AUDIT SAMPLING
Disusun Oleh:
Dini Annisaa N (A1021571RT5101)
Ahmad Ihsan H (A1021571RT5108)
Devyani Natali (A1021571RT5110)
Kelas B
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Sangga Buana
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam materi pemerikasaan akuntansi ini, setelah materi pengujian pengendalian dan
pengujian substantive adalah materi sampling audit. Setelah auditor memutuskan prosedur pengujian
yang dipilih, auditor perlu menentukan jumlah item yang tepat sebagai sampel dari suatu populasi
untuk pengujian tersebut. Disamping itu, auditor harus menentukan bagian populasi mana yang dipilih
sebagai sampel.
Auditor melakukan pemilihan sampel dengan maksud untuk memperoleh sampel yang
representative. Sampel yang representative adalah sampel yang mempunyai karakteristik populasi.
Sebagai contoh auditor menemukan 2% kesalahan atas faktur penjualan , seandainya ia melakukan
inspeksi atas seluruh faktur penjualan. Misalkan, auditor ada 100 buah jumlah faktur penjualan
sebagai sampel dari suatu populasi. Sampel tersebut dapat dikatakan sebagai sampel yang
representative apabila auditor menemukan dua buah faktur yang mengandung kesalahan.
Disamping itu sampel harus mengandung stabilitas. Yang dimaksud disini adalah apabila
jumlah sampel ditambah atau dikurangi maka hasilnya harus sama dan tidak berubah.
Pada kenyataanya, auditor tidak dapat mengetahui apakah sampel yang diambil kerupakan
sampel yang representative, meskipun ia telah selesai melaksanakan seluruh pengujian. Auditor
maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas
sampel yang representative. Hal tersebut dapat dilaksanakan auditor dengan cara merancang dan
melakukan seleksi sampel, dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
Apa yang dimaksud risiko sampling dan apa saja yag termasuk risiko sampling?
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
B.
b.
1) RISIKO SAMPLING
Tingkat risiko sampling mempunyai hubungan yang terbalik dengan ukuran sampel.
Semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya. Sebaliknya, semakin
besar ukuran sampel, semakin rendah risiko samplingnya. Risiko sampling dapt dibedakan
atas :
a)
b)
1.
2.
2)
1.
2.
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing
control risk too high)
C.
SAMPLING STATISTIK
Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling non statistik.
Namun, tingginya biaya dapat dikompensasi dengan tingginya manfaat yang dapat
diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistik menguntungkan
manajemen dalam tiga hal berikut :
a.
a. Attribute sampling
b. Variables sampling
2)
D.
Hubungan antara sampel dengan tujuan audit yang relevan yang harus dicapai.
b.
c.
d.
Karakteristik populasi.
Disamping faktor tersebut diatas auditor harus cermat dalam mempertimbangkan pula halhal berikut :
E.
1.
Pemilihan sampel
2.
VARIABLE SAMPLING
Variable sampling tepat untuk diterapkan auditor, antara lain pada :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
Mean-per-unit (MPU)
Difference estimation
Dalam sampling estimasi perbedaan ini, perbedaan dihitung untuk setiap item sampel
yang sama dengan nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Auditor kemudian
menggunakan rata-rata perbedaan untuk menghimpun estimasi nilai populasi total.
Variabilitas perbedaan tersebut digunakan untuk menentukan (achieved precision) atau
cadangan (allowance) yang dapat diterima oleh risiko sampling.
Ada empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan tehnik sampling ini, yaitu :
a. Nilai buku setiap item populasi harus dapat diketahui auditor
b. Total nilai buku populasi harus diketahui auditor
c. Jumlah keseluruhan dari nilai buku item populasi harus sama dengan total nilai buku
populasi
d. Harus ada perbedaan antara nilai audit dan nilai buku yang dapat diharapkan
3.
G. ATTRIBUTE SAMPLING
Tehnik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaannya adalah untuk
memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam
populasi.
Sampling atribut untuk pengujian pengendalian, meliputi tahap berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Menspesifikasikan risk of assessing control risk too low yang dapat diterima atau
acceptable risk of over reliance
6.
7.
8.
9.
10.
Tingkat penyimpangan yang dapat diterima sering disebut dengan tolerable deviation rate
(TDR). TDR mencerminkan tingkat penyimpangan dalam populasi yang dapat diterima auditor.
TDR mempunyai pengaruh yang signifikan atas ukuran sampel. TDR mempunyai hubungan
terbalik dengan besar kecilnya sampel. Semakin rendah TDR, semakin besar jumlah sampel yang
diperlukan auditor.
Aceptable risk of over reliance (ARO) merupakan risiko bahwa auditor menilai suatu
pengendalian berjalan efektif, padahal pada kenyataannya tingkat deviasi populasi lebih tinggi
daripada ARO. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam pemilihan ARO
yang tepat untuk situasi tertentu. Besarnya ARO tergantung dengan keekstensifan rencana
auditor untuk mengurangi tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan. ARO dipengaruhi
planned assessed level of control risk atau tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan yang
direncanakan, ARO mempunyai hubungan searah dengan planned assessed level of control
risk.Semakin tinggi Planned assessed level of control risk, semakin tinggi ARO.
Apabila penilaian aspek kuantitatif dan kualitatif atas hasil sampel mendukung kesimpulan
bahwa ada penyimpangan pengendalian, maka auditor harus menggunakan pertimbangan
profesional untuk menentukan tindakan yang tepat. Jika auditor menyimpulkan bahwa hasil
sampel tidak mendukung tingkat risiko pengendallian yang direncanakan atas suatu asersi, maka
dia harus mennilai kembali sifat, waktu, dan luas prosedur pengujian substantive.
