Refrat Low Back Pain
Refrat Low Back Pain
Hampir setiap orang dalam hidupnya pernah mengalami nyeri di daerah pinggang.
Sebagian besar keluhan yang dirasakan merupakan nyeri pinggang ringan dan dapat sembuh
dengan sendirinya. Sehingga bila nyeri pinggang yang terus menerus dirasakan, biasanya
diabaikan, karena dianggap nyeri pinggang biasa.
Kira-kira 80% penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan nyeri punggung
bawah. Pada setiap saat lebih dari 10% penduduk menderita nyeri pinggang. 1,2 inidensi
nyeri pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang 15-20% dari total populasi,
yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik, termasuk tipe benigna.
Penelitian kelompok studi nyeri PERDOSSI Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri
pinggang sebesar 18,73% dari seluruh pasien nyeri.
Biasanya nyeri pinggang membutuhkan waktu 6-7 minggu untuk penyembuhan baik
terhadap jaringan lunak maupun sendi, namun 10% diantaranya tidak mengalami perbaikan
dalam kurun waktu tersebut. nyeri punggung bawah merupakan gejala, bukan suatu
diagnosis. Nyeri punggung merupakan kelaianan berbagai etiologi dan membutuhkan
penanganan simtomatis serta rehabilitasi medik.
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak Low Back Pain
akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat, dan biasanya
mereka mengobatinya dengan pijat urat dan obat-obatan gosok, karena anggapan yang salah
bahwa penyakit ini hanya sakit otot biasa atau karena capek bekerja. Penderita penyakit ini
sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke tungkai bawah terutama pada saat aktifitas
membungkuk (sholat, mencangkul). Penderita mayoritas melakukan suatu aktifitas
mengangkat beban yang berat dan sering membungkuk.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung
(NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling
sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya NBP oleh karena
HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang
diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar klinisi dapat menentukan elemen apa
yang terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. Columna vertebralis adalah
pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel yang dibentuk oleh tulang-tulang tak
beraturan, disebut vertebrae. Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :
-
Cervicales (7)
Thorachales (12)
Lumbales (5)
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang rawan.
Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang dihubungkan satu sama
lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh
ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior.
Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta
prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung
kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan dengan
sendi apofisial (fascet joint).
Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate),
nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus pulposus,
memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang
diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis.
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan diganti oleh
fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan sukar
dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat lemah,
sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh
berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme
nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang
selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem
saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan
bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan
kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di
mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal
ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.
I.
DEFINISI
Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah, dapat menyebabkan, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri
radikuler maupun keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat
bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan
penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. NPB yang lebih dari 6 bulan disebut
kronik.
II.
ETIOLOGI
Keadaan-keadaan yang sering menimbulkan keluhan low back pain dapat
dikelompokkan sebagai berikut (Macnab,1977):
II.1
Nyeri spondilogenik
II.1.1 Proses degeneratif
II.1.1.1Degenerasi diskus
Gejala awal biasanya dibatasi dengan nyeri akut pada
regio lumbal. penyakit degenerasi pada diskus ini dapat
menyebabkan entrapment pada akhiran syaraf pada keadaan
keadaan tertentu seperti herniasi diskus, kompresi pada tulang
vertebra dan sebagainya.
II.1.1.2Osteoarthrosis dan spondylosis
Kedua keadaan ini biasanya muncul dengan gambaran
klinis yang hampir sama, meskipun spondilosis mengarah pada
proses degenerasi dari diskus intervertebralis sedangkan
osteoarthrosis pada penyakit di apophyseal joint.
7
II.1.1.3Ankylosing hyperostosis
Dikenal juga sebagai Forestier`s disease (Forestier dan
Lagier,1971). Penyebab pastinya belum diketahui.Merupakan
bentuk spondylosis yang berlebihan, terjadi pada usia tua dan
lebih sering pada penderita Diabetes Melitus.
II.1.2 Ankylosing spondylitis
Ankylosing spondylitis sering muncul pada awal tahapan
proses pertumbuhan (pada laki laki).
II.1.3 Infeksi
Proses infeksi ini termasuk infeksi pyogenik, osteomyelitis
tuberkulosa pada vertebra, typhoid , brucelosis, dan infeksi parasit.
