Energi Panas Laut
Energi Panas Laut
Ide pemanfaatan energi dari laut yang terakhir bersumber dari adanya perbedaan temperatur
di dalam laut. Jika anda pernah berenang di laut dan menyelam ke bawah permukaannya,
anda tentu menyadari bahwa semakin dalam di bawah permukaan, airnya akan semakin
dingin. Temperatur di permukaan laut lebih hangat karena panas dari sinar matahari diserap
sebagian oleh permukaan laut. Tapi di bawah permukaan, temperatur akan turun dengan
cukup drastis. Inilah sebabnya mengapa penyelam menggunakan pakaian khusus selam
ketika menyelam jauh ke dasar laut. Pakaian khusus tersebut dapat menangkap panas tubuh
sehingga menjaga mereka tetap hangat.
Pembangkit listrik dapat memanfaatkan perbedaan temperatur tersebut untuk menghasilkan
energi. Pemanfaatan sumber energi jenis ini disebut dengan konversi energi panas laut
(Ocean Themal Energy Conversion atau OTEC). Perbedaan temperatur antara permukaan
yang hangat dengan air laut dalam yang dingin dibutuhkan minimal sebesar 77 derajat
Fahrenheit (25 C) agar dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik dengan baik.
Adapun proyek-proyek demonstrasi dari OTEC sudah terdapat di Jepang, India, dan Hawaii.
Fluida kerja yang populer digunakan adalah amonia karena tersedia dalam jumlah besar,
murah, dan mudah ditransportasikan. Namun, amonia beracun dan mudah terbakar. Senyawa
seperti CFC dan HCFC juga merupakan pilihan yang baik, sayangnya menimbulkan efek
penipisan lapisan ozon. Hidrokarbon juga dapat digunakan, akan tetapi menjadi tidak
ekonomis karena menjadikan OTEC sulit bersaing dengan pemanfaatan hidrokarbon secara
langsung. Selain itu, yang juga perlu diperhatikan adalah ukuran pembangkit listrik OTEC
bergantung pada tekanan uap dari fluida kerja yang digunakan. Semakin tinggi tekanan
uapnya maka semakin kecil ukuran turbin dan alat penukar panas yang dibutuhkan,
sementara ukuran tebal pipa dan alat penukar panas bertambah untuk menahan tingginya
tekanan
terutama
pada
bagian
evaporator.
Secara
ringkas,
kekurangan
dan
kelebihan
dari
OTEC
yaitu:
Kelebihan:
Tidak
menghasilkan
gas
rumah
kaca
ataupun
limbah
lainnya.
Tidak
membutuhkan
bahan
bakar.
Biaya
operasi
rendah.
Produksi
listrik
stabil.
Dapat dikombinasikan dengan fungsi lainnya: menghasilkan air pendingin, produksi air
minum, suplai air untuk aquaculture, ekstraksi mineral, dan produksi hidrogen secara
elektrolisis.
Kekurangan:
Belum
ada
analisa
mengenai
dampaknya
terhadap
lingkungan.
Jika menggunakan amonia sebagai bahan yang diuapkan menimbulkan potensi bahaya
kebocoran.
Efisiensi
total
masih
rendah
sekitar
1%-3%.
Biaya
pembangunan
tidak
murah.
Sebagai pengantar terakhir dari saya, Dalamnya laut bisa ditebak, namun dalamnya hati
siapa yang tahu. Begitu kata sebuah pepatah. Semoga teknologi untuk memanfaatkan energi
dari laut yang sangat menggiurkan ini dapat dikelola dengan baik sehingga tidak
menimbulkan dampak buruk bagi ekosistem laut yang sudah lebih dulu ada. Ini semua
tergantung dari hati mereka yang mengusahakannya nanti.