat yang rusak.
Menggunakan alat dengan cara yang salah.
Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri secara benar.
Data-data tentang Kecelakaan Kerja
Soekotjo Joedoatmodjo, Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional (DK3N) menyatakan bahwa frekuensi kecelakaan kerja di
perusahaan semakin meningkat, sementara kesadaran pengusaha terhadap
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) masih rendah, yang lebih
memprihatinkan pengusaha dan pekerja sektor kecil menengah menilai K3
identik dengan biaya sehingga menjadi beban, bukan kebutuhan. Catatan
kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang
kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik
hazard maupun resiko tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya
pengendaliannya dilaksanakan dengan baik.
Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat
dipengaruhi oleh:
1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu
diperhatikan
2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
3. lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik,
kimia, biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di
sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu mengembangkan dan meningkatkan
K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko
kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta
meningkatkan produktivitas dan efesiensi.
Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor
kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan
terpajan dengan resiko bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi
mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis
pekerjaannya.
Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar 1.505 tenaga
kerja wanita di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan muskuloskeletal
(16%) di mana 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri di daerah tulang
punggung dan pinggang. Dan dilaporkan juga pada 5.057 perawat wanita di
18 Rumah Sakit didapatkan 566 perawat wanita adanya hubungan kausal
antara pemajanan gas anestesi dengan gejala neoropsikologi antara lain
berupa mual, kelelahan, kesemutan, keram pada lengan dan tangan.
Di perkantoran, sebuah studi mengenai bangunan kantor modern di
Singapura dilaporkan bahwa 312 responden ditemukan 33% mengalami
gejala Sick Building Syndrome (SBS). Keluhan mereka umumnya cepat
lelah 45%, hidung mampat 40%, sakit kepala 46%, kulit kemerahan 16%,
pagar pengaman.
Kesadaran akan keselamatan masih rendah, salah satu indikasinya:
Kecelakaan kerja (2005): 96.081 kasus di Indonesia
Kecelakaan kerja (2006): 92.000 kasus di Indonesia
Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya.
Kecelakaan dapat dicegah atau dikurangi dengan menghilangkan atau
mengurangi penyebabnya.
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tak diharapkan.
Kerugian kecelakaan kerja (5K): kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan
& kesedihan, kelainan & cacat, kematian.
Penyebab kecelakaan manusia, mesin, lingkungan
Kondisi yang tidak aman (15%)
Tindakan yang tidak aman (85%)
Konsep modern manajemen keselamatan:
Sebab-sebab kecelakaan: Secara umum ada 2 penyebab terjadinya
kecelakaan kerja.
-Penyebab langsung: Kecelakaan yg bisa dilihat & dirasakan langsung
Penyebab Dasar: (basic cause)
Penyebab langsung:
Unsafe conditions & sub-standard conditions
Unsafe acts & sub-standard practice
Unsafe conditions & sub-standard conditions (kondisi berbahaya):
keadaan yang tidak aman pada hakekatnya dapat diamankan/diperbaiki
Pengaman yang tidak sempurna
Peralatan/bahan yang tidak seharusnya
-Penerangan kurang/berlebih
Ventilasi kurang
Iklim kerja tidak sesuai
Getaran
Kebisingan cukup tinggi
Pakaian tidak sesuai
Ketatarumahtanggaan yang buruk (poor house keeping)
Unsafe acts & sub-standard practice (tindakan yang berbahaya):
tindakan/perbuatan yang menyimpang dari tata cara/prosedur aman
diperlukan agar kerugian yang kelak dapat terjadi bisa diperkecil atau
ditiadakan kalau memang memungkinkan.
Tentunya dalam rangka menegakkan hak azasi manusia untuk hidup sehat
dan selamat, serta tidak terjadinya berbagai kerugian dan beban ekonomi
seperti yang diuraikan, dikembangkan perangkat hukum (legal) pada
tingkat internasional, regional naupun nasional. Kita ketahui ada berbagai
konvensi yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan keselamatan
pada tingkat internasional maupun regional yang perlu dipatuhi. Adapula
dalam berbagai bentuk regulasi atau standar-standar tertentu yang
berkaitan dengan masalah kesehatan dan keselamatan. Dalam hubungan
inilah Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai keilmuan maupun sebagai
program berfungsi membantu pelaksanaan penerapan aspek legal. Bahkan
dengan pendekatan ilmiahnya melalui penelitian atau riset yang dilakukan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ikut membantu pula memberi masukan
pada penyusunan kebijakan dalam menentukan standar-standar tertentu
dalam bidang kesehatan dan keselamatan.
