1.1.
Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue melalui nyamuk Aedes aegypti, terutama pada daerah tropis
dan sub-tropis. Menurut data World Health Organization (WHO), Asia
menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya.
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia angka kesakitan demam berdarah di
Indonesia pada tahun 2013 sebesar 45,45% dengan jumah pasien 112.511, di
mana Jakarta menjadi daerah urutan kedua tertinggi untuk angka kesakitan DBD
pada tahun 2013. Menurut Suku Dinas Kesehatan Jakarta, jumlah kasus DBD di
wilayah Jakarta Utara pada tahun 2013 menduduki urutan keempat (934 kasus),
setelah Jakarta Timur (1.901 kasus), Jakarta Barat (1.285 kasus) dan Jakarta
Selatan (1.156 kasus).
Jumlah kasus DBD yang ditemukan di Koja adalah 126 kasus, angka
ini lebih rendah dibandinkan pada tahun 2013, yaitu sebanyak 342 kasus.
Sedangkan kasus yang ditemukan di Kelurahan Rawa Badak Selatan pada tahun
2014 adalah 112 kasus. Angka ini diperkirakan sekitar 32,75 % dari jumlah
kasus DBD di Kecamatan Koja dan merupakan angka tertinggi dibandingkan
dengan kelurahan lainnya. Dari periode April-Mei 2015, tercatat 33 kasus DBD
di Kelurahan Rawa Badak Selatan. Pada RW 10, tercatat 3 kasus DBD dari
periode Januari 2013 Juni 2014. Tidak tercatat kasus DBD dari periode April
Mei 2015, sedangkan selama Januari hingga Juni 2015, tercatat 1 kasus DBD.
Terdapatnya kasus DBD pada RW 10 dapat disebabkan oleh kinerja
Jumantik yang belum memenuhi standar, misalnya banyak Jumantik yang tidak
memakai pakaian Jumantik dan tanda pengenal saat bertugas, tidak membawa
peta jentik, tidak dapat menghitung angka bebas jentik dengan benar. Selain itu,
faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah adanya sampah yang dibuang
sembarangan oleh warga terutama di lahan kosong pada aera perumahan warga.
Sampah yang menumpuk ini dapat menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti.
Selain itu, masih dirasakan kurangnya partisipasi dari tokoh masyarakat seperti
lurah Rawa Badak Selatan, pemuka agama dan ketua RW 10.
Tampak bahwa telah terjadi penurunan kasus DBD di RW 10 Kelurahan
Rawa Badak Selatan pada tahun 2014 hingga pertengahan 2015, hal ini
menyertai terselenggaranya program pencegahan dan penanggulangan DBD
pada daerah tersebut oleh tim Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya, pada periode tahun 2014 hingga Juli 2015.
Penyelenggaraan program ini terdiri dari 4 kelompok perencana dan delapan
kelompok pelaksana serta satu kelompok evaluator. Kegiatan yang telah
dilakukan berupa pendampingan juru pemantau jentik (Jumantik) dalam
menghitung Angka Bebas Jentik (ABJ), penggunaan peta jentik, melakukan
promosi kesehatan mengenai DBD, penerapan cara pemilahan sampah dan
memperkenalkan Rumah Contoh Bebas Jentik (RCBJ).
Program ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan dukungan
tokoh-tokoh
masyarakat
tersebut
dalam
pelaksanaaan
program
ini,
1.2.
Tujuan umum
Melakukan evaluasi program pencegahan dan penanggulangan DBD RW
10 Kelurahan Rawa Badak Selatan periode 02 Juni 2014-Agustus 2015, dengan:
1.3.
dilaksanakan.
Mengetahui kendala dari program-program yang telah dilaksanakan.
Mendapatkan saran untuk perbaikan program selanjutnya.
Tujuan khusus
telah
pada
masyarakat
dalam
jumantik
dalam
1. Metodologi
3.1. Sasaran peserta
3.2. Teknis pelaksanaan
3.3. Waktu
3.4. Tempat
3. Rundown Acara
Waktu
Acara
06.00 08.00
DM IKM hanya
dan
melakukan observasi
08.00 12.00
Pelaksana
berkeliling
masing RT
DM IKM
kuesioner disertai
pemberian gimmick
4. Rencana Anggaran
Catatan
Jenis kebutuhan
Fotokopi kuesioner
Gimmick
Total
156
156 bungkus
Harga
satuan (Rp)
5.000
15.000
Jumlah (Rp)
250.000
2.340.000
541.000
Catatan