PENDAHULUAN
Otitis eksterna adalah salah satu jenis infeksi yang mengenai saluran
telinga, dapat bersifat akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri, jamur,
virus, atau alergi, dapat terlokalisir atau difus. Faktor penyebab timbulnya
otitis eksterna kelembaban, perubahan pH, penyumbatan meatus akustikus
eksternus (MAE), dan trauma lokal. Faktor resiko tinggi terjadi pada individu
atopi.1,2
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),
strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Otitis
eksterna ini merupakan suatu infeksi MAE bagian luar yang dapat menyebar
ke aurikula, periaurikuler, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh MAE
terlibat, tetapi pada furunkel MAE luar dapat dianggap pembentukan lokal
otitis eksterna.3
Penyakit otitis eksterna ini merupakan penyakit telinga yang paling sering
dijumpai dibandingkan dengan penyakit telinga lainnya. Angka insiden otitis
eksterna tinggi di negara tropis dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering.
Insiden lebih tinggi pada musim panas, karena aktivitas akuatik yang tinggi.
Otittis eksterna yang sering adalah akut, kronis, dan eksema, sedangkan otitis
eksterna nekrosis jarang terjadi. Infeksi dapat disebabkan oleh kondisi yang
panas dan lembab. Otitis eksterna dapat menyerang semua ras manusia dan
mempunyai perbandingan yang sama antara perempuan dan laki-laki serta
dapat dialami oleh berbagai usia.4
Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis. Di Indonesia sering
terjadi kondisi udara yang panas dan lembab. Keadaan iklim yang sedemikian
rupa menyebabkan kasus otitis eksterna ini lazim ditemukan di Indonesia.
Oleh karena itulah penulis tertarik untuk menulis responsi tentang otitis
eksterna.
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga
Telinga dibagi menjadi telinga luar, tengah, dan dalam. Bagian luar dan
tengah berfungsi utamanya untuk menyalurkan suara ke telinga dalam.1
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, MAE sampai membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin yang dilapisi oleh kulit. Daun
telinga memiliki beberapa daerah depresi yang disebut konka; rongga atau
dasar yang luas pada daun telinga, lobul; bagian yang tidak berisi tulang
rawan dan mengandung jaringan ikat fibrosa, lemak, dan pembuluh darah.2,3
MAE berbentuk huruf S dimana sepertiga bagian luar terbentuk oleh
tulang kartilago dan dibatasi oleh kulit pada dan dua pertiga bagian dalamnya
terdiri dari tulang yang dilapisi kulit yang berlanjut sampai membran timpani.
Panjangnya kira-kira 2.5-3 cm.4
Sepertiga luar MAE terdapat kelenjar serumen yang menghasilkan
serumen dan terdapat rambut. Kelenjar sebasea dijumpai hampir pada seluruh
bagian MAE. Pada dua pertiganya hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.5
Membran timpani merupakan membran semitransparan , tipis, dan oval
yang terdapat pada bagian medial akhir MAE. Membran ini merupakan
pembatas antara MAE dengan kavum timpani pada telinga tengah. Membran
timpani dibungkus oleh kulit yang sangat tipis pada bagian luarnya dan
dilapisi oleh membran mukosa pada telinga tengah bagian dalamnya.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah MAE
dan terlihat oblik terhadap sumbu MAE. Bagian superior yang melekat ke
malleus disebut pars flaksida yang tipis dan longgar. Bagian inferior yang
terdiri dari serat-serat radial dan sirkular disebut pars tensa. Ketika kita
mengamati dengan otoskop akan tampak daerah terang yang merupakan
reflek cahaya (cone of light). Reflek ini bermula dari umbo secara
anteroinferior pada pukul 7 pada telinga kiri dan pukul 5 pada telinga kanan.
Reflek ini muncul karena adanya serat radier dan sirkuler pada membran
timpani yang menimbulkan cahaya berupa kerucut.6
Membran timpani bergetar sesuai respon terhadap vibrasi udara yang
masuk melalui MAE. Pergerakan membran ditransmisi melalui telinga tengah
oleh tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes).7
Telinga Tengah
Telinga tengah dan dalam terletak pada bagian petrosus tulang temporal.
