Anda di halaman 1dari 36

1

LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA


LONG CASE
Gastroenteritis Akut

Disusun Oleh :
Anna Rumaisyah Abidin
G4A014015

Pembimbing Fakultas : dr. Diah Krisnansari, M.Si


Pembimbing Lapangan : dr. Leni Kurniati Jubaidah

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2015

2
LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA
Gastroenteritis Akut

Disusun Oleh :
Anna Rumaisyah Abidin
G4A014015
Disusun untuk memenuhi laporan kepaniteraan kedokteran keluarga
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto

Disetujui dan Disahkan,


Pada tanggal, Juni 2015

Preseptor Lapangan

dr. Leni Kurniati Jubaidah


NIP.19721107.200604.2.013

Preseptor Fakultas

dr. Diah Krisnansari, M.Si .


NIP.19770202.200501.2.001

3
I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn.D
Alamat lengkap

: Ds. Banjar Anyar RT 4/3, Kec.Pekuncen, Kab.Banyumas

Bentuk Keluarga

: Nuclear Family

Tabel 1.Daftar Anggota keluarga


No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Ket
Klinik
1
Tn. D
Kepala
L
50
SMP
Buruh
T
keluarga
tahun
2. Ny.S
Istri
P
37
SD
Pedagang
T
tahun
3.
LF
Anak
P
18
SMP
Pelajar
Y
Pasien
tahun
Diare
4.
MZ
Anak
L
10
SD
Pelajar
T
tahun
Sumber : Data Primer, Juni 2015
Kesimpulan dari karakteristik demografi keluarga Sdr.LF yang berbentuk nuclear
family, dimana Sdr. LF sebagai anak pertama dari pasangan Tn. D sebagai kepala keluarga
yang bekerja sebagai buruh bangunan, Ny.S sebagai ibu rumah tangga. Saat ini Sdr. LF
tinggal bersama keduaorang tua dan adiknya Sdr. MZ.

4
II. STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang perempuan berusia 18
tahun pada tanggal 14 Juni 2015 dari Pasien rawat inap di Puskesmas Pekuncen
Kabupaten Banyumas.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Sdr. LF

Umur

: 18 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Status

: Belum Menikah

Pendidikan Terakhir

: SMP

Pekerjaan

: Pelajar

Agama

: Islam

Alamat

: Banjar Anyar RT 04/RW 03 Pekuncen

Suku

: Jawa

Kewarganegaraan

: Indonesia

Tanggal periksa

: 14 Juni 2015

C. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
: BAB cair
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang Ke IGD Puskesmas Pekuncen tanggal 14 Juni 2015 dengan
keluhan BAB cair sejak 3 jam sebelum masuk IGD puskesmas. BAB cair sebanyak 6
kali, tiap buang air besar awalnya terdapat ampas tanpa ada lendir dan darah namun
setelah buang air kedua hanya air saja yang keluar. Banyaknya sekitar setengah gelas
belimbing. Ibu pasien mencoba untuk membuat oralit untuk meringankan buang air
besar namun tidak kunjung berhenti.
Keluhan lain yang dirasakan saat sebelum BAB cair pasien mengeluhkan
perutnya terasa sakit seperti melilit, bahkan saat dan setelah buang air besar masih
dirasakan. Mual dan muntah sekitar 5 kali berisi makanan juga dikeluhkan pasien.
Pasien juga mengeluhkan kepala pusing seperti ditusuk tusuk, demam sebelumnya
disangkal oleh pasien. Beberapa hari sebelum mengeluhkan BAB cair, pasien
mengaku sedang berpergian ke rumah sanak saudara di daerah Brebes dan saat itu

5
pasien makan makanan pedas dan minum-minuman soda. Selain itu pasien juga
mengeluhkan perutnya terasa kembung dan penuh.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan yang sama