Dengan demikian kehadiran Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai
suatu pendekatan ilmiah maupun dalam berbagai bentuk programnya di
berbagai sektor bukan tanpa alasan. Alasan yang pertama adalah karena
hak azasi manusia untuk hidup sehat dan selamat, dan alasan yang kedua
adalah alasan ekonomi agar tidak terjadi kerugian dan beban ekonomi
akibat masalah keselamatan dan kesehatan, serta alasan yang ketiga adalah
alasan hukum.
F. Konsep Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi sebagai ilmu terapan yang bersifat
multidisiplin maupun sebagai suatu program yang didasarkan oleh suatu
dan alasan tetentu perlu dipahami dan dipelajari secara umum maupun
secara khusus. Secara umum adalah memahami prinsip dasarnya
sedangkan secara khusus adalah memahami pendekatan masing keilmuan
yang terlibat didalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sebagai ilmu yang bersifat multidisiplin, pada hakekatnya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja mempunyai tujuan untuk memperkecil atau
menghilangkan potensi bahaya atau risiko yang dapat mengakibatkan
kesakitan dan kecelakaan dan kerugian yang mungkin terjadi. Kerangka
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga
kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat makmur dan sejahtera.
Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi
baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula
meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan
tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai
tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003
tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan
perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti
peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang
dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam
tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-undang tersebut juga mengatur syaratsyarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan,
peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung
dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan,
sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan
upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat,
meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu
pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.
Kesehatan Kerja
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan
sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan
melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan
pekerjaannya.
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat
dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan
atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke
arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan
kesehatan seoptimal mungkin. Status kesehatan seseorang.
Menurut blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni :
1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik /
anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri,
microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi,
pendidikan,pekerjaan).
Bersifat medis.
Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut
dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari
segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang
tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses.
Pengertian Hampir Celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan insiden
(incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah near-miss atau nearaccident, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan
keadaan yang sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak
harta benda atau kerugian terhadap proses
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).
Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
Bersifat teknik.
Secara umum, ada dua sebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu penyebab dasar (basic
causes), dan penyebab langsung (immediate causes)
Penyebab Dasar
1. kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis
kurangny/lemahnya pengetahuan dan ketrampilan/keahlian.
stress motivasi yang tidak cukup/salah
2. tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan
Penyebab Langsung
3. Kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-kondisi yang tidak
standard) yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan,
misalnya (Budiono, Sugeng, 2003) :
adalah menghindari resiko sakit dan celaka dengan pendekatan ilmiah dan praktis
secara sistimatis (systematic), dan dalam kerangka pikir kesistiman (system oriented).
Untuk memahami penyebab dan terjadinya sakit dan celaka, terlebih dahulu perlu
dipahami potensi bahaya (hazard) yang ada, kemudian perlu mengenali (identify)
potensi bahaya tadi, keberadaannya, jenisnya, pola interaksinya dan seterusnya.
Setelah itu perlu dilakukan penilaian (asess, evaluate) bagaimana bahaya tadi dapat
menyebabkan risiko (risk) sakit dan celaka dan dilanjutkan dengan menentukan
berbagai cara (control, manage) untuk mengendalikan atau mengatasinya.
Langkah langkah sistimatis tersebut tidak berbeda dengan langkah-langkah sistimatis
dalam pengendalian resiko (risk management). Oleh karena itu pola pikir dasar dalam
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada hakekatnya adalah bagaimana mengendalikan
resiko dan tentunya didalam upaya mengendalikan risiko tersebut masing-masing
bidang keilmuan akan mempunyai pendekatan-pendekatan tersendiri yang sifatnya
sangat khusus.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mempunyai kerangka pikir yang bersifat
sistimatis dan berorientasi kesistiman tadi, tentunya tidak secara sembarangan
penerapan praktisnya di berbagai sektor didalam kehidupan atau di suatu organisasi.
Karena itu dalam rangka menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja ini diperlukan
juga pengorganisasian secara baik dan benar. Dalam hubungan inilah diperlukan
Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang Terintegrasi (Integrated
Occupational Health and Safety Management System) yang perlu dimiliki oleh setiap
organisasi. Melalui sistim manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja inilah pola
pikir dan berbagai pendekatan yang ada diintegrasikan kedalam seluruh kegiatan
operasional organisasi agar organisasi dapat berproduksi dengan cara yang sehat dan
aman, efisien serta menghasilkan produk yang sehat dan aman pula serta tidak
menimbulkan dampak lingkungan yang tidak diinginkan.
