Dari klausul di atas terlihat bahwa jenis CCO atau Perintah Perubahan
Kontrak atau Perintah Perubahan Kerja atau Perubahan Lingkup Pekerjaan
adalah sebagai berikut:
Pekerjaan Tambah/Kurang (Volume dan Jenis Pekerjaan)
Volume pekerjaan pada item-item jenis pekerjaan yang
terdapat dalam Kontrak bertambah/berkurang disesuaikan kondisi
Perubahan Spesifikasi Teknis dan Gambar Pekerjaan, pada Pekerjaan
Konstruksi perubahan ini sering disebut Revisi Desain
Revisi desain dilakukan jika terdapat perubahan yang sangat
signifikan dan kondisi lapangan membutuhkan perubahan penanganan
sehingga desain atau spesifikasi teknis berubah.
Penambahan Pekerjaan Baru
Penambahan item jenis pekerjaan yang sebelumnya tidak
terdapat dalam Kontrak dikarenakan kondisi lapangan membutuhkan
penanganan jenis pekerjaan tersebut.
Adendum dan Amandemen Kontrak
Adendum dan Amandemen dalam istilah kontrak adalah dua buah kata
yang berpadanan. Kedua kata berarti adanya sebuah perubahan atau
penambahan atau pengurangan. Namun, Adendum biasanya digunakan
dalam istilah perubahan pada suatu perikatan atau perjanjian atau
kontrak, sedangkan Amandemen biasanya digunakan untuk perubahan
suatu undang-undang atau dasar hukum tertulis.
Dengan demikian, dapat dikatakan adendum dan amandemen secara
substantif tidak berbeda, hanya pemakaian kedua kata tersebut lebih
lazim digunakan di salah satu topik, yaitu adendum pada suatu perikatan
perjanjian atau kontrak, sedangkan amandemen pada domain undangundang atau dasar hukum tertulis.
Demikian sekilas gambaran dasar dan pengertian perbedaan CCO
(Contract Change Order) dan Adendum/ Amandemen Kontrak.
Salah satu pertanyaan yang sering sulit dijawab oleh pelaksana pengadaan barang/jasa adalah
apa perbedaan antara masa kontrak dengan masa pelaksanaan pekerjaan.
Sebagian besar jawaban yang sering disampaikan adalah keduanya sama saja. Atau yang
disebut dengan masa kontrak/masa berlakunya kontrak itu sama dengan masa pelaksanaan
pekerjaan.
Hal ini sering menjadi permasalahan khususnya pada akhir tahun anggaran dalam hal
pencairan pembayaran atau untuk perhitungan denda pelaksanaan pekerjaan.
Apakah benar bahwa masa kontrak itu sama dengan masa pelaksanaan pekerjaan? Apabila
iya, maka beberapa ilustrasi di bawah ini mungkin dapat menjadi renungan.
1. Seperti yang kita ketahui, bahwa kontrak itu dimulai sejak ditandatangani.
Sedangkan pelaksanaan pekerjaan dimulai sejak dikeluarkannya Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK). Apabila SPMK dikeluarkan beberapa hari
setelah kontrak ditandatangani, maka akan ada waktu kosong antara
tanggal penandatanganan kontrak dengan SPMK. Apabila kita
beranggapan bahwa masa kontrak = masa pelaksanaan pekerjaan, artinya
sejak kontrak ditandatangani hingga SPMK, tidak ada kontrak disana. Ini
jelas tidak mungkin.
2. Khusus untuk pekerjaan konstruksi, serah terima pekerjaan dilakukan
sebanyak 2 kali, yaitu serah terima pertama (PHO) dan serah terima akhir
(FHO) setelah dilakukan pemeliharaan. Untuk menjamin penyedia
barang/jasa melaksanakan pemeliharaan, maka diwajibkan jaminan
pemeliharaan atau retensi sebesar 5% dari nilai kontrak. Apabila penyedia
barang/jasa tidak melaksanakan pemeliharaan, maka jaminan atau
retensi ini disita dan dicairkan ke kas negara/daerah. Ketentuan pencairan
ini tertuang dalam kontrak. Apabila masa kontrak = masa pelaksanaan
pekerjaan, maka tentu saja setelah serah terima pertama, kontrak sudah
dinyatakan tidak berlaku karena masa berlakunya telah selesai sehingga
penyedia tidak terikat lagi pada kontrak tersebut. Hal ini berarti penyedia
yang tidak melaksanakan pemeliharaan tidak dapat dihukum atau
dikenakan sanksi sesuai ketentuan dalam kontrak.
