Mikro

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

Seminar Nasional Sains dan Teknik 2012 (SAINSTEK 2012)

Kupang, 13 Nopember 2012

STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK ALUMINIUM SCRAP DENGAN HEAT


TREATMENT T6 PADA PROSES CENTRIFUGAL CASTING
Erich Umbu Kondi Maliwemu
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, Jl. Adi Sucipto, Penfui - Kupang
E-mail: erich.undana@yahoo.com

ABSTRAK
Centrifugal casting merupakan proses pengecoran logam dimana logam cair membeku di dalam cetakan yang
berputar. Proses heat treatment digunakan untuk meningkatkan sifat fisik mekanik dari material, khususnya untuk
material yang mengalami proses pengecoran ulang (remelting). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh heat treatment T6 terhadap struktur mikro dan kekuatan tarik aluminium scrap pada proses centrifugal
casting.Material yang digunakan adalah aluminium scrap yang merupakan hasil pengecoran ulang (remelting)
pada putaran mesin centrifugal casting 700 rpm. Solution heat treatment pada penelitian ini dilakukan pada
temperatur 5350C selama 4 jam, sedangkan artificial aging pada temperatur 1550C selama 3 jam. Spesimen uji
tarik yang digunakan berdasarkan standar JIS Z 2201. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya proses
heat treatment T6, maka terjadi perbaikan struktur mikro dengan munculnya presipitat, sehingga kekuatan tarik
mengalami peningkatan yang signifikan.
Kata Kunci: Centrifugal Casting, Aluminium Scrap, Heat Treatment, Struktur Mikro, Kekuatan Tarik

1.

PENDAHULUAN
Aluminium merupakan material yang sering
digunakan sebagai bahan untuk memproduksi suku
cadang kendaraan bermotor. Hal ini disebabkan
karena aluminium merupakan material yang memiliki
sifat mekanis yang baik, terutama untuk material
struktur atau pemesinan. Selain itu aluminium
mempunyai beberapa keunggulan antara lain ringan,
mempunyai sifat mampu bentuk (formability) yang
baik, tahan korosi dan kekuatan tariknya dapat
ditingkatkan melalui proses pengerjaan dingin atau
melalui proses perlakuan panas [Callister, 2007].
Produk dari bahan aluminium yang sudah tidak
bisa digunakan (produk bekas), masih bisa
dimanfaatkan lagi untuk memproduksi ulang suku
cadang kendaraan bermotor. Untuk memanfaatkan
aluminium bekas, maka beberapa industri lokal
mencoba untuk memanfaatkan material ini untuk
membuat ulang beberapa produk suku cadang
kendaraan bermotor, seperti pada proses pembuatan
velg kendaraan roda dua. Namun hasil produk coran
yang dihasilkan masih jauh berbeda dengan produk
industri besar. Pada industri lokal masih menggunakan
metode yang sederhana dan mudah untuk
dilaksanakan
yaitu
Gravity
Casting
untuk
memproduksi velg, sehingga masih banyak terdapat
cacat coran yang berdampak pada kualitas sifat fisis
dan mekanis dari produk tersebut, sehingga perlu
dicarikan metode lain yang dapat memperbaiki
kualitas produk pengecoran tersebut. Pada proses
pengecoran ulang (remelting) material aluminium
scrap untuk kondisi plane strain diperoleh hasil
bahwa proses remelting dapat menurunkan
ketangguhan paduan aluminium. Penurunan ini
disebabkan oleh porositas akibat peningkatan gas

