MAKALAH
BAHASA INDONESIA
MAKNA KATA
OLEH :
KELOMPOK 3
DESSY SALVIA NURJANNAH
2015121826
SITI CHAIRUNISA
2015121851
NOVITA SHELY
2015121841
MASRULLAH
2015121836
KATA PENGANTAR
Kandangan,
September 2015
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Makna Kata .........................................................................
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
peristiwa,
waktu
kelahiran
serta
unsur
yang
lainya.
Pemberian nama orang tidak hanya asal memberi nama. Pemberian nama orang
biasanya disertai harapan dari orang tua kepada anaknya. Setiap orang tua yang
akan memberikan nama kepada anaknya pasti akan sangat teliti dan penuh
perhitungan dalam memilih nama untuk anak-anaknya. Pemberian nama bisa
dilihat dari segi historis
yang melatarbelakanginya, segi morfologi (bentuk katanya), dan dari
segi semantik (makna kata). Morfologi di sini bisa dilihat dari bagaimana
seseorang merangkai kata agar terbentuk nama yang indah, sedangkan dalam
segi semantiknya mereka mencari makna kata yang seindah mungkin yang
nantinya makna tersebut juga akan membawa kebaikan untuk putra-putrinya atau
dengan kata lain nama itu adalah sebuah doa dari orang tua untuk putraputrinya.Setiap orang mempunyai tata cara dalam memberikan nama ada
yang memakai perhitungan dari segi kelahiran (weton, tanggal, bulan, tahun),
historis (proses kelahiran, peristiwa yang terjadi pada saat kelahiran), pemakaian
bahasa serapan seperti bahasa Arab dan dari segi makna katanya. Dewasa
ini banyak sekali penamaan orang hanya sekedar memberi nama, seperti hanya
meniru namanama yang ada di sinetron atau nama artis idolanya.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa itu Makna Kata ?
2. Apa itu Makna Denotasi dan Konotasi ?
3. Apa itu Makna Umum dan Khusus ?
1.3.Tujuan Penulisan
Semoga dengan makalah kecil ini dapat membantu kita untuk berkata yang lebih
bermakna dan mengerti apa maksud pembicaraan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna Bentuk atau
ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan pancaindra, yaitu dengan
mendengar atau dengan melihat. Sebaliknya segi isi atau makna adalah segi yang
menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan
aspek bentuk tadi. Pada waktu orang berteriak Maling timbul reaksi dalam
pikiran kita bahwa ada seseorang telah berusaha untuk mencuri barang milik
orang lain. Jadi bentuk atau ekspresinya adalah kata maling yang diucapkan
orang tadi, sedangkan makna atau isi adalah reaksi yang timbul pada orang yang
mendengar.
Reaksi yang timbul itu dapat berwujud pengertian atau tindakan
atau kedua-duanya . Karena dalam nerkomunikasi kita tidak hanya berhadapan
dengan kata, tetapi dengan suatu rangkaian kata yang mendukung suatu
amanat, maka ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran kita yaitu:
pengertian, perasaan, nada, dan tujuan. Pengertain merupakan landasan dasar
untuk menyampaikan hal-hal tertentu kepada pendengar atau pembaca dengan
mengharapkan reaksi tertentu. Perasaan lebih mengarah kepada sikap pembicara
terhadap apa yang dikatakannya, bertalian dengan nilai rasa terhadap apa yang
dikatakan pembicara atau penulis. Nada mencakup sikap pembicara atau penulis
kepada pendengar atau pembacanya. Pembaca atau pendengar yang berlainan
akan mempengaruhi pula pilihan kata dan cara menyampaikan amanat itu. Relasi
antara pembicara atau penulis dengan pendengar atau pembaca akan melahirkan
nada suatu ujaran. Sedangkan tujuan yaitu efek yang ingin dicapai oleh pembicara
atau penulis. Memahami semua hal itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari
seluruh usaha untuk memahami makna dalam komunikasi. Bahwa makna adalah
pertalian antara bentuk dan referen. Ketika seorang ditanyai apa arti kata nares ia
menjawab Tidak tahu! Padanya diberi atau ditunjuk sejumlah barang
(referen): hidung, matahari, gunung, dan telinga. Ia tidak tahu artinya tidak lain
daripada bahwa ia tidak sanggup menunjukkan hubungan antara nares dengan
salah satu dari barang-barang itu. Untuk membantunya mengetahui makna kata
itu, kita menunjukkan kepadanya salah satu dari keempat barang yang
digambarkan yaitu barang no 1. Nah, sekarang ia mengetahui makna kata itu,
yaitu nares berarti hidung dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa seorang yang mengetahui sebuah referen (barangnya) tetapi
tidak tahu bagaimana mengacunya, ia tidak tahu katanya. Tetapi kebalikannya
juga benar, kalau ia mengetahui katanya (bentuk), tetapi tidak tahu referennya
bererti ia tidak mengetahui maknyanya juga, yaitu tidak mengetahui hubungan
antara bentuk dan referennya. Mengetahui sebuah kata haruslah mengetahui kedua
aspeknya: bentuk (kata) dan referennya.
tambahan dari tiap pembaca, dan tidak akan membiarkan interpretasi itu dengan
memilih kata-kata yang konotattif. Sebab itu untuk menghindari interpretasi yang
mungkin timbul, penulis akan berusaha memilih kata dan konteks yang relatif
bebas interpretasi.