: disangkal

b. Riwayat mondok

: disangkal

c. Riwayat operasi

: disangkal

d. Riwayat asma

: disangkal

e. Riwayat alergi obat

: disangkal

f. Riwayat alergi makanan

: disangkal

g. Riwayat pengobatan

: konsumsi oralit 1 kali

4. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat keluhan sama : diakui (ibu pasien)
b. Riwayat alergi obat

: disangkal

c. Riwayat alergi makanan : disangkal


5. Riwayat Sosial dan Exposure
a.

Community
Rumah pasien berada di daerah yang padat penduduk dan dekat dari jalan raya. Jarak
antar rumah di lingkungan tersebut sekitar 2 sampai 3 meter. Lingkungan sekitar
tempat tinggal pasien jalan beraspal

b.

Home
Pasien tinggal bersama dengan kedua orang tua dan seorang adik laki-laki. Dinding
rumah pasien terbuat dari tembok, lantai sebagian ada yang terbuat dari ubin mulai
dari halaman depan sampai dapur sebagian lagi beralas tanah, atap rumah terbuat dari
genteng serta eternit menggunakan anyaman bambu. Jumlah jendela untuk ventilasi
hanya 2 yang ada di bagian depan rumah dan pencahayaan kurang cukup, namun
jarang dibuka oleh pasien. Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, ruang tamu, ruang
tengah, 1 dapur dan

kamar mandi yang saling berdekatan. Sumber air untuk

kebutuhan sehari-hari berasal dari PAM, sehingga sumber air minum pun keluarga
menggunakan air pam dan dimasak kembali. Ruangan didalam rumah tidak begitu
lembab dan cukup bersih
c.

Hobby
Pasien tidak memiliki hobi yang khusus

d.

Occupational

6
Pasien adalah seorang pelajar, setelah kelas 2 SMP pasien segera pindah ke pondok
pesantren Nuurul Quran di Bukateja,Purbalingga hingga lulus SMP dan tidak
melanjutkan lagi ke pendidikan menengah atas. Saat ini pasien masih menjadi santri
di pondok pesantren tersebut.
e.

Personal habbit
Pasien lebih sering menghabiskan waktu di pondok pesantren dan lebih sering
mengkonsumsi makanan yang ada di pondo, dan pasien mengakui bahwa pasien suka
telat saat makan. Pasien juga sering makan makanan pedas seperti sambal saat makan.
f. Drug
Pasien pertama kali mengkonsumsi oralit, sebelumnya pasien tidak pernah
mengkonsumsi obat jika sakit perut karena pasien memiliki riwayat sakit lambung
g. Diet
Pasien makan setiap hari di pondok sebanyak 2 kali sehari makan berasal dari kantin
di pondok. Makan yang dimakan terdiri dari nasi, lauk seperti tempe, telur serta sayursayuran.
6. Riwayat gizi
Pasien kesehariannya makan dua kali sehari. Ketika awal sakit pasien kurang
memiliki nafsu makan. Namun beberapa hari setelah pengobatan, makan mulai teratur
kembali
7. Riwayat Psikologi
Pasien termasuk orang yang memiliki sifat pemalu. Saat sakit pasien
menahannya dan akhirnya ibu pasien yang memaksa pasien untuk dibawa ke
puskesmas. Pasien jarang pulang ke rumah karena jadwal dari pondok pesantren yang
memberikan waktu libur dua kali dalam setahun yaitu saat Maulud Nabi dan libur
lebaran sehingga pasien jarang berinteraksi dengan tetangga disekitarnya dan pasien
lebih sering berada di rumah apabila mendapat jadwal libur.
8. Riwayat Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah ke bawah dengan
orangtua pasien yaitu ayah sebagai buruh bangunan dengan penghasilan tiap bulan
sekitar Rp500.000 per bulan.
9. Riwayat Demografi
Hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dapat dikatakan
harmonis, namun karena pasien jarang pulang kerumah. Orangtua pasien beberapa
kali menjenguk pasien di pondok pesantren.