hidrogen pada saat logam bertransformasi dari padat


cair ke padat. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
kemampuan suatu bahan untuk berdeformasi secara
plastis dan menyerap energi sebelum dan sesudah
terjadi kerusakan berkurang karena bahan mengalami
proses remelting [Budiyono dkk., 2004].
Pada penelitian ini metode pengecoran yang
digunakan adalah pengecoran sentrifugal (centrifugal
casting), dimana pada proses ini untuk meningkatkan
kualitas produk, maka harus memperhatikan putaran
mesin centrifugal casting, temperatur lebur,
temperatur tuang dan penambahan inokulan.
Centrifugal casting merupakan metode pengecoran
dimana logam cair membeku di dalam cetakan yang
berputar. Centrifugal casting lebih handal dari pada
static castings, yaitu relatif lebih bebas dari gas
porosity dan shrinkage porosity [Joshi, 2010]. Gaya
sentrifugal pada proses centrifugal casting ini lebih
baik dari pada metode gravitasi karena gaya
sentrifugal mampu memampatkan logam cair,
sehingga diperoleh hasil coran yang lebih baik dengan
cacat pengecoran seperti porositas yang relatif lebih
kecil, sehingga akan berdampak pada peningkatan
sifat fisis dan mekanis material tersebut dan juga akan
berdampak pada karakteristik perambatan retak fatik.
Pengecoran pada aluminium didasarkan pada
reaksi aluminium cair
dengan oksigen, dimana
solubilitas dari oksigen dalam aluminium sangat kecil.
Hal ini terjadi karena oksidasi tidak dapat dipresipitasi
oleh reaksi dengan oksigen dalam larutan, tetapi
oksigen hanya dapat bereaksi dengan permukaan
[Campbell, 2003].
Pada penelitian tentang pengaruh gaya sentrifugal
pada pengecoran sentrifugal velg sepeda motor
dibandingkan dengan metode gravity casting
T-146

Seminar Nasional Sains dan Teknik 2012 (SAINSTEK 2012)


Kupang, 13 Nopember 2012

diperoleh hasil bahwa metode centrifugal casting


memiliki sifat mekanis yang lebih baik dari pada
gravity casting. Gaya sentrifugal berpengaruh
terhadap kemampatan material, maka hal ini akan
mengurangi cacat porositas dan akan meningkatkan
kekuatan mekaniknya [Nugroho, 2011]. Penelitian
tentang pengaruh putaran centrifugal casting pada
aluminium scrap terhadap sifat fisis mekanis
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan sifat
fisis dan mekanis, yaitu terjadi peningkatan kekuatan
tarik, kekerasan, dan impact. Uji struktur mikro
menunjukkan bahwa kecepatan putar berpengaruh
terhadap batas butir yang lebih menyempit dimana
porositas diantara butiran-butiran sangat kecil. Dari
hasil tersebut menunjukkan bahwa variasi putaran
pada pengecoran sentrifugal mampu menaikkan
kualitas sifat fisis dan mekanis pada produksi velg
sepeda motor [Bambang, 2010].
Pada proses pengecoran ulang (remelting)
material aluminium scrap untuk kondisi plane strain
diperoleh hasil bahwa proses remelting dapat
menurunkan ketangguhan paduan aluminium.
Penurunan ini disebabkan oleh porositas akibat
peningkatan gas hidrogen pada saat logam
bertransformasi dari padat cair ke padat. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa kemampuan suatu bahan
untuk berdeformasi secara plastis dan menyerap
energi sebelum dan sesudah terjadi kerusakan
berkurang karena bahan mengalami proses remelting
[Budiyono dkk., 2004]. Proses remelting pada
aluminium tuang dapat mempengaruhi sifat mekanis
dan karakteristik perambatan retak paduan aluminium,
yaitu terdapat penurunan kekerasan dan penurunan
siklus (N) fatik raw material [Harsono, 2006]. Pada
peningkatan sifat mekanik paduan Aluminium A356
dengan heat treatment T6 diperoleh hasil bahwa sifat
mekanik paduan naik akibat adanya heat treatment T6,
yaitu terjadi perubahan bentuk butiran dari lonjong
menjadi bulat, sehingga terjadi kenaikan UTS dan
kekerasan yang signifikan [Anzip dkk., 2006].
Berdasarkan hal di atas, maka penurunan sifat
mekanis material yang mengalami proses remelting
dapat diatasi dengan proses heat treatment. Proses
heat treatment pada sebuah aluminium umumnya
merupakan
sebuah
perlakuan
panas
untuk
precipitation hardening. Tahapan proses heat
treatment awalnya material dipanaskan dan
selanjutnya dilakukan pendinginan cepat (quenching).
Setelah dilakukan quenching, pada struktur
aluminium terbentuk Super Saturated Solid Solution
(SSSS). Setelah itu proses berlanjut dengan penuaan
(aging), yaitu pemberian panas yang tidak terlalu
tinggi yang berguna untuk membuat SSSS semakin
mengeras dan membentuk presipitat yang tujuannya
menghalangi dislokasi. Dengan terhambatnya
dislokasi, maka kekerasan dari aluminium akan
semakin meningkat [Callister, 2007].