Sulitnya mengetahui onset dan kurangnya informasi dari foto X-ray
dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis 8 10 minggu. Dengan
progresivitas dari penyakit, nyeri pinggang belakang dapat dirasa
semakin meningkat intensitasnya, menetap dan terasa saat tidur.
II.1.4 Osteokhondritis
Osteokhondritis pada vertebra (Scheuermann`s disease) sama
seperti osteokhondritis pada bagian selain vertebra. Ia mempengaruhi
epiphyse
2. Spondilolisis
Ialah suatu keadaan dimana bagian posterior ruas tulang
belakang terputus sehingga terdapat diskontinuitas antara
prosesus artikularis superior dan inferior. Kelainan ini
terjadi oleh karena arcus neuralis putus tidak lama setelah
neonatus dilahirkan. Sering juga terapat bersama dengan
spondilolistesis. Sama halnya dengan spondilolistesis,
keluhan juga baru timbul pada umur 35 tahun karena alasan
yang sama.
3. Spina bifida
Adalah defek pada arcus spinosus lumbal/sakral akibat
gangguan proses pembentukan sehingga tidak terdapat
ligamen interspinosus yang menguatkan daerah tersebut.
Hal ini menyebabkan mudah timbulnya lumbosacral strain
yang bermanifestasis sebagai sakit pinggang.
Ketiga kelainan di atas didiagnosis dari pemeriksaan
rontgenologis.
II.1.7.2Akuisita
1. sakit pinggang akibat sikap tubuh yang salah
2. sakit pinggang akibat trauma
II.1.7.3Trauma besar
1. Terbedolnya insersi otot erector trunci
Pada keadaan ini penderita dapat menunjuk daerah yang
nyeri tekan pada darah tersebut. (udem setempat dan
hematom)
10
Red Flags
Riwayat kanker
infeksi
11
Fraktur vertebra
Sindroma kauda
Terapi imunosupresan
Saddle anesthesia
ekuina atau
defisit
neurologik berat
III.
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko terjadinya NPB adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk,
masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor
(kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan
pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri
berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban,
menarik beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan.
IV.
Anamnesis
12
Awitan
Penyebab mekanis NPB menyebabkan nyeri mendadak yang timbul
setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot,
peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab
lain timbul bertahap.
Kualitas/intensitas
13
Penderita
perlu
menggambarkan
intensitas
nyeri
serta
dapat
meningginya
tekanan
intra-abdominal
akan
dapat
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri
pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa
menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu
keganasan ataupun infeksi.
IV.2
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang
membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya
14
kemungkinan
adanya
suatu
spondilolisis
atau
Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological
overlay). Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan
nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan
menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons
pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan
(step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan
15
jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur
pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan
neurologis.
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu
berguna pada diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk
melokalisasi level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau
adanya neuropati yang bersamaan. Refleks patella terutama menunjukkan
adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit
predominan dari S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor
neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan
kelainan yang berupa UMN atau LMN.
Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya
sama seperti tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu
jari kaki.
V.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari NPB yang sering terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Penyakit
Pasien
Lokasi
Kualitas
Memperparah
atau kondisi
usia
nyeri
nyeri
atau
(tahun)
Tanda-tanda
mengurangi
17
faktor-faktor
Back strain 20 40 punggung
tegang
bawah,
Peningkatan
bokong,
atau tekukan
paha atas
Acute disc
30 50 Punggung
herniation
Osteoarthritis
tajam,
bawah ke menembak
> 50
tes positif,
kaki
atau nyeri
meningkat
kelemahan, refleks
bagian
terbakar,
dengan
asimetris
bawah
paresthesia
membungkuk
di kaki
atau duduk
sensation
Meningkat
Low back
penurunan ringan
atau stenosis
ke kaki
spinal
lebih
"pin dan
terutama jalan
tulang belakang;
rendah;
jarum"
miring, turun
sering
sensasi
dengan duduk
asimetris
bilateral
Spondylolisth Semua posterior
esis
usia
dalam ekstensi
kelemahan refleks
Sakit
paha
Peningkatan
Berlebihan dari
dengan aktivitas
kurva lumbal,
atau tekukan
diraba "langkah
off" (cacat antara
proses spinosus),
paha belakang yang
ketat
Morning
Decreased back
joints,
stiffness Pagi
motion, tenderness
lumbar
kekakuan
over sacroiliac
spine
joints Penurunan
Sacroiliac
gerakan kembali,
sendi,
tulang
sendi-sendi
belakang
sacroiliac
18
lumbal
Infeksi
Semua
Lumbar
Sharp pain,
usia
spine,
ache
Bervariasi
Demam, nyeri
perkusif; mungkin
sacrum
memiliki kelainan
neurologis atau
gerak menurun
Keganasan
> 50
Terkena
Dull ache,
Peningkatan
Mungkin memiliki
tulang (s)
throbbing
dengan
ketegangan lokal,
atau batuk
tanda-tanda
neurologik atau
demam
VI.