7
10. Riwayat sosial
Hubungan dengan orang tua terjalin baik, hubungan pasien dengan tetangga
sekitar baik walaupun jarang mengikuti kegiatan bila ada perkumpulan warga.
11. Review of system
a.

Keluhan Utama

: BAB cair >6kali

b.

Kulit

: tidak ada keluhan

c.

Kepala

: Simetris, ukuran normal, sakit kepala(+)

d.

Mata

: tidak ada keluhan

e.

Hidung

: tidak ada keluhan

f.

Telinga

: tidak ada keluhan


g. Mulut

h.

Tenggorokan

: tidak ada kleuhan

i.

Pernafasan

: tidak ada keluhan

j.

Sistem Kardiovaskuler

: tidak ada keluhan

tidak ada keluhan

k. Sistem Gastrointestinal

Mual

(+),

kembung (-), nyeri perut bagian atas (+),BAB cair


(+), ampas (-), lendir/darah (-)
l.

Sistem Muskuloskeletal

: Lemas (+)

m.

Sistem Genitourinaria

: Buang air kecil normal

n.

Ekstremitas

: tidak ada keluhan

: Atas
Bawah

: tidak ada keluhan

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Sedang, kesadaran Compos Mentis
2. Status gizi
a.

BB

: 50 kg

b.

TB

: 155 cm

Kesan status gizi

: Baik (IMT 20.8 kg/m2)

3. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 90/60 mmHg
b. Nadi

:80 x /menit, reguler

c. RR

: 16 x /menit

d. Suhu

: 36,50C

8
4. Kepala

: Bentuk simetris, mesosefal


5. Rambut
: Warna hitam, distribusi merata, dan tidak
mudah dicabut
6. Kulit
: Sianosis (-), turgor kulit kembali cepat (<1
detik), ikterus (-)
7. Mata
: Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera

8. Telinga
9. Hidung

ikterik (-/-), air mata (+), mata cekung (-/-)


: Bentuk simetris, discharge (-)
: Nafas cuping hidung (-), discharge (-)
10. Mulut :
Bibir sianosis (-), mulut basah (+), Lidah kotor
(-), mukosa lidah Merah muda (+).
11. Tenggorokan : Tonsil membesar (-) dan radang (-)
12. Leher : Deviasi trakea (-), JVP (+) normal, pembesaran
kelenjar limfe (-)
13. Thoraks

Bentuk simetris normal, benjolan (-),

retraksi (-), ketinggalan Gerak (-), Suara dasar vesikuler +/+,


RBK -/Jantung
Inspeksi

: Benjolan (-), tanda radang (-), jejas (-), dan lesi (-).

Auskultasi

: Bunyi jantung normal, murmur (-), gallop (-)denyut jantung


reguler

Palpasi

: Kardiomegali (-), nyeri tekan (-)

Perkusi

: Normal redup

Pulmo
Inspeksi

: Bentuk dada normal simetris, retraksi (-), gerakan parusimetris,


benjolan (-), tanda radang (-), jejas (-), lesi (-)

Palpasi

: Nyeri tekan (-), retraksi (-)

Perkusi

: Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri

Auskultasi

: Vesikular normal, wheezing (-)

13. Punggung

: Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

14. Abdomen
Inspeksi

: Datar, asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-), tanda radang (-)

Auskultasi

: Bising usus (+) meningkat

Palpasi

: Nyeri tekan (+) epigastrum, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: Timpani

15. Genitalia

: Tidak dilakukan

9
16. Anorektal

: Tidak dilakukan

17. Ekstremitas
Superior

: Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (+/+)

Inferior

: Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (+/+)

