PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam era globalisasi, tuntutan pengelolaan program Kesehatan
dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena
pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan
kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun
karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak
memenuhi standar.1
Dengan berkembangnya konsep kesehatan pekerja (Workers
Health) diharapkan dapat memberikan pengertian yang lebih luas dari
kesehatan kerja (Occupational Health), maka tidak hanya masalah
kesehatan yang berkaitan pekerjaan, tapi juga masalah kesehatan umum
yang mempengaruhi produktivitas kerja.1
Dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,
Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
harus diselanggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja
yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit
atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperlihatkan
isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke
dalam criteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku
langsung yang bekerja di RS tetapi juga pasien dan pengunjung RS.
Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya
K3 di Rumah Sakit.2
Potensi bahaya di RS selain penyakit-penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi kondisi dan situasi di
Rumah Sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan ynag
berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainnya),
radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya,gas-gas anastesi, gangguan
pelayanan
kesehatan
bagi
Rumah
Sakit
juga
dituntut
harus
melaksanakan
dan
mengetahui
tentang
faktor
Biologi
di
d. Untuk
mengetahui tentang
faktor Ergonomi
di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan kerja adalah ilmu yang mempelajari dua arah hubungan
antara
pekerjaan
dan
kesehatan.4 Menurut
International
Labour
memiliki resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar pekerja
dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakat sekelilingnya untuk memperoleh produktivitas kerja yang
optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.9
Kerja merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu
tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dsb). Dan yang menjadi pasien
dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar
perusahaan tersebut. Kesehatan kerja bertujuan untuk menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif. 8
Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif. Untuk mencapai tujuan ini
diperlukan suatu prakondisi yang menguntungkan bagi masyarakat pekerja
tersebut. Prakondisi inilah yang disebut sebagai determinan kesehatan
kerja yang meliputi beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan kerja. 8
yang
Pendidikan
dan
penyuluhan
Imunisasi
Perlindungan
Pelayanan
diberikan
pada
manusia
Pengendalian
dgn
bahaya
untuk
dapat
menggunakan
kemampuannya yang masih
Rehabilitatif
Latihan dan pendidikan
pekerja
gangguan kesehatan.
pekerjaan
Penyerasian
lingkungan kerja
thd
Kuratif
diri
bahaya-bahaya pekerjaan
Preventif
Pemeriksaan kesehatan awal,
generator dll
o Kebisingan intermitten, kebisingan yang ditimbulkan
oleh mesin yang tidak beroperasi secara terus-menerus
seperti gurinda dll
o Kebisingan impulsive, kebisingan yang ditimbulkan
oleh mesin atau peralatan yang penggunaannya terjadi
hentak-hentakan seperti mesin tumbuk dll.
-
dimana
getaran
tersebut
berakibat
timbulnya
getaran
terhadap
tubuh
karyawan
yaitu
temperature
yang
ekstrim.
Untuk
10
Debu
yang
berukuran
kurang
dari
0,1
11
Saluran pernapasan
Bahan kimia yang merupakan kontaminan udara dapat
langsung terhirup melalui alat pernapasan. Bahan kimia yang
masuk melalui paru-paru dapat langsung masuk ke dalam aliran
darah, dan oleh darah tersebut terbawa ke seluruh tubuh.
12
kimia
yang
terabsorbsi
melalui
kulit
tersebut
dapat
Saluran pencernaan
Di tempat kerja orang tidak sadar dan sengaja terminum atau
termakan bahan kimia beracun. Oleh karena itu pekerja tidak
diperkenankan makan, minum, atau merokok di tempat kerja.
Sebelum makan dan minum diharuskan mencuci tangan dengan
bersih. Bahan kimia beracun yang terserap melalui cairan alat
pencernaan dapat masuk ke dalam darah melalui sistem saluran
pencernaan tersebut.
C. Faktor Biologi
Hazards biologis dapat berupa binatang, bakteri, jamur, dan
virus.
Hazards
biologis
yang
berupa
binatang
dapat
yang
sedang
menderita
penyakit.
E. Faktor Ergonomi
Istilah ergonomi pertama kali digunakan oleh sekelompok
ilmuwan inggris pada tahun 1950, yang berasal dari dua kata Yunani,
yaitu ergon dan nomos. Ergon berarti kerja sedangkan nomos berarti
humum atau aturan. Secara keseluruha ergonomic berarti hukum atau
aturan yang berkaitan dengan kerja.3
Ergonomi merupakan ilmu berupaya untuk menyerasikan
mesin dan pekerja, tanpa menganggap pekerja harus menyesuaikan
diri dengan mesin dan lingkungan. Dalam hal ini, pengukuran
keselarasan pekerjaan dengan pekerja meliputi pemeriksaan sejumlah
faktor yaitu: pekerja, mesin, dan lingkungan.4
International Labour Organization (ILO) mendefinisikan
ergonomi sebagai penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan
ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan
dan manusia secara optimum dengan tujuan agar bermanfaat demi
efisiensi dan kesejahteraan. Permasalahan yang berkaitan dengan
faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidak sesuaian
antara pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk
peralatan kerja.5
Dasar pokok keilmuan dari ergonomi adalah : 15
1. Anatomi : yaitu ilmu urai yang mencakup ukuran tubuh
(antropometri) dan juga mempelajari aplikasi kekuatan yang
termasuk biomekanik.
14
tidak
membosankan,
mengurangi
kelelahan,
15
2.
3.
16
2. Postur Kerja
Postur adalah posisi relative bagian tubuh tertentu pada saat
bekerja yang ditentukan oleh ukuran tubuh, desain area kerja
dan task requirements serta ukuran peralatan/benda lainnya
yang digunakan saat bekerja. Postur dan pergerakan memegang
peranan yang penting dalam ergonomi. Salah satu gangguan
otot rangka adalah postur janggal (awkward posture).3
Tabel 2. Postur-Postur Janggal dan Alokasi Kemungkinan
Terjadinya Penyakit
Alokasi Kemungkinan
Postur Janggal
Berdiri
17
terjangkau (jauh/tinggi)
bagian atas
Kepala mendongak
otot-otot punggung
3. Meja
Tinggi permukaan meja yang sesuai dapat mengurangi tekanan
pada tulang belakang, otot leher dan otot bahu, serta
meningkatkan kenyamanan pada waktu bekerja. Meja yang
dapat diatur ketinggiannya sangat dianjurkan untuk pekerjaan,
duduk atau menggunakan monitor. Ukuran meja yang tidak bisa
diatur ketinggiannya berukuran 51-66 cm dari lantai. Meja
harus memiliki ruangan yang kosong di bawahnya untuk
memberikan ruang pergerakan yang leluasa pada kedua kaki
saat bekerja pada posisi duduk. Tinggi meja disesuaikan
dengan sudut pinggang pada 90 derajat ketika tangan berada di
atas keyboard.3
4. Kursi
Kursi salah satu komponen penting di tempat kerja anda.
Kursi yang baik akan mampu memberikan postur dan sirkulasi
18
5. Keyboard
Sebagai perangkat input, perangkat ini mutlak diperlukan
dan selalu kita pegang ketika kita bekerja dengan komputer.
Untuk pemakaian yang nyaman usahakan dalam posisi sebagai
berikut: 18
19
20
21
BAB III
BAHAN DAN CARA
III.1
Bahan
Bahan yang digunakan dalam melakukan survey ini yaitu:
1. Denah lokasi survey
2. Daftar alat dan bahan
III.2
Alat
Alat yang digunakan dalam melakukan survey ini yaitu:
1. Alat tulis menulis
2. Kamera untuk dokumentasi
III.3
23
BAB IV
JADWAL SURVEY
Survey ini akan dilakukan pada hari Selasa tanggal 17 Juni 2014 yang
bertempat di Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.
24
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini adalah hasil identifikasi dari survey yang dilakukan
sehubungan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Petugas di Unit
Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina. Pemantauan dan identifikasi ini dilakukan
dengan metode walk through survey dengan menggunakan checklist, kuesioner,
dan kamera.
IV.1. Hasil Identifikasi
1. Bagian Registrasi/Pendaftaran
a. Faktor Fisik
Paparan cahaya lampu yang terlalu terang/gelap dan lama sehingga
dapat membuat mata lelah dan gangguan penglihatan. Terdapat bising
yang berasal dari perangkat radiologi, suara keluarga yang banyak,
dapat mengakibatkan gangguan pendengaran.
b. Faktor Kimia
Tidak ditemukan faktor hazard kimia.
