Anda di halaman 1dari 24

Apa perbedaan antara CCO (Contract Changer Order), Adendum

dan Amandemen Kontrak?


Konon dalam suatu rapat, terdengarlah seseorang yang bertanya apa
perbedaan addendum dan amandemen. Secara retorika, yang bertanya
menjawab bahwa addendum adalah penambahan/perubahan dokumen
pada saat lelang atau sebelum kontrak ditandatangani, sedangkan
amandemen adalah penambahan/perubahan setelah kontrak berjalan
atau telah ditandatangani. Apa benar ya?
Untuk mengkajinya sepertinya perlu diejawantahkan masalah kontrak
atau lebih tepatnya harus merujuk kepada Hukum Kontrak yang berlaku.
Apa saja yang dikatakan oleh aturan-aturan yang menyangkut kontrak
dan aturan yang terkait.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada sebenarnya CCO (Contract
Change Order), Addendum dan Amandemen Kontrak adalah istilah yang
sama, hanya Addendum dan Amandemen Kontrak merupakan produk
lanjutan dari CCO (Contract Change Order). Jika terjadi CCO berarti akan
terjadi Addendum atau Amandemen Kontrak, sedangkan jika terjadi
Addendum atau Amandemen belum tentu telah terjadi CCO. Kok bisa ya?
Mari dilihat dasar alasannya.
Perpres 54 tahun 2010 Pasal 87 Ayat 1 tentang Perubahan Kontrak
menyatakan sebagai berikut:
Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan
dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia Barang/Jasa dapat
melakukan perubahan Kontrak yang meliputi:
a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam
Kontrak;
b. menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
c. mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
lapangan; atau
d. mengubah jadwal pelaksanaan.
Perka LKPP No. 2 tahun 2011 tentang Standar Dokumen Pengadaan pada
Bagian Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK) Klausul Addendum atau
Perubahan Kontrak dalam hal ini diambil dari Standar Dokumen
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Metoda Pascakualifikasi
34.1
Kontrak hanya dapat diubah melalui adendum kontrak.
34.2
Perubahan Kontrak bisa dilaksanakan apabila disetujui oleh para
pihak, meliputi:
1. perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang
dilakukan oleh para pihak dalam kontrak sehingga mengubah
lingkup pekerjaan dalam kontrak;
2. perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya
perubahan pekerjaan;
3. perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan,
perubahan pelaksanaan pekerjaan dan/atau penyesuaian
harga.
34.3
Untuk kepentingan perubahan kontrak, PA/KPA dapat
membentuk Panitia/Pejabat Peneliti Pelaksanaan Kontrak atas usul PPK.

Berdasarkan ketentuan di atas jelas dapat diketahui bahwa:


Perubahan kontrak dapat dilakukan dengan Adendum Kontrak.
Artinya segala sesuatu perubahan pada kontrak dilakukan melalui
Adendum Kontrak.
Jenis Adendum Kontrak adalah:
1. Adendum akibat perubahan lingkup pekerjaan (CCO) atau
sering disebutAdendum Tambah/Kurang, yang terbagi
menjadi 4 (empat) jenis perlakuan, yaitu:
1. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak tetap
2. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak bertambah
3. Adendum
Tambah/Kurang,
nilai
kontrak
tetap,
target/sasaran berubah
4. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak bertambah,
target/sasaran berubah
2. Adendum akibat perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan
atau sering disebut Adendum Waktu
3. Adendum akibat penyesuaian harga/eskalasi atau sering
disebut
sebagaiAdendum
Penyesuaian
Harga/Eskalasi atau sering disebut Adendum Harga/Nilai
Kontrak. Basanya adendum jenis ini untuk kontrak tahun
jamak (multy years contract) atau terdapat kenaikan harga
bahan bakar minyak.
Sekarang, apa saja yang disebut CCO (Contract Changer Order) atau
Perintah Perubahan Kerja/Kontrak tersebut? CCO dalam Perpres 54/2010
disebut juga Perubahan Lingkup Pekerjaan. Pada Perpres 54/2010 Pasal 87
pada kutipan di atas dapat terlihat jelas karakteristik CCO:
a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam
Kontrak;
b. menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
c. mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
lapangan
Sedangkan pada Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan Kontruksi Pasca
Kualifikasi Klausul Perubahan Lingkup Pekerjaan dapat dikutip sebagai
berikut:
35.1
Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi
lokasi pekerjaan pada saat pelaksanaan dengan gambar dan spesifikasi
yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak, maka PPK bersama penyedia
dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi antara lain :
1. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang
tercantum dalam kontrak;
2. mengurangi atau menambah jenis pekerjaan;
3. mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai
dengan kebutuhan lokasi pekerjaan; dan/atau
4. melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum
dalam kontrak yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan.

Dari klausul di atas terlihat bahwa jenis CCO atau Perintah Perubahan
Kontrak atau Perintah Perubahan Kerja atau Perubahan Lingkup Pekerjaan
adalah sebagai berikut:
Pekerjaan Tambah/Kurang (Volume dan Jenis Pekerjaan)
Volume pekerjaan pada item-item jenis pekerjaan yang
terdapat dalam Kontrak bertambah/berkurang disesuaikan kondisi
Perubahan Spesifikasi Teknis dan Gambar Pekerjaan, pada Pekerjaan
Konstruksi perubahan ini sering disebut Revisi Desain
Revisi desain dilakukan jika terdapat perubahan yang sangat
signifikan dan kondisi lapangan membutuhkan perubahan penanganan
sehingga desain atau spesifikasi teknis berubah.
Penambahan Pekerjaan Baru
Penambahan item jenis pekerjaan yang sebelumnya tidak
terdapat dalam Kontrak dikarenakan kondisi lapangan membutuhkan
penanganan jenis pekerjaan tersebut.
Adendum dan Amandemen Kontrak
Adendum dan Amandemen dalam istilah kontrak adalah dua buah kata
yang berpadanan. Kedua kata berarti adanya sebuah perubahan atau
penambahan atau pengurangan. Namun, Adendum biasanya digunakan
dalam istilah perubahan pada suatu perikatan atau perjanjian atau
kontrak, sedangkan Amandemen biasanya digunakan untuk perubahan
suatu undang-undang atau dasar hukum tertulis.
Dengan demikian, dapat dikatakan adendum dan amandemen secara
substantif tidak berbeda, hanya pemakaian kedua kata tersebut lebih
lazim digunakan di salah satu topik, yaitu adendum pada suatu perikatan
perjanjian atau kontrak, sedangkan amandemen pada domain undangundang atau dasar hukum tertulis.
Demikian sekilas gambaran dasar dan pengertian perbedaan CCO
(Contract Change Order) dan Adendum/ Amandemen Kontrak.