E. Pemeriksaan Penunjang
F. Resume
Seorang perempuan berusia 18 tahun dengan keluhan utama BAB cari sejak 3
jam sebelum masuk IGD puskesmas Pekuncen. Pasien merupakan pasien rawat inap
di Puskesmas Pekuncen. BAB cair dirasakan 3 jam sebelum masuk IGD puskesmas,
mual muntah serta perut sakit dirasakan pasien. Pasien saat ini lebih banyak tinggal di
pondok pesantren, namun saat liburan pasien pulang kerumah. Selain pasien, ibu
pasien juga mengalami hal keluhan yang sama. Sebelumnya pasien dan keluarga
berpergian ke rumah saudara di Brebes dan mengkonsumsi soda serta buah.
Kebiasaan pasien yang suka makan sambal memicu kondisi pasien beberapa hari
sebelum sakit mengalami perut kembung.
G. Diagnosis Holistik
1. Aspek personal
Sdr. LF usia 18 tahun tinggal bersama orangtua dan adik dengan bentuk keluarga
nuclear family. Sdr LF menderita Gastroenteritis Akut
a. Idea

Pasien berpikir bahwa dengan berobat penyakitnya bisa

sembuh total
b. Concern

: Pasien merasa penyakit tersebut agak mengganggu

aktivitas sehari-harinya
c. Expectacy

: Pasien mempunyai harapan penyakitnya segera

sembuh agar dapat kembali seperti biasa


d. Anxiety : Pasien pada awalnya merasa cemas pada penyakitnya, namun
setelah memulai pengobatan pasien merasa tidak begitu cemas. Pasien
mengerti bahwa penyakit ini dapat disembuhkan.
2. Aspek klinis
Diagnosis kerja : Gastroenteritis Akut

10
3. Aspek faktor intrinsik
Penyakit tampak mengganggu psikologis pasien, hal itu dapat diketahui dari pasien
yang menceritakan kekhawatirannya akan kesembuhan. Selain itu pasien pun merasa
kesepian karena keluarga pasien jauh dan jarang bertemu.
4. Aspek faktor ekstrinsik
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk dalam lingkungan yang jalan sudah
berasapal. Ventilasi cukup dan jendela dibuka tiap pagi. Pendidikan pasien hanya
sampai SMP, sehingga pengetahuan mengenai penyakitnya kurang.
5. Aspek skala penilaian fungsi sosial
Pasien mempunyai aspek skala penilaian 2, pasien mampu melakukan pekerjaan
ringan sehari-hari di dalam dan di luar rumah.
H. Penatalaksaan
Non Medika mentosa
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Istirahat yang cukup


Minum obat secara teratur
Penjelasan tentang penyakit Gastroenteritis pada keluarga dan edukasi pasien
Mengatur pola makan yang baik
Dukungan psikologis
Makan makanan yang bergizi (tidak mengandung asam dan pedas)

Medikamentosa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
I.

Inj. Ampicilin 2x1 gr


Loperamid extra
Domperidon 1 Tab
Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab
Domperidon 10 mg 3 x 1 tab
Zink 20 mg 1 x 1 tab
Drip Vertiform 1 amp (ekstra)

FOLLOW UP
Senin, 15 Juni 2015
S : BAB cair (+), terdapat ampas, lendir/darah (-), mual, muntah
O :Keadaan umum tampak sedang, mata cekung (-), air mata (+), mulut basah, tidak
tampak haus, turgor kulit kembali cepat (<1 detik), nyeri tekan epigastrik
Tanda vital :
T : 100/60

RR: 18 x/menit

N : 86 x/menit

S :36,70C

A : Gastroenteritis Akut

11
P : Terapi medikamentosa, non medika mentosa selain itu juga dilakukan dukungan
psikologis,
Senin, 16 Juni 2015
S : BAB cair (-) sudah padat, perut sakit dan perih.
O :Keadaan umum tampak sedang, mata cekung (-), air mata (+), mulut basah, tidak
tampak haus, turgor kulit kembali cepat (<1 detik), nyeri tekan epigastrik
Tanda vital
T : 120/70