TES DIAGNOSTIK
VI.1
Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap
darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
VI.2
Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadangkadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis,
perubahan
degeneratif,
dan
tumor
spinal.
Penyempitan
ruangan
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli
19
yang sangat berharga pada diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah
saraf/ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan
adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu
tumor.
VII.
PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya penatalaksanaan pada NPB dikenal dua tahapan terapi, yaitu
konservatif dan operatif.
VII.1 Terapi Konservatif
Pada medikamentosa ada dua jenis obat dalam terapi NPB yaitu obat yang
bersifat simptomatik dan yang bersifat kausal.
20
21
I.
DEFINISI
HNP adalah suatu keadaan di mana sebagian atau seluruh nukleus pulposus
mengalami penonjolan ke dalam kanalis spinalis. Nukleus pulposus adalah gel viskus
yang terdiri dari proteoglikan yang mengandung kadar air yang tinggi. Nukleus
pulposus memiliki fungsi menahan beban sekaligus sebagai bantalan. Dengan
bertambahnya usia kemampuan nukleus pulposus menahan air sangat berkurang
sehingga diskus mengerut, terjadi penurunan vaskularisasi sehingga diskus menjadi
kurang elastis. Pada diskus yang sehat, nukleus pulposus akan mendistribusikan beban
secara merata ke segala arah, namun nukleus pulposus yang mengerut akan
mendistribusikan beban secara asimetris, akibatnya dapat terjadi cedera atau robekan
pada anulus.
II.
EPIDEMIOLOGI
Herniasi diskus intervertebralis atau hernia nukleus pulposus sering terjadi
pada pria dan wanita dewasa dengan insiden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5.
Kelainan ini banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak
membungkuk dan mengangkat. HNP pada daerah lumbal lebih sering terjadi pada
usia sekitar 40 tahun dan lebih banyak pada wanita dibanding pria. HNP servikal lebih
sering terjadi pada usia 20-40 tahun. HNP torakal lebih sering pada usia 50-60 tahun
dan angka kejadian pada wanita dan pria sama.
Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian besar HNP terjadi
pada diskus L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya sekitar 20% dari
insiden HNP. HNP servikal paling sering terjadi pada diskus C6-C7, C5-C6, C4-C5.
Selain pada daerah servikal dan lumbal, HNP juga dapat terjadi pada daerah torakal
namun sangat jarang ditemukan. Lokasi paling sering dari HNP torakal adalah diskus
T9-T10, T10-T11, T11-T12. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah
lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi ke
22
arah posterolateral, dengan kompresi radiks saraf. Sebagian besar HNP terjadi pada
L4-L5 dan L5-S1 karena:
Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu
menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1.
Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi.
Diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi
L5-S1
III.
ETIOLOGI
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya HNP adalah sebagai
berikut:
Riwayat trauma
Sering membungkuk.
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan
nucleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang
berada di canalis vertebralis menekan radiks.
23
IV.
PATOFISIOLOGI
Pada umumnya HNP terjadi karena adanya proses degeneratif. Dimana discus
intervertebralis mengalami kehilangan protein polisakarida, sehingga kandungan air
dalam nukleus pulposus menurun. HNP dapat timbul setelah trauma seperti jatuh,
kecelakaan, dan pengangkatan beban berat dalam pekerjaannya sehari hari.
V.
GEJALA KLINIS
Nyeri yang disebabkan HNP dikenal sebagai iskhialgia diskogenik atau siatika,
yaitu nyeri sepanjang perjalanan nervus ischiadicus. Level segmen tulang belakang
yang terkena akan mempengaruhi daerah nyeri sesuai distribusi dermatom, nyeri
digambarkan sebagai nyeri yang tajam, berpangkal pada bagian bawah pinggang dan
menjalar ke lipatan bokong tepat di pertengahan garis tersebut.
