depan,
disesuaikan
spesifik
berdasarkan
kondisi
khusus
dari
setiap
organisasi/individu dan didasarkan atas suatu model kausal yang menghubungkan antara
input dan output
Tantangannya
adalah
menemukan
kombinasi
ukuran
keuangan
dan
non-keuangan
membantu
mengkomunikasikan,
memotivasi,
dan
PEMBAHASAN
Peningkatan kinerja bisa merupakan hasil perbaikan dari salah satu atau lebih aspek
berikut ini:
1. Stabilitas organisasi yang terkait apakah layanannya bisa secara konsisten
dihantarkan dan organisasi bisa terus bertahan.
2. Stabilitas finansial yang terkait dengan kemampuan organisasi dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya, semisal, kemampuan untuk membayar tagihan-tagihan.
Stabilitas finansial seringkali kurang dihiraukan sebagai perihal yang penting dalam
pembangun kapasitas.
3. Kualitas program (produk dan layanan) yang didasarkan pada indikator dampak,
termasuk riset memadai tentang bagaimana program yang efektif serta sistem
pengelolaan hasil keluaran.
4. Pertumbuhan
organisasi
yang
didasarkan
pada
kemampuan
mendapatkan
Secara mendasar, Manajemen kinerja merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari
perencanaan kinerja, pemantauan / peninjauan kinerja, penilaian kinerja dan tindak lanjut
berupa pemberian penghargaan dan hukuman. Rangkaian kegiatan tersebut haruslah
dijalankan secara berkelanjutan.
akan efektif bila mengadopsi SMART. SMART merupakan singkatan dari Spesific,
Measureable, Achievable, Realistic, dan Timebound. Sebuah target harus jelas apa yang
akan dicapai dan bagaimana mencapainya (spesific), terukur keberhasilannya
(measureable) dan orang lain dapat memahami/melihat keberhasilannya. Target harus
memungkinkan untuk dicapai, tidak terlalu rendah atau berlebihan (achievable), masuk
akal dan sesuai kondisi/realita (realistic), serta jelas sasaran waktunya (timebound).
Manajemen kinerja yang efektif akan memberikan beberapa hasil, diantaranya adalah:
Tujuan yang jelas bagi organisasi dan proses yang benar untuk mengidentifikasi,
mengembangkan, mengukur, dan membahas tujuan.
Integrasi antara tujuan secara luas yang dibuat oleh manajemen senior dengan
tujuan masing-masing pekerja.
2. Proses
Manajemen
kinerja
diawali
dengan
perencanaan
tentang
bagaimana
keberhasilan
seseorang
mewujudkan
prestasinya
berdampak
Kesepakatan
Kinerja
(Performance
Contract/Kontrak
Kinerja)
dan
Pengembangan
Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja memberitahu kita sesuatu yang penting tentang produk, jasa, dan
proses yang menghasilkan mereka. Pengukuran kinerja merupakan alat untuk membantu
memahami, mengatur, dan memperbaiki apa yang dilakukan oleh organisasi.
Pengukuran kinerja membuat kita mengetahui :
1. Seberapa baik kita bekerja.
2. Jika kita mencapai tujuan organisasi.
3. Jika konsumen kita merasa puas.
4. Jika proses yang dilakukan berada dalam pengendalian statistik.
5. Jika dan kapan perbaikan diperlukan.
multidimensi yang mengekspresikan dua atau lebih unit fundamental, contohnya jumlah
kecelakaan per jutaan jam kerja (pengukuran kinerja program keselamatan perusahaan),
jumlah pengantaran tepat waktu per total jumlah pengantaran keseluruhan.
yang
dianggarkan
atau
biaya
standar
sesuai
dengan
karakteristik
Tujuh alasan utama dalam pengukuran aset tak berwujud bagi manajemen internal
adalah 1) memusatkan perhatian pada yang diukur (apa yang dapat diukur maka dapat
dikelola), 2) mengembangkan manajemen sumber daya tak berwujud,3) mencipta
sumber daya berbasis strategi, 4) memonitor dampak dari tindakan-tindakan,5)
menerjemahkan strategi bisnis pada tindakan nyata, 6) menimbang berbagai tindakan,7)
meningkatkan manajemen bisnis secara keseluruhan
10
11
KESIMPULAN
Manajemen kinerja adalah aktivitas untuk memastikan bahwa sasaran organisasi telah
dicapai secara konsisten dalam cara-cara yang efektif dan efisien. Manajemen kienerja
bisa berfokus pada kinerja dari suatu organisasi, departemen, karyawan, atau bahkan
proses untuk menghasilkan produk atau layanan, dan juga di area yang lain. Manajemen
kinerja yang efektif akan memberikan beberapa hasil Tujuan yang jelas bagi organisasi
dan proses yang benar untuk mengidentifikasi, mengembangkan, mengukur, dan
membahas tujuan, Integrasi antara tujuan secara luas yang dibuat oleh manajemen
senior dengan tujuan masing-masing pekerja, Kejelasan yang lebih baik mengenai
aspirasi dan tujuan organisasi, pelaksanaan dialog berkelanjutan antara manajemen
dengan pekerja, pengembangan lingkungan yang lebih terbuka, perusahaan dapat
mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pengembangan pribadi.
12
REVIEW JURNAL
Impact of Organizational Culture on Performance Management Practices In
Pakistan
Ahmad, M. Shakil
Performance management is a process of delivering sustained success to organizations by
improving capabilities of individuals and teams. Organizational culture as a significant contextual
factor in performance management is scarcely studied. The aim of this study is to expand the base
of knowledge and empirically test the relationship between components of organizational culture
and performance management practices.
The research is mainly aimed to investigate the relationship between organizational culture
and the practices of performance management. Denisons model proposes that organizations with a
higher combined measure of the four culture traits show higher levels of performance which itself
is the result of performance management. Therefore the first hypothesis is
H1: Organizational Culture has a significantly positive relationship with performance management
practices.
Denisons theory states that each of the four major cultural traits promotes superior rm
performance. Since performance management also results in superior performance, therefore we
posit that
H2: Cultural traits of involvement, consistency, adaptability, and mission in organizations exert a
significantly positive influence on performance management practices
Data
The study adopted exploratory research to explore the impact. Primary data was collected through
questionnaires from 60 employees in COMSATS Institute of Information Technology. The sample
consists of both male and female faculty members. Regression and Correlation analysis was used
for statistical analysis.
Findings
Statistical results show that involvement is highly correlated with consistency and
adaptability. Similarly, other dimensions of organizational culture have significantly positive
relationship with the performance management practices.
All the variables must be positive to get better results from PM Practices. Traditionally
organizational culture and design of human resource management practices such as performance
management have been studied independently for organizational success. The results of this study
indicate that they are strongly associated with each other and should be complimentary. Moreover
the western management models were also validated in the context of a developing country.
Overall, there is a strong view in the literature that organizational culture lead to increased
organizational performance. However, studies on this relationship often differ as to the extent a
practice is likely to be positively or negatively related to performance. Human resource
management practices has been argued to affect organizational culture, and in turn lead to firm
performance we need to be wary of arguing that current evidence proves this relationship. There
could, and probably are, a number of other organizational elements that provide a link between
HRM and firm performance.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Jaksic, Milica, and Milos Jaksic. 2013. Performance Management and Employee
Satisfaction. Montenegrin Journal Of Economics Vol. 9, N0 1.
repec.mnje.com/mje_2013_v09-n01-a18.pdf diakses tanggal 20 Oktober
2014
16