Perlunya organisasi memiliki sistim manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja
yang terintegrasi ini, dewasa ini sudah merupakan suatu keharusan dan telah menjadi
peraturan. Organisasi Buruh Sedunia (ILO) menerbitkan panduan Sistim Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Di Indonesia panduan yang serupa dikenal dengan
istilah SMK3, sedang di Amerika OSHAS 1800-1, 1800-2 dan di Inggris BS 8800
serta di Australia disebut AS/NZ 480-1. Secara lebih rinci lagi asosiasi di setiap sektor
industri di dunia juga menerbitkan panduan yang serupa seperti misalnya khusus
dibidang transportasi udara, industri minyak dan gas, serta instalasi nuklir dan lainlain sebagainya. Bahkan dewasa ini organisasi tidak hanya dituntut untuk memiliki
sistim manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi, lebih dari itu
organisasi diharapkan memiliki budaya sehat dan selamat (safety and health culture)
dimana setiap anggotanya menampilkan perilaku aman dan sehat.
Deskripsi-Deskripsi Lainnya
STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan
dan perkembangan yang ada.
Sejarah K3
Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) adalah secara filosofis
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.
Secara keilmuan adalah merupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Seirama dengan derap langkah pembangunan negara ini kita akan memajukan
industri yang maju dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi.
Proses industrialisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme, elektrifikasi
dan modernisasi. Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesinmesin, pesawat- pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya
mungkin makin meningkat. (Ridley, 2006, hal 77
Masalah tersebut di atas akan sangat mempengaruhi dan mendorong
peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu keselamatan dan
kesehatan kerja yang merupakan salah satu bagian dari perlindungan tenaga
kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan, mengingat keselamatan dan
kesehatan kerja bertujuan agar :
Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat
Kondisi tersebut di atas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk
kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan
ditanggulangi. Oleh karena itu setiap usaha kesehatan dan keselamatan kerja
tidak lain adalah usaha pencegahan dan penanggulangan dan kecelakaan di
tempat kerja. Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah
ditujukan untuk mengenal dan menemukan sebab-sebabnya, bukan gejalagejalanya untuk kemudian sedapat mungkin menghilangkan atau
mengeliminirnya. Untuk itu semua pihak yang terlibat dalam usaha berproduksi
khususnya para pengusaha dan tenaga kera diharapkan dapat mengerti dan
memahami serta menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di tempat
masing-masing.
1. Faktor manusia/pribadi
Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik,
mental dan psikologi, kurangnya pengetahuan dan keterampilan, dan stress
serta motivasi yang tidak cukup.
2. Faktor kerja/lingkungan
Meliputi, tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan, rekayasa,
pembelian/pengadaan barang, perawatan, standar-standar kerja dan penyalah
gunaan.
Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai indikator
tentang keselamatan dan kesehatan kerja (k3) meliputi: faktor lingkungan dan
faktor manusia. (Anoraga, 2005, hal 76) mengemukakan aspek-aspek
keselamatan dan kesehatan kerja (k3) meliputi :
3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau keryawan
dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi
kerja, suhu, penerangan, dan situasinya
4. Alat kerja dan bahan
Alat kerja dan bahan merupakan hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang alat-alat
kerja sangatlah vital digunakan oleh para pekerja dalammelakukan kegiatan
proses produksi dan disamping itu adalah bahan-bahan utama yang akan
dijadikan barang.
5. Cara melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara melakukan pekerjaan yang
berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan
oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan.
Kecelakaan kerja merupakan hal yang tidak dapat ditolelir lagi kalau tidak
adanya kehati-hatian dalam bekerja, pekerja harus mematuhi petunjuk
keselamatan kerja, apalagi keryawan yang berhubungan langsung dengan alat
produksi itu akan berbahaya terhadap keselamatanya. Tetapi kadang pekerja
mengacuhkan prosedur keselamatan kerja yang sudah dibuat oaleh perusahaan,
berdalih tidak nyaman dalam bekerja karena menurut andi salah satu karyawan
swasta di kawasan industry tanjung mas Semarang, mengatakan bahwa
memakain helm saat bekerja membuatnya pusing dan masker juga menghalangi
udara yang masuk ke hidung sehingga tidak focus bekerja, perusahaan banyak
aturan yang membuat tidak nyaman.
2.
3.
4.