Masa Kontrak vs Masa Pelaksanaan Pekerjaan


9 December 2013 11 Comments Written by Khalid Mustafa

Salah satu pertanyaan yang sering sulit dijawab oleh pelaksana pengadaan barang/jasa adalah
apa perbedaan antara masa kontrak dengan masa pelaksanaan pekerjaan.
Sebagian besar jawaban yang sering disampaikan adalah keduanya sama saja. Atau yang
disebut dengan masa kontrak/masa berlakunya kontrak itu sama dengan masa pelaksanaan
pekerjaan.
Hal ini sering menjadi permasalahan khususnya pada akhir tahun anggaran dalam hal
pencairan pembayaran atau untuk perhitungan denda pelaksanaan pekerjaan.

Apakah benar bahwa masa kontrak itu sama dengan masa pelaksanaan pekerjaan? Apabila
iya, maka beberapa ilustrasi di bawah ini mungkin dapat menjadi renungan.
1. Seperti yang kita ketahui, bahwa kontrak itu dimulai sejak ditandatangani.
Sedangkan pelaksanaan pekerjaan dimulai sejak dikeluarkannya Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK). Apabila SPMK dikeluarkan beberapa hari
setelah kontrak ditandatangani, maka akan ada waktu kosong antara
tanggal penandatanganan kontrak dengan SPMK. Apabila kita
beranggapan bahwa masa kontrak = masa pelaksanaan pekerjaan, artinya
sejak kontrak ditandatangani hingga SPMK, tidak ada kontrak disana. Ini
jelas tidak mungkin.
2. Khusus untuk pekerjaan konstruksi, serah terima pekerjaan dilakukan
sebanyak 2 kali, yaitu serah terima pertama (PHO) dan serah terima akhir
(FHO) setelah dilakukan pemeliharaan. Untuk menjamin penyedia
barang/jasa melaksanakan pemeliharaan, maka diwajibkan jaminan
pemeliharaan atau retensi sebesar 5% dari nilai kontrak. Apabila penyedia
barang/jasa tidak melaksanakan pemeliharaan, maka jaminan atau
retensi ini disita dan dicairkan ke kas negara/daerah. Ketentuan pencairan
ini tertuang dalam kontrak. Apabila masa kontrak = masa pelaksanaan
pekerjaan, maka tentu saja setelah serah terima pertama, kontrak sudah
dinyatakan tidak berlaku karena masa berlakunya telah selesai sehingga
penyedia tidak terikat lagi pada kontrak tersebut. Hal ini berarti penyedia
yang tidak melaksanakan pemeliharaan tidak dapat dihukum atau
dikenakan sanksi sesuai ketentuan dalam kontrak.
3. Penyedia barang/jasa yang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan hingga
masa pelaksanaan pekerjaan berakhir, dapat tetap melanjutkan pekerjaan
dengan dikenakan sanksi denda keterlambatan. Bahkan PPK dapat
memutuskan kontrak apabila penyedia telah diberikan kesempatan
selama 50 hari kalender namun tetap tidak mampu menyelesaikan
pekerjaan. Apabila masa kontrak = masa pelaksanaan pekerjaan, maka
setelah masa pelaksanaan pekerjaan berakhir, kontrak akan putus dengan
sendirinya sehingga penyedia barang/jasa yang terlambat dalam
melaksanakan pekerjaan tidak memiliki dasar untuk dikenakan denda
keterlambatan. Hal ini karena klausul denda tersebut tertuang pada
kontrak yang sudah tidak berlaku lagi.

Dari ketiga ilustrasi tersebut jelas bahwa masa kontrak tidak sama dengan masa pelaksanaan
pekerjaan.
Kemudian, apa yang dimaksud dengan masa kontrak?
Dalam setiap standar dokumen pengadaan yang resmi dikeluarkan oleh Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) melalui Peraturan Kepala (Perka) LKPP Nomor
15 dan 18 Tahun 2012 pada Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK), Bagian A, 1, Klausul
1.24 telah disebutkan bahwa Masa Kontrak adalah jangka waktu berlakunya kontrak ini
terhitung sejak tanggal kontrak ditandatangani sampai dengan masa pemeliharaan
berakhir.