RR : 20 x/menit

N : 80 x/menit

S : 36.30C

A : Gastroenteritis Akut
P : Terapi medikamentosa, non medika mentosa selain itu juga dilakukan penjelasan
mengenai cara mencegah terjadinya penyakit ini berulang
Kamis , 18 Juni 2015
S : Badan lemas
O :Keadaan umum tampak sedang, nyeri tekan epigastrik (-)
Tanda vital
T : 110/70

RR : 20 x/menit

N : 84 x/menit

S : 36 0C

A : Gastroenterotis Akut
P : Terapi medikamentosa, non medika mentosa selain itu juga dilakukan penjelasan
mengenai cara mencegah terjadinya penyakit yang diderita, serta edukasi menegnai
perilaku hidup bersih dan sehat
Sabtu, 20 Juni 2015
S : Badan tidak lemas, buang air lancar tidak cair, mual mulai berkurang.
O : Keadaan umum sehat, nyeri tekan epigastrik (-)
Tanda Vital
T : 110 / 60

RR : 21 x / menit

N : 72 x/ menit

: 35 C

A : Gastroenteritis Akut
P : nonmedikamentosa mengenaik penjelasan mengenai tentang penyakit yang diderita
serta edukasi pola makan.

12

I. Flow Sheet
Nama
: Sdr. LF
Diagnosis : Gastroenteritis Akut
Tabel 2.1 Flow Sheet
No Tanggal
Problem
1. 15-06-2015 BAB
cair,
mual,
muntah
2. 16-06-2015 Kadang
batuk
berdahak
3.

18-06-2015

Kadang
batuk
berdahak

4.

20 -06-2015 Badan
tidak
lemas,
BAB
lancar
tidak
cair,
mual
tidak ada

Tanda vital
TD : 100/60 mmHg
N : 86 x/menit
RR: 18 x/ menit
S : 36,7 o C
TD : 120/70
N : 80x/menit
RR: 20 x/ menit
S : 36.3 o C
TD : 110/70
N : 84x/menit
RR: 20 x/ menit
S : 36o C
TD: 110/60
N: 72x/menit
RR : 21x/menit
S: 35C

Plan
Terapi
medikamentosa

Target
Menyembuhkan
dan mencegah
kekambuhan

Terapi
medikamentosa

Menyembuhkan
dan mencegah
kekambuhan

Terapi
medikamentosa

Menyembuhkan
dan mencegah
kekambuhan

Terapi Non
medikamentosa

Mencegah
kekambuhan

K. Master of Problem List


Tabel 2.2 Master of Problem List
MASTER PROBLEM LIST
Prob Approx.
Date
Active Problems
Inactive/Resolved
lem Date of
Problem
Problems
Num Onset
Recorded
ber
1.

2015

16-06-2015

Gastroenteritis Akut

Date
Resolved

13
III.IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1.

Fungsi Biologis
Keluarga Sdr. LF (18 tahun) merupakan keluarga dengan bentuk nuclear
family. Sdr. LF saat ini tinggal bersama kedua orang tua yakni Tn. D (50 tahun)
dan Ny. S (37 tahun) dan 1 adik laki lakinya Sdr.MZ (10 tahun).. Saat ini pasien
dan ibu pasien baru kali ini mengalami penyakit ini

2.

Fungsi Psikologis
Sdr.LF tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan adik laki lakinya.
Ayah pasien yakni Tn. D bekerja sebagai buruh kayu yang saat ini bekerja di sekitar
Kecamatan Pekuncen, namun beberapa tahun lalu Tn. D bekerja hingga ke luar kota
seperti daerah Jakarta dan Kalimantan. Sehingga, jarang sekali pulang ke rumah.
Sedangkan Ny. S berdagang pecel keliling di sekitar desa Banjar Anyar tiap pagi
hingga sore hari, dan pasien pun tinggal di pondok pesantren sehingga komunikasi
tetap berjalan walaupun tidak begitu intens apabila pasien berada di rumah.

3.

