Laporan Kasus
1. Identitas pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Agama
Tanggal masuk RS
Tanggal operasi
: Ny.Y
: 32 tahun
: Perempuan
: Gampong Ladang, Samatiga
: IRT
: Islam
: 22 Juni 2015
: 26 Juni 2015
2. Anamnesa
Keluhan utama :
Nyeri perut kanan bawah sejak 4 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 4 bulan yang
lalu, awalnya nyeri seperti diputar-putar lama kelamaan terasa hanya
disebelah kanan bawah saja. Teraba benjolan di perut kanan bawah. Nyeri
memberat sejak 2 minggu terakhir, mual (+), muntah (-)
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya, riwayat
tekanan darah tinggi (-), kencing manis (-), penyakit jantung (-).
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat tekanan darah tinggi (-), kencing manis (-), penyakit jantung (-).
Riwayat penggunaan obat obatan :
Pasien tidak mengkonsumsi obat obatan
3. Pre Operatif
A. Anamnesa
A : Pada pasien tidak didapatkan riwayat alergi terhadap obat dan
makanan maupun asma.
M : Pasien tidak mengkonsumsi obat apapun
P : Benjolan (+), nyeri (+), mual (+), muntah (-), riwayat hipertensi (-),
penyakit jantung (-), Kencing manis (-).
L : Pasien mulai dipuasakan mulai jam 6 pagi sampai siap operasi.
E : Pasien datang ke ruang OK tanggal 26 Juni 2015 dengan keluhan
1
suction
c. Obat emergency
Sulfas atropine
Efedrine
6. Durante Operatif
a. Laporan anastesi durante operatif
Jenis anastesi
: general anestesi intubasi
Teknik anastesi
: intubasi oral
Lama anastesi
: 15.00-19.00
Lama operasi
: 15.00-18.30
Obat obatan yang diberikan :
Premedikasi 26 Juni 2015:
Sulfas Atropin 0,25 mg
Induksi
Ketamin 60 mg
Roculax 20 mg
Maintenance
Halotan dan O2
N2O
Analgetik post operasi
Ketorolac 30 mg IV
b. Tindakan anestesi umum dengan intubasi
1) Pasien di posisikan pada posisi supine , head up 30
2) Pemberian oksigen (pre oksigenasi 100 % 10 L di lanjutkan
dengan metode face mask selama 5 menit)
3) Memastikan kondisi pasien stabil dengan vital sign dalam batas
normal ( TD 124/70, nadi 90x/menit, RR 20x/menit, saturasi
oksigen 98 %).
4) Sulfas Atropin dosis 0,25 mg di drip di cairan infus.
5) Ketamin 60 mg diberikan secara intravena untuk induksi
6) Dimasukan muscle relaxan roculax 30 mg intravena lalu
ditunggu 5 menit
7) Lakukan maneuver sellick
8) Dilakukan intubasi ETT , dilakukan ventilasi dengan
oksigenasi
9) Cuff dikembangkan, lalu cek suara nafas pada semua lapang
paru dengan stetoskop, pastikan suara nafas dan dada
Perdarah: 400 cc
Bab II
Pembahasan
Pasien Ny. Y umur32 tahun datang ke ruang OK pada tanggal 26 Mei 2015
pada pukul 15.00 WIB dengan keluhan nyeri perut kanan bawah. Dari
anamnesadidapatkan bahwa pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan dan tidak makan
sejak pukul 06.00. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menilai kondisi pasien.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi vital sign dan pemeriksaan airway tidak di
dapatkan kelainan.
B1- Breathing
Pada breathing dalam batas normal
B2 Blood
Pada blood didapatkan perfusi baik, tidak didapatkan kelainan anatomis dan fungsi
regional dari sistem sirkulasi.
B3 Brain
Dalam batas normal
B4 - Bladder
BAK ditampung menggunakan kateter, urin berwarna kuning jernih
B5 -Bowel
Bising usus normal
B6 bone
Tulang dan sendi dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang preanestesi sesuai dengan keadaaan dan kebutuhan
pasien, dari pemeriksaan penunjang didapatkan Hb pasien 8,3 gt% dan pasien sudah
di berikan transfusi darah 1 kolf sebelum operasi, dari hasil anamnesa pemeriksaan
fisik dan penunjang, pasien dalam kondisi lemahdengan penyakit sistemik beratdan
aktifitas sehari-hari terbatas sehingga diklasifikasikan dengan ASA 3.