Telinga tengah termasuk kavum timpani; ruang yang berhubungan secara
langsung dengan membran timpani, dan resesus epitimpani; ruang superior
terhadap membran timpani. Telinga tengah berhubungan secara anteromedial
dengan nasofaring melalui tuba faringotimpani. Pada pars flaksida terdapat
daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu
lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid. Kavum
timpani dibatasi oleh membran mukosa yang berlanjut sampai tuba
faringotimpani, antrum mastoid, dan sel mastoid.2
Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus
longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus,
inkus melekat pada stapes. Stapes melekat pada tingkap oval yang
berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian.2,3
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari vestibuler dan koklea yang berfungsi untik
mempertahankan keseimbangan dan resepsi suara. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe skala timpani dengan skala
vestibuler.2
Vestibuler terdiri dari 3 buah kanalis semisirkuler yang berhungan secara
tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan
melintang koklea tampak skala timpani di sebelah bawah, skala vestibule di
sebelah atas dan skala media diantara skala timpani dan skala vestibuli.
Sakala timpani dan skala vestibuli berisi perilimfe, sedangkan skala media
berisi endolimfe. Kedua cairan ini membawa gelombang suara ke organ akhir
untuk pendengaran dan keseimbangan. Dasar skala vestibuli dibentuk oleh
membran vestibule sedngkan dasar skala media dibentuk oleh membran
basalis. Pada membran ini terdapat organ spiral (organ korti), yang
merupakan reseptor terhadap stimulus auditori. Pada skala media terdapat
bagian berbentuk lidah yang disebut membran tetktoria dan pada membran
basal melekat sel rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis corti yang
membentuk organ korti.6,7
Fisiologi Telinga
Fungsi Non-Akustik
Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi MAE yang
melengkung atau seperti spiral, maka telinga luar mampu melindungi
membran timpani dari trauma, benda asing, dan efek termal. Salah satu cara
perlindungan yang diberikan telinga luar adalah pembentukan serumen.
Sebagian struktur kalenjar terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi selsel stratum korneum ikut pula berperan dalam pembentukan materi yang
membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada dinding kanalis ini. pH
gabungan pada bagian ini adalah sekitar 6, suatu faktor tambahan yang
berfungsi mencegah infeksi. Migrasi sel-sel epitel yang terlepas membentuk
suatu mekanisme pembersihan sendiri dari membran timpani kearah luar.8
Fungsi Akustik
diteruskan
ke
telinga
tengah
melalui
rangkaian
tulang
pedengarandan tingkap oval. Energi getar ini akan diteruskan ke stapes yang
akan menggerakkan tingkap oval sehingga perilimfa pada skala vestibule
bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik
yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga
kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion yang bermuatan listrik dari badan
sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.9
2.2 Definisi
Otitis artinya peradangan pada telinga dan eksterna artinya luar. Radang
telinga dapat dikategorikan berdasarkan lokasi tempat terjadinya peradangan.
Apabila infeksi terjadi di MAE bagian luar maka diklasifikasikan sebagai
otitis eksterna. Otitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang
mengenai saluran telinga, baik akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri,
jamur, virus, atau alergi, dapat terlogalisir atau difus. Otitis eksterna juga
sering disebut sebagai swimmwers ear. 10
2.3 Epidemiologi
Angka insiden otitis eksterna tinggi di negara tropis. Insiden lebih tinggi
pada musis panas, karena aktivitas akuatik yang tinggi. Otitis eksterna yang
sering adalah akut, kronis, dan eksema, sedangkan otitis eksterna nekrosis
jarang terjadi. Infeksi dapat disebabkan oleh kondisi yang panas dan lembab.