Hal ini jelas bahwa masa kontrak tidak sekedar masa pelaksanaan pekerjaan. Masa
pelaksanaan pekerjaan merupakan bagian dari masa kontrak.
Hal ini dapat dilihat secara jelas pada gambar di bawah:

Setiap Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) harus memperhatikan ketentuan ini yang harus
diisi pada Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK), karena kesalahan dalam menuliskan masa
kontrak dapat menyebabkan para pihak menjadi tidak terikat lagi dalam ketentuan perjanjian
sehingga setiap implikasi dari pelanggaran kontrak tidak dapat dibebankan kepada para pihak
yang terlibat.
Khusus untuk pekerjaan kontruksi, masa kontrak dapat melewati tahun anggaran apabila
masa pemeliharaan juga melewati tahun anggaran. Misalkan sebuah pekerjaan kontraksi
selesai pada bulan Nopember 2013 dan membutuhkan pemeliharaan selama 3 bulan, maka
masa kontraknya berakhir pada bulan Februari 2014.
Ini bukanlah kontrak tahun jamak, karena pengertian kontrak tahun jamak berdasarkan
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 dan Perubahannya, Pasal 52 Ayat 2
adalah kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun
anggaran, bukan yang masa kontraknya lebih dari 1 tahun anggaran.
Hal lain yang harus diperhatikan berkenaan dengan masa kontrak dengan masa pelaksanaan
pekerjaan adalah mengenai keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
Yang dimaksud dengan keterlambatan sehingga penyedia dikenakan sanksi denda
keterlambatan adalah pelaksanaan pekerjaan yang melewati batas akhir pelaksanaan
pekerjaan. PPK harus memperhatikan batas waktu kontrak apabila terjadi keterlambatan
pekerjaan, karena setiap keterlambatan akan mengakibatkan mudurnya masa pemeliharaan
pekerjaan (khusus untuk pekerjaan konstruksi). Untuk memperhatikan hal ini maka PPK
perlu melakukan adendum kontrak dengan menambah masa kontrak, bukan dengan
menambah waktu pelaksanaan pekerjaan.
Apabila PPK menambah waktu pelaksanaan pekerjaan dengan alasan penyedia terlambat,
maka tentu saja penyedia itu tidak terlambat lagi, karena batas waktu peneyelesaian

pekerjaannya turut mundur dan disesuaikan dengan batas waktu baru yang telah diadendum
oleh PPK. Karena tidak terlambat, maka tidak dapat dikenakan denda keterlambatan.
Khusus untuk akhir tahun anggaran, masa pelaksanaan pekerjaan tidak dimungkinkan untuk
diadendum melebihi akhir tahun anggaran yaitu 31 Desember karena akan mengalami
kesulitan dalam pembayaran pekerjaan. Tulisan mengenai ini sudah saya bahas juga pada
artikel Putuskan saja (SEMUA) kontrak akhir tahun.
Akhir tulisan, perlu diperhatikan mengenai perbedaan antara masa kontrak dengan masa
pelaksanaan pekerjaan karena implikasi hukum perdata terhadap ketidakpahaman ini dapat
berakibat fatal di kemudian hari.

Tata Urutan Pelaksanaan Pekerjaan


TATA URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
UNTUK LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH (DAN SWASTA)
Suatu pekerjaan memiliki standar acuan tersendiri sesuai dengan
Dokumen Rencana Kerja (RKS) atau Dokumen Lelang/Tender. Di dalam dokumen
tersebut, telah dimuat hal-hal yang terkait dengan suatu pekerjaan sebelum,
sedang, dan setelah dilaksanakan. Dalam tulisan ini tidak akan dibahas tentang
dokumen tender. Namun akan membahas pelaksanaan pekerjaan di lapangan
setelah Pemenang Tender menandatangani SPK dan Pengajuan Uang Muka (jika
ada). Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan secara umum adalah:
1.

Rapat PraKonstruksi (RPK)


Rapat yang diusulkan oleh salah satu dari para Pihak yang terdapat di dalam
Kontrak suatu Pekerjaan. Rapat ini bisa diusulkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) atau bisa juga diusulkan oleh Kontraktor Pelaksana Pekerjaan.
Rapat ini dihadiri oleh semua pihak yang terkait pekerjaan: PPK beserta Direksi
Pekerjaan, Kontraktor, dan Konsultan Pengawas.
Hal-hal yang dibahas di dalam RPK adalah antara lain: 1) Pengukuran
Ulang (Uitzet), 2) Pembuatan Laporan Pekerjaan, 3) Tata Cara Opnam, 4)
Prosedur Penagihan Prestasi Pekerjaan, 5) Serah Terima Pekerjaan, dan lain-lain.
Di bawah ini akan disinggung masing-masing secara singkat dan sederhana.

2.

Pengukuran Ulang Lapangan (Uitzet)


Pengukuran Ulang Lapangan di awal suatu pekerjaan untuk memastikan
berapa besar perubahan yang terjadi akibat pelaksanaan dari perencanaan yang
ada. Suatu perencanaan masih mengandung galat. Pelaksana Pekerjaan, Direksi

Lapangan, dan Konsultan Pengawas harus memastikan lagi legalitas kepastian


pekerjaan. Pengukuran ulang ini menghasilkan Laporan MC-0 yang dilampiri
Gambar Rencana Pelaksanaan Kerja, Kurva S, Foto Pekerjaan 0%, dan Lampiranlampiran yang diperlukan. Semua dokumen yang dihasilkan dalam Pengukuran
Ulang ini wajib disetujui oleh para pihak.
Besarnya perubahan yang ditemukan dibuatkan Dokumen Perubahan.
Dokumen perubahan bisa berbentuk Dokumen Tambah Kurang (Change Contract
Order) atau Dokumen Tambahan (Addendum). Hal ini tergantung mazab yang
digunakan di suatu satuan kerja. Selain itu, terkadang Dokumen Perubahan ini
bisa berbentuk serial sepanjang pekerjaan dilaksanakan, sehingga tim yang
diusulkan dalam Dokumen Perubahan ini pun disesuaikan dengan tingkat
perubahan yang dialami. Semakin berat tingkat perubahan, maka Tim yang
diusulkan (dibentuk) semakin lengkap dan lintas sektoral. Jika perubahan hanya
kecil, maka Tim yang dibentuk cukup sesuai dengan yang ada di Dokumen
Kontrak. Jika perubahan yang ditemukan besar bahkan berpengaruh terhadap
pasal-pasal dalam Kontrak, maka harus melibatkan Bidang Hukum, Perencanaan,
dan lain-lain. Selain itu, dokumen perubahan yang besar, diperlukan Justifikasi
Teknis dan Tim Negosiasi Harga. Dokumen Perubahan tidak akan dibahas pada
kesempatan ini, karena terdapat berbagai pendapat tentang dokumen
perubahan (tambah-kurang) sesuai jenis kontrak, tingkat perubahan, dan
kepentingan pekerjaan.