Fungsi Sosial
Sdr. LF kurang aktif apabila ada kegiatan di wilayah sekitar, pasien cenderung
pemalu dan jarang bermain dengan teman di luar rumah. Sehingga pasien lebih sering
dikunjungi teman temannya dan bermain di rumah. Namun, bila ada pengajian
sesempat mungkin pasien menghadiri acara tersebut bila pasien pulang ke rumah. Saat
pulang kerumah, pasien lebih senang menghabiskan waktu berada di rumah dan di
kamar.

4.

Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Pasien seorang pelajar sehingga pasien medapatkan kebutuhan uang dari ayah
pasien yaitu sekitar Rp.500.000 adanya tambahan dari hasil dagang ibu pasien dari hasil
jualan pecel sekitar Rp. 100.000 - 150.000/hari. Biaya pengobatan pasien di Puskesmas
menggunakan BPJS Jamkesmas. Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dari orang tua
pasien dirasa cukup.

14
B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE
disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata
untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 =
jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.
Tabel 3.1 Nilai APGAR dari Sdr. LF (Penderita)
A.P.G.A.R Ny.K terhadap keluarga

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 9

Hampir
selalu

Kadangkadang

Hampir
tidak
pernah

Tabel 3.2 Nilai APGAR dari Tn. D (Ayah penderita)


A.P.G.A.R Tn.D Terhadap Keluarga

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah

Hampir
selalu

Kadangkadang

Hampir
tidak
pernah

15
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 8

Tabel 3.3 Nilai APGAR dari Ny. S (Ibu penderita)


A.P.G.A.R Ny.S terhadap keluarga

Hampir
selalu

Kadangkadang

Hampir
tidak
pernah

Kadang-

Hampir

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10

Tabel 3.4 Nilai APGAR dari Sdr.M (Adik penderita)


A.P.G.A.R Ny.S terhadap keluarga

Hampir

16
selalu
A

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10

kadang

tidak
pernah

A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (8+9+10+10)/4


= 9.45
Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien baik
Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 37, sehingga ratarata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 9.45. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi
fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan baik.

17
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
Fungsi patologis dari keluarga Sdr.LF dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M sebagai
berikut :
Tabel 3.2. SCREEM
SUMBER
Social

Cultural

Religion

Economic

Education

Medical

PATOLOGI
KET
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga
+
dengan saudara, partisipasi pasien dalam kegiatan
kemasyarakatan kurang aktif. Penderita menghabiskan
waktunya di rumah apabila pulang dari pondok
pesantren.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal
ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya
yang masih diikuti. Mengikuti acara-acara yang bersifat
pengajian, sunatan, dll. Menggunakan bahasa jawa, tata
krama dan kesopanan.
Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik,
hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang
rutin menjalankan sholat lima waktu, serta ayah pasien
yang juga mengajar di mushola dekat rumah
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah,
untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski
belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana
ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas
untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
Pendidikan anggota keluarga khususnya orang tua
+
renda.Pendidikan dan pengetahuan dari penderita serta
SMP. Penderita belum mengerti sepenuhnya mengenai
penyakit yang diderita dan bahayanya.
Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga
+
menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan
kartu Jamkesmas (BPJS) untuk berobat. Penderita
mengaku ketika sakit akan mencoba untuk mengobati
sendiri terlebih dahulu.

Keterangan :

Sosial (+) artinya penderita kurang berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.


Education (+) artinya Sdr LF masih memiliki pengetahuan yang kurang,
khususnya mengenai penyakit yang diderita

Medical (+) artinya Keluarga Sdr LF menggunakan kartu Jamkesmas (BPJS)


dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

Kesimpulan :

18
Dalam keluarga Sdr.LF fungsi patologis yang positif adalah social, education dan
medical.
D. GENOGRAM
Alamat

: Banjar Anyar RT 4RW 3 Kecamatan Pekuncen


Kabupaten Banyumas - Jawa Tengah

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Keterangan :
= pasien Gastroenteritis Akut
= tinggal 1 rumah
= meninggal
Sumber : Data primer, Juni 2015
Kesimpulan :
Dari genogram keluarga Sdr.LF ada anggota keluarga yang memliki keluhan
sama yaitu ibu Pasien

E. Informasi Pola Interaksi Keluarga

19

Tn. D

Ny. S

Sdr LF

Sdr MZ

Sumber : Data Primer,Juni 2015


Keterangan :

hubungan baik

Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga dinilai harmonis dan saling
mendukung.