Otitis eksterna dapat menyerang semua ras manusia dan mempunyai
perbandingan yang sama antara perempuan dan laki-laki serta dapat dialami
oleh berbagai usia.9
Di Amerika Serikat, otitis eksterna merupakan penyakit yang sering terjadi
di semua negara bagian. Terjadi pada 4 dari 1000 orang. Sekitar 98%
disebabkan aleh P. aeruginosa. Kasus sisanya mungkin disebabkan oleh
Proteus vulgaris, Escherichia coli, S. aureus dan jamur seperti Candida
albicans, Aspergillus sp dan Mucor sp. Morbiditas otitis eksterna akut difus
pada atlet akuatik adalah rendah. Bagaimanapun kejadian otitis eksterna
nekrosis dapat menyebabkan mortalitas 20% pada orang dewasa, hal ini
dihubungkan dengan adanya komorbid dan penyebaran yang cepat infeksi
termasuk sepsis atau penyebaran intrakranial.2
2.4 Etiologi
Pada umumnya penyebab dari otitis eksterna adalah infeksi bakteri seperti
Staphyilococcus aureus, Pseudomonas, Staphylococcus albus, E. colli. 2,3
Faktor predisposisi yaitu struktur unik dari MAE
yang memudahkan
terjadinya otitis eksterna. MAE yang lembab, hangat dan gelap, merupakan
lingkungan yang baik untuk perkembangan jamur dan bakteri. MAE juga
mempunyai pertahanan yang spesifik. MAE menghasilkan serumen, serumen
bersifat asam, mengandung lisozim, dan substansi lain yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur, apabila terjadi peningkatan pH
dan hilangnya atau keringnya serumen MAE pada atlet air yang terpapar
dengan air secara berulang juga dapat mempermudah timbulnya otitis
eksterna. Seringnya mengorek telinga dengan menggunakan tangan, cotton
penyebab
tersering
adalah
Staphylococcus
aureus
atau
Staphylococcus albus. Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai
dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit MAE tidak
mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul
pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri juga dapat timbul spontan pada
waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga
gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat MAE.
Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses,
diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan
antibiotika dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau bacitrasin atau
antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alcohol 2%). Kalau dinding furunkel
tebal, dilakukan insisi kemudian dipasang drain untuk mengalirkan
nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan obat simptomatik seperti
analgetik dan obat penenang. 1,6,8
b. Otitis Eksterna Akut Difus
Otitis eksterna akut difus merupakan bentuk yang paling sering dan paling
banyak terjadi pada perenang. Secara umum terjadi dalam waktu 48 jam,
dengan gejala inflamasi MAE termasuk otalgia, gatal, atau rasa penuh
dengan atau tanpa hilangnya rasa pendengaran. Nyeri rahang, dan nyeri
tekan tragus atau aurikula, edema atau eritema difusa dengan atau tanpa
otore, limpadenitis regional, eritema membran timpani,, atau selulitis
aurikula. Biasanya mengenai kulit MAE duapertiga dalam. Tampak kulit
MAE hiperemis dan edema dengan batas yang tidak jelas, serta terdapat
furunkel. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis
media
supuratif
kronis. Gejalanya
sama
dengan otitis
eksterna
terjadi pada anak. Otitis eksterna nekrosis mungkin juga juga disebabkan oleh
selulitis atau osteomielitis. Infeksi dapat meluas secara progresif ke lapisan
subkutis dan organ sekitarnya sehingga dapat menimbulkan kelainan berupa
kondritis, otitis, dan osteomielitis yang mengakibatkan kehancuran tulang
temporal. Gejalanya rasa gatal yang diikuti nyeri yang hebat dan sekret yang
banyak serta pembengkakkan MAE.1,7
Saraf fasial dapat terkena sehingga dapat menimbulkan paresis atau
paralysis facial. Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda yaitu dengan
pemberian antibiotik dosis tinggi yang dikombinasi dengan amino glikosid.
Disamping obat-obatan, juga diperlukan tindakan debrideman.7
2.6 Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkan dari membran timpani melalui MAE. Cotton bud dapat
mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan
serumen akan menumpuk di sekitar membran timpani. Penimbunan sel-sel
kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk
ke dalam saluran ketika mandi atau berenang.9
Hal ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada
MAE. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke
dalam MAE ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat,
dan gelap pada MAE merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri
dan jamur.8
Adanya faktor predisposisi dapat menyebabkan berkurangnya lapisan
protektif sehingga menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit,
terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi,
berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa
nyeri.7
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan
perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan
10
2.7 Diagnosis
Anamnesis:
Rasa gatal sampai nyeri di dalam telinga. Rasa gatal dapat dirasakan
sampai tenggorok. Kadang-kadang disertai sedikit nyeri. Sekret bisa encer,
bening, sampai dengan sekret kental purulen. Pada bentuk kronik sekret
tidak ada atau hanya sedikit atau berupa gumpalan, berbau akibat bakteri
Pemeriksaan:
11
2.8 Komplikasi
Komplikasi pada otitis eksterna jarang terjadi. Namun terkadang dapat
muncul komplikasi seperti:
a. Abses
Abses biasanya sangat nyeri dan berisi pus, biasanya muncul pada telinga
yang terkena infeksi.