3.

Pembuatan Laporan Pekerjaan:


Dokumen-dokumen yang dihasilkan dalam Pengukuran Ulang dipakai
sebagai Acuan dalam pembuatan Laporan Harian, Mingguan, Bulanan, dan Kurva
S:
a.
Laporan Harian
Laporan yang dibuat dari data prestasi pekerjaan harian yang dibuat oleh
Kontraktor Pelaksana. Laporan ini memuat sekurang-kurangnya:
1)
2)
3)
a)
b)
c)
d)
e)
4)
a)
b)
c)
d)

Identitas Pekerjaan
Hari ke. Minggu ke dan Bulan ke.
Isi Laporan Harian:
Laporan Utama
Daftar Tenaga Kerja yang terlibat.
Daftar Peralatan yang digunakan.
Cuaca.
Alasan Percepatan/Kelambatan Pekerjaan.
Laporan Utama:
Acuan RAB Uitzet
Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.
Bobot Prestasi Pekerjaan Hari Lalu, Hari Ini, dan Total Bobot Prestasi
Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Capaian Bobot Prestasi Pekerjaan
sampai dengan Hari ini.
e) Format Laporan Harian secara umum dapat dilihat pada tabel berikut:

N
o

Uraian

Bobot
(%)

Prestasi Pekerjaan*
Hari
Lalu

Hari
Ini

s.d.
Hari
ini

6=4+
5

Harg
a

Jumla
h

Bobot Hari
ini (%)

Sisa
Bobot
(%)

8=6x
7

9=8/Px10
0**

10=93

10

* Prestasi Pekerjaan didapat dari input lapangan, **P = Total Nilai Paket Pekerjaan

f)

b.

Para pihak yang bertanda tangan di dalam laporan harian: Petugas Lapangan
dari masing-masing Kontraktor Pelaksana, Petugas Lapangan yang ditunjuk oleh
PPK (PPTK), dan Petugas Lapangan Konsultan Pengawas (bila ada).
Laporan Mingguan
Laporan Mingguan adalah rekapitulasi laporan harian selama 1 (satu) minggu.
Hal-hal yang dimuat dalam Laporan Mingguan antara lain:

1)
2)
3)
a)
b)
c)
d)

Identitas Pekerjaan
Minggu ke. Bulan ke
Laporan Utama:
Acuan Laporan Harian 7 hari dalam minggu yang bersangkutan.
Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.
Bobot Prestasi Pekerjaan Minggu Lalu, Minggu Ini, dan Total Bobot Prestasi
Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Pencapaian Bobot Prestasi
Pekerjaan sampai dengan Minggu ini.
e) Format Laporan Mingguan dapat dilihat pada tabel berikut:
N
o

Uraian

Bobot
(%)

Prestasi Pekerjaan*
Mingg
u Lalu

Mingg
u Ini

s.d.
Mingg
u ini

6=4+
5

Harg
a

Jumla
h

Bobot
Minggu ini
(%)

Sisa
Bobot
(%)

8=6x
7

9=8/Px10
0**

10=93

10

* Diambil dari Prestasi Pekerjaan Hari ke-7 tiap Minggu, **P = Total Nilai Paket Pekerjaan

c.

Laporan Bulanan
Laporan Bulanan adalah rekapitulasi pekerjaan Mingguan. Hal-hal yang dimuat
dalam Laporan Bulanan adalah antara lain:

1)
2)
3)
a)
b)
c)
d)

Identitas Pekerjaan
Minggu ke.
Laporan Utama:
Acuan Laporan Mingguan (4 Minggu) dalam bulan yang bersangkutan.
Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.
Bobot Prestasi Pekerjaan Bulan Lalu, Bulan Ini, dan Total Bobot Prestasi
Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Pencapaian Bobot Prestasi
Pekerjaan sampai dengan Bulan ini.
e) Format Laporan Bulanan dapat dilihat pada tabel berikut:
N
o

Uraian

Bobot
(%)

Prestasi Pekerjaan*
Bulan
Lalu

Bulan
Ini

s.d.
Bulan
ini

6=4+
5

Harg
a

Jumla
h

Bobot
Bulan ini
(%)

Sisa
Bobot
(%)

8=6x
7

9=8/Px10
0**

10=93

10

* Diambil dari Prestasi Pekerjaan Minggu tiap Bulan, **P = Total Nilai Paket Pekerjaan

d.

Kurva S
Jadual Pelaksanaan Pekerjaan dapat dituangkan dalam berbagai cara, tapi yang
paling umum digunakan dalam pekerjaan pemerintah adalah Kurva S. Yang
dimuat dalam Kurva S adalah antara lain: Identitas Pekerjaan, Para Pihak yang
bertanggung jawab dalam Pekerjaan; Kepala Dinas, PPK (PPTK), Konsultan
Supervisi (Pengawas), dan Kontraktor Pelaksana.

N K
o o
d

Uraia
n
Pekerj

Bo
bo

Prestasi Pekerjaan*
M1

M2

M3

M4

Mn

K
e
t.

e
1

aan
3

t (%)
4

(%)
5

n
1
0
0

6=4
/2

5=4/2

6=4
/3

7=4/3

7=4

7=4/2

8=4/3

5
0
8=4/2
8=4/2

Renca
na
Presta
si
Pekerj
aan

10
0
%

n=4/2

M1

M2

M3

M4

Mn

Akum
ulasi
Renc.
Presta
si
Pek.