5.
kerja,
memberikan pelatihan dan sosialisasi keselamatan kerja pada karyawan,
menyediakan fasilitas keselamatan kerja yang optimum,
bertanggung jawab atas keselamatan kerja para karyawan.
A.
B.
Sumber :
Ilham Rudy Saputro, PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
PADA KARYAWAN DILIHAT DARI SISI PSIKOLOGIS
2.
3.
4.
1.
2.
Pengamanan sebagai tindakan keselamatan kerja ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan digolongkan sebagai berikut:
A.
Pelindung badan, meliputi pelindung mata, tangan, hidung, kaki, kepala, dan telinga.
B.
Pelindung mesin, sebagai tindakan untuk melindungi mesin dari bahaya yang mungkin
timbul dari luar atau dari dalam atau dari pekerja itu sendiri
C.
D.
1.
2.
3.
4.
5.
D. Bersendang gurau, tidak konsentrasi, bermain-main dengan teman sekerja atau alat
perlengkapan lainnya.
E. Sikap tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan dan membawa barang berbahaya di
tenpat kerja
F.
Membuat gangguan atau mencegah orang lain dari pekerjaannya atau mengizinkan
orang lain mengambil alih pekerjaannya, padahal orang tersebut belum mengetahui
pekerjaan tersebut.
Tindakan Menghindari Cara Kerja yang Tidak Aman
Menghindarkan cara kerja yang tidak nyaman merupakan anggung jawab semua
pekerja yang bekerja di ruang kerja. ebaliknya sikap yang tidak bertanggung jawab
merupakan suatu indakan kebodohan. Sikap yang bodoh menyebabkan bahaya bagi
dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu ikutilah instruksi supervisor
(pengawas/pimpinan). Pakailah cara-cara kerja yang benar, tenang dan tidak ceroboh
dalam segala hal jika akan memulai bekerja. Kerja sama dari semua orang yang terlibat
dalam bekerja sangat diperlukan dalam mencegah kondisi yang tidak aman. Kondisi
kerja yang aman tidak hanya memiliki alat-alat yang bagus dan mesin yang baru.
Kerjasama dari setiap individu tempat kerja merupakan hal yang sangat penting.
Menjadikan tempat kerja yang bersih, sehat, tertib, teratur dan rapi merupakan syarat
yang sangat menentukan keberhasilan kerja secara maksimal.
Penyebab berbahaya yang sering ditemui:
1.
Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan cairan metal,
cairan non-metal, hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan embun yang beracun.
2.
Bahaya jenis fisika: lingkungan yang bertemperatur panas dingin, lingkungan yang
beradiasi pengion dan non pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara yang tidak
normal.
3.
1.
2.
3.
KESELAMATAN KERJA
a. Pengertian Keselamatan Kerja
atau tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syaratsyarat keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktekpraktek keselamatan dan higiene umum, alat-alat pelindung diri.
3. Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuanketentuan perundangan-undangan yang diwajibkan
4. Penelitian bersifat teknik yang meliputi sifat dan ciri bahan yang
berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat
perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan
debu, penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk
tambang-tambang pengangkat.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek
fisiologis dan patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis dan
keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan
6. Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan
yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian syarat statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan
yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan
apa sebab-sebabnya.
8. Pendidikan yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum
teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya
tenaga kerja yang baru dalam keselamatan kerja
10. Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau
pendekatan lain unuk menimbulkan sikap untuk selamat.
11. Asuransi yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh
perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.
12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan
ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada
perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan terjadi sedangkan pola-pola
kecelakaan pada suatu perusahaan tergantung kepada tingkat kesadaran
akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.
13. Organisasi K3, dalam era industrialisasi dengan kompleksitas
permasalahan dan penerapan prinsip manajemen modern, masalah usaha
pencegahan kecelakaan tidak mungkin dilakukan oleh orang perorang
atau secara pribadi tapi memerlukan keterlibatan banyak orang, berbagai
jenjang dalam organisasi yang memadai.
Organisasi ini dapat berbentuk struktural seperti Safety Departemen
(Departemen K3), fungsional seperti Safety Committee (Panitia Pembina
K3). Agar organisasi K3 ini berjalan dengan baik maka harus didukung
oleh adanya :
? Seorang pimpinan (Safety Director)
? Seorang atau lebih teknisi (Safety Engineer)
? Adanya dukungan manajemen
? Prosedur yang sistimatis, kreativitas dan pemeliharaan motivasi dan
moral pekerja.