b. Stenosis MAE
Muncul pada otitis eksterna kronis, dapat mempengaruhi pendengaran
karena stenosis dari MAE ini menyebabkan MAE menyempit.
c. Inflamasi atau perforasi membran timpani
Dapat terjadi jika infeksi meluas ke membran timpani.
d. Selulitis
Selulitis adalah infeksi kulit akibat bakteri yang dapat muncul setelah otitis
eksternal. Hal ini terjadi saat bakteri yang normal pada permukaan kulit
memasuki area kulit yang terkena infeksi.
e. Otitis eksterna maligna
Merupakan komplikasi yang serius tetapi sangat jarang terjadi. Otitis
eksterna maligna terjadi jika infeksi menyebar di tulang sekitar lubang
telinga.6,7
2.9 Penatalaksanaan
Untuk mengobati otitis eksterna generalisata, pertama-tama dilakukan
pembuangan sel-sel kulit mati yang terinfeksi dari saluran telinga dengan alat
penghisap atau kapas kering. Setelah saluran telinga dibersihkan, fungsi
pendengaran biasanya kembali normal. 8
Biasanya diberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik selama
beberapa hari. Beberapa tetes telinga ada yang mengandung kortikosteroid
untuk mengurangi pembengkakan. Kadang diberikan obat tetes telinga yang
12
antibiotik.
Apabila diduga infeksi kuman Pseudomonas diberikan tetes yang
mengandung neomycine dan hydrocortisone.
Pada infeksi jamur digunakan tetes telinga larutan asam salisilat 25% dalam alkohol 20%.
Pada otitis eksterna kronik difus dapat diberikan triamsinolone
0,25% krim/salep atau dexamethasone 0,1%.
Antibiotik oral di berikan dengan pertimbangan bila infeksi cukup
berat. 8
Mengeluarkan
mikroorganisme.
Masukkan
tampon
yang
perlu.
Mengurangi rasa sakit, peradangan dan edema. Berikan obat
golongan kortikosteroid misalnya metil prednisolon.
Menghilangkan rasa tidak enak.
Memulihkan pendengaran.
Menghilangkan gatal dan penggarukan yang berulang. Terapi
antifungal untuk menghindari infeksi jamur.
Terapi antialergi dan antiparasit.
Penatalaksanaan otitis eksterna kronik yaitu operasi rekonstruksi
MAE.7,8
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama
: JAPIW
Umur
: 23 Tahun
Jenis kelamin
: Laki - Laki
14
Bangsa
: Indonesia
Suku
: Bali
Agama
: Hindu
Pendidikan
: SMA
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
15
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita keluhan seperti yang dialami oleh
pasien. Riwayat penyakit sistemik pada keluarga disangkal.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan maupun makanan
sebelumnya. Riwayat asma pada pasien disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang mekanik yang bekerja di bengkel, bunyi di bengkel
selalu bising. Pasien sering membersihkan telinga dengan cotton bud.