Untuk menghilangkan resiko aspirasi lambung kejalan nafas selama anestesi,
semua pasien dijadwalkan untuk operasi. Umumnya pasien dewasa puasa 6-8 jam,
makan takberlemak dibolehkan sebelum 5 jam induksi anestesi. Minuman bening, air
putih, teh manis sampai 3 jam, dan untuk keperluan minum obat air putih adalah
jumlah terbatas boleh 1 jam sebelum induksi anestesi. Dimana pasien tidak
mengkonsumsi makanan sejak pukul 06.00 WIB. Premedikasi pada pasien ini
diberikan sebelum operasi dengan obat Sulfas atropine 0,25 mg, diberikan dikamar
operasi. Terapi cairan IV dapat terdiri dari infus kristaloid, koloid atau kombinasi
keduanya. Cairan dipilih sesuai dengan jenis kehilangan cairan yang digantikan.
Untuk kehilangan yang terutama melibatakan air penggantian dengan cairan
hipotonic disebut jenis cairan maintenance, jika kehilangan melibatkan air dan
elektrolit penggantian dengan cairan elektrolit isotonik, disebut jenis cairan
replaicment. Karena kebanyakan kehilangan cairan intraoperatif adalah isotonik,
cairan yang umum digunakan adalah Ringer Laktat. RL umunya memiliki efek yang
paling sedikit pada komposisi cairan ekstraseluler dan menjadi cairan yang paling
fisiologis ketika volume besar diperlukan. Kehilangan darah dureanted operasi
biasanya digantikan dengan cairan RL.
Proses monitoring pada kasus ini selama anestesi, saturasi oksigen tidak pernah
kurang dari 98%, Td pasien antara95/60 mmHg-127/70 mmHg, nadi antara 90-114,
RR 16-20.
Satu jam setelah operasi dan anestesi berakhir pasien dievaluasi sebelum
dikeluarkan dari RR berdasarkan kriteria aldrete Score. Pada pasien ini didapatkan
Aldrete Score dengan total 6. Dengan total aldrete score kemudian pasien
dipindahkan ke ruang ICU.
Evaluasi postoperasi dilakukan 24 jam setelah operasi dan telah dicatat dalam
rekam medis pasien. Kunjungan ini meliputi review dari rekam medis, anamnesa
terkait perasaan atau keluhan subjektif post operasi, dan pemeriksaan fisik post
operasi. Pada kunjungan post operatif dari anamnesa didapatkan keluhan mual, pada
pemeriksaan fisik dan penunjang secara keseluruhan dalam batas normal.
KESIMPULAN
Pasien adalah wanita usia 32 tahun dengan tumor caecum, yang dilakukan
operasi hemicolectomy pada tanggal 26 Juni 2015. Tindakan anestesi yang dilakukan
adalah general anestesi dengan intubasi. Hal ini dipilih karena keadaan pasien sesuai
dengan indikasi general anestesi.
Evaluasi pre operasi pada pasien dalam batas normal, tidak ditemukan kelainan
yang akan menjadi kontraindikasi dilakukannya general anestesi.
Selama duranted operasi tidak terjadi komplikasi, namun saat operasi selesai tekanan
darah pasien 95/60 mmHg.
Evaluasi postoperatif dilakukan pemantauan terhadap pasien, dan didapatkan
keluhan mual. Selama di ruang ICU tekanan darah pasien belum stabil dengan
Alderate score bernilai 6, sehingga pasien belum dapat dipindahkan keruang rawat
biasa. Seluruh tatalaksana pasien dilakukan dengan baik.
KARSINOMA SAEKUM
PENDAHULUAN
Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling sering
terjadi dan nomor dua sebagai penyebab kematian di negara berkembang. Tahun
2005, diperkirakan ada 145,290 kasus baru kanker kolorektal di USA, 104,950 kasus
terjadi di kolon dan 40,340 kasus di rektal. Pada 56,300 kasus dilaporkan
berhubungan dengan kematian, 47.700 kasus Ca kolon dan 8,600 kasus Ca rectal.Ca
kolorektal merupakan 11 % dari kejadian kematian dari semua jenis kanker.
Diseluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan terjadi kematian
pada hampir 500,000 kasus tiap tahunnya.(World Health Organization, 2003).
Menurut data di RS Kanker Dharmais pada tahun 1995-2002, kanker rektal
menempati urutan keenam dari 10 jenis kanker dari pasien yang dirawat di sana.
Kanker rektal tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia selain jenis
kanker lainnya.Namun, perkembangan teknologi dan juga adanya pendeteksian dini
memungkinkan untuk disembuhkan sebesar 50 persen, bahkan bisa dicegah.Dari
selutruh pasien kanker rektal, 90% berumur lebih dari 50 tahun.Hanya 5% pasien
berusia kurang dari 40 tahun.Di negara barat, laki laki memiliki insidensi terbanyak
mengidap kanker rektal dibanding wanita dengan rasio bervariasi dari 8:7 - 9:5.
Insiden karsinoma kolon dan rektum di Indonesia cukup tinggi demikian juga
angka kematiannya.Insiden pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih banyak
pada orang muda.Sekitar 75 % ditemukan di rektosigmoid.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Karsinoma sekum merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum
yang khusus menyerang bagian sekum yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel
epitel yang tidak terkendali.
Kanker usus besar atau kanker kolorektal, termasuk pertumbuhan sel kanker
pada usus, anal dan usus buntu.Kanker ini adalah salah satu dari bentuk kanker yang
paling umum dan penyebab kedua kematian yang disebabkan oleh kanker di dunia
Barat.Kanker usus besar menyebabkan 655.000 kematian di seluruh dunia setiap
tahun.Banyak kanker usus besar yang diketahui berasal dari polip adenoma pada usus
dan penumpukan tinja akibat konstipasi yang terlalu lama.Perkembangan polip
tersebut kadang-kadang berkembang menjadi kanker.Terapi untuk kanker ini biasanya
melalui operasi, yang biasanya diikuti dengan kemoterapi. Sekitar 75-95% kasus
kanker usus menyerang orang dengan resiko genetika tingkat rendah atau tidak sama
sekali.2
Selama periode sepuluh tahun penelitian retrospektif ini, 66 dari 1.451 pasien
dengan kanker kolon dan rektum memiliki karsinoma sekum.Gejala yang paling
sering adalah spesifik dan disebabkan oleh anemia yang, dalam beberapa kasus,
diperlakukan tanpa penyelidikan yang memadai.Pengobatan standar dan paling tepat
untuk karsinoma sekum adalah hemicolectomy tepat dengan ileotranversostomy dan,
bila perlu dan layak, en bloc reseksi bagian yang terlibat dari dinding perut.Dengan
tidak adanya penyakit nodal atau metastasis jauh, perluasan ke dinding perut tidak
berpengaruh buruk prognosis. Dokter bedah harus tetap sadar akan kemungkinan
karsinoma hidup bersama dari sekum dan usus buntu. Setiap pasien dengan massa
atau pengeringan sinus persisten setelah operasi usus buntu atau drainase abses
appendical harus dicurigai memiliki karsinoma sekum. Tingkat kelangsungan hidup
selama lima tahun-dalam seri ini adalah 33%, dan jika reseksi kuratif saja dianggap,
10
itu adalah 44%, dengan angka kematian operatif dari 3%. Bukti terbaru menunjukkan
bahwa telah terjadi pemendekan keterlambatan dalam pengobatan, dan kami percaya
studi masa depan akan menunjukkan peningkatan angka-angka ini.3
B. Epidemiologi
Di dunia, lebih dari 1 juta orang menderita kanker usus setiap tahunnya, yang
mengakibatkan kematian sekitar setengah juta orang.2
Di Indonesia, rata-rata angka penderita kanker usus mencapai 19,1 per 100.000
populasi laki-laki di Indonesia, dan 15,6 per 100.000 populasi perempuan di
Indonesia.2
Di (Amerika Serikat), berdasarkan data tahun 2007-2009 4,96% pria dan wanita
yang lahir sekarang didiagnosa akan menderita kanker usus di masa depan mereka.2
Diseluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan terjadi kematian
pada hampir 500,000 kasus tiap tahunnya.(World Health Organization, 2003).