2.

METODE PENELITIAN
Material yang digunakan adalah aluminium scrap
yang merupakan hasil pengecoran ulang (remelting)
velg pada putaran mesin centrifugal casting 700 rpm.
Uji tarik (tensile test) dilakukan untuk mengetahui
ketahanan suatu material terhadap pembebanan statik.
Spesimen uji tarik diambil dari bagian terluar velg
dengan pertimbangan bahwa pada bagian velg ini
yang akan lebih banyak mendapatkan beban saat velg
digunakan.

Gambar 1 Velg Centrifugal Casting

Spesimen uji tarik yang digunakan berdasarkan


JIS Z 2201 [JIS Handbook, 1998], dengan dimensi
sebagai berikut:
T = tebal benda uji (5 mm)
W = lebar benda uji (5 mm)
L = gauge length (20 mm)
P= length of paralel portion (24 mm)
R= radius of shoulder (15 mm)

Gambar 2 Spesimen Uji Tarik

Spesimen uji tarik sebelum heat treatment T6 dibuat


sebanyak 3 buah dan setelah heat treatment T6
sebanyak 3 buah. Uji tarik dilakukan pada beban
2000 kg (2 ton).
Tegangan dan regangan dihitung menggunakan
persamaan:

Tegangan (Stress) =   
(1)


Regangan (Strain) =   

 

  

(2)

Solution heat treatment untuk aluminium A356


pada penelitian ini dilakukan pada temperatur 5350C
selama 4 jam, sedangkan temperatur artificial aging
dipilih sebesar 1550C selama 3 jam [ASM Handbook,
1991]. Pengujian struktur mikro bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh dari heat
treatment T6 terhadap perubahan struktur mikro yang

T-147

Seminar Nasional Sains dan Teknik 2012 (SAINSTEK 2012)


Kupang, 13 Nopember 2012

terjadi, dimana diharapkan akan terbentuk presipitat


yang akan menghambat dislokasi dalam struktur
material tersebut.

sedangkan temperatur artificial aging dipilih sebesar


1550C selama 3 jam [ASM Handbook, 1991].

3.

HASIL DAN DISKUSI


Proses pengecoran diawali dengan pemanasan
cetakan logam (pre-heating) hingga mencapai suhu
2500C, kemudian material aluminium scrap dilebur
hingga mencapai titik lebur dengan temperatur
penuangan 7500C. Logam cair dituang ke dalam
cetakan yang berputar sampai logam cair tersebut
membeku dalam cetakan. Proses pengecoran ini
dilakukan pada putaran 700 rpm.

Gambar 4 Proses Heat Treatment T6

10 m
(a)
(a)

(b)
a)

Gambar 3. Proses Centrifugal Casting


Pre-heating Cetakan; b) Penuangan Logam Cair

10 m

Dari hasil uji komposisi, diperoleh hasil bahwa


material tersebut merupakan aluminium A356, yaitu
aluminium paduan Al-Mg-Si.
Tabel 1 Hasil Uji Komposisi

Unsur
Si
Fe
Cu
Mn
Mg
Zn
Ti
Cr
Ni
Pb
Sn
Al

Spesimen
6,95
<0,1474
0.03
0.0036
0.2683
0.0326
0.1329
0.0027
0.0032
0.0006
0.0033
92.43

Dari hasil uji komposisi tersebut, maka proses


heat treatment yang sesuai dengan material tersebut
adalah proses heat treatment T6, dimana penelitian ini
dilakukan pada temperatur 5350C selama 4 jam,