25
c. Faktor Biologi
Tidak ditemukan faktor hazard kimia.
d. Faktor Ergonomi
Posisi kerja yang duduk pada ketinggian yang tidak sesuai sehingga
dapat menyebabkan kelelahan pada otot leher, bahu, punggung dan
kaki. Letak meja yang rendah tidak sesuai dengan tinggi siku saat
berdiri, sehingga dapat mengakibatkan kelelahan pada bahu dan tangan.
e. Faktor Psikososial
Interaksi dengan pasien yang terkadang tidak baik karena beberapa
pasien beserta keluarga
mengakibatkan stress
2. Bagian Pemotretan atau Pengambilan Foto
a. Faktor Fisik
Paparan cahaya lampu yang terlalu terang dan lama sehingga dapat
membuat mata lelah dan gangguan penglihatan. Terdapat bising yang
berasal
dari
mesin
radiologi
dapat
mengakibatkan
gangguan
pendengaran. Skil yang tidak memeadai dan cara kerja yang tidak benar
dapat menyebabkan bahaya radiasi pada perugas radiologi. Penggunaan
APD yang tidak benar atau tidak mengenakan APD sama sekali dapat
menyebabkan bahay radiasi. Paparan suhu yang ekstrim dan lama dapat
menyebabkan gangguan kulit dan ketidaknyamanan ketika bekerja
b. Faktor Kimia
Tidak ditemukan faktor hazard kimia.
c. Faktor Biologi
26
b. Faktor Kimia
Penggunaan bahan kimia yang berbahaya dapat menyebabkan
iritasi mata dan kulit.
c. Faktor Biologi
Tidak ditemukan faktor hazard biologi tidak ditemukan
d. Faktor Ergonomi
27
28
radiologi,
suara
keluarga
yang
banyak,
dapat
29
Gambar 5.2 Bahan kimia yang digunakan untuk mengolah hasil foto
radiologi pasien.
c. Faktor Biologi
Dari daftar checklist faktor biologi didapatkan hasil yang pertama
masalah penggunaan APD yang masih jarang dilakukan oleh petugas
sehinggan bisa menyebabkan kontak dengan cairan tubuh pasien saat
pemeriksaan. Yang kedua masih kurangnya ketersediaan desinfektan
untuk cuci tangan sehingga bisa meningkatka resiko penularan
penyakit dari pasien ke petugas dan begitu pula sebaliknya.
d. Faktor Ergonomi
Dari daftar checklist faktor ergonomi didapatkan hasil yang
pertama masalah posisi kerja yang berdiri dan terus-menerus serta
tidak adanya kursi sebagai alat bantu dapat menyebabkan kelelahan
pada otot leher, bahu, punggung dan kaki. Yang kedua letak alat
pemgatur mesin (remote control) yang tidak sesuai dengan tinggi
petugas sehingga membutuhkan petugas utuk bekerja pada posisi yag
kurang nyaman dapat menyebabkan kelelahan otot. Yang ketiga belum
adanya petugas yang mengikuti mengikuti pelatihan tentang
ergonomic (keserasian dalam bekerja) sehingga masih kurang
pengetahuan petugas tentang ergonomi.
e. Faktor Psikososial
Dari daftar checklist faktor psikososial didapatkan hasil yang
pertama pekerja harus menggunakan konsentrasi penuh dalam jangka
30
mengetahui
fungsi/peranan
APD,
semua
petugas
tidak
(misalnya sepatu tahan bahan kimia yang menutupi kaki hingga mata
kaki), semua petugas menyimpan, memelihara dan merawat APD yang
telah di gunakan pada tempat yang seharusny, dan semua petugas merasa
bahwa penggunaan APD tidak mengganggu aktifitas /nyaman dipakai.
Dari hasil survey, pengunaan APD pada petugas di Unit RAdiologi
RS Ibnu Sina ternyata belum sempurna, dikarenakan masih belum
terpakainya beberapa APD yang lain seperti penutup kepala, kacamata
pelindung, baju anti radiasi dan alas kaki yang menutupi kaki hingga mata
kaki. Sehingga penggunaan APD di RS Ibnu Sina masih perlu mendapat
perhatian khusus.
4. Pentingnya Ketersediaan Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
(P3K) bagi Petugas di Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina.
Dari hasil checklist ketersediaan kit P3K di Unit Radiologi yang
ditampilkan pada tabel diatas memperlihatkan bahwa semua petugas
berpendapat bahwa tidak tersedianya kit P3K di RS, semua petugas
mengetahui peranan, isi dan fungsi kit P3K, semua petugas tidak/belum
menyimpan dan merawat kotak P3K dengan benar. Hal ini menunjukkan
bahwa belum terdapatnya kit P3K di unit radiologi RS Ibnu Sina.
Sebagaimana kita ketahui bahwa ketersediaan alat P3K di unit radiologi
sangat dibutuhkan sebagai penanganan awal saat terjadi kecelakaan di
tempat kerja sebelum kemudian ditangani lebih lanjut oleh tenaga
kesehatan yang berkompeten.
5. Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan (sebelum kerja, berkala, berkala
khusus) bagi Petugas di Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina.