24
Dari titik tersebut, ke lipatan lutut terasa ngilu dan dari lipatan lutut ke
maleolus eksterna terasa parestesia atau hipestesia. Pada kasus yang lebih berat, dapat
terjadi defisit motorik dan melemahnya refleks. Jika radiks yang terkena penonjolan
diskus adalah L5 S1, maka ujung nyeri iskhialgik adalah hipestesia atau parestesia
yang melingkari maleolus eksternus dan menuju ke jari kaki ke- 4 dan ke- 5.
VI.
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
VI.1
Foto polos
HNP tidak dapat ditegakkan dengan pemeriksaan foto polos biasa, karena pada
foto polos akan terlihat gambaran normal.
VI.2
Mielography
Adalah suatu pemeriksaan radiologis dengan tujuan melihat struktur kanalis
spinalis dengan memakai kontras. Mielography hanya dapat mendiagnosis
sebagian kecil kasus HNP (6%), karena mielography tidak sensitif pada kasus
HNP dengan grade awal.
VI.3
MRI
MRI merupakan pemeriksaan gold standard untuk HNP lumbalis, selain itu
MRI juga dapat mendeteksi kelainan jaringan lunak, seperti otot,tendon,
ligamen, dan diskus intervertebralis serta odema yang terjadi di sekitar HNP.
MRI mempunyai akurasi 70 80%, sehingga pada grade awalpun dapat
terlihat dengan MRI.
25
Gambar 1 : Axial T1-weighted image shows protrusion of a left paracentral disk with
compression of left S1 root.
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/340014-overview#a21
Gambar 2 : Recurrent postoperative disk extrusion at L4-5 after L4-5 diskectomy. Axial and
sagittal T1-weighted images obtained before and after contrast enhancement reveal a rim of
enhancing, recurrent left central disk extrusion with downward migration.
Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/340014-overview#a21
Gambar 3 : Right L5 radiculopathy. Sagittal T1- and T2-weighted images show a large, right
central disk extrusion at L4-5 that markedly compresses the thecal sac. The extruded disk
migrates cranially, compressing the right L5 nerve root.
Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/340014-overview#a21
26
VII.
PENATALAKSANAAN
Modalitas yang dapat diberikan pada HNP seperti:
Traksi lumbal
Hidroterapi
Masase
Latihan
27
VIII. PROGNOSIS
Dengan operasi 90% perbaikan fungsi secara baik dalam 1 tahun. Perbaikan
motoris biasanya lebih cepat dari pada sensorik. Menurut Anderson, faktor-faktor yang
mempengaruhi penyembuhan/prognosis adalah: diagnosis etiologi spesifik, usia
lanjut, pernah nyeri pinggang sebelumnya dan gangguan psikososial. Sebagian besar
pasien sembuh secara cepat dan tanpa gangguan fungsional. Rata-rata 60-70%
sembuh dalam 6 minggu, 80-90% dalam 12 minggu. Penyembuhan setelah 12 minggu
berjalan sangat lambat dan tak pasti.
Diagnosis sangat berkaitan dengan penyembuhan, penderita nyeri pinggang
bawah dengan iskialgia membutuhkan waktu lebih lama dibanding dengan tanpa
iskialgia. Dari penelitian Weber, tahun pertama terdapat perbaikan secara signifikan
pada kelompok yang dioperasi dibanding tanpa operasi, namun kedua kelompok baik
dioperasi maupun tidak, pada observasi tahun ke 4-10 terlihat perbaikan yang ada
tidak berbeda secara signifikan.
28
KESIMPULAN
Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah dan dapat menyebabkan rasa nyeri lokal maupun nyeri radikuler ataupun keduanya.
Nyeri ini berasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah
lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan
kaki. NPB yang lebih dari 6 bulan disebut kronik.
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak NPB akibat proses
degeneratif. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke tungkai
bawah terutama pada saat aktifitas membungkuk (sholat, mencangkul). Penderita mayoritas
melakukan suatu aktifitas mengangkat beban yang berat dan sering membungkuk.
Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%)
mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya HNP lumbalis akan membaik
dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada
keadaan tertentu.
Terapinya meliputi medikamentosa dan rehabilitasi medik. Terapi medikamentosa
seperti obat AINS untuk pemberian jangka pendek. Sedangkan terapi rehabilitasi medik
seperti
High frequency current (HFC CFM), Traksi Mekanik dan Bugnet Exercise.
Prognosisnya pada sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi
konservatif.
29
DAFTAR PUSTAKA
30