20
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku
1. Faktor Perilaku
Perilaku di dalam keluarga Sdr. LF ini sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan pengetahuan pada anggota keluarga, terutama perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan. Keluarga ini menyadari arti penting kesehatan, namun hal ini
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan di bidang kesehatan. Pasien memiliki kebiasaan
tidak tepat waktu saat makan, memiliki kebiasaan menkonsumsi sambal sebagai
pelengkap makanan, serta mengkonsumsi minuman soda.
Pengetahuan pasien mengenai penyakit gastroenteritis atau biasa disebut dengan
muntaber ini masih kurang, saat pasien mengalami gejala buang buang air dan
muntah serta mual sampai berkali kali pasien tetap ingin dirawat di rumah dan tidak
mau dibawa ke puskesmas. Pasien hanya mengetahui bila di obati dengan obat diare
saja dan minum oralit akan sembuh. Namun karena paksaan dari ibu pasien untuk
segera dibawa ke puskesmas akhirnya pasien menuruti saran ibunya.
2. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga menengah ke
bawah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari ayah pasien yang bekerja
sebagai buruh kayu dan ibu pasien sebagai pedagang pecel keliling.
Rumah yang dihuni keluarga ini berada di lingkungan padat penduduk dengan
jalanan terdiri dari jalan aspal. Jarak antar rumah satu dengan yang lain hanya berjarak 10
15 meter. Lingkungan sekitar rumah juga banyak terdapat kandang ayam di tiap rumah.
Dinding rumah pasien terbuat dari tembok, sebagian beralas ubin namun sebagian lagi
beralas tanah, atap rumah terbuat dari genteng dan memiliki eternit dari anyaman bambu.
Ruang ventilasi cukup, dan dibuka jendela pada pagi hari agar matahari dapat masuk.
Bagian rumah belakang dekat dapur terdapat banyak tumpukan tumpukan peralatan seperti
meja, peralatan masak, dan kayu kayu karena belum sempat dibersihkan.
Keluarganya ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Pasien kurang
memperhatikan kesehatannya, apabila pasien sakit biasanya tidak langsung dibawa ke
puskesmas. Sebisa mungkin diobati sendiri dulu sakit yang diderita. Jarak antara kamar
mandi dan dapur juga sangat dekat kaena bersebelahan. Makanan yang sudah dimasak
oleh ibu pun di taru di dapur dengan ditutupi tanpa tudung saji namun dengan
menggunakan piring.

21

22
Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku
Lingkungan:
Lingkungan
rumah cukup
bersih

Pengetahuan :
Pasien kurang
memahami
penyakitnya

Sikap:
Perhatian keluarga
terhadap penyakit
penderita cukup
baik

Keluarga
Sdr LF

Keturunan:
Dari keluarga ibu
pasien mengalami
keluhan yang sama

Tindakan
Dibawa kedokter
setelah pasien
mengalami
keluhan lebih
berat

Pelayanan
Kesehatan:
Jika sakit berobat ke
puskesmas

Individu:
Kebiasaan pasien
telat makan, dan
mengkonsumsi
minuman soda,
sambal
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku

A. Identifikasi Lingkungan Rumah


1. Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran kurang lebih 70 m2 didaerah
padat penduduk. Rumah ini mempunyai 1 lantai. Pasien dan keluarganya tinggal
di pedesaan dengan bentuk bangunan tidak bertingkat. Rumah pasien dihuni oleh
3 orang penghuni yaitu pasien beserta orang tua dan adiknya. Lantai rumah
pasien sebagian terbuat dari ubin dan sebagian masih beralaskan tanah. Dinding
terbuat dari tembok, atap terbuat dari genteng menggunakan eternit.
2. Denah Rumah

23
Di dalam rumah pasien terdapat 5 buah ruangan terdiri dari ruang tamu, 2 kamar
tidur serta ruang tengah, kamar mandi yang bersebelahan dengan dapur, Jumlah
jendela sebagai tempat ventilasi cukup, pasien selalu membuka jendela tiap pagi
khususnya jendela di ruang tamu.Bagian belakang keat dapur ada ruangan kosong
yaitu dapur kotor dengan tungku dan tumpukan kayu.Sumber air yang digunakan
berasal dari PAM, dan air sudah jernih.
D

Tampak depan
Keterangan :
A = Ruang tamu
B = Kamar tidur
C = Km.Mandi
D = Dapur bersih
E = Dapur kotor
F= ruang tengah

V. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA

24

A.

Masalah medis :
Gastroenteritis Akut
B. Masalah non medis :
1. Sdr LF kurang paham mengenai penyakitnya
2. Kebiasaan Sdr LF mengkonsumsi makanan pedas dan minuman soda.
3. Tingkat pengetahuan keluarga Sdr.LF tentang kesehatan kurang.
C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktorfaktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

1.Sdr LF kurang paham mengenai penyakitnya

biasaan Sdr LF mengkonsumsi makanan pedas dan minuman soda


3. Tingkat pengetahuan keluarga Sdr LF tentang kesehatan kurang
Sdr LF 18 th
GEA

25
D. MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)
Tabel 5.1 Matrikulasi masalah
N.

1.
2.

3.

Daftar Masalah

SB

Sdr LF kurang paham


mengenai penyakitnya
Kebiasaan Sdr LF
mengkonsumsi
makanan pedas dan
minuman soda

Tingkat
keluarga
tentang
kurang

pengetahuan
Sdr
LF
kesehatan

R
Mn

Jumlah
IxTxR
Ma

M
o
4

32000

6480

5184

Keterangan :
I

: Importancy (pentingnya masalah)

: Prevalence (besarnya masalah)

: Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB

: Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

: Technology (teknologi yang tersedia)

: Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn

: Man (tenaga yang tersedia)

Mo

: Money (sarana yang tersedia)

Ma

: Material (pentingnya masalah)

Kriteria penilaian :
1

: tidak penting

: agak penting

: cukup penting

: penting

: sangat penting

E. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Ny. K
adalah sebagai berikut :

26
1. Sdr LF kurang paham mengenai penyakitnya
2. Kebiasaan Sdr LF mengkonsumsi makanan pedas dan minuman soda.
3. Tingkat pengetahuan keluarga Sdr.LF tentang kesehatan kurang.
F. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA
1.

Tujuan
Tujuan Umum
Setelah diberikan konseling mengenai Gastroentertis diharapkan penderita dan
keluarganya lebih memahami dan mengetahui menangani penyakit tersebut.
Tujuan Khusus :
Setelah diberikan konseling mengenai Gastroenteritis diharapkan penderita beserta
keluarganya dapat :
a. Mengetahui tentang pengertian Gastroenteritis.
b. Mengetahui tentang penyebab utama dari gastroenteritis.
c. Mengetahui cara pencegahan gastroenteritis.
d. Mengetahui penanganan awal apabila terjadi gastroenteritis.

2. Materi
Edukasi kepada pasien beserta keluarganya mengenai pengertian penyebab,
oencegahan serta penanganan awal dari gastroenteritis
3. Cara pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah ditentukan bersama.
Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan konseling kepada pasien dan keluarga,
dalam suatu pembicaraan santai sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh
pasien dan keluarga.
4. Sasