Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
Hukum, HAM, dan demokrasi dalam islam berisi tentang penjelasan
konsep-konsep hukum islam, HAM menurut islam dan demokrasi dalam Islam
meliputi prinsip bermusyawarah dan pengambilan keputusan sesuai dengan
syariat Islam.
Islam sebagai agama bagi pengikutnya meyakini konsep Islam adalah
sebagai way of life yang berarti pandangan hidup. Islam menurut para
penganutnya merupakan konsep yang lengkap mengatur segala aspek kehidupan
manusia. Begitu juga dalam pengaturan mengenai hak asasi manusia Islam pun
mengatur mengenai hak asasi manusia. Islam adalah agama rahmatan lil alamin
yang berarti agama rahmat bagi seluruh alam. Bahkan dalam ketidakadilan sosial
sekalipun Islam pun mengatur mengenai konsep kaum mustadhafin yang harus
dibela.
Dalam Islam, konsep mengenai HAM sebenarnya telah mempunyai tempat
tersendiri dalam pemikiran Islam. Perkembangan wacana demokrasi dengan Islam
sebenarnya yang telah mendorong adanya wacana HAM dalam Islam. Karena
dalam demokrasi, pengakuan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat yang
spesial. Berbagai macam pemikiran tentang demokrasi dapat dengan mudah kita
temukan di dalamnya konsep tentang penegakan HAM.
Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual Islam,
banyak pengertian diberikan pada beberapa aspek khusus dari ranah sosial dan
politik. Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsepkonsep Islami yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah (syura), persetujuan
(ijma), dan penilaian interpretative yang mandiri (ijtihad).
Hukum, Hak Asasi Manusia, dan demokrasi merupakan tiga konsep yang
tidak dapat dipisahkan. Hal ini disebabkan karena salah satu syarat utama
terwujudnya demokrasi adalah adanya penegakan hukum dan perlindungan Hak
Asasi Manusia (HAM). Demokrasi akan selalu rapuh apabila HAM setiap warga
masyarakat tidak terpenuhi. Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM akan
terwujud apabila hukum ditegakkan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hukum
2.1.1 Pengertian Hukum
Hukum adalah suatu sistem aturan atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah, atau
otoritas melalui lembaga atau institusi.
Definisi "hukum" dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997):
1.

peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan


dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas.

2.

undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan


masyarakat.

3.

patokan (kaidah, ketentuan).

4.

keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam


pengadilan, vonis.

Berikut ini definisi hukum menurut para ahli:


1. Tullius Cicerco : Hukum adalah akal tertinggi yang ditanamkan oleh
alam

dalam diri manusia untuk menetapkan apa yang boleh dan apa

yang tidak boleh dalam hidup.


2. Thomas Hobbes : Hukum adalah perintah-perintah dari orang yang
memiliki kekuasaan untuk memerintah dan memaksakan perintahnya
kepada orang lain.
3. Plato : Hukum adalah peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun
baik yang mengikat masyarakat
4. Aristoteles : Hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak
hanya mengikat masyarakat tetapi juga hakim.
Secara garis besar Hukum adalah sistem yang terpenting dalam
pelaksanaan

atas

rangkaian

kekuasaan

kelembagaan

dari

bentuk

penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat


dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam

hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum


pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut
pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi
penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas
kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih.
Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari
pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan antara
berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan
peraturan atau tindakan militer.
Hukum dapat dibagi dalam berbagai bidang, antara lain hukum
pidana/hukum publik, hukum perdata/hukum pribadi, hukum acara, hukum
tata negara, hukum administrasi negara/hukum tata usaha negara, hukum
internasional, hukum adat, hukum agama, hukum agraria, hukum bisnis,
dan hukum lingkungan.
Indonesia merupakan negara hukum dan memiliki sistem hukum
tesendiri. Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum
hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Karena:

Eropa: Jajahan Hindia-Belanda

Agama: Mayoritas Islam

Adat: Berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

2.1.2 Hukum Islam


A. Pengertian Hukum Islam
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui
wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al Quran dan dijelaskan oleh
nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini
terhimpun dengan baik dalam kitab-kitab hadits. Juga dapat diartikan
sebagai hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam.
Yang diatur tidak hanya hubungan manusia dengan manusia lain
dalam masyarakat, manusia dengan benda dan alam semesta, tetapi
juga hubungan manusia dengan Tuhan.

Perkataan hukum yang dipergunakan sekarang dalam bahasa


Indonesia berasal dari kata hukum dalam bahasa arab. Artinya, norma
atau kaidah yakni ukuran, patokan, pedoman yang dipergunakan untuk
menilai tingkah laku atau perbuatan manusia dan benda. Hubungan
antara perkataan hukum dalam bahasa Indonesia tersebut di atas
dengan hukum dalam pengertian norma dalam bahasa arab itu
memang erat sekali. Setiap peraturan, apapun macam dan sumbernya
mengandung norma atau kaidah sebagai intinya. Dalam ilmu hukum
Islam kaidah itu disebut hukum. Itulah sebabnya maka didlam
perkataan sehari-hari orang berbicara tentang hukum suatu benda atau
perbuatan. Yang dimaksud, seperti telah disebut diatas, adalah
patokan, tolak ukur, kaidah atau ukuran mengenai perbuatan atau
benda itu (Mohammad Daud Ali, 1999:39).
Dalam islam, hukum islam dikenal sebagai syariat. Syariat
menurut asal katanya berarti jalan menuju mata air, Dari asal kata
tersebut syariat Islam berarti jalan yang lurus ditempuh seorang
muslim. Menurut istilah, Syariat berarti aturan atau undang-undang
yang diturunkan Allah untuk mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia sebagai hamba Allah, individu, warga, dan subyek alam
semesta. Syariat merupakan landasan fiqih. Pada prinsipnya syariat
adalah wahyu Allah yang terdapat dalam al- Quran dan sunah
Rasulullah. Syariat bersifat fundamental, mempunyai lingkup lebih
luas dari fiqih, berlaku abadi dan menunjukkan kesatuan dalam islam.
Sedangkan fiqih adalah pemahaman manusiayang memenuhi syarat
tentang syariat. Oleh karena itu lingkupnya terbatas pada hukum
yang mengatur perbuatan manusia, dan karena merupakan hasil karya
manusia maka ia tidak berlaku abadi, dapat berubah dari masa ke
masa dan dapat berbeda dari tempat yang lain. Hal ini terlihat pada
aliran-aliran yang disebut dengan mazhab. Oleh karena itu fiqih
menunjukkan keragaman dalam hukum Islam. (Mohammad Daud Ali,
1999:45-46).

Sebagai sistem hukum, hukum Islam tidak boleh dan tidak dapat
disamakan dengan sistem hukum yang lain yang pada umumnya
berasal dari kebiasaan masyarakat dan hasil pemikiran manusia dan
budaya manusia pada suatu saat di suatu masa. Berbeda dengan sistem
hukum yang lain, hukum Islam tidak hanya merupakan hasil
pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di suatu tempat
tapi dasarnya ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini
terdapat dalam Al-Quran yang dijelaskan oleh nabi Muhammad
sebagai rasul Nya melalui sunnah beliau yang kini terhimpun dalam
kitab-kitab hadits. Dasar inilah yang membedakan hukum islam secara
fundamental dengan hukum-hukum lain yang semata-mata lahir dari
kebiasaan dan hasil pemikiran dan perbuatan manusia.
B. Sumber-Sumber Hukum Islam
1. Al Quran ()
Adalah kitab suci umat islam. Kitab tersebut diturunkan kepada
nabi terakhir, yaitu nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril.
Al-quran

memuat

banyak

sekali

kandungan.

Kandungan-

kandungan tersebut berisi perintah, larangan, anjuran, ketentuan,


dan sebagainya.
Al-quran menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya
manusia menjalani kehidupannya agar tercipta masyarakat yang
madani. Oleh karena itulah, Al-Quran menjadi landasan utama
untuk menetapkan suatu hukum.
2. As Sunnah (Al-Hadits)
Sunnah dalam Islam mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan
cara Rasulullah menjalani hidupnya atau garis-garis perjuangan /
tradisi yang dilaksanakan oleh Rasulullah. Sunnah merupakan
sumber hukum kedua dalam Islam, setelah Al-Quran. Narasi atau
informasi yang disampaikan oleh para sahabat tentang sikap,
tindakan, ucapan dan cara Rasulullah disebut sebagai hadits.
Sunnah yang diperintahkan oleh Allah disebut Sunnatullah.

3. Ijma ()
Adalah kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu
hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits
dalam suatu perkara yang terjadi. Ijma' terbagi menjadi dua:
Ijma' Qauli, yaitu suatu ijma' di mana para ulama'
mengeluarkan pendapatnya dengan lisan ataupun tulisan yang
meneangkan persetujuannya atas pendapat mujtahid lain di
masanya.
Ijma' Sukuti, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' diam,
tidak mengatakan pendapatnya. Diam di sini dianggap
menyetujui.
4. Taklid atau Taqlid ()
Adalah mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui
sumber atau alasannya.
5. Mazhab (,)
Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan
mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui
pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya
menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya,
bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidahkaidah.
6. Qiyas
Menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu
hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa
sebelumnya namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat,
bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga
dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila
memang terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan pada
masa-masa sebelumnya
7. Bidah ()
Dalam agama Islam berarti sebuah perbuatan yang tidak
pernah diperintahkan maupun dicontohkan oleh Nabi Muhammad

SAW tetapi banyak dilakukan oleh masyarakat sekarang ini.


Hukum dari bidaah ini adalah haram. Perbuatan dimaksud ialah
perbuatan baru atau penambahan dalam hubungannya dengan
peribadatan dalam arti sempit (ibadah mahdhah), yaitu ibadah yang
tertentu syarat dan rukunnya.
8. Istihsan ()
Adalah kecenderungan seseorang pada sesuatu karena
menganggapnya lebih baik, dan ini bisa bersifat lahiriah (hissiy)
ataupun maknawiah; meskipun hal itu dianggap tidak baik oleh
orang lain.
C. Sifat Hukum Islam
Menurut Tahir Azhary, ada tiga sifat hukum islam yakni
bidimensional, adil, dan individualistik.

Bidimensional artinya mengandung segi kemanusiaan dan segi


ketuhanan (Ilahi). Di samping itu sifat bidimensional juga
berhubungan dengan ruang lingkupnya yang luas atau
komprehensif. Hukum Islam tidak hanya mengatur satu aspek
saja, tetapi mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Sifat
dimensional merupakan sifat pertama yang melekat pada
hukum islam dan merupakan sifat asli hukum Islam.

Adil, dalam hukum Islam keadilan bukan saja merupakan


tujuan tetapi merupakan sifat yang melekat sejak kaidah
kaidah dalam syariat ditetapkan. Keadilan merupakan sesuatu
yang didambakan oleh setiap manusia baik sebagai individu
maupun masyarakat.

Individualistik dan Kemasyarakatan yang diiikat oleh nilainilai transedental yaitu Wahyu Allah yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan sifat ini, hukum islam
memiliki validitas baik bagi perseorangan maupun masyarakat.
Dalam sistem hukum lainnya sifat ini juga ada, hanya asaja

nilai-nilai transedental sudah tidak ada lagi. (Mohammad Tahir


Azhary, 1993:48-49)
D. Ciri-ciri Hukum Islam
1. Merupakan bagian dan bersumber dan Agama islam
2. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat di pisahkan dan
aqidah dan akhlak.
3. Mempunyai dua istilah kunci.
4. Tediri atas dua bidang utama.
5. Strukturnya berlapis.
E. Ruang Lingkup Hukum Islam
Hukum islam baik dalam pengertian syariat maupun fiqih dibagi
menjadi dua bagian besar, yakni bidang ibadah dan muamalah. Ibadah
artinya menghambakan diri kepada Allah dan merupakan tugas hidup
manusia. Ketentuannya telah diatur secara pasti oleh Allah dan
dijelaskan oleh Rasul-Nya. Dengan demikian tidak mungkin adanya
perubahan dalam hukum dan tata caranya, yang mungkin berubah
hanyalah penggunaan alat-alat modern dalam pelaksanaannya. Adapun
muamalat adalah ketetapan Allah yang langsung mengatur kehidupan
sosial manusia meski hanya pada pokok-pokoknya saja. Oleh karena
itu sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui ijtihad.
Hukum islam tidak membedakan dengan tajam antara hukum
perdata dan hukum publik seperti halnya dalam hukum barat. Hal ini
disebabkan karena menurut hukum islam pada hukum perdata ada
segi-segi publik dan begitu pula sebaliknya. Dalam hukum Islam yang
disebutkan hanya bagian-bagiannya saja.
Menurut H. M. Rasjidi bagian-bagian hukum islam adalah
1. Munakahat yakni hukum yang mengatur segala sesuatu yang
mengenai perkawinan, perceraian, serta akibat-akibatnya.
2. Wirasah mengatur segala masalah yang menyangkut tentang
warisan. Hukum kewarisan ini juga disebut faraid.

3. Muamalah dalam arti khusus, yakni hukum yang mengatur


masalah kebendaan dan tata hubungan manusia dalam soal
ekonomi.
4. Jinayat (ukubat) yang menuat aturan-aturan mengenai perbuatan
yang diancam dengan baik dalam bentuk jarimah hudud (bentuk
dan batas hukumannya sudah ditentukan dalam Alquran dan
hadis) maupun jar h tazir (bentuk dan batas hukuman ditentukan
penguasa).
5. Al Ahkam as-sulthaniyah yakni hukum yang mengatur urusan
pemerintahan, tentara, pajak, dan sebagainya.
6. Siyar adalah hukum yang mengatur perang, damai, tata hubungan
dengan negara dan agama lain.
7. Mukahassamat mengatur peradilan, kehakiman, dan hukum acara.
(H. M. Rasjidi, 1980: 25-26)
Dari hal-hal yang sudah dikemukakan di atas, jelas bahwa hukum
islam itu luas, bahkan bidang-bidang tersebut dapat dikembangkan
masing-masing spesifikasinya lagi.
F. Tujuan Hukum Islam
Maqasih syariah (tujuan hukum islam) maksudnya adalah nilainilai yang terkandung dalam aturan-aturan islam. Tujuan akhir dari
hukum islam pada dasarnya adalah kemaslahatan manusia di dunia
dan di akherat. Adapun tujuan hukum Islam secara umum adalah
untuk mencegah kerusakan pada manusia, mengarahkan mereka pada
kebenaran untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di
akherat, dengan jalan mengambil segala yang bermanfaat dan
mencegah atau menolak yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan
manusia. Berikut ini adalah beberapa dari tujuan hukum islam :
1. Pemeliharaan atas keturunan
Hukum islam telah menetapkan aturan beserta hukum untuk
mencegah

kerusakan

atas

nasab

dan

keturunan

manusia.

contohnya, islam melarang zina dan menghukum pelakunya.

(QS. Al-Israa : 32)

dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu


adalah perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
2. Pemeliharaan atas akal
Islam menetapkan aturan yang melarang umatnya mengkonsumsi
segala sesuat yang dapat merusak akal. Di sisi lain, islam
mengajarkan umatnya agar menuntut ilmu mentaddaburi alam, dan
berpikir untuk mengembangkan kemampuan akal. Allah memuji
orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.
(QS. Az-Zumar : 9)

Katakanlah,

apakah

sama

antara

orang-orang

yang

mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui.


3. Pemeliharaan untuk agama
Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk masuk dan
menganut agama islam. Allah telah berfirman
(QS. Al-Baqarah : 256)



Tidak ada paksaan untuk agama. Tidak ada paksaan untuk
agama. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat...

10

G. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat


Peranan hukum islam dalam masyarakat sebenarnya cukup
banyak , namun dalam pembahasan ini hanya akan dikemukakan
peranan utamanya saja, yakni:
Fungsi Ibadah. Fungsi Utama hukum Islam adalah untuk beribadah
kepada Allah SWT.
Fungsi amar Maruf Nahi Mungkar. Hukum Islam mengatur
kehidupan manusia sehingga dapat menjadi kontrol sosial. Dari
fungsi

inilah

mendatangkan

dapat

dicapai

kemaslahatan

tujuan

hukum

(manfaat)

dan

islam,

yakni

menghindarkan

kemadharatan (sia-sia) baik di dunia maupun di akhirat.


Fungsi zawajir. Adanya sanksi hukum mencerminkan fungsi
hukum islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi umat dari
segala perbuatan yang membahayakan.
Fungsi tanzim wa islah al-ummah. Sebagai sarana untuk mengatur
sebaik mungkin dan memperlancar interaksi sosial. Keempat fungsi
tersebut tidak terpisahkan melainkan saling berkaitan. (Ibrahim
Hosen, 1996:90)
2.2 HAM
A.

Pengertian HAM secara umum :


1. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak
ia dalam kandungan dan merupakan pemberian dari Tuhan. HAM
Berlaku secara universal, artinya berlaku dimana saja bagi siapa saja
dan tidak dapat diambil orang lain .
2. Tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27
ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1.

B.

Pengertian HAM dalam Islam


Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut
pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan
kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan.

11

Rasulullah SAW pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu


dan kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini,
melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak
ini. Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial
bagi setiap individu tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga
perbedaan muslim dan non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan itu
kewajiban negara, melainkan negara diperintahkan untuk berperang
demi melindungi hak-hak ini.
C.

Sejarah Perkembangan Pengakuan HAM


1. Hak Asasi Manusia di Yunani
Filosof Yunani, seperti Socrates (470-399 SM) dan Plato (428-348
SM) meletakkan dasar bagi perlindungan dan jaminan diakuinya hak
hak asasi manusia. Konsepsinya menganjurkan masyarakat untuk
melakukan sosial kontrol kepada penguasa yang zalim dan tidak
mengakui nilai nilai keadilan dan kebenaran. Aristoteles (348-322
SM) mengajarkan pemerintah harus mendasarkan kekuasaannya pada
kemauan dan kehendak warga negaranya.
2. Hak Asasi Manusia di Inggris
Inggris sering disebutsebut sebagai negara pertama di dunia yang
memperjuangkan

hak

asasi

manusia.

Tonggak

pertama

bagi

kemenangan hak-hak asasi terjadi di Inggris. Perjuangan tersebut


tampak dengan adanya berbagai dokumen kenegaraan yang berhasil
disusun dan disahkan. Dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai
berikut :
a. MAGNA CHARTA
Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip
dasarnya memuat pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi
manusia lebih penting daripada kedaulatan raja. Tak seorang pun
dari warga negara merdeka dapat ditahan atau dirampas harta
kekayaannya atau diasingkan atau dengan cara apapun dirampas

12

hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan hukum. Piagam


Magna Charta itu menandakan kemenangan telah diraih sebab hakhak tertentu yang prinsip telah diakui dan dijamin oleh pemerintah.
Piagam tersebut menjadi lambang munculnya perlindungan
terhadap hak-hak asasi karena ia mengajarkan bahwa hukum dan
undang-undang derajatnya lebih tinggi daripada kekuasaan raja.
b. . PETITION OF RIGHTS
Pada dasarnya Petition of Rights berisi pertanyaan-pertanyaan
mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya. Petisi ini diajukan
oleh para bangsawan kepada raja di depan parlemen pada tahun
1628.
c. HOBEAS CORPUS ACT
Hobeas Corpus Act adalah undang- undang yang mengatur
tentang penahanan seseorang dibuat pada tahun 1679.
d. BILL OF RIGHTS
Bill of Rights merupakan undang-undang yang dicetuskan
tahun 1689 dan diterima parlemen Inggris, yang isinya mengatur
tentang kebebasan berpendapat dan beragama.
3. Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat
Pemikiran filsuf John Locke (1632-1704) yang merumuskan hakhak alam,seperti hak atas hidup, kebebasan, dan milik (life, liberty, and
property) mengilhami sekaligus menjadi pegangan bagi rakyat Amerika
sewaktu memberontak melawan penguasa Inggris pada tahun 1776.
Pemikiran John Locke mengenai hak hak dasar ini terlihat jelas dalam
Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang dikenal dengan
DECLARATION OF INDEPENDENCE OF THE UNITED STATES.
Revolusi Amerika dengan Declaration of Independence-nya tanggal
4 Juli 1776, suatu deklarasi kemerdekaan yang diumumkan secara
aklamasi oleh 13 negara bagian, merupakan pula piagam hak hak
asasi manusia karena mengandung pernyataan Bahwa sesungguhnya
semua bangsa diciptakan sama derajat oleh Maha Pencipta. Bahwa

13

semua manusia dianugerahi oleh Penciptanya hak hidup, kemerdekaan,


dan kebebasan untuk menikmati kebhagiaan.
Declaration of Independence di Amerika Serikat menempatkan
Amerika sebagai negara yang memberi perlindungan dan jaminan hakhak asasi manusia dalam konstitusinya, kendatipun secara resmi rakyat
Perancis sudah lebih dulu memulainya sejak masa Rousseau.
Kesemuanya atas jasa presiden Thomas Jefferson presiden Amerika
Serikat lainnya yang terkenal sebagai pendekar hak asasi manusia
adalah Abraham Lincoln, kemudian Woodrow Wilson dan Jimmy
Carter.
Amanat Presiden Flanklin D. Roosevelt tentang empat kebebasan
yang diucapkannya di depan Kongres Amerika Serikat tanggal 6 Januari
1941 yakni :
o Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of
speech and expression).
o Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan
kepercayaannya (freedom of religion).
o Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear).
o Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).
Kebebasan- kebebasan tersebut dimaksudkan sebagai kebalikan
dari kekejaman dan penindasan melawan fasisme di bawah
totalitarisme Hitler (Jerman), Jepang, dan Italia. Kebebasan
kebebasan tersebut juga merupakan hak (kebebasan) bagi umat
manusia untuk mencapai perdamaian dan kemerdekaan yang abadi.
Empat kebebasan Roosevelt ini pada hakikatnya merupakan tiang
penyangga hak-hak asasi manusia yang paling pokok dan mendasar.
4. Hak Asasi Manusia di Prancis
Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu
naskah pada awal Revolusi Prancis. Perjuangan itu dilakukan untuk
melawan kesewenang-wenangan rezim lama. Naskah tersebut dikenal
dengan DECLARATION DES DROITS DE LHOMME ET DU

14

CITOYEN yaitu pernyataan mengenai hak-hak manusia dan warga negara.


Pernyataan yang dicetuskan pada tahun 1789 ini mencanangkan hak atas
kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan atau kesetiakawanan (liberte,
egalite, fraternite).
Lafayette merupakan pelopor penegakan hak asasi manusia masyarakat
Prancis yang berada di Amerika ketika Revolusi Amerika meletus dan
mengakibatkan tersusunnya Declaration des Droits de Ihomme et du
Citoyen. Kemudian di tahun 1791, semua hak-hak asasi manusia
dicantumkan seluruhnya di dalam konstitusi Prancis yang kemudian
ditambah dan diperluas lagi pada tahun 1793 dan 1848. Juga dalam
konstitusi tahun 1793 dan 1795. revolusi ini diprakarsai pemikir pemikir
besar seperti : J.J. Rousseau, Voltaire, serta Montesquieu.
5. Hak Asasi Manusia oleh PBB
Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah rancangan
piagam hak-hak asasi manusia oleh organisasi kerja sama untuk sosial
ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terdiri dari 18 anggota. PBB
membentuk komisi hak asasi manusia (commission of human right).
Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di bawah pimpinan Ny.
Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10 Desember 1948
Sidang Umum PBB yang diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris
menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu berupa UNIVERSAL
DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia tentang
Hak Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang
terwakil

dalam

sidang

umum

tersebut,

48

negara

menyatakan

persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara lainnya absen. Oleh karena


itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari Hak Asasi
Manusia.
6. Hak Asasi Manusia di Indonesia
Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada
pancasila. Yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari
falsafah bangsa, yakni Pancasila. Bermuara pada Pancasila dimaksudkan

15

bahwa pelaksanaan hak asasi manusia tersebut harus memperhatikan garisgaris yang telah ditentukan dalam ketentuan falsafah Pancasila. Bagi
bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi manusia bukan berarti
melaksanakan dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam pandangan hidup bangsa
Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya memang
tidak ada hak yang dapat dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan
hak orang lain.Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain.
Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara
Republik Indonesia,yakni:
a. Undang Undang Dasar 1945
b. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
c. Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
7. Hak Asasi Manusia Menurut Islam
Petunjuk Ilahi yang berisikan hak dan kewajiban telah disampaikan
pada umat manusia dari manusia itu ada. Diutusnya manusia pertama ke
dunia mengindikasikan Allah telah memberi petunjuk kepada umat
manusia. Lalu ketika umat manusia lupa dengan petunjuk tersebut, Allah
mengutus Nabi dan rasul-Nya agar dapat mengingatkan mereka tentang
keberadaan-Nya. Nabi Muhammad diutus untuk umat manusia sebagai
nabi terakhir agar menyampaikan dan memberi teladan kehidupan yang
sempurna kepada seluruh umat manusia sesuai dengan jalan Allah. Hal ini
menunjukkan bahwa menurut pandangan Islam, konsep HAM bukan hasil
dari pemikiran manusia, tetapi merupakan hasil dari wahyu Ilahi yang
diturunkan melalui para nabi dan rasul sejak permulaan umat manusia di
atas bumi.
Aspek khas dalam konsep HAM Islami adalah tidak adanya orang lain
yang dapat memaafkan pelanggaran hak-hak jika pelanggaran itu terjadi
atas seorang yang harus dipenuhi haknya. Bahkan suatu negara islam pun
tidak dapat memaafkan pelanggaran HAM tersebut dan harus memberikan

16

sanksi kecuali bila pihak yang dilanggar HAM-nya memaafkan pihak yang
melanggar tersebut.
Dalam rangka memperingati abad ke-15 H, pada tanggal 12 Dzulkaidah
atau 19 September 1981 para ahli hukum Islam mengemukakan
UNIVERSAL ISLAMIC DECLARATION OF HUMAN RIGHTS yang
diangkat dari Alquran dan sunah Rasulullah SAW. Pernyataan HAM
menurut ajaran islam ini terdiri XXIII bab dan 63 pasal yang meliputi
seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.
D.

Perbedaan Prinsip antara Konsep HAM dalam Pandangan Islam dan


Barat
Ada perbedaan prinsip antara hak asasi musia dilihat dari sudut
pandang barat dan islam. Menurut pemikiran barat, hak asasi manusia
semta-mata bersifat antroposentris yaitu segala sesuatu berpusat pada
manusia. Dengan demikian, manusia yang sangat dipentingkan.
Sebaliknya, dilihat dari sudut pandang Islam, hak-hak asasi manusia
bersifat teosentris. Yaitu segala sesuatu berpusat kepada Tuhan. Dengan
demikian Tuhan yang sangat dipentingkan. A.K. Brohi mengatakan:
berbeda dengan pendekatan barat, strategi islam sangat mementingkan
penghargaan kepada hak-hak asasi dan kemerdekaan dasar manusia
sebagai sebuah aspek kwalitas dari kesadaran keagamaan yang terpatri
didalam hati, pikiran dan jiwa para penganutnya. Perspektif islam
sungguh-sunggguh bersifat teosentris.
Pemikiran barat menempatkan manusia pada posisis sebagai tolak
ukur segala sesuatu, didalm Islam melalui firman-Nya Allah yang menjadi
tolak ukur segala sesuatu, sedangkan manusia hanyalah ciptaan Allah
untuk mengabdi kepada-Nya. Disinilah letak perbedaan yang fundamental
antara hak-hak asasi manusia menurut pemikiran barat dengan menurut
pola ajaran Islam. Makna dari teosentris bagi masyarakat Islam adalah
manusia harus meyakaini ajaran pokok Islam yang dirumuskan pada dua
kalimat syahadat. Yakni pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan

17

Muhammad adalah utusan-Nya. Setelah itu manusia baru melakukan


perbuatan- perbuatan baik menurut keyakinan tersebut.
Petunjuk Ilahi yang

berisikan hak dan kewajiban telah

disampaikan pada umat manusia dari manusia itu ada. Diutusnya manusia
pertama ke dunia mengindikasikan Allah telah memberi petunjuk kepada
umat manusia. Lalu ketika umat manusia lupa dengan petunjuk tersebut,
Allah mengutus Nabi dan rasul-Nya agar dapat mengingatkan mereka
tentang keberadaan-Nya. Nabi Muhammad diutus untuk umat manusia
sebagai nabi terakhir agar menyampaikan dan memberi teladan kehidupan
yang sempurna kepada seluruh umat manusia sesuai dengan jalan Allah.
Hal ini menunjukkan bahwa menurut pandangan Islam, konsep HAM
bukan hasil dari pemikiran manusia, tetapi merupakan hasil dari wahyu
Ilahi yang diturunkan melalui para nabi dan rasul sejak permulaan umat
manusia di atas bumi.
Apabila

prinsip Universal Declaration

of Human

Rights

dibandingkan dengan Hak asasi manusia menurut islam, maka dalam


Alquran dan sunah rasul akan dijumpai berikut ini,
a. Martabat Manusia. Dalam Alquran disebutkan bahwa manusia
mempunyai kedudukan dan martabat yang tinggi (Q.S 17:70, 17:33,
5:32, dll)
b. Prinsip persamaan. Bahwa sebenarnya semua manusia itu sama yang
membedakan hanyalah imannya (Q.S 49:13)
c. Prinsip kebebasan berpendapat. Islam memberikan kesempatan untuk
bebas berpendapat asalkan tidak bertentangan dengan prinsip islam.
d. Prinsip kebebasan beragama. Al quran menyatakan tidak boleh ada
paksaan dalam beragama dan menjunjung tinggi kebebasan beragama
(Q.S 2:256, 50:45, 88:22)
e. Hak atas Jaminan Sosial. Di dalam Alquran banyak dijumpai ayatayat yang menjamin tingkat dan kualitas hidup minimum bagi
masyarakat (QS 51:19, 70:24, 104:2, 2:273, 9:60, dll)

18

f. Hak atas harta benda. Dalam islam hak milik seseorang sangat
dijunjung tinggi.
2.3 Demokrasi
A. Pengertian demokrasi
Secara umum demokrasi adalah suatu bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat
(kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah
negara tersebut. Pada intinya, yang banyaklah yang menang dan yang
banyak dianggap sebagai suatu kebenaran.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi
ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk
diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas
(independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain.
Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan
agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling
mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembagalembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan
melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang
berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga
perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan
menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif
dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak
sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituante) dan yang
memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai
hukum dan peraturan.
Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti
rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat
diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi

19

menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini
disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian
kekuasaan dalam suatu negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip
trias politica dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga
harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk
diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah
(eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk
masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah
seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain,
misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri
anggaran

untuk

gaji

dan

tunjangan

anggota-anggotanya

tanpa

mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk


rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel
(accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan
akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara
operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga
negara tersebut.
B. Sejarah Demokrasi
Sebelum istilah demokrasi ditemukan oleh penduduk Yunani, bentuk
sederhana dari demokrasi telah ditemukan sejak 4000 SM di
Mesopotamia. Ketika itu, bangsa Sumeria memiliki beberapa negara kota
yang independen. Di setiap negara kota tersebut para rakyat seringkali
berkumpul untuk mendiskusikan suatu permasalahan dan keputusan pun
diambil berdasarkan konsensus atau mufakat.
Barulah pada 508 SM, penduduk Athena di Yunani membentuk sistem
pemerintahan yang merupakan cikal bakal dari demokrasi modern.

