Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Orde baru meredam konflik internal melalui penciptaan stabilitas semu dengan
cara melakukan kontrol terhadap kehidupan masyarakat baik secara politik maupun
ekonomi. Kekerasan militer maupun kekerasan hukum dalam dalam kehidupan
politik dan kekuasaan ekonomi dengan mekanisme money politics untuk membeli
dukungan yeng berhasil dilakukan berkat melimpahnya sumber daya ekonomi dari
hasil ekspor minyak dan hasil alam lainya. Kedaan demikian ini mengakibatkan
mengurangnya tekanan daerah untuk meminta perhatian akan otonomi daerah
sehnggga UU No. 5 Tahun 1974, tentang Pokok Pokok Pemerintah di Daerah dapat
dipertahankan sampai akhir pemerintahan orde baru.
Kebebasan dan keterbukaan politik yang terjadi pasca orde baru membawa
konsekunsi logis pada pemerintahan untuk segera mengubah diri. Segala macam
kebijakan dan regulasi yang berbau orde baru yang sentralistis diubah sedemikian
besarnya menjadi sangat desentralisasi. Kebijakan radikal (big bang) desentralisasi
diperkenalkan pada tahun 1999 melalui UU No. 22/1999 dan UU No 25/1999. Dua
undang undang ini lahir untuk merespon dua kondisi sosial politik yaitu mrebaknya
tuntutan daerah untuk memperoleh otonomi yang lebih luas, bahkan tuntutan federasi
dan merdeka (khussnya muncul di daerah daerah yang kaya sumber daya alam seperti
Papua, Aceh, dan Riau ), serta semangat demokrasi yang menuntuk ruang partisispasi
yang luas. UU No. 22/1999 dan UU 25/1999 hadir untuk memuaskan semua daerah
dengan memberikan ruang partsispaipolitik yang tinggi melalui desentralisai
politik dari pusat kepada daerah dan untuk memuaskan daerah daerah kaya sumber
daya alam yang memberontak dengam memberikan akses yang lebih besar untuk
menikmati sumber daya alam yang ada di daerah mereka masing masing. Sedangkan
dua undang undang tentang otonomi dearah berikutnhya, yakni UU No 32 No. 33,
merupakan perbaikan dari undang undang sebelumnya.
dan bertanggung jawab. Kewenangan otonomi yang luas adalah keleluasaan daerah
untuk menyelanggarakan pemerintahan yang mencangkup kewenangan semua bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Yang dimaksud dengan otonomi
nyata
pemberian hak dan kewajiban yang dipikul oleh daerah dalam wujud tugas da
kewajiban yang dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi,
berupa peningkatan pelayanan dan kesejahtraan masyarakat yang semakkin baik,
pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, pemerataan, serta pemeliharaan
hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta antar
daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dan/ atau desa dari pemerintah provinsi
kepada kabupaten atau kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten atau kota
kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang bersifat fisik.
merupakan
satu
sistem
yang
menyeluruh
dalam
rangka
pendanaan
daerah provinsi yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah
provinsi. Perhitungan yang sama berlaku juga untuk daerah kabupaten/kota.
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan nol (kebutuhan
fiskalnya = kapasitas fiskalnya) menerima DAU sebesar alokasi dasar. Daerah
yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil
dari alokasi dasar menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah dikurangi nilai
celah fiskal. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif
tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar tidak menerima DAU.
Kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal dihitung dengan memakai data yang
diperoleh dari lembaga statistik pemerintah dan/atau lembaga pemerintah
yang berwenang menerbitkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pemerintah
merumuskan
formula
dan
perhitungan
DAU
dengan
3)
memperhatikan
peraturan
fiskal
tertentu
tidak
diwajibkan
menyediakan
dana
pendamping.
3.3 Lain-lain Pendapatan
7
Lain-lain pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat.
Pendapatan hibah merupakan bantuan yang tidak mengikat. Hibah kepada daerah
yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui pemerintah pusat. Hibah
dituangkan dalam satu naskah perjanjian antara pemerintah daerah dan pemberi
hibah. Hibah digunakan sesuai dengan naskah perjanjian. Tata cara pemberian,
penerimaan, dan penggunaan hibah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Pemerintah mengalokasikan dana darurat yang berasal
dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional
dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh daerah dengan
menggunakan sumber APBD. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana
nasional dan/atau peristiwa luar biasa ditetapkan oleh Presiden. Pemerintah dapat
mengalokasikan dana darurat pada daerah yang dinyatakan mengalami krisis
solvabilitas. Daerah dinyatakan mengalami krisis solvabilitas berdasarkan evaluasi
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Krisis solvabilitas
ditetapkan oleh pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
4. PINJAMAN DAERAH
Pengertian dan batasan pinjaman. Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang
mengakibatkan pemerintah daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang
bernilai uang dari pihak lain sehingga pemerintah daerah tersebut dibebani kewajiban
untuk membayar kembali. Pemerintah pusat yang dalam hal ini Menteri Keuangan
menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman pemerintah dan pemerintah daerah
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1)
Keadaan dan perkiraan perkembangan perekonomian nasional,
2)
Tidak melebihi 60% (enam puluh persen) dari Produk Domestik Bruto tahun
bersangkutan.
Penentuan batas maksimum tersebut dilakukan selambat-lambatnya bulan
Agustus untuk tahun anggran berikutnya, dan harus sesuai dengan peraturan perundanguindangan. Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri,
dan pelanggaran terhadapnya dikenakan sanksi administratif berupa penundaan dan/atau
pemotongan atas penyaluran dana perimbangan oleh Menteri Keuangan.
8
Pinjaman jangka pendek, yang merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu
kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran
kembali pinjaman yang meliputi poko pinjaman, bunga, dan biaya lain seluruhnya
harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Pinjaman jangka pendek
2)
3)
2)
3)
4)
Nilai nominal
Tanggal jatuh tempo
Tanggal pembayaran bunga
Tingkat bunga (kupon)
Frekuensi pembayaran bunga
Cara perhitungan pembayaran bunga
10
7)
8)
jatuh tempo
Ketentuan tentang pengalihan kepemilikan
Pengelolaan obligasi daerah diselenggarakan oleh kepala daerah yang sekurangkurangnya meliputi:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
tersebut diperhitungkan dengan DAU dan/atau Dana Bagi Hasil dari penerimaan
negara yang menjadi hak pemerintah daerah yang bersangkutan. Ketentuan lebih
lanjut mengenai pinjaman daerah termasuk obligasi daerah diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
5. DANA DEKONSENTRASI
Dekonsentrasi berbeda dengan desentralisasi. Dekonsentrasi menyangkut
pelimpahan dan bukannya penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah atau gubernur. Dalam hal dekonsentrasi wewenang masih tetap berada
di pemerintah pusat, sedangkan dalam hal desentralisasi wewenang beralih dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan daerah penerima wewenang menjadi daerah
otonom. Pelimpahan wewenang didanai oleh pemerintah pusat berdasarkan rencana kerja
dan anggaran kementrian Negara yang bersangkutan dan tidak termasuk dana yang
dialokasikan untuk instansi vertical pusat di daerah serta hanya untuk kegiatan nonfisik.
Jumlah dana dekonsentrasi disesuaikan dengan wewenang yang dilimpahkan.
Pelaksanaan. Gubernur memberitahukan rencana kerja dan anggaran kementrian
Negara/lembaga yang berkaitan dengan kegiatan dekonsentrasi di daerah kepada DPRD
pada saat pembahasan RAPBD. Kegiatan dekonsentrasi di daerah dilaksanakan oleh
satuan kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ditetapkan oleh gubernur pada setia awal
tahun anggaran. Dana dekonsentrasi disalurkan melalui Rekening Kas Umum Negara.
Dalam hal pelakanaan dekonsentrasi menghasilkan penerimaan, maka penerimaan
tersebut merupakan penerimaan APBN dan disetor ke rekening Kas Umum Negara.
Dalam hal terdapat sisa anggaran lebih atas pelaksanaan dekonsentrasi, sisa tersebut
merupakan penerimaan kembali APBN dan kalau terdapat saldo kas, saldo tersebut harus
disetor ke Rekening Kas Umum Negara. Semua barang yang diperoleh dari dana
dekonsentrasi menjadi barang milik Negara yang dapat dihibahkan maka wajib dikelola
dan ditatausahakan oleh kementrian Negara/lembaga yang memberikan pelipahan
wewenang.
Pertanggungjawaban dan pengawasan pelaksanaan. Penatausahaan keuangan
dalam pelaksanaan dekonsentrasi dilakukan secara terpisah dari penataushaan keuangan
dalam pelaksanaan tugas pembantuan dan desentralisasi yang dilakukan oleh SKPD
12
umum Negara. Semua barang yang diperoleh dari dana tugas pembantuan menjadi milik
Negara. Kalau dihibahkan maka barang tersebut harus dikelola dan ditatausahakan oleh
pemerintah daerah. Sedangkan kalau tidak dihibahkan barang tersebut wajib dikelola dan
ditatausahakan oleh kementerian Negara/lembaga yang memberikan penugasan.
Pertanggungjawaban dan pelaporan. SKPD menyampaikan laporan pelaksanaan
kegiatan tugas pembantuan kepada gubernur, bupati, atau walikota. Kepala daerah
menyampaikan laporan pertanggungjawaban seluruh pelaksanaan kegiatan tugas
pembantuan kepada menteri Negara /pimpinan lembaga yang menugaskan. Menteri
Negara/pimpinan lembaga menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
kegiatan tugas pembantuan secara nasional kepada presiden sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penganggaran, penyaluran, pelaporan,
pertanggungjawaban, pengawasan, dan penghibahan barang milik Negara yang diperoleh
atas pelaksanaan dana tugas pembantuan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pemeriksaan dana tugas pembantuan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang
undangan dibidang pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara.
disimpulkan
bahwa
kebijakan
otonomi
daerah
dapat
diterima
dalam
Dengan pengakuan tersebut daerah akan merasa setara dan sejajar dengan suku bangsa
lainnya, hal ini akan sangat berpengaruh terhadap upaya mempersatukan bangsa dan
Negara. Pelestarian dan pengembangan nilai nilai budaya local akan dapat ditingkatkan
di mana pada akhirnya kekayaan budaya local akan memperkaya khasanah budaya
nasional.
Selanjutnya dari aspek pertahanan dan keamanan, kebijakan otonomi daerah
memberikan kewenangan kepada masing masing daerah untuk memantapkan kondisi
ketahan daerah dalam kerangka ketahanan nasional. Pemberian kewenangan kepada
daerah akan menumbuhkan kepercayaan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat.
Tumbuhnya hubungan dan kepercayaan daerah terhadap pusat akan dapat mengeliminir
gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Memperhatikan pemikiran dengan menggunakan pendekatan aspek ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, secara ideal kebijakan
otonomi daerah merupakan kebijakan yang sangat tepat dalam penyelenggaraan
pemerintahan di daerah. Hal ini berarti bahwa kebijakan otonomi daerah mempunyai
prospek yang bagus di masa mendatang dalam menghadapi segala tantangan dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Namun demikian prospek yang bagus tersebut tidak akan dapat terlaksana jika
berbagai kendala dan tantangan yang dihadapi tidak dapat diatasi dengan baik, yang
antara lain, komitmen politik dari semua komponen bangsa, konsisten dalam
pelaksanaannya, dan kepercayaan serta dukungan masyarakat termasuk pelaku ekonomi.
Dengan kondisi tersebut bukan merupakan satu hal yang mustahil otonomi daerah
mempunyai prospek yang sangat cerah di masa mendatang.
16