3.3. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Denyut Nadi
: 70 kali/menit
Respirasi
: 18 kali/menit
Temperatur Axila
: 36,0 oC
Status General
Mata
THT
Leher
Thorak
: Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur Pulmo: Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
: Distensi (-), bising usus (+) N, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
: Hangat + +
+
Edema
Kanan
Bentuk normal
Kiri
Bentuk normal
16
Tidak ada
Tidak ada
Lapang
Ada
Tidak ada
Oedema, liang telinga
Discharge
Membran Timpani
Tidak ada
Intak
Tumor
Mastoid
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Normal
Hidung
Hidung Luar
Kavum Nasi
Septum
Sekret
Mukosa
Tumor
Konka
Sinus
Koana
Kanan
Normal
Normal
Tidak ada deviasi
Tidak ada
Hiperemis
Tidak ada
Kongesti
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
Kiri
Normal
Normal
Tidak ada deviasi
Tidak ada
Hiperemis
Tidak ada
Kongesti
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
Tenggorok
Dispneu
Sianosis
Mucosa
Dinding belakang faring
Stridor
Suara
Tonsil
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Granulasi (-), post nasal drip (-)
Tidak ada
Normal
T1/T1
3.4. Resume
Pasien laki-laki umur 23 tahun, suku bali, Hindu, datang ke Poliklinik THT RS
INDERA dengan keluhan nyeri dan gatal pada telinga kirinya sejak 1 bulan
sebelum pemeriksaan. Pasien merasakan gatal dan terasa penuh pada telinga
terlebih dahulu kemudian terasa nyeri tiba-tiba yang semakin lama semakin
memberat. Nyeri dirasakan hilang timbul dan saat timbul nyeri dirasakan sangat
berat. Riwayat demam, batuk, pilek, dan alergi disangkal. Pasien sering
membersihkan telinga dengan cotton bud. Pada pemeriksaan lokalis THT
ditemukan nyeri tekan tragus pada telinga kiri, edema, hiperemi, liang telinga
sempit, sekret minimal, dan membran timpani sulit dievaluasi.
17
3.6. Penatalaksanaan
-
KIE:
-
3.7. Prognosis
Dubius ad bonam
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki 33 tahun datang ke poliklinik THT RSUD Klungkung
dengan keluhan nyeri pada telinga kirinya sejak 2 hari sebelum pemeriksaan.
Awalnya pasien mengeluhkan gatal dan penuh pada telinga lalu setelah itu
nyeri dirasakan tiba-tiba dan semakin hari semakin memberat. Nyeri
dirasakan semakin memberat saat pasien menyentuh telinganya. Pasien
mengatakan telinganya sempat mengeluarkan cairan dalam jumlah yang
sedikit, berwarna kekuningan, dan tidak berbau. Selain itu pasien juga
mengatakan sempat mengorek-mengorek telinganya dengan cotton bud saat
telinganya terasa gatal dan penuh. Riwayat demam, batuk dan pilek disangkal
oleh pasien. Dari pemeriksaan fisik THT ditemukan telinga kiri hiperemis,
edema, nyeri tekan tragus, nyeri tarik aurikula, MAE sempit, sekret cair
minimal, dan membran timpani sulit dievaluasi.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami Otitis Eksterna, sesuai dengan teori yang terdapat dalam
literatur dimana umumnya pasien mengeluhkan gatal pada telinga sampai
dengan rasa nyeri yang terasa bertambah saat mengunyah atau saat telinga
disentuh serta keluarnya sekret dari telinga, didukung dengan temuan liang
telinga hiperemis, terdapat eksudat, dan liang telinga menyempit karena
oedem. Dikatakan otitis eksterna difusa karena batas hiperemi tidak tegas dan
proses infeksinya terjadi di liang telinga dua pertiga dalam.6
Penatalaksanaan pada pasien ini bertujuan untuk mengatasi penyebab dan
gejalanya, mencegah kejadian otitis eksterna berulang, dan mencegah
komplikasi. Penatalaksaan OE pertama-tama dilakukan dengan membuang
serumen, kotoran, dan sel-sel kulit mati dari MAE dengan cara membersihkan
dan mengeringkan menggunakan kapas kering. Kemudian dilakukan
pemasangan tampon pita cm x 5 cm yang telah dibasahi dengan larutan
Burowi filtrata pada MAE. Tampon secukupnya, tidak boleh diletakkan
terlalu ke dalam karena dapat menimbulkan nyeri dan dapat melukai
membran timpani. Tampon setiap 2-3 jam sekali ditetesi dengan larutan
19
Burowi agar tetap basah. Tampon diganti setiap hari. Larutan Burowi dapat
diganti dengan tetes telinga yang mengandung steroid dan antibiotika.