M1

(M1
+M2
)

(M1+
M2+M3
)

(M1+M2
+M3+M4)

(M1+M2+
M3+M4+Mn
)

Realis
asi
Presta
si
Pekerj
aan**

Input

Inpu
t

Input

Input

Input

Devia
si

*Dibagi sesuai dengan kebutuhan waktu yang tersedia, **Input diambil dari Laporan
Mingguan, Minggu terakhir.

Kurva S dipakai untuk melihat progress pekerjaan harian, mingguan, dan


bulan. Dengan melihat deviasinya, dapat diketahui suatu pekerjaan terlambat
atau mendahului dari target. Target yang dimaksud adalah jadual sesuai dengan
kurva Rencana Prestasi Pekerjaan. Direksi pekerjaan, konsultan supervisi, dan
kontraktor pelaksana dapat mengetahui sejak dini tentang prestasi pekerjaan
agar dapat dikoordinasikan dengan para pihak untuk mencegah masalahmasalah.
Ciri suatu pekerjaan mengalami keterlambatan, apabila garis kurva
realisasi prestasi pekerjaan berada di bawah garis rencana. Sebaliknya, suatu
pekerjaan mendahului (lebih cepat), apabila garis realisasi berada di atas kurva S
rencana. Deviasi yang diperbolehkan dalam pekerjaan biasanya < -10%. Kalau
keterlambatan (deviasi) sudah mencapai -10%, konsultan supervisi dan PPK
sudah member surat peringatan kepada Pihak Pelaksana Pekerjaan.
4.
a.

Opname Pekerjaan (Pemeriksaan Pekerjaan di Lapangan):


Kuantitatif
Opnam kuantitatif adalah opnam volume yang dikerjakan di lapangan
(realisasi). Hal-hal yang diperlukan dalam opnam kuantitatif adalah: Dokumen
Kontrak, Dokumen Perubahan, RAB Awal, RAB Perubahan, Gambar Rencana,
Gambar Perubahan, dan Gambar As Built Drawing. Namun yang utama dalam
opnam kuantitatif adalah bahwa volume harus sesuai dengan RAB terakhir yang
telah disepakati. Bila kontrak unit price, maka harga akan menjadi acuan utama.
Harga tidak boleh berubah walaupun volume terjadi perubahan. Tapi bila kontrak
lunsum, maka volume akan menjadi acuan dan tidak boleh berubah.

b.

Kualitatif
Opnam kualitatif adalah pemeriksaan mutu (kualitas) suatu pekerjaan. Hal-hal
yang diperlukan dalam opnam kualitatif adalah antara lain: Dokumen Kontrak,
Dokumen Perubahan, Spesifikasi Teknis, Rencana Mutu Kontrak, Sertifikasisertifikasi yang Dipakai sebagai Standarisasi, Uji Laboratorium, Uji (test)
Lapangan, Mutu Pekerjaan di lapangan, Estetika, dan hal-hal yang terkait dengan
kualitas pekerjaan.

c.

Pembenahan (Revisi)
Hal-hal yang ditemukan baik berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas
pekerjaan, dituangkan dalam Dokumen Pembenahan (Revisi). Dokumen
Pembenahan harus dikerjakan sesuai kesepakatan para pihak, karena hal ini
terkait dengan Pengakuan suatu pekerjaan. Bila pekerjaan belum tuntas direvisi,
maka akan berpengaruh terhadap penagihan pekerjaan.

d.

Pengakuan pasca Pembenahan


Apabila pekerjaan sudah sesuai dengan kuantitas dan kualitas maka
laporan-laporan harian, mingguan, bulanan, dan dokumen-dokumen, perlu
disetujui oleh para pihak sesuai tingkatan jabatan di pekerjaan, yang dituangkan
dalam tanda tangan dan stempel instansi. Hal ini akan dipakai untuk proses
penagihan.

5.

Penagihan Prestasi Pekerjaan:


Penagihan mengacu pada dokumen kontrak apakah menggunakan
Termjn atau Monthly Certificate (MC). Dalam tulisan ini, tidak dibahas tentang
kedua hal ini, namun yang akan dibahas adalah pembuatan laporan prestasi
pekerjaan:

a.

Penagihan 0% (biasa disebut MC-0 atau Termjn 0)


Diajukan setelah atau berbarengan ketika Kontraktor Mengajukan Uang
Muka sebagai lampirannya. Bentuk laporan harian, mingguan, bulanan, dan
Kurva S telah dibahas pada awal tulisan ini. Dokumen lain biasanya diikutkan
dalam MC-0/Termjn 0 ini adalah Foto Proyek 0, gambar rencana kerja (setelah
perubahan) dan Rencana Mutu Kontrak (Metodologi Pekerjaan).

b.

Penagihan 50% (biasa disebut MC-50 atau Termjn 50)


Penagihan 50% ini dilakukan ketika prestasi pekerjaan di lapangan harus
sudah mencapai minimal 60%. Syarat-syarat yang diperlukan dalam tagihan
50% ini adalah Laporan Harian, Mingguan, Bulanan, dan Kurva S harus
menunjukkan lebih besar dari 50% (minimal 60%). Lampiran-lampirannya adalah
Foto Proyek 50%, As Built Drawing 50%, Dokumen Perubahan, dan Dokumendokumen lain yang dibutuhkan. Tagihan yang dibayarkan dikurangi DP yang
telah diminta oleh Kontraktor Pelaksana.
c. Penagihan 100% (biasa disebut MC-100 atau Termjin 100)
Tagihan 100% dilakukan ketika pekerjaan di lapangan telah mencapai
prestasi 100%. Syarat-syarat yang wajib dipenuhi oleh Kontraktor Pelaksana
adalah antara lain Laporan Harian, Mingguan, Bulanan, dan Kurva S 100%.
d. Dokumen-dokumen lampiran untuk Penagihan:
1) Foto Proyek
2) Gambar Kerja
3) As Bulit Drawing
4) Spesifikasi
5) Sertifikasi Acuan
6) Uji Laboratorium
7) Uji Lapangan
8) Dokumen Perubahan (CCO/Addendum)
9) Dokumen Mutu Kontrak
10) Dokumen-dokumen lain yang terkait
6.