Perlu dibedakan antara TDR dan ARO yang dipilih auditor sebelum tes dilakukan, dengan
UDL, dan ARO hasil perhitungan secara obyektif berdasarkan sampel. TDR dan ARO yang
dipilih auditor sebelum tes dilakukan, merupakan TDR dan ARO standar. Sebelum populasi
dapat diterima, UPL harus lebih kecil atau sama dengan TDR. Apabila UDL harus lebih besar
daripada TDR, maka auditor dapat melakukan empat alternative tindakan berikut :
1.
Merevisi TDR atau ARO. Langkah ini diambil apabila auditor berkesimpulan bahwa
spesifikasi sebelumnya terlalu konservatif.
2.
Menambah ukuran atau jumlah sampel. Apabila sampel ternyata tidak representative, maka
auditor dapat menambah sampel dan mengevaluasi kembali hasilnya. Peningkatan jumlah
sampel dan mengevaluasi kembali hasilnya. Peningkatan jumlah sampel akan mengurangi
UDL sehingga terjadi penuruna risiko sampling.
3.
4.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
yang diharapkan, yang meliputi :
a.
Tingkat penyimpangan sampel yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya terhadap
klien yang sama, disesuaikan dengan mempertimbangkan perubahan efektivitas
pengendalian tahun berjalan.
b.
Estimasi yang dilakukan berdasarkan tingkat resiko yang ditentukan berdasarkan bukti
efektifitas operasi prosedur dan kebijakan pengendalian tahun berjalan.
c.
Auditor menghimpun sampel kecil terlebih dahulu, kemudian berdasarkan nilai audit item
sampel ini, auditor auditor mengestimasi standar deviasi populasi.
Dalam melakukan evaluasi atas sampling atribut, auditor harus :
H.
a.
b.
c.
b.
Untuk melakukan hal itu, auditor biasanya telah membuat estimasi pendahuluan bahwa
terdapat tingkat risiko yang rendah bahwa penyimpangan dari procedure atau kebijakan struktur
pengendalian intern yang ditetapkan dalam populasi, akan melebihi tingkat penyimpangan yang
dapat diterima.
Ukuran sampel yang dirancang harus merupakan yang terbesar diantara ukuran-ukuran
sampel yang dirancang untuk masing-masing tujuab terpisah. Penilaian untuk setiap tujuan harus
dilakukan secara terpisah dengan menggunakan tingkat risiko yang sesuai untuk masing-masing
tujuan pengujian.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau
kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.Dilakukanya sampling audit adalah agar
sampel yang diperoleh representatif, yakni sampel yang mempunyai karakteristik yang sama dengan
populasi. Sampel haruslah mengandung stabilitas yang berarti apabila jumlah sampel ditambah
hasilnya tidak berubah.
Sampling audit berkaitan erat dengan ketidakpastian. Auditor menerima ketidakpastian atas dasar
adanya hubungan antara faktor-faktor biaya dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakaan
pemeriksaan atas semua data, dengan konsekuensi negative akibat kesalahan keputusan yang
didasarkan atas kesimpulan yang dihasilka dari audit terhadap data sampel semata. Ketidakpastian
meliputi ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh penggunaan sampling (risiko sampling), dan
ketidakpastian yang disebabakan faktor lain selain sampling (risiko non sampling).
Risiko sampling berkaitan dengan kemungkinan bahwa sampel yang diambil bukanlah sampel
yang representative. Risiko ini dibedakan atas risiko sampling dalam pengujian substantif atas detail.
Dan risiko sampling dalam melaksanak pengujian pengendalian. Bila dalam pengujian substantive
risiko sampling meliputi risiko keleru menerima (risiko beta), dan risiko keliru menolak (risiko alpha),
maka dalam pengujian risiko sampling meliputi risiko penentuan tingkat risiko pengendalian terlalu
tinggi.
Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling.
Risiko ini tidak akan pernah di ukur secara matematis, karena timbul akibat hal-hal seperti kesalahan
manusia, salah interprestasi dan lain sebagainya.
Dalam sampling audit terdapat dua pendekatan yaitu sampling statistik, dan sampling non
statistik. Sampling statistiklebih banyak biayanya daripada sampling non statistik, namun
manfaaatnya lebih tinggi daripada sampling non statistik. Ada dua teknik: sampling statistik yakni
attribute sampling dan variable sampling. Attribute sampling digunakan untuk pengujian
pengendalian, dan variable sampling digunakan untuk pengujian substantive. Sampling non statistik
merupakan pengambilan sampel berdasarkan kriteria subyektif. Demikian pula evaluasinya juga
berdasarkan kriteria subyektif.
Variable sampling digunakan untuk memperkirakan saldo akun dan mengusulkan penyesuaian
saldo akun agar sesuai dengan hasil estimasi statistik. Ada tiga tehnik dalam variable sampling yakni
mean per unit, different estimation, dan sampling estimasi rasio. Attribute sampling digunakan untuk
memperkirakan tingkat deviasiatau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam populasi.
Dalam merancang sampel dalam keadaan tertentu auditor dapat merancang dua jenis tujuan sekaligus,
yaitu menentukan risiko pengendalian dan menguji kebenaran jumlah moneter transaksi yang dicatat.
Hal ini dikenal dengan istilah sampel dengan tujuan ganda.