Contoh :
-Rumah itu luasnya 250 meter persegi (denotatif)
-Ada seribu oarng yang menghadiri pertemuan itu (denotatif)
Karena setiap kata memiliki denotasi, maka penulis harus mempersoalkan
apakah kata yang dipilinya sudah tepat. Ketepatan pilihan kata itu tampak dari
kesanggupannya untuk menuntun pembaca kepada gagasan yang ingin
disampaikan, yang tidak memungkinkan interpretasi lain selain dari sikap
pembicara dan gagasan-gagasan yang akan itu. Memilih sebuah denotasi yang
tepat, dengan sendirinya lebih mudah dari memilih konotasi yang tepat.
Seandainya ada kesalahan dalam denotasi, maka hal itu mungkin disebabkan oleh
kekeliruan pertama terjadi karena masalah ejaan: gajih gaji, darah dara,
interpretasi inferensi intervensi, bahwa bawa, dan sebagaimana. Kesalahan
kedua mudah diperbaiki karena bersifat temporer, tetapi kesalahan ketiga adalah
kesalahan yang paling berat.
Makna denotatif dapat dibedakan atas dua macam relasi, yaitu pertama, relasi
antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua relasi
antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang
diwakilinya. Pengertian kursi adalah ciri-ciri yang membuat sesuatu disebut
sebagai kursi, bukan sebuah kursi individual.
b.
Makna konotatif
Konotatif atau makna konotasional, makna emotif, atau makna
evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons
mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena
pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju - tidak setuju, senang tidak
senang dan sebagainya pada pihak pendengar; di pihak lain, kata yang dipilih itu
memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama.
Konotasi adalah masalah yang jauh lebih erat bila dibandingkan dengan
memilih denotasi. Oleh karena itu, pilihan kata atau diksi lebih banyak bertalian
dengan pilihan kata yang bersifat konotatif.
lain dengan bermacam-macam cara. Contoh: Saya berjanji akan datang esok, Pasti
saya akan kesini besok.
3.Banyak hal yang kita katakan sebenarnya bukan menyangkut fakta tetapi
menyangkut evaluasi, sehingga dapat mempengaruhi sikap orang. Ada kata yang
memantulkan nilai rasa menyenangkan dan ada kata yang memantulakan nilai
rasa tidak menyenangkan. Contoh: berani pengecut, baik kejam.
4.Bahasa sering bertalian dengan macam-macam relasi sosial. Ada kata yang
dianggap kasar dan ada kata yang dianggap sopan. Contoh: Diam !, Minta tenang
sedikit !.
5.Sering kali terjadi bahwa apa yang dikatakan bermakna lain sekali dari makna
yang tersirat dalam rangkaian kata yang dipergunakan. Dalam hal ini peranan
intonasi dapat mengubah makna sebuah kalimat. Contoh: Anda memang sangat
pintar!, Dia seorang gadis cantik!, yang sebenarnya dimaksudkan adalah Anda
sangat tolol!, Dia seorang gadis jelek!.
6.Sering kali kita tidak menghadapi suatu pernyataan tetati suatu pengandaian,
yaitu mengandaikan bahwa seseatu itu ada atau terjadi. Contoh: Seandainya ayah
ada disini, kita akan sama-sama berlibur ke Puncak. Dalam kenyataan memang
ayah tidak ada, sebab itu kalimat diatas juga tidak mengandung makna seperti
yang tersirat dalam rangkaian kata-kata itu.
Semua faktor sebagai disebutkan diatas akhirnya memberikan pengaruh
dalam pergeseran makna kata, memberikan nilai-nilai tambahan pada makna dasar
yang dimiliki sebuah kata.
kosakata khusus dapat dilakukan melalui kamus bidang ilmu tertentu. Contoh
berikut menampakkan perbedaan antara kosakata umum dan khusus, kata burung
memiliki makna umum karena memiliki makna yang luas, belum ada spesifikasi
jenis apa. Namun, kalau kita menyebutkan, misalnya merpati, beo, dan
cendrawasih, kata-kata tersebut termasuk kosakata khusus karena sudah mengacu
pada satu jenis burung.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung
dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna Bentuk atau
ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan pancaindra, yaitu dengan
mendengar atau dengan melihat.
Dalam bentuk yang murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa
ilmiah. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons
mengandung nilai-nilai emosional.
Makna umum dipahami sebagai kata yang digunakan oleh hampir seluruh
masyarakat pemakai bahasa tersebut. Dengan kata lain, kosakata umum adalah
kata-kata umum yang digunakan dalam berbagai bidang ilmu.
Makna khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang
sempit dari kata yang lain
Kata konkret adalah kata yang acuannya nyata atau dapat dicerap oleh
pancaindera,misalnya buku, rumah,dan dingin. Kata-kata tersebut dapat dirasakan
keberadaannya melaluiindera kita. Kata abstrak adalah kata yangacuannya tidak
dapat dicerap oleh pancaindera.