Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TEORI DASAR
2.1
Permeabilitas
Di dalam ilmu kebumian, permeabilitas (biasanya bersimbol atau k)
kA (Pb Pa )
(1)
dimana Q (m3/s) adalah total fluida dengan viskositas dinamik (kg/m.s atau
Pa.s) yang keluar per satuan waktu melewati medium berpori dengan
permeabilitas k (m2), luas penampang A (m2), dan panjang L (m), dengan
perubahan tekanan (Pb-Pa). Penjelasan untuk Hukum Darcy dapat dilihat pada
Gambar 1.
Jika kedua ruas pada persamaan (1) dibagi dengan luas penampang A
maka akan didapat persamaan :
k
q = P ;
q=
Q
A
(2)
(3)
(4)
(5)
Tinggi
Sedang
Kerikil
Pasir yang
yang
terpisah, pasir,
terpisah
& kerikil
Batuan
Batuan dengan
Gabungan
banyak retakan
Rendah
reservoir
Batu
Batu pasir
minyak
gamping,
Granite
dolomite
(cm2)
10-3 10-4 105 106 107 108 109 1010 1011 1012 1013 1014 1015
(millidarcy)
2.2
103 100 10
0.1
0.01 10-3
10-4
Pori
Matriks
Matriks
Pori
Jika volume matriks adalah Vs, dan volume pori sebagai Vp = V Vs,
maka porositas didefinisikan sebagai
V Vs V p
=
V
V
(6)
Apori
Atotal
(7)
dimana A pori adalah luas ruang pori dan Atotal adalah luas ruang total. Porositas
berbagai macam batuan dapat dilihat pada Tabel 2.
Porositas
20-50 %
Till
10-20 %
Silt
35-50 %
Lempung (clay)
33-60 %
Clastic Sediments
3-30 %
<1-30 %
Basalt
1-12 %
Tuff
14-40 %
-87 %
1-5 %
~0.1 %
L
L
Gambar 4. Penjelasan untuk tortusitas.
10
L'
L
(8)
R 4 P
8 L'
(9)
Qp
R2
R 2 P
8 L'
(10)
Karena diketahui bahwa medium pori sesungguhnya tidak lurus seperti yang
terlihat pada Gambar 4, maka perlu didefinisikan sebuah volume representatif
(Representative Elementary Volume, REV) yang juga dapat mendefinisikan
panjang representatif dan kecepatan aliran. Waktu yang dibutuhkan fluida untuk
melewati jalur tortous akan sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk melewati
REV.
L'
L
t =
=
v pipa v REV
(11)
11
Dengan mengombinasikan persamaan (1), (3), (4), (9), dan (10) maka
didapat hubungan sebagai berikut :
8 L'2 L
L2
L'
= 2
=
=
v pipa R P v REV k P
(12)
R 2 L2
8 L '2
R2
8 2
(13)
(14)
4 3
k= 2 2
8 s
(15)
s=
2.3
baik dengan metode lapangan (in-situ) ataupun uji laboratorium. Pada uji
laboratorium ada dua metode yang biasa digunakan yaitu metode Falling Head
dan Constant Head dimana pemakaiannya disesuaikan dengan tipe sampel yang
akan digunakan. Metode Constant Head digunakan pada batuan dengan
permeabilitas tinggi, sedangkan metode Falling Head digunakan pada batuan
dengan permeabilitas rendah. Pada metode Constant Head, ketinggian permukaan
air dibuat konstan sedangkan pada metode Falling Head, ketinggian permukaan
12
air dibiarkan turun. Persamaan (16) digunakan untuk metode Constant Head dan
persamaan (17) digunakan untuk metode Falling Head.
K=
QL
H A
(16)
K=
a L h0
ln
A t ht
(17)
kg
(18)
dimana adalah massa jenis fluida, dan g adalah percepatan gravitasi (~10 m/s2).
Gambar 5. (a) permeameter constant head, dan (b) permeameter falling head.
(sumber : biosystems.okstate.edu/darcy/Conductivity/McWhorterhtm.html)
13
Pada Gambar 5 diatas, terlihat bahwa ketinggian permukaan air (h1) pada
permeameter constant head akan selalu dibuat tetap sehingga tidak ada perubahan
tekanan. Sedangkan pada permeameter falling head, ketinggian permukaan air
akan dibiarkan menurun sehingga terjadi perbedaan tekanan, dan yang diukur
adalah beda ketinggian permukaan air awal dan akhir (h0 dan ht).
Pengukuran dengan uji di lapangan dapat dilakukan metode Steady State
Condition dimana air dari sumur lubang bor dipompa pada kecepatan aliran
konstan dalam jangka waktu yang cukup lama dan metode Slug Test yang
mengukur kecepatan naik atau turunnya permukaan air di dalam sumur setelah
mengetahui volume air yang diambil dari atau dimasukkan ke dalam sumur.