Dari hasil checklist kontrol pemeriksaan kesehatan di Unit
Radiologi yang ditampilkan pada tabel diatas memperlihatkan bahwa
semua petugas mengetahui peranan dan pentingya pemeriksaan kesehatan
sebelum kerja, berkala dan berkala khusus, khususnya bagi petugas
laboratorium,
belum
ada
satupun
petugas
yang
memeriksakan
32
33
BAB VI
PENUTUP
V.I. Kesimpulan
1. Faktor Resiko Hazard bagi petugas di Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu
Sina.
a. Pada saat mendorong pasien dan memindahkan pasien , didapatkan faktor
ergonomi,
berupa
posisi
kerja
salah
yang
dapat
menyebabkan
Musculoskleletal disorder..
b. Pada saat memindahkan pasien, menyiapkan pasien dengan pesangan infus
atau penyuntikan bahan kontras didapatkan resiko menyentuh sumber
infeksi dari tubuh pasien atau bahan-bahan yang dikenakan pasien
sehingga dokter dan radiografer harus melakukan cuci tangan rutin,
memakai alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker, melakukan
desinfeksi pada daerah tubuh pasien yang akan disentuh, serta setelah itu
melakukan cuci tangan rutin kembali untuk menghindari resiko terkena
occupational infeksi. Setelah memakai sarung tangan dan masker maka
alat pelindung diri tersebut harus dibuang ke tempat sampah medis yang
telah disiapkan.
c. Pada saat melakukan pemeriksaan dan pengontrolan perangkat radiologi,
didapati, petugas harus berdiri sehingga ini dapat menyebabkan masalah
musculoskeletal. Pada pemeriksaan USG, walaupun terdapat kursi, tetapi
34
jika posisi tidak diatur dngan baik juga dapat menyebabkan masalah
musculoskeletal.
d. Pada saat mengolah hasil, terdapat penggunaan bahan kimia yang bersifat
irritatif dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata sehingga
petugas harus melakukan cuci tangan rutin, memakai alat pelindung diri
seperti sarung tangan dan masker, melakukan desinfeksi pada daerah tubuh
pasien yang akan disentuh, serta setelah itu melakukan cuci tangan rutin
kembali untuk menghindari resiko terkena occupational infeksi juga
menghindari penularan penyakit dari dokter ke pasien itu sendiri. Setelah
memakai sarung tangan dan masker maka alat pelindung diri tersebut
harus dibuang ke tempat sampah medis yang telah disiapkan.
e. Pada saat membuat status pasien dan menginput data pasien ke dalam
computer, didapatkan faktor ergonomic berupa posisi duduk yang
membungkuk, jarak mata dengan objek yang sangat dekat. Maka perlunya
menyesuaikan letak meja dengan tinggi siku saat berdiri supaya pada saat
menulis dan mengetik posisi tubuh dalam keadaan tidak membungkuk.
Faktor fisik seperti radiasi komputer, debu pada buku-buku laporan, faktor
psikososial berupa stress akibat pekerjaan. Maka diperlukan kesadaran
untuk membersihkan meja dan buku-buku laporan supaya tidak berdebu,
serta untuk mengurangi stress diperlukan istirahat, tidak memaksakan
berkerja berlebihan, juga dibutuhkan sikap dokter dan paramedis ruangan
Insatalasi Radiologi untuk menjaga silaturahmi dengan atasan, pasien, dan
sesama rekan kerja, agar terjalin rasa persaudaraan yang kuat.
2. Alat - Alat Kerja yang Berpotensi Mengganggu Kesehatan Petugas di Unit
Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina.
Terdapat dua jenis alat-alat kerja yang dinilai berpotensi dapat
mencelakakan/ mengganggu petugas radiologi, yaitu jarum suntik,
reagen/solvent/kontras dan mesin x-ray. Adapun mesin yang digunakan di
RS Ibnu Sina adalah mesin - mesin beradiasi, sehingga dinilai
membahayakan bagi petugas.
35
sebelumnya,
serta
petugas
tersebut
selama
telah
36
V. II. Saran
1
menjaga silaturahmi dengan atasan, pasien, dan sesama rekan kerja, agar
terjalin rasa persaudaraan yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
37
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Menteri
Kesehatan
RepublikIindonesia
1087/MENKES/SK/VIII/2010 Standar
Kerja
nomor
Menteri
Kesehatan
1014/MENKES/SK/XI/2008
Tentang
Republik
Standar
Indonesia
Pelayanan
Nomor
Radiologi
02
http://www.worksafety.act.gov.au/page/view/1039#1.%20Identify%20the
%20Hazard
7. Health and Safety Programs. Canadian Centre for Occupational Health &
Safety. Date Modified: 2008-05-29 [cited on April 10th 2012] [online].