Komunikasi antar Pihak di Lapangan

Komunikasi antar Pihak di lapangan sangat diperlukan untuk menjaga


koordinasi, konsolidasi, dan sinergi antar pihak. Hal ini semata-mata untuk
mengendalikan suatu pekerjaan agar tepat waktu, tepat kuantitas, tepat
kualitas, dan tepat anggaran. Kompleksitas komunikasi disesuaikan dengan
tingkat besaran pekerjaan (kualifikasi pekerjaan). Namun ada dua alat yang
biasa diperlukan dalam komunikasi, yaitu: Direksi Kits dan Alat Komunikasi
(Radio HT, HP, LAN, dan Online).
Direksi Kits merupakan bukti otentik yang berupa catatan-catatan para
pihak terhadap penyelesaian (proses) pekerjaan. Variasi direksi kits, disesuaikan
dengan kualifikasi pekerjaan. Catatan-catatan yang dituangkan dalam buku
direksi misalnya digunakan sebagai catatan resmi yang harus ditindaklanjuti oleh
para pihak.
7.

Serah Terima Pekerjaan Awal (PHO)


Serah terima pekerjaan awal (PHO) adalah serah terima yang dilakukan
oleh Kontraktor Pelaksana ketika sudah selesai mengerjakan 100%. Syarat-syarat
yang harus dilakukan adalah Kontraktor Pelaksana mengajukan surat
permohonan pemeriksaan pekerjaan 100% yang sudah disetujui oleh Konsultan
Supervisi dan PPTK (Pejabat Teknis yang ditunjuk oleh PPK) kepada PPK. PPK akan
membuat surat balasan untuk memeriksa pekerjaan baik di lapangan maupun
administrasi (dokumen-dokumen) pendukungnya dengan membentuk Tim
Pemeriksa tambahan atau cukup dengan petugas-petugas yang sudah ada.
Setelah pekerjaan diperiksa, PPK membuat surat hasil pemeriksaan pekerjaan
yang biasa dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dan Berita Acara Serah
Terima Pekerjaan Awal (PHO). Setelah semuanya terpenuhi, Kontraktor Pelaksana
menagihkan pekerjaan 95%, sisanya 5% ditagihkan setelah masa pemeliharaan
selesai atau ditagihkan dengan mengganti jaminan pemeliharaan.

8.

Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah tahap di mana Kontraktor Pelaksana melaksanakan
pemeliharaan terhadap hasil pekerjaan selama waktu yang ditetapkan dalam
Dokumen Kontrak. Pemeliharaan dimaksudkan untuk menjaga hasil pekerjaan
harus sesuai dengan spesifikasi, kualitas, dan kuantitas selama waktu
pemeliharaan khususnya, dan menjamin hingga umur rencana tercapai dengan
memperkirakan hasil deteksi selama masa pemeliharaan.

9.

Serah Terima Pekerjaan Akhir (FHO)


Tahapan serah terima pekerjaan akhir (FHO) hampir sama dengan PHO,
dimulai dari surat serah terima pemeriksaan pekerjaan dari Kontraktor Pelaksana
kepada PPK. Lampiran-lampiran yang diserahkan antara lain berupa catatancatatan, analisis, uji lapangan, dan laboratorium paska pemeliharaan, dan
prediksi hasil pekerjaan terhadap umur rencana. Setelah diperiksa oleh para
pihak, PPK membuat Berita Acara Serah Terima Akhir (FHO) guna mengambil
Uang Retensi 5%.

Demikian tulisan ini dibuat kurang lebihnya semoga dapat membantu proses
penyelesaian pekerjaan baik di lingkungan pemerintah maupun swasta. Terima
kasih.
Diposkan 9th April 2012 oleh proyek_pemerintah
Lokasi: Surakarta, Indonesia
Label: As Built Drawing Bulanan FHO Kurva S Laporan Harian Metode
Pelaksanaan Proyek Mingguan PHO Shop Drawing
0
Tambahkan komentar

Apr
9

Rencana Mutu Kontrak (RMK)


RENCANA MUTU PROYEK
Rencana Mutu Proyek (RMK) merupakan salah satu dokumen pelaporan
administrasi dan pengendalian proyek yang sering kali ditiadakan oleh
Kontraktor Pelaksana, karena alasan ribet, ruwet, dan membebani. Bagi
Konsultan Supervisi, RMK merupakan salah satu alat pengendali yang jitu. Nah
dengan latar belakang yang saling tolak belakang antara Kontraktor Pelaksana vs
Konsultan Supervisi ini, RMK tetaplah harus disiapkan demi Pengendalian Proyek
agar sesuai jadual yang telah ditetapkan, tidak menyalahi spesifikasi dan
kualitas, serta mengacu pada kuantitas yang telah dianggarkan.

Di bawah ini salah satu contoh Rencana Mutu Kontrak agar dapat dipakai untuk
acuan.

Cover (Halaman Depan)

RENCANA MUTU KONTRAK

PEKERJAAN

: [Nama Pekerjaan sesuai Kontrak]

LOKASI

: [Lokasi Pekerjaan sesuai Kontrak]

PELAKSANA

: [Nama Kontraktor Pelaksana]

KONSULTAN SUPERVISI

: [Nama Konsultan Pengawas/Supervisi]

TAHUN ANGGARAN 20..