Penelitian menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap
efektivitas obat-obat antibiotika topical yang biasa digunakan. Rasionalitas
pemilihan obat tergantung harga, frekuensi dosis, status membran timpani,
dan pengalaman dokter yang merawat. 7,8,9
Antibiotika yang diberikan pada pasien ini berupa Ciprofloxacin 2 x 500
mg yang bertujuan untuk mengatasi infeksi yang terjadi dan diberikan dalam
waktu 5 hari. Obat pilihan utama otitis eksterna adalah golongan penisilin,
seperti amoksisilin dan ampisilin. Dapat juga diberikan golongan quinolon
seperti ciprofloxacin. Hal ini disebabkan golongan ini sangat sensitif untuk
gram negative,salah satunya Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan Clinical
Practice Guideline oleh Rosenfeld et al, antibitotika sistemik tidak perlu
diberikan pada saat terapi awal karena tidak terbukti mempercepat waktu
penyembuhan dibandingkan dengan pemberian antibiotika lokal saja. 7
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian antibiotika
sistemik
meningkatkan
angka
rekurensi.
Antibiotika
sistemik
20
BAB V
SIMPULAN
Otitis eksterna adalah salah satu jenis infeksi yang mengenai saluran telinga, dapat
bersifat akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, atau alergi,
dapat terlokalisir atau difus. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna antara lain
kelembaban, perubahan pH, penyumbatan meatus akustikus eksternus (MAE),
dan trauma lokal. Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri
Staphyilococcus aureus, Staphylococcus albus, E.Coli. Kuman pathogen yang
sering kali menyebabkan otitis eksterna adalah Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif lainnya. Meskipun demikian,
jamur, seperti Candida atau Aspergilus sp dapat menyebabkan otitis eksterna.
Pasien dengan otitis eksterna biasanya mengeluh adanya nyeri telinga (otalgia)
dari yang sedang sampai berat, berkurangnya atau hilangnya pendengaran, tinnitus
atau dengung, demam, discharge yang keluar dari telinga, gatal-gatal, rasa penuh
pada telinga. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan radang akut pada liang
telinga seperti edema dan hiperemi, nyeri tekan aurikula.
Untuk
mengobati
otitis
eksterna
generalisata,
pertama-tama
dilakukan
pembuangan sel-sel kulit mati yang terinfeksi dari saluran telinga dengan alat
penghisap atau kapas kering. Dapat juga diberikan antibiotic tetes telinga atau
kortikosteroid untuk mengurangi bengkak pada liang telinga.
Komplikasi otitis ekstena dapat berupa abses, selulitis, perforasi membrane
timpani hingga otitis eksterna maligna. Prognosis pada kasus otitis ekstena
mengarah ke baik jika tidak ada komplikasi.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Fisher Tony: Otitis Externa.Medical Centre, Nottingham.2011 : 1-5
2. Moore KL, Agur AMR. Dalam Buku Anatomi Klinis Dasar. Edisi 1:
Jakarta. 2012: 401-408
3. Sander Robert MD : Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and
Prevention Vol 63. Medical College of Wisconsin,Milwaukee.2010:729730
4. Murat Enoz,Zervinc Ifan : Bacterial and fungal organisms in otitis externa
patients without fungal infection risk factors in Erzurum, Turkey Vol 75 .
Brazilian Journal of Otorhinolaryngology . 2009:721-723
5. Rosenberg Eric : Complicated Otitis Externa. Grand Rounds Presentation,
The University of Texas Medical Branch, Department of Otolaryngology.
2009 :1-5
6. Efiaty Arsyat Supardi , Iskandar Nubaiti . Dalam Buku Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher . Edisi 7 : Jakarta.2012: 53-55
7. Sc haefer P, Baugh RF. Otitis Externa. American Family Physician.
2012;86(11):1055-61
8. Rosenfeld RM, et al. Clinical Practice Guideline: Acute Otitis Externa.
Otolaryngology Head Neck Surg. 2006;134-138
9. Rosenfeld RM, et al. Clinical Practice Guideline: Acute Otitis Externa
Executive Summary. Otolaryngology Head Neck Surg. 2014; 150(2) 161
168
22