Anda di halaman 1dari 3

Muslimah Nonton di Bioskop vs Jamaah di Masjid

Jumhur ulama sepakat bahwa lebih utama shalatnya perempuan di rumah


ketimbang dilakukan berjamaah di masjid berdasarkan teks-teks hadits yang sudah
populer.[1] Namun demikian musabab mengapa perempuan dianjurkan untuk shalat
di rumah karena dikhawatirkan menimbulkan fitnah menarik perhatian lawan jenis.
Oleh karenanya sejalan dengan hal tersebut, teks-teks agama tidak sampai
melarang kaum perempuan untuk shalat di masjid sebagaimana banyak riwayat
yang menunjukannya.[2] Bahkan melarang perempuan untuk pergi shalat jamaah
termasuk hal yang dilarang dalam agama.[3]
Perkembangan zaman dan konstelasi sosial budaya suatu masyarakat dari zaman
ke zaman tentu mengalami perubahan. Hal demikian juga nampak pada kehidupan
dewasa ini di mana banyak sendi-sendi kehidupan yang berubah. Termasuk di
antaranya posisi dan peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Peran dan
posisi perempuan dalam masyarakat semakin signifikan dan secara simultan gerak
aktivitas perempuan semakin meluas dalam tata pergaulan sehari-hari. Oleh karena
itu, tidak heran sekarang apabila banyak perempuan yang terlibat kegiatankegiatan praktis di lapangan hingga menyasar pada hal-hal yang bersifat rekreatif
seperti berlibur, hiburan, dan seterusnya. Di antaranya adalah melakukan aktivitas
di tempat umum seperti menonton bioskop yang dilakukan muslimah, seperti judul
tulisan ini. Sebelum masuk ke dalam topik itu, ada baiknya penulis menukilkan
pendapat Dr. Yusuf Al-Qardhawi dalam al-halal wa al-haram fii al-Islam


.


Tidak perlu ragu bahwa sinema (film, teater, bioskop, dll) dan yang sejenis
merupakan saran penting dari sekian banyak sarana hiburan. Sebagai sarana,
kedudukan sinema sama seperti sarana lainnya. Artinya, ia bisa jadi digunakan
untuk kebaikan. Tetapi ada kalanya sinema dimanfaatkan untuk keburukan. Intinya,
sinema tidaklah masalah. Kedudukan hukumnya didasarkan pada pesan dan isi
sinema itu.
Kembali lagi ke dalam kaidah muamalah mendasar al-ashl fii al-asy yaa al-ibahah
hatta yadullu ad-dalil ala at-tahrim (hukum asal segala sesuatu adalah boleh
sampai ada ketentuan yang melarangnya). Maka dapat diambil kesimpulan pada
dasarnya siapa pun termasuk perempuan muslimah boleh menonton bioskop
selama tidak menimbulkan fitnah yang di antaranya mendatangkan ketertarikan
pada lawan jenis, terlalu berlebihan dalam bersolek dan memakai wewangian, dan
meniatkan pada niat yang tidak baik.[4]
Lalu bagaimana dengan ayat 33 surat Al-Ahzab yang berbunyi dan hendaklah
kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti

orang-orang jahiliah yang duhulu. Ayat ini secara sepintas membatasi gerak
aktivitas perempuan. Dr. Yusuf Al-Qardhawi dalam aulawiyyat al-harakah alislamiyyah fii al-marhalah al-qadimah berkomentar bahwa sesungguhnya ayat
tersebut ditujukan pada istri-istri Nabi Saws. yang diberi kehormatan dan
kedudukan tidak seperti perempuan-perempuan lain sebagaimana firman Allah Swt.
Wahai para istri-istri Nabi. Kamu sekalian tidaklah sama seperti wanita-wanita
lainnya. (QS. Al-Ahzab: 32)
Bahkan, lanjut Dr. Yusuf Al-Qardhawi, Ummul Muminin Aisyah Ra. saja terlibat
dalam urusan politik termasuk di antarnya terjun langsung dalam Perang Jamal
(Unta). Oleh karena itu, pada dasarnya agama tidak membatasi gerak aktivitas
perempuan dalam kehidupan sehari-hari selama tidak menimbulkan fitnah yang di
antaranya karena sikap tabarruj (berhias secara berlebihan).
Penulis menguraikan permasalahan ini dikarenakan gerahnya penulis apabila
mendengar jawaban keengganan muslimah dewasa yang enggan mendatangi
majlis-majlis dakwah dan ilmu dengan beragam dalil-dalil pendukungnya, namun di
saat yang bersamaan mereka dengan mudah menyanggupi ajakan menonton film
dan atau aktivitas sejenis yang undangannya pun datang dari teman lawan jenis.
Betul bila ditanya lebih utama shalat seorang muslimah di rumah atau di masjid,
maka jawabannya adalah lebih afdhal (utama) dilakukan di rumah. Tapi lebih afdhal
mana seorang muslimah mendatangi majlis atau mendatangi nonton ke bioskop?
Kiranya pembaca sudah mengerti akan jawabannya. Hemat penulis, probabilitas
fitnah yang berpotensi timbul kiranya lebih besar menonton bioskop ketimbang
sekadar menghadiri shalat jamaah atau pun majlis ilmu.
Apabila diambil satu aktivitas perempuan seperti shalat jamaah, maka baik shalat
di rumah atau pun di masjid bagi perempuan memiliki benefit spiritual masingmasing. Apabila mereka shalat di rumah maka mereka mendapat pahala keutamaan
shalat di rumah. Sedangkan apabila mereka shalat jamaah di masjid maka mereka
mendapat pahala orang yang shalat berjamaah dan pahala orang yang
memakmurkan masjid.[5] Oleh karenanya, agama menganjurkan untuk para suami
untuk menunaikan shalat berjamaah bersama istrinya di rumah.[6] Namun
demikian apabila melihat konstelasi zaman sekarang yang seolah sudah
memberikan ruang gerak kepada perempuan maka shalat berjamaah di masjid bagi
perempuan dianggap menjalankan kaidah fiqh mengamalkan dua dalil adalah lebih
utama daripada meninggalkan satu dalil secara keseluruhan (imal ad-dalilain aula
min ihmal ahadihima bi al-kulliyyah). Bahkan setidaknya terdapat lebih dari dua
dalil jika perempuan melaksanakan shalat jamaah di masjid yakni anjuran untuk
shalat berjamaah secara general (am), lebih afdhalnya shalat di rumah dengan
disertai anjuran untuk tidak melarang wanita yang ingin berjamaah di masjid, dan
preseden bahwa pada masa Nabi Saws. pun sudah banyak perempuan yang
berjamaah di masjid, demikian pendapat Taqiyyudin An-Nabhani dalam alsyakhshiyyah al-islamiyyah.
Allahu alam.
Footnotes:

[1] Shalatnya salah seorang di makhda-nya (kamar khusus yang digunakan untuk
menyimplan barang berharga) lebih utama daripada shalatnya di kamarnya. Dan
shalatnya di kamar lebih utama daripada shalatnya di masjid kaumnya. Dan
shalatnya di masjid kaumnya lebih utama daripada shalatnya bersamaku. (HR.
Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)
[2] Dari Aisyah Ra. mengabarkan: mereka wanita-wanita muminah menghadiri
shalat shubuh bersama Rasulullah Saw. dalam keadaan berselimut dengan kain-kain
mereka. Kemudia para wanita itu kembali ke rumah mereka hingga mereka (selesai)
menunaikan shalat tanpa ada seorang pun yang mengenali mereka karena masih
gelap. (HR. Bukhari)
Rasulullah Saws. bersabda: sesungguhnya aku berdiri untuk menunaikan shalat
dan berkeinginan untuk memanjangkan shalat itu. Lalu aku mendengar tangisan
bayi maka aku pun memendekkan shalatku karena khawatir (tidak suka)
memberatkan ibunya. (HR. Bukhari dan Abu Daud)
[3] Rasulullah Saws. bersabda: janganlah kalian melarang istri-istri kalian untuk ke
masjid, namun shalat di rumah mereka (para perempuan) tentu lebih baik. (HR.
Abu Daud)
[4] Rasulullah Saws. bersabda: Wahai sekalian manusia, laranglah istri-istrimu
berhias dan berpenampilan menarik perhatian di masjid atau tempat publik
karena Bani Israil tidak dikutuk melainkan mereka mempersolek wanita-wanitanya
kemudian berbangga diri di masjid (HR. Ibnu Majah)
Rasulullah Saws. bersabda pada para perempuan: jika salah seorang di antara
kalian ingin mendatangi masjid atau tempat publik maka janganlah memakai
harum-haruman. (HR. Muslim)
[5] Rasulullah Saws. bersabda: shalat seseorang dengan berjamaah itu
dilipatgandakan pahalnya 25 kali atas shalat sendirian yang dia kerjakan di rumah
dan di pasar. Hal itu apabila ia berwudhu dengan sempurna, lalu ia keluar menuju
ke masjid dan tidak ada yang mendorongknya keluar (menuju ke masjid) selain
shalat. Tidaklah setiap langkahnya kecuali akan mengangkatnya satu derajat dan
menghapuskan darinya satu kesalahan. Apabila ia shalat, malaikat akan senantiasa
mendoakannya selama ia berada di tempat shalatnya. (HR. Bukhari)
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalha orangorang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
(At-Taubah: 18)
[6] Seorang laki-laki juga mendapatkan keutamaan shalat berjamaah dengan
melaksanakannya bersama istri atau keluarga yang lain, bahkan pelaksanaan shalat
berjamaah bersama keluargna di rumahnya lebih utama. (Hasyiyah Al-Bajuri ala
Syarh Ibn Qasim karya Syaikh Ibrahim Al-Baijuri Juz 1)

Anda mungkin juga menyukai