(b)
Gambar 5 Struktur Mikro
(a) Tanpa HT T6; (b) Dengan HT T6

Dengan adanya proses heat treatment T6, telah


terjadi perubahan bentuk struktur mikro, yaitu berupa
perubahan bentuk ukuran Si yang semakin kecil
(terputus-putus) dan terdistribusi di batas butir.
Kemudian dengan distribusi presipitat yang merata
pada matriks aluminium (Gambar 5) yang terbentuk
sebagai akibat dari tahap pelarutan atom-atom terlarut
pada proses heat treatment T6, yaitu terjadi solution
heat treatment diikuti quenching dan dilanjutkan
dengan artificial aging. Pada tahapan ini material
dipanaskan pada 5350C selama 4 jam dan selanjutnya
dilakukan pendinginan cepat (quenching). Setelah
dilakukan quenching, pada struktur aluminium
terbentuk SSSS. Setelah itu proses berlanjut dengan
penuaan buatan (artificial aging), yaitu pemberian
panas yang tidak terlalu tinggi (1550C selama 3 jam)
yang berguna untuk membuat SSSS semakin mengeras
dan
membentuk
presipitat
yang
bertujuan

T-148

Seminar Nasional Sains dan Teknik 2012 (SAINSTEK 2012)


Kupang, 13 Nopember 2012

menghambat dislokasi. Dengan adanya presipitat yang


terlarut dalam paduan aluminium, maka presipitat
akan menghambat terjadinya dislokasi yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan sifat mekanis
material tersebut, sehingga gaya yang dibutuhkan
untuk mendeformasi material tersebut semakin besar.
Hal ini menunjukan bahwa kemungkinan untuk
terbentuknya presipitat semakin besar dengan adanya
heat treatment T6.
Tabel 2 Hasil Uji Tarik

max

Tanpa HT T6
yield

(MPa)

(MPa)

176,89

94,44

%
4,33

max
(MPa)

Dengan HT T6
yield
%

238,44

(MPa)

171,28

12,02

Hasil uji tarik menunjukkan bahwa heat treatment


T6 mampu meningkatkan kekuatan tarik sebesar
34,8%, yaitu dari 176,89 MPa naik menjadi 238,44
MPa. Hal ini disebabkan karena munculnya presipitat
Mg2Si pada proses heat treatment T6 mampu
menghambat terjadinya dislokasi, sehingga dapat
meningkatkan sifat mekanik dari material tersebut.
4.

SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses heat
treatment T6 menyebabkan terjadinya perubahan
struktur mikro berupa perubahan bentuk ukuran Si
yang semakin kecil (terputus-putus) dan terdistribusi
di batas butir dengan distribusi presipitat yang merata
pada matriks aluminium. Hal ini berdampak pada
peningkatan sifat mekanis berupa kenaikan kekuatan
tarik sebesar 34,8%, yaitu dari 176,89 MPa naik
menjadi 238,44 MPa.

DAFTAR PUSTAKA
American Society for Metals (ASM) Handbook
Committee, Heat Treating, Volume 04, ASM
International,
The
Materials
Information
Company. 1991.
Anzip, A., Suhariyanto, Peningkatan Sifat Mekanik Paduan
Aluminium A356.2 dengan Penambahan Manganese
(Mn) dan Perlakuan Panas T6, Jurnal Teknik Mesin,
Vol. 8, No. 2, Universitas Kristen Petra, Surabaya.
2006
Bambang, U., Pengaruh Kecepatan Putar terhadap Sifat
Fisis dan Mekanis pada Centrifugal Casting
Aluminium Alloy Velg Sepeda Motor, Tesis,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.2010
Budiyono, A., Jamasri, Pengaruh Remelting terhadap
Ketangguhan Paduan Aluminium, Media Teknik No. 3
Tahun XXVI, Yogyakarta. 2004
Callister, Jr.W.D., Material Science and Engineering
- An Introduction, 7 th ed, John Wiley & Sons,
Inc. 2007.
Campbell, J., Castings, Second Edition, ButterworthHeinemann, UK. 2003
Japanese Industrial Standard (JIS) Handbook, JIS Z 2201,
Test Pieces for Tensile Test for Metallic Materials.
1998.
Joshi, A.M., 2010, Centrifugal Casting, Department of
Metallurgical Engineering & Material Science, Indian
Institute of Technology, Bombay, India. 2010.
Nugroho, 2011, Perbandingan Pengecoran Sentrifugal dan
Gravitasi terhadap Kualitas Hasil Coran Velg
Aluminium A356, Tesis, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. 2011.

T-149

Anda mungkin juga menyukai