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II

UMUM
Tujuan
Informasi Pemilik
Identitas Pekerjaan
Diskripsi Pekerjaan

BAB III

STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS


Struktur Organisasi
Uraian Tanggung Jawab

BAB IV

RENCANA MUTU KONTRAK


Bagan Alir Kegiatan Pelaksanaan
Daftar SP, SD, dan IK

Ringkasan Spesifik Teknik


Jadual Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan
Kriteria Penerimaan
Rencana Pemeriksaan dan Pengetesan
Daftar Monitoring Kerja
Daftar Peralatan
Check List
Audit Mutu Pekerjaan

BAB V

PENUTUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

Uraikan latar belakang adanya pekerjaan yang dilaksanakan antara Kontraktor


Pelaksana, dengan nomor kontrak, ruang lingkup, Kontrakro Supervisi, Pemberi
Pekerjaan, dan tahun anggaran. Tujuan adanya Dokumen Mutu Kontrak ini
dikaitkan dengan keinginan pemberi kontrak, dikaitkan dengan pengendalian
kuantitas dan kualitas pekerjaan, selain itu juga dikaitkan dengan kesesuaian
spesifikasi, jadual pelaksanaan, dan metode kerja.

Untuk lebih efisiennya pelaksanaan pengendalian mutu atas/produk pekerjaan


tersebut, perlu adanya jaminan mutu terhadap ketaatan dan konsisten dalam
penjalankan prosedur mutu yang telah ditetapkan dalam proses pelaksanaan
dan dokumen kontrak.

Adapun dokumen-dokumen acuan yang digunakan untuk pengendalian mutu


pekerjaan agar sesuai dengan yang diinginkan adalah antara lain: Dokumen

Pengadaan, Dokumen Kontrak, Berita Acara, dan Kesepakatan-kesepakatan


perubahan yang disetujui bersama antara Pemerintah, Pelaksana, dan Konsultan
Pengawas.

Oleh karena itu, perlu disusun Rencana Mutu Kontrak guna memenuhi
mekanisme hubungan antara system jaminan mutu seri ISO 9001: 2000
terhadap spesifikasi teknis dan gambar kontrak.

Rencana Mutu Kontrak ini nantinya digunakan Dinas Pertambangan dan Energi
sebagai alat untuk menamin agar spesifikasi teknis dan gambar kontrak
dijalankan secara benar sebagaimana ketentuannya.

BAB II
UMUM

TUJUAN
Rencana Mutu Kontrak ini dimaksudkan untuk menerapkan lingkup prosedur
jaminan mutu dan tujuan mutu kontrak serta hal-hal lainnya yang timbul dalam
proses pelaksanaan.
Tujuan rencana Mutu Kontrak ini untuk menentukan arah pengendalian proses
pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat diharapkan memperoleh produk yang
bermutu sesuai perencanaan dan dokumen kontrak.

Pedoman ini diterapkan dalam proses pelaksanaan pekerjaan untuk memantau


dan menilai spesifikasi teknis kontrak, sehingga dimungkinkan adanya prosedur
tambahan untuk mendukung rencana mutu.

INFORMASI PEMILIK
Nama Kegiatan
Kabupaten/Kota
Dinas

: [Diisi sesuai dengan Nama Kegiatan]


: [Lokasi Pekerjaan Kabupaten/Kota]

: [Dinas atau Nama Satuan Kerja]

Pengguna Anggaran
: [Kuasa Pengguna Anggaran
Barang/Program/Kegiatan.]
Alamat

: [Alamat Dinas/Satker]

IDENTITAS PEKERJAAN
Lokasi Pekerjaan

: [Lokasi sesuai Kontrak]

Sumber Dana
Nilai Pagu

: [APBN/D/yang lain]
: [Nilai Pagu]

Nomor Kontrak
Tanggal Kontrak

:
:

Konsultan Supervisi
Nama Pelaksana

: [Nama Konsultan Supervisi]

: [Nama Kontraktor Pelaksana]

Waktu Pelaksanaan: Sesuai Dokumen Kontrak


Waktu Pemeliharaan

: [Sesuai Kontrak]

DISKRIPSI PEKERJAAN

A.

UMUM
Pekerjaan Pengawasan Pekerjaan [isi nama pekerjaan] mencangkup pengawasan
prosedur, pengawasan mutu (kualitas), pengawasan volume (kuantitas),
pengendalian waktu pelaksanaan, pengawasan metode kerja, dan pengawasan
pengetasan hasil [pekerjaan sesuai nama pekerjaan] yang akan
dilaksanakan/dikerjakan oleh pelaksana pekerjaan di [lokasi pekerjaan sesuai
kontrak].

B.

VOLUME PEKERJAAN
Rekapitulasi Pekerjaan

BAB III
STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS

STRUKTUR ORGANISASI
{Contoh di bawah adalah hasil Pekerjaan Konsultan Supervisi, struktur organisasi
dan uraian pekerjaan bisa disesuaikan dengan jenis pekerjaan!]

Add caption

URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


Direktur

Melaksanakan semua ketentuan yang tercantum dalam Surat Perjanjian


Pemborongan Pekerjaan

Team Leader
-

Bertanggung jawab atas terlaksananya pekerjaan di lapangan sampai tuntas.


Memimpin tim di lapangan, mewakili perusahaan, bertanggung jawab
sepenuhnya pekerjaan sampai selesai.
Bersama direksi memeriksa dan mengevaluasi semua hasil pekerjaan tim dan
menyetujui pekerjaan bersama-sama dengan direksi dan pelaksana.
Menghadiri dan mewakili rapat-rapat bersama dengan PPTK dan direksi
pekerjaan.