Menurut data di RS Kanker Dharmais pada tahun 1995-2002, kanker rektal
menempati urutan keenam dari 10 jenis kanker dari pasien yang dirawat di sana.
C. Anatomi dan Histologi
Usus besar terdiri dari caecum, appendix, kolon ascendens, kolon transversum,
kolon descendens, kolon sigmoideum dan rektum serta anus.Mukosa usus besar
terdiri dari epitel selapis silindris dengan sel goblet dan kelenjar dengan banyak sel
goblet, pada lapisan submukosa tidak mempunyai kelenjar.Otot bagian sebelah dalam
sirkuler dan sebelah luar longitudinal yang terkumpul pada tiga tempat membentuk
taenia koli.Lapisan serosa membentuk tonjolan tonjolan kecil yang sering terisi lemak
yang disebut appendices epiploicae.Didalam mukosa dan submukosa banyak terdapat
kelenjar limfa, terdapat lipatan-lipatan yaitu plica semilunaris dimana kecuali lapisan
mukosa dan lapisan submukosa ikut pula lapisan otot sirkuler.Diantara dua plica
semilunares terdapat saku yang disebut haustra coli, yang mungkin disebabkan oleh
11
adanya taenia coli atau kontraksi otot sirkuler.Letak haustra in vivo dapat berpindah
pindah atau menghilang.
Diantara dua plica semilunares terdapat saku yang disebut haustra coli, yang
mungkin disebabkan oleh adanya taenia coli atau kontraksi otot sirkuler.Letak haustra
in vivo dapat berpindah pindah atau menghilang.
Vaskularisasi kolon dipelihara oleh cabang-cabang arteri mesenterica superior
dan arteri mesenterica inferior, membentuk marginal arteri seperti periarcaden, yang
memberi cabang-cabang vasa recta pada dinding usus.Yang membentuk marginal
arteri adalah arteri ileocolica, arteri colica dextra, arteri colica media, arteri colica
sinistra dan arteri sigmoidae. Hanya arteri ciloca sinistra dan arteri sigmoideum yang
merupakan cabang dari arteri mesenterica inferior, sedangkan yang lain dari arteri
mesenterica superior. Pada umumnya pembuluh darah berjalan retroperitoneal kecuali
arteri colica media dan arteri sigmoidae yang terdapat didalam mesocolon
transversum dan mesosigmoid. Seringkali arteri colica dextra membentuk pangkal
yang sama dengan arteri colica media atau dengan arteri ileocolica. Pembuluh darah
vena mengikuti pembuluh darah arteri untuk menuju ke vena mesenterica superior
dan arteri mesenterica inferior yang bermuara ke dalam vena porta.Aliran limfe
mengalir menuju ke nn.ileocolica, nn. colica dextra, nn. colica media, nn. colica
sinistra dan nn. mesenterica inferior. Kemudian mengikuti pembuluh darah menuju
truncus intestinalis.
12
13
14
15
VASKULARISASI
ARTERI :
Cabang A. Mesenterika superior :
A. ileokolika
A. Kollika dextra
A. Kolika media
VENA
Pembuluh vena berjalan paralel dengan arterinya
V.Mesenterika Superior
PEMBULUH LIMFE
Aliran pembuluh limfe kolon sejalan dengan aliran darahnya.Hal ini penting
diketahui sehubungan dengan penyebaran keganasan dan kepentingan dalam reseksi
keganasan kolon.
Sumber aliran limfe terdapat pada muskularis mukosa.Jadi selama suatu
keganasan kolon belum mencapai lapisan muskularis mukosa, kemungkinan besar
belum ada metastasis.
Metastasis dari kolon sigmoid ditemukan di kelenjar regional mesenterium
dan retroperitoneal pada a.koliaka sinistra, sedangkan dari anus ditemukan di kelenjar
regional di regio inguinalis.
Fungsi dari kolon ialah menyerap air, vitamin dan elektrolit, eksresi mukus
(lendir) serta menyimpan feses dan kemudian mendorongnya ke luar.Absorpsi
16
terhadap air dan elektrolit terutama dilakukan di kolon sebelah kanan yaitu di caecum
dan kolon ascenden dan sebagian kecil dibagikan kolon lainnya.
Fungsi sekum Pada titik persatuan ileum dan sekum, terdapat katup atau otot
sfingter yang membuka dan mendorong makanan dari ileum ke dalam perluasan
sekum.Sekum dari usus besar menerima makanan yang dicerna dari usus kecil dan
mendorong ke arah kolon asendens.Serat makanan tidak tercerna diterima dari
makanan yang dikonsumsi, air, vitamin, mineral dan garam.
D. Fisiologi
Pertukaran air dan elektrolit
Kolon ialah tempat utama bagi absorpsi air dan pertukaran elektrolit.Sebnyak
90 % kandungan air diserap di kolon yaitu sekitar 1-2 L per hari.Natrium diabsorpsi
secara aktif melalui NA-K-ATPase.Kolon dapat mengabsorpsi sebanyak 400 mEq
perhari.Air diserap secara pasif mengikuti dengan natrium melalui perbedaan
osmotik.Kalium secara aktif disekresikan ke dalam lumen usus dan diabsorpsi secara
pasif. Klorida diabsoprsi secara aktif melalui pertukaran klorida-bikarbonat.5
Degradasi bakteri dari protein dan urea menghasilkan amonia.Amonia adalah
substansi yang diabsorpsi dan ditransportasikan ke hati.Absorpsi amonia ini
tergantung daro pH intraluminal. Penggunaan antibiotik akan menyebabkan
penurunan bakteri usus dan penuran pH intraluminal yang akan menyebabkan
penurunan absorpsi amonia.5
Asam lemak rantai pendek
Asam lemak rantai pendek seperti asetat, butirat dan propionat diproduksi oleh
fermentasi bakterial yang berasal dari karbohidrat.Asam lemak rantai pendek ini
berguna sebagai sumber energi bagi mukosa kolon dan metabolisme usus seperti
transportasi natrium. Kekuranga nsumber penghasil Asam lemak rantai pendek atau
kolostomi, ileostomi akan menyebabkan atrofi mukosa.5
Mikroflora kolon dan gas intestinal
17
Sebanyak kurang lebih 30% dari berat feses terdiri dari bakteri.Mikroorganisme
yang terbanyak ialah anaerob dan spesies terbanyak ialah Bacteroides.Escherichia
coli merupakan bakteri aerob terbanyak.Mikroflora endogen ini penting dalam
pemecahan karbohodrat dan protein di kolon dan berpartisipasi dalam metabolisne
bilirubin, asam empedu, estrogen dan kolesterol. Bakteri ini juga di[perlukan dalam
produksi vitamin K dan menghambat pertunbuhan bakteri patogen seperti
Clostridium difficle. Tetapi tingginya jumlah bakteri pada colon dapat menyebabkan
sepsis, abses dan infeksi.
Gas intestinal dihasilkan dari air yang tertelan, difusi dari darah dan produksi
intraluminal.Komponen utama dari gas ini ialah nitrogen, oksigen, karbon dioksida,
hidrogen
dan
methan.Nitrogen
dan
oksigen
dihasilkan
dari
udara
yang
tertelan.Karbon dioksida diproduksi dengan reaksi bikarbonat dan ion hidrogen dan
perubahan trigliserid menjadi asam lemak.Hidrogen dan methane diproduksi oleh
bakteri kolon.Gas yang diproduksi sekitar 100-200 mL dan dikeluarkan melalui
flatus.
Motilitas
Tidak seperti usus halus, usus besar tidak menampilkan karaktersistik dari
kompleks migrasi motorik.Usus besar memperlihatkan kontraksi intermiten.
Amplitudo rendah, kontraksi durasi pendek akan meningkatkan waktu transit di
kolon, dan meningkatkan absorpsi air dan perubahan elektrolit. Secara umum,
aktivasi kolinergik meningktkan motilitas kolon.5
Secara umum, aktivitas fisik seperti postur, cara berjalan berperan penting
dalam stimulus pergerakan isi kolon. Selain itu juga dipengaruhi oleh keadaan emosi.
Waktu transit di kolon dipercepat oleh makan makanan yang mengandung serat. Serat
ialah matrix sel tumbuhan yang tidak larut dan terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan
lilgnin.Pergerakan kolon normal lambat, kompleks dan bervariasi. Pada kebanyakan,
makanan mencapai sekum dalam 4 jam dan 24 pada rektosigmoid. Kolon
transversum merupakan tempat penyimpanan feses.5
18
Pola motilitas kolon dapat mencampur dan mengeliminasi isi usus.Faktor yang
mempengaruhi motilitas ialah keadaan emosional, jumlah kegiatan dan tidur, jumlah
distensi kolon dan variasi hormonal.
Jenis- jenis gerakan :
-
sirkular.
Gerakan massa. Terjadi 3-4 kali sehari dan dikarakteristikkan dengan
kontraksi antegrade dan propulsif.5
Defekasi
Defekasi ialah mekanisme yang kompleks dan terkoordinasi melibatkan
pergerakan massa kolon, peningkatan tekanan intra abdominal dan rektal serta
relaksasi lantai pelvis. Rasa ingin defekasi terbentuk ketika feses memasuki rektum
dan menstimulasi reseptor di dinding rektum atau otot levator.5 Distensi dari rektum
menyebabkan relaksasi dari sfingter ani yang menyebabkan kontak dengan kanal
anal. Refleks ini menyebabkan epitel memisahkan feses padat dari gas dan cair.5
E. Etiologi
Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab kanker usus besar, diantaranya
adalah :6
1
Faktor usia, bukan berarti usialah yang menyebabkan tumbuhnya kanker usus
besar, hanya saja saat usia 50 tahun, dengan perbandingan 1 dari 4 orang ada
yang memiliki polip, dan polip ini memicu adanya peningkatan kanker.
Selain itu faktor konsumsi alkohol, karena alkohol dapat memicu tumbuhnya
kanker kolorektal.
Faktor penyakit deabetes juga dapat berpengaruh, karena biasanya orang yang
mengidap penyakit diabetes akan bergantung pada insulin, sehingga 40% yang
19
mengalami gejala kanker usus besar, anda harus periksakan pada dokter.
Faktor makanan yang mengandung lemak tinggi, kolesterol, dan makanan
poliposis herediter.
Penyakit peradangan usus yang ditandai dengan ulcerative colitis dan penyakit
20
keluhan
(asimtomatis)
yang
berlangsung
bertahun-tahun
juga.Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata.Karena
keluhan dan gejala tersebut berlangsung perlahan-lahan dan tidak sering, penderita
umumnya merasa terbiasa dan menganggap enteng saja sehingga penderita biasanya
datang berobat dalam stadium lanjut.
H. Gejala Klinis
Gejala kanker sekum bisa sulit untuk dideteksi.Gejala yang paling umum dari
kanker kolorektal meliputi perasaan kenyang atau tekanan pada rektum, pendarahan
anus dan dorongan untuk buang air besar sering. Kemungkinannya adalah, Anda tidak
akan mengalami gejala-tanda kanker sekum. Radang di sekum, tidak seperti rektum
atau kolon sigmoid, tidak akan membuat Anda merasakan dorongan untuk buang air
besar atau menyebabkan penyimpangan kebiasaan buang air besar, karena tinja
melewati sekum yang cair dan dapat dengan mudah memotong massa di bagian usus.7
Sayangnya, sebagian besar gejala kanker sekum terlambat - yang berarti
penyakit ini sudah sangat maju pada saat Anda merasa gejala-gejala ini yang mungkin
termasuk:7
-
21
Anemia
I. Metastase
Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada saat
direseksi.Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus.Metastase
sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal, ovarium dan
tulang.Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik dan vena dari
rektum menuju vena cava inferior, maka metastase kanker rektum lebih sering
muncul pertama kali di paru-paru.
J. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan dibantu dengan
pemeriksaan penunjang.
1
Anamnesis
BAB berdarah, merah segar, berlendir dan berbau disertai gangguan kebiasaan
BAB (diare selama beberapa hari yang disusul konstipasi selama beberapa hari).
Nyeri pada saat BAB, tenesmus, dan pada kasus yang lebih lanjut ileus obstruksi.
2
Pemeriksaan Fisik
Dipastikan dengan pemeriksaan colok dubur.Teraba tumor berbenjol, rapuh,
tukak, mudah berdarah.Bila letaknya rendah (2/3 bawah) dapat dicapai dengan baik,
bila letaknya tinggi (1/3 atas) biasanya tidak dapat diraba.Dari pemeriksaan colok
dubur ditetapkan mobilitasnya untuk mengetahi prospek pembedahan.bila dapat
digerakkan u berarti masih terbatas pada mukosa rektum saja. Bila sudah terfiksasi,
biasanya sudah terjadi penetrasi hingga ke struktur ekstrarektal seperti kelenjar
prostat, buli-buli, dinding posterior vagina atau dinding anterior uterus.
3
a
Pemeriksaan penunjang
Proktosigmoidoskopi
Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita karsinoma usus
besar.Jika tumor terletak di bawah, bisa terlihat langsung.Karsinoma kolon di
22
Koloskopi
Diperiksa dengan alat yang sekaligus dapat digunakan untuk biopsi tumor.
Sistoskopi
Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang mencurigai
invasi keganasan ke kandung kencing.
Biopsi
Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus
dilakukan. Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang
paling sering yaitu sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis
lainnya ialah karsinoma sel skuamosa, carcinoid tumors, adenosquamous
carcinomas, dan undifferentiated tumors.
Tidak adanya atau kehadiran tumor sisa setelah reseksi ditunjuk oleh huruf R
sesuai dengan faktor prognosis AJCC, seperti yang ditunjukkan di bawah ini, dan jika
mungkin harus ditunjukkan dalam laporan operasi:8
23
T2
T3
T4a
T4b
Kelenjar getah bening regional (N)
N0
N1a
N1b
N1c
N2a
N2b
Jauh metastasis (M)
M0
M1a
M1b
K. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk karsinoma rectum antara lain: polip, proktitis, fisura
anus, hemmoroid, dan karsinoma anus.
L. Terapi
Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.
1
2
-
belum ada
metastasis jauh.
3 Pembedahan
- Hemikolektomi
a Definisi
Suatu tindakan pembedahan dengan mengangkat sebagian dari kolon
beserta pembuluh darah dan saluran limfe.
b
Ruang lingkup
- Keganasan pada sekum, kolon asenden, fleksura hepatika dan kolon
-
tranversum kanan
Keganasan pada kolon transversum kiri, fleksura lienalis, kolon desenden.
Poliposis kolon
Trauma kolon.
25
Obat sitostatika.
Diberikan bila :
a
b
Inoperabel
Operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus
tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
1
2
3
6 siklus.
Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel
hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama
pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium
lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.
M. Komplikasi
26
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu obstruksi usus parsial atau lengkap,
perforasi, perdarahan, dan penyebaran keorgan lain.
N. Prognosis
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah sebagai
berikut :
Stadium I - 72%
Stadium II - 54%
Stadium III - 39%
Stadium IV - 7%
50% dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat berupa
27
DAFTAR PUSTAKA
anorektum. Dalam Buku ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 646-53.
AR., Gennaro. Carcinoma of the caecum. Available from URL :
www.ncbi.nih.gov/pubmed/847603
Anatomi dan Fisiologi Usus
www.sridianti.com/anatomi-dan-fisiologi-usus-besar.html
Guyton A. C, Hall J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta : EGC
Penyebab munculnya gejala kanker usus besar. 2014. Available from URL :
www.sehatcenter.com/penyebab-munculnya-gejala-kanker-usus-besar/
Wilkinson., J., BSN., RN. Cecum Cancer. A Type of Colon Cancer. Available
from
URL
Besar.
Available
from
URL
:www.coloncancer.about.com/od/coloncancerbasics/a/cecum-
cancer.htm.
Chang., J., George. M.D., etc. Practice Parameters for the Management of
Colon Cancer. 2012. P834.
28