20

Yunani kala itu terdiri dari 1.500 negara kota (poleis) yang kecil dan
independen. Negara kota tersebut memiliki sistem pemerintahan yang
berbeda-beda, ada yang oligarki, monarki, tirani dan juga demokrasi.
Diantaranya terdapat Athena, negara kota yang mencoba sebuah model
pemerintahan yang baru masa itu yaitu demokrasi langsung. Penggagas
dari demokrasi tersebut pertama kali adalah Solon, seorang penyair dan
negarawan. Paket pembaruan konstitusi yang ditulisnya pada 594 SM
menjadi dasar bagi demokrasi di Athena namun Solon tidak berhasil
membuat perubahan. Demokrasi baru dapat tercapai seratus tahun
kemudian oleh Kleisthenes, seorang bangsawan Athena. Dalam
demokrasi tersebut, tidak ada perwakilan dalam pemerintahan sebaliknya
setiap orang mewakili dirinya sendiri dengan mengeluarkan pendapat dan
memilih kebijakan.]Namun dari sekitar 150,000 penduduk Athena, hanya
seperlimanya yang dapat menjadi rakyat dan menyuarakan pendapat
mereka.
Demokrasi ini kemudian dicontoh oleh bangsa Romawi pada 510 SM
hingga 27 SM. Sistem demokrasi yang dipakai adalah demokrasi
perwakilan dimana terdapat beberapa perwakilan dari bangsawan di
Senat dan perwakilan dari rakyat biasa di Majelis.
C. Pengertian Demokrasi dalam Islam
Dalam Islam ada yang dikenal dengan istilah Syura atau musyawarah.
Yang merupakan derivasi (kata turunan) dari kata kerja syawara. Dan
kata syawara mempunyai beberapa makna, antara lain memeras madu
dari sarang lebah; memelihara tubuh binatang ternak saat membelinya;
menampilkan diri dalam perang. Dan makna yang dominan adalah
meminta pendapat dan mencari kebenaran.
Dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami
berikan kepada mereka. (QS. Asy-syura: 36)

21

Dengan ayat tersebut, kita

dapat mengerti bahwa Islam telah

memposisikan musyawarah pada tempat yang agung. Hal tersebut


menunjukan

bahwa,

Islam

secara

langsung

menerapkan

prinsip

pengambilan keputusan;musyawarah yang menjadi sendi utama dalam


demokrasi modern (dari, oleh dan untuk kepentingan rakyat).
Yang menjadi poin penting dalam demokrasi bukan sistem trias
politiknya, yang membagi pemerintahan kedalam tiga lembaga (eksekutif,
yudikatif dan legislatif), melainkan sisitem checks and balances yang
berlangsung dalam pemerintahan itu. Tentunya agar bisa berjalan maka,
harus ada keterbukaan dari setiap elemen dalam pemerintahan itu. Dan
keterbukaan itu dapat diwujudkan dalam sebuah musyawarah yang efisien
dan efektif. Tentu saja dengan tujuan untuk mensejahterakan kehidupan
rakyat.
Pada dasarnya, konsep demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan dan
tidak sepenuhnya sejalan dengan Islam. Hal ini ditunjukkan dengan :
1. Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama.
2. Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya.
3. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah.
4. Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap menjadi
pertimbangan utama dalam musyawarah.
5. Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi; bukan
pada persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan
Sunah.
6. Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari
nilai-nilaiagama.
7. Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga.
Hukum, HAM, dan demokrasi adalah tiga konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Hal ini dikarenakan salah satu syarat utama terwujudnya
demokrasi ialah adanya penegakkan hukum dan perlindungan HAM.
Demokrasi akan rapuh apabila HAM setiap masyarakat tidak terpenuhi.
Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM dapat terwujud apabila

22

hukum ditegakkan. Dalam ajaran Islam, hukum, HAM dan ddemokrasi


disebutkan dengan jelas di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan
demikian manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi ini dapat
menjalankan tugasnya dengan baik dan benar apabila ia seelalu berpegang
pada aturan-aturan pada Al-Quran dan As-Sunnah.

23

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan:
1. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan negara yang menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat.
2. Demokrasi

menurut

Islam

bisa

diartikan

seperti

musyawarah,

mendengarkan pendapat orang lain dalam suatu forum untuk mencapai


keputusan dengan mengedepankan nilai nilai keagamaan.
3. HAM adalah hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia ada di dalam
kandungan.
4. HAM dalam Islam didefinisikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu
dan kew ajiban bagi negara dan individu untuk menjaganya
5. Hukum menurut Islam bisa diartikan sebagai hukum yang terdapat dalam
sumber-sumber seperti Al-Quran dan Al-Hadist.
3.2 Saran:
1. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara
demokrasi di Indonesia dan demokrasi Islam dan dapat melihat sisi baik
dan buruknya.
2. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memahami pentingnya
HAM dalam kehidupan kita dan kewajiban kita untuk menjaganya.
3. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara
hukum islam dan hukum yang berlaku di Indonesia dan dapat melihat
perbedaannya.

24

DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi, dkk.2002. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi
Umum. Jakarta: dir. Perguruan Tinggi Agama Islam
Fanani, Sunan. 2010. Lembar Kerja Mahasiswa Pendidikan Agama Islam.
Sidoarjo: PT. Al Maktabah.
Mansoer, Hamdan, dkk. 2004. Materi instruksional pendidikan agama islam di
perguruan tinggi umum. Jakarta : dir. Pt. agama Islam

25

Anda mungkin juga menyukai