Koordinator Pengawas
-

Memimpin tim pengawas lapangan untuk mengawasi semua hasil pekerjaan,


prosedur, tata administrasi, syarat-syarat bahan, dan spesifikasi.
Memeriksa kedatangan barang bersama-sama pengawas internal yang ditunjuk
oleh PPTK.
Menyetujui barang bersama-sama PPTK.
Koordinator Pengawas membawahi beberapa tim lapangan guna
mendistribusikan tugas-tugas lapangan.

Pengawas Lapangan
-

Mengawasi [pemasangan/pekerjaan] di lapangan.


Mengoreksi saat ada kekeliriuan pemasangan/hasil pekerjaan yang tidak sesuai
dengan kontrak.
Mencatat ketimpangan-ketimpangan pemasangan/pekerjaan sesuai kontrak.
Melaporkan ketimpangan-ketimpangan yang ditemukan.
Patuh dan tunduk pada Koordinator Pengawas.

Pengawas GPS
-

Mengawasi pemasangan/pekerjaan sesuai dengan koordinat penerima yang


direkam dengan alat penerima GPS.
Merekam data GPS ke Komputer guna pendataan.
Pengawas GPS memiliki tim untuk mendistribusikan tugas-tugas di lapangan.

Pengawas Lapangan GPS


-

Mengawasi penitikan koordinat-koordinat pekerjaan dengan Alat GPS yang


direkam dan dilaporkan ke Pengawas GPS.

Tenaga Ahli .
-

Memeriksa kualitas pekerjaan sejak penerimaan barang sampai pemeriksaan


uji laboratorium, uji test, uji kelayakan, atau uji sesuai standar yang
dipersyaratkan di kontrak.
Bertanggung jawab terhadap pemeriksaan mutu yang disajikan oleh Kontraktor
Pelaksana.
Bersama-sama dengan direksi menyetujui hasil pekerjaan.

BAB IV
RENCANA MUTU PEKERJAAN

BAGAN ALIR KEGIATAN


Bagan alir pokok kegiatan adalah urutan pelaksanaan dari paket pekerjaan yang
akan dilaksanakan sesuai dengan jenis pekerjaan (lampiran 1)

DAFTAR STANDAR PROSEDUR, STANDAR DISAIN, DAN INSTRUKSI KERJA


Dalam pelaksanaannya, rencana mutu kontrak harus dibuat rangkuman guna
mengetahui jumlah dari standar prosedur, standar disain, dan instruksi kerja
(lampiran 2).

RINGKASAN SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN, ALAT, DAN HASIL PEKERJAAN


Uraikan spesifikasi teknis Bahan, Alat, dan Hasil Pekerjaan
Uraikan Standarisasi yang diinginkan kontrak.
Uraikan Uji Lapangan yang diinginkan kontrak.
Uraikan Hasil Kesaksian (Witness) yang dikehendaki oleh Kontrak.
Dan seterusnya.

JADUAL PELAKSANAAN

Jadual pelaksanaan merupakan uraian secara rinci dari volume pekerjaan


terhadap waktu pelaksanaan yang disajikan dan diuraikan secara mendetail
termasuk prosedur pengiriman barang, penerimaaan barang, pemeriksaan
barang, dan distribusi barang yang didalamnya diperhitungkan tingkat kesulitan
lapangan, cuaca, dan kendala-kendala non teknis.

Dikarenakan sifat pekerjaan ini adalah pengadaan bahan yang terpasang, maka
jadual pelaksanaan berupa kurva balok urutan pekerjaan dari pengiriman
barang, penerimaan, dan pemasangan di lapangan.
Jadual pelaksanaan, menyesuaikan pelaksanaan dari Pihak Pelaksana.

KRITERIA PENERIMAAN
Pedoman untuk melaksanakan pekerjaan dengan kriteria yang ditetapkan
(lampiran 4)

RENCANA PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN


Dalam rencana pemeriksaan dan pengetesan hal-hal yang dilakukan mencakup
meliputi jenis inspeksi, frekunesi, kriteria penerimaan, alat yang dipakai,
penanggung jawab (lampiran 5)

DAFTAR MONITORING KERJA


Daftar yang memuat jumlah kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana pekerjaan
di mana kegiatan tersebut berhubungan dengan kegiatan pengendalian mutu
(kualitas) yang meliputi kegiatan antara lain check list, inspeksi, dan test
(lampiran 6).

DAFTAR PERALATAN
Dalam pelaksanaan pemasangan PLTS 30 WP, diperlukan peralatan guna
melaksanakan pekerjaan (lampiran 7).

CHECK LIST
Sebelum pekerjaan dilakukan harus mendapatkan ijin dari pengawas yang
ditugaskan oleh Kepala Satuan Kerja/PPK dan dituangkan dalam bentuk Check
List (lampiran 8).

AUDIT MUTU PEKERJAAN


Audit mutu pekerjaan setiap saat harus dilakukan oleh Pengawas Mutu dari
kontraktor pelaksana pekerjaan (lampiran 9).

BAB V
PENUTUP

Dengan selesainya penyusunan buku Rencana Mutu Kontrak ini diharapkan agar
supaya dapat digunakan sebagai pedoman guna pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan yang sudah ditandatangani
ketiga belah pihakpemerintah, pelaksana, dan pengawas dan apabila ada
kekuarangan-kekurangan agar dapat dikoreksi serta mohon maaf yang sebesarbesarnya.

Tempat, Tanggal Pembuatan


Konsultan Supervisi

Kontraktor Pelaksana

[Jabatan/Stempel]

[Jabatan/stempel]

Diketahui/Disetujui:
PPK/PPTK

[Jabatan/NIP]

Anda mungkin juga menyukai