3. Penyedia barang/jasa yang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan hingga
masa pelaksanaan pekerjaan berakhir, dapat tetap melanjutkan pekerjaan
dengan dikenakan sanksi denda keterlambatan. Bahkan PPK dapat
memutuskan kontrak apabila penyedia telah diberikan kesempatan
selama 50 hari kalender namun tetap tidak mampu menyelesaikan
pekerjaan. Apabila masa kontrak = masa pelaksanaan pekerjaan, maka
setelah masa pelaksanaan pekerjaan berakhir, kontrak akan putus dengan
sendirinya sehingga penyedia barang/jasa yang terlambat dalam
melaksanakan pekerjaan tidak memiliki dasar untuk dikenakan denda
keterlambatan. Hal ini karena klausul denda tersebut tertuang pada
kontrak yang sudah tidak berlaku lagi.
Dari ketiga ilustrasi tersebut jelas bahwa masa kontrak tidak sama dengan masa pelaksanaan
pekerjaan.
Kemudian, apa yang dimaksud dengan masa kontrak?
Dalam setiap standar dokumen pengadaan yang resmi dikeluarkan oleh Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) melalui Peraturan Kepala (Perka) LKPP Nomor
15 dan 18 Tahun 2012 pada Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK), Bagian A, 1, Klausul
1.24 telah disebutkan bahwa Masa Kontrak adalah jangka waktu berlakunya kontrak ini
terhitung sejak tanggal kontrak ditandatangani sampai dengan masa pemeliharaan
berakhir.
Hal ini jelas bahwa masa kontrak tidak sekedar masa pelaksanaan pekerjaan. Masa
pelaksanaan pekerjaan merupakan bagian dari masa kontrak.
Hal ini dapat dilihat secara jelas pada gambar di bawah:
Setiap Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) harus memperhatikan ketentuan ini yang harus
diisi pada Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK), karena kesalahan dalam menuliskan masa
kontrak dapat menyebabkan para pihak menjadi tidak terikat lagi dalam ketentuan perjanjian
sehingga setiap implikasi dari pelanggaran kontrak tidak dapat dibebankan kepada para pihak
yang terlibat.
Khusus untuk pekerjaan kontruksi, masa kontrak dapat melewati tahun anggaran apabila
masa pemeliharaan juga melewati tahun anggaran. Misalkan sebuah pekerjaan kontraksi
selesai pada bulan Nopember 2013 dan membutuhkan pemeliharaan selama 3 bulan, maka
masa kontraknya berakhir pada bulan Februari 2014.
Ini bukanlah kontrak tahun jamak, karena pengertian kontrak tahun jamak berdasarkan
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 dan Perubahannya, Pasal 52 Ayat 2
adalah kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun
anggaran, bukan yang masa kontraknya lebih dari 1 tahun anggaran.
Hal lain yang harus diperhatikan berkenaan dengan masa kontrak dengan masa pelaksanaan
pekerjaan adalah mengenai keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
Yang dimaksud dengan keterlambatan sehingga penyedia dikenakan sanksi denda
keterlambatan adalah pelaksanaan pekerjaan yang melewati batas akhir pelaksanaan
pekerjaan. PPK harus memperhatikan batas waktu kontrak apabila terjadi keterlambatan
pekerjaan, karena setiap keterlambatan akan mengakibatkan mudurnya masa pemeliharaan
pekerjaan (khusus untuk pekerjaan konstruksi). Untuk memperhatikan hal ini maka PPK
perlu melakukan adendum kontrak dengan menambah masa kontrak, bukan dengan
menambah waktu pelaksanaan pekerjaan.
Apabila PPK menambah waktu pelaksanaan pekerjaan dengan alasan penyedia terlambat,
maka tentu saja penyedia itu tidak terlambat lagi, karena batas waktu peneyelesaian
pekerjaannya turut mundur dan disesuaikan dengan batas waktu baru yang telah diadendum
oleh PPK. Karena tidak terlambat, maka tidak dapat dikenakan denda keterlambatan.
Khusus untuk akhir tahun anggaran, masa pelaksanaan pekerjaan tidak dimungkinkan untuk
diadendum melebihi akhir tahun anggaran yaitu 31 Desember karena akan mengalami
kesulitan dalam pembayaran pekerjaan. Tulisan mengenai ini sudah saya bahas juga pada
artikel Putuskan saja (SEMUA) kontrak akhir tahun.
Akhir tulisan, perlu diperhatikan mengenai perbedaan antara masa kontrak dengan masa
pelaksanaan pekerjaan karena implikasi hukum perdata terhadap ketidakpahaman ini dapat
berakibat fatal di kemudian hari.
2.
3.
Identitas Pekerjaan
Hari ke. Minggu ke dan Bulan ke.
Isi Laporan Harian:
Laporan Utama
Daftar Tenaga Kerja yang terlibat.
Daftar Peralatan yang digunakan.
Cuaca.
Alasan Percepatan/Kelambatan Pekerjaan.
Laporan Utama:
Acuan RAB Uitzet
Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.
Bobot Prestasi Pekerjaan Hari Lalu, Hari Ini, dan Total Bobot Prestasi
Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Capaian Bobot Prestasi Pekerjaan
sampai dengan Hari ini.
e) Format Laporan Harian secara umum dapat dilihat pada tabel berikut:
N
o
Uraian
Bobot
(%)
Prestasi Pekerjaan*
Hari
Lalu
Hari
Ini
s.d.
Hari
ini
6=4+
5
Harg
a
Jumla
h
Bobot Hari
ini (%)
Sisa
Bobot
(%)
8=6x
7
9=8/Px10
0**
10=93
10
* Prestasi Pekerjaan didapat dari input lapangan, **P = Total Nilai Paket Pekerjaan
f)
b.
Para pihak yang bertanda tangan di dalam laporan harian: Petugas Lapangan
dari masing-masing Kontraktor Pelaksana, Petugas Lapangan yang ditunjuk oleh
PPK (PPTK), dan Petugas Lapangan Konsultan Pengawas (bila ada).
Laporan Mingguan
Laporan Mingguan adalah rekapitulasi laporan harian selama 1 (satu) minggu.
Hal-hal yang dimuat dalam Laporan Mingguan antara lain:
1)
2)
3)
a)
b)
c)
d)
Identitas Pekerjaan
Minggu ke. Bulan ke
Laporan Utama:
Acuan Laporan Harian 7 hari dalam minggu yang bersangkutan.
Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.
Bobot Prestasi Pekerjaan Minggu Lalu, Minggu Ini, dan Total Bobot Prestasi
Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Pencapaian Bobot Prestasi
Pekerjaan sampai dengan Minggu ini.
e) Format Laporan Mingguan dapat dilihat pada tabel berikut:
N
o
Uraian
Bobot
(%)
Prestasi Pekerjaan*
Mingg
u Lalu
Mingg
u Ini
s.d.
Mingg
u ini
6=4+
5
Harg
a
Jumla
h
Bobot
Minggu ini
(%)
Sisa
Bobot
(%)
8=6x
7
9=8/Px10
0**
10=93
10
* Diambil dari Prestasi Pekerjaan Hari ke-7 tiap Minggu, **P = Total Nilai Paket Pekerjaan
c.
Laporan Bulanan
Laporan Bulanan adalah rekapitulasi pekerjaan Mingguan. Hal-hal yang dimuat
dalam Laporan Bulanan adalah antara lain:
1)
2)
3)
a)
b)
c)
d)
Identitas Pekerjaan
Minggu ke.
Laporan Utama:
Acuan Laporan Mingguan (4 Minggu) dalam bulan yang bersangkutan.
Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.
Bobot Prestasi Pekerjaan Bulan Lalu, Bulan Ini, dan Total Bobot Prestasi
Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Pencapaian Bobot Prestasi
Pekerjaan sampai dengan Bulan ini.
e) Format Laporan Bulanan dapat dilihat pada tabel berikut:
N
o
Uraian
Bobot
(%)
Prestasi Pekerjaan*
Bulan
Lalu
Bulan
Ini
s.d.
Bulan
ini
6=4+
5
Harg
a
Jumla
h
Bobot
Bulan ini
(%)
Sisa
Bobot
(%)
8=6x
7
9=8/Px10
0**
10=93
10
* Diambil dari Prestasi Pekerjaan Minggu tiap Bulan, **P = Total Nilai Paket Pekerjaan
d.
Kurva S
Jadual Pelaksanaan Pekerjaan dapat dituangkan dalam berbagai cara, tapi yang
paling umum digunakan dalam pekerjaan pemerintah adalah Kurva S. Yang
dimuat dalam Kurva S adalah antara lain: Identitas Pekerjaan, Para Pihak yang
bertanggung jawab dalam Pekerjaan; Kepala Dinas, PPK (PPTK), Konsultan
Supervisi (Pengawas), dan Kontraktor Pelaksana.
N K
o o
d
Uraia
n
Pekerj
Bo
bo
Prestasi Pekerjaan*
M1
M2
M3
M4
Mn
K
e
t.
e
1
aan
3
t (%)
4
(%)
5
n
1
0
0
6=4
/2
5=4/2
6=4
/3
7=4/3
7=4
7=4/2
8=4/3
5
0
8=4/2
8=4/2
Renca
na
Presta
si
Pekerj
aan
10
0
%
n=4/2
M1
M2
M3
M4
Mn
Akum
ulasi
Renc.
Presta
si
Pek.
M1
(M1
+M2
)
(M1+
M2+M3
)
(M1+M2
+M3+M4)
(M1+M2+
M3+M4+Mn
)
Realis
asi
Presta
si
Pekerj
aan**
Input
Inpu
t
Input
Input
Input
Devia
si
*Dibagi sesuai dengan kebutuhan waktu yang tersedia, **Input diambil dari Laporan
Mingguan, Minggu terakhir.
b.
Kualitatif
Opnam kualitatif adalah pemeriksaan mutu (kualitas) suatu pekerjaan. Hal-hal
yang diperlukan dalam opnam kualitatif adalah antara lain: Dokumen Kontrak,
Dokumen Perubahan, Spesifikasi Teknis, Rencana Mutu Kontrak, Sertifikasisertifikasi yang Dipakai sebagai Standarisasi, Uji Laboratorium, Uji (test)
Lapangan, Mutu Pekerjaan di lapangan, Estetika, dan hal-hal yang terkait dengan
kualitas pekerjaan.
c.
Pembenahan (Revisi)
Hal-hal yang ditemukan baik berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas
pekerjaan, dituangkan dalam Dokumen Pembenahan (Revisi). Dokumen
Pembenahan harus dikerjakan sesuai kesepakatan para pihak, karena hal ini
terkait dengan Pengakuan suatu pekerjaan. Bila pekerjaan belum tuntas direvisi,
maka akan berpengaruh terhadap penagihan pekerjaan.
d.
5.
a.
b.
8.
Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah tahap di mana Kontraktor Pelaksana melaksanakan
pemeliharaan terhadap hasil pekerjaan selama waktu yang ditetapkan dalam
Dokumen Kontrak. Pemeliharaan dimaksudkan untuk menjaga hasil pekerjaan
harus sesuai dengan spesifikasi, kualitas, dan kuantitas selama waktu
pemeliharaan khususnya, dan menjamin hingga umur rencana tercapai dengan
memperkirakan hasil deteksi selama masa pemeliharaan.
9.
Demikian tulisan ini dibuat kurang lebihnya semoga dapat membantu proses
penyelesaian pekerjaan baik di lingkungan pemerintah maupun swasta. Terima
kasih.
Diposkan 9th April 2012 oleh proyek_pemerintah
Lokasi: Surakarta, Indonesia
Label: As Built Drawing Bulanan FHO Kurva S Laporan Harian Metode
Pelaksanaan Proyek Mingguan PHO Shop Drawing
0
Tambahkan komentar
Apr
9
Di bawah ini salah satu contoh Rencana Mutu Kontrak agar dapat dipakai untuk
acuan.
PEKERJAAN
LOKASI
PELAKSANA
KONSULTAN SUPERVISI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
UMUM
Tujuan
Informasi Pemilik
Identitas Pekerjaan
Diskripsi Pekerjaan
BAB III
BAB IV
BAB V
PENUTUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, perlu disusun Rencana Mutu Kontrak guna memenuhi
mekanisme hubungan antara system jaminan mutu seri ISO 9001: 2000
terhadap spesifikasi teknis dan gambar kontrak.
Rencana Mutu Kontrak ini nantinya digunakan Dinas Pertambangan dan Energi
sebagai alat untuk menamin agar spesifikasi teknis dan gambar kontrak
dijalankan secara benar sebagaimana ketentuannya.
BAB II
UMUM
TUJUAN
Rencana Mutu Kontrak ini dimaksudkan untuk menerapkan lingkup prosedur
jaminan mutu dan tujuan mutu kontrak serta hal-hal lainnya yang timbul dalam
proses pelaksanaan.
Tujuan rencana Mutu Kontrak ini untuk menentukan arah pengendalian proses
pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat diharapkan memperoleh produk yang
bermutu sesuai perencanaan dan dokumen kontrak.
INFORMASI PEMILIK
Nama Kegiatan
Kabupaten/Kota
Dinas
Pengguna Anggaran
: [Kuasa Pengguna Anggaran
Barang/Program/Kegiatan.]
Alamat
: [Alamat Dinas/Satker]
IDENTITAS PEKERJAAN
Lokasi Pekerjaan
Sumber Dana
Nilai Pagu
: [APBN/D/yang lain]
: [Nilai Pagu]
Nomor Kontrak
Tanggal Kontrak
:
:
Konsultan Supervisi
Nama Pelaksana
: [Sesuai Kontrak]
DISKRIPSI PEKERJAAN
A.
UMUM
Pekerjaan Pengawasan Pekerjaan [isi nama pekerjaan] mencangkup pengawasan
prosedur, pengawasan mutu (kualitas), pengawasan volume (kuantitas),
pengendalian waktu pelaksanaan, pengawasan metode kerja, dan pengawasan
pengetasan hasil [pekerjaan sesuai nama pekerjaan] yang akan
dilaksanakan/dikerjakan oleh pelaksana pekerjaan di [lokasi pekerjaan sesuai
kontrak].
B.
VOLUME PEKERJAAN
Rekapitulasi Pekerjaan
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS
STRUKTUR ORGANISASI
{Contoh di bawah adalah hasil Pekerjaan Konsultan Supervisi, struktur organisasi
dan uraian pekerjaan bisa disesuaikan dengan jenis pekerjaan!]
Add caption
Team Leader
-
Koordinator Pengawas
-
Pengawas Lapangan
-
Pengawas GPS
-
Tenaga Ahli .
-
BAB IV
RENCANA MUTU PEKERJAAN
JADUAL PELAKSANAAN
Dikarenakan sifat pekerjaan ini adalah pengadaan bahan yang terpasang, maka
jadual pelaksanaan berupa kurva balok urutan pekerjaan dari pengiriman
barang, penerimaan, dan pemasangan di lapangan.
Jadual pelaksanaan, menyesuaikan pelaksanaan dari Pihak Pelaksana.
KRITERIA PENERIMAAN
Pedoman untuk melaksanakan pekerjaan dengan kriteria yang ditetapkan
(lampiran 4)
DAFTAR PERALATAN
Dalam pelaksanaan pemasangan PLTS 30 WP, diperlukan peralatan guna
melaksanakan pekerjaan (lampiran 7).
CHECK LIST
Sebelum pekerjaan dilakukan harus mendapatkan ijin dari pengawas yang
ditugaskan oleh Kepala Satuan Kerja/PPK dan dituangkan dalam bentuk Check
List (lampiran 8).
BAB V
PENUTUP
Dengan selesainya penyusunan buku Rencana Mutu Kontrak ini diharapkan agar
supaya dapat digunakan sebagai pedoman guna pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan yang sudah ditandatangani
ketiga belah pihakpemerintah, pelaksana, dan pengawas dan apabila ada
kekuarangan-kekurangan agar dapat dikoreksi serta mohon maaf yang sebesarbesarnya.
Kontraktor Pelaksana
[Jabatan/Stempel]
[Jabatan/stempel]
Diketahui/Disetujui:
PPK/PPTK
[Jabatan/NIP]