Available
from
http://www.ccohs.ca/oshanswers/hsprograms/job-
haz.html?print
38
Bagian Registrasi/Pendaftaran
a. Faktor Fisik
No
.
1.
PERIHAL
2.
Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan
cukup terang
- Apakah warna cahaya lampu
yang sesuai
- Apakah warna dinding
ruangan yang terang
Apakah ada sumber bising
3.
4.
5.
YA
TIDAK
KET
b. Faktor Kimia
No
.
1.
2.
3.
4.
PERIHAL
Bahan Kimia yang ada mempunyai
label dan nama produk serta tandatanda bahaya yang dapat ditimbulkan
Tenaga kerja pernah mengikuti
pelatihan/training mengenai
penggunaan bahan kimia
Apakah dalam penggunaan bahan
kimia tenaga kerja menggunakan APD
Apakah ventilasi tempat penyimpanan
bahan kimia sudah cukup
YA
TIDAK
KET
39
5.
c. Faktor Biologi
No
.
1.
PERIHAL
Tersedia tempat sampah
2.
3.
4.
YA
TIDAK
KET
Tidak
semua
Sumber:Data primer
d. Faktor Ergonomi
No
.
1.
PERIHAL
YA
TIDAK
2.
3.
4.
5.
6.
7.
KET
e. Faktor Psikososial
40
No
.
1.
PERIHAL
YA
3.
4.
5.
2.
6.
7.
8.
TIDAK
KET
No
.
1.
PERIHAL
2.
Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan
cukup terang
- Apakah warna cahaya lampu
yang sesuai
- Apakah warna dinding
ruangan yang terang
Apakah ada sumber bising
3.
YA
TIDAK
KET
41
4.
5.
b. Faktor Kimia
No
.
1.
2.
3.
4.
PERIHAL
Bahan Kimia yang ada mempunyai
label dan nama produk serta tandatanda bahaya yang dapat ditimbulkan
Tenaga kerja pernah mengikuti
pelatihan/training mengenai
penggunaan bahan kimia
Apakah dalam penggunaan bahan
kimia tenaga kerja menggunakan APD
YA
KET
5.
TIDAK
c. Faktor Biologi
No
.
1.
PERIHAL
Tersedia tempat sampah
2.
3.
4.
YA
TIDAK
KET
Tidak
semua
Sumber:Data primer
d. Faktor Ergonomi
No
.
PERIHAL
YA
TIDAK
KET
42
1.
e. Faktor Psikososial
No
.
1.
PERIHAL
YA
3.
4.
5.
7.
8.
2.
6.
TIDAK
KET
43
sakit ?
Sumber:Data primer
III.
No
.
1.
PERIHAL
YA
TIDAK
2.
Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan
cukup terang
- Apakah warna cahaya lampu
yang sesuai
- Apakah warna dinding
ruangan yang terang
Apakah ada sumber bising
3.
4.
5.
KET
Namun kadang
jadi terlalu
gelap
b. Faktor Kimia
No
.
1.
2.
3.
PERIHAL
Bahan Kimia yang ada mempunyai
label dan nama produk serta tandatanda bahaya yang dapat ditimbulkan
Tenaga kerja pernah mengikuti
pelatihan/training mengenai
penggunaan bahan kimia
Apakah dalam penggunaan bahan
kimia tenaga kerja menggunakan APD
4.
5.
YA
TIDAK
KET
44
Sumber:Data primer
c. Faktor Biologi
No
.
1.
PERIHAL
Tersedia tempat sampah
2.
3.
4.
YA
TIDAK
KET
Tidak
semua
Sumber:Data primer
d. Faktor Ergonomi
No
.
1.
PERIHAL
YA
TIDAK
2.
3.
4.
5.
6.
KET
7.
PERIHAL
YA
TIDAK
KET
45
.
1.
3.
4.
5.
2.
6.
7.
8.
No
.
1.
PERIHAL
2.
Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan
cukup terang
- Apakah warna cahaya lampu
yang sesuai
- Apakah warna dinding
ruangan yang terang
Apakah ada sumber bising
3.
4.
YA
TIDAK
KET
46
5.
b. Faktor Kimia
No
.
1.
PERIHAL
YA
TIDAK
KET
c. Faktor Biologi
No
.
1.
PERIHAL
Tersedia tempat sampah
2.
3.
4.
YA
TIDAK
KET
Tidak
semua
Sumber:Data primer
d. Faktor Ergonomi
No
.
1.
2.
PERIHAL
YA
TIDAK
KET
47
3.
4.
5.
6.
7.
PERIHAL
YA
3.
4.
5.
2.
6.
7.
8.
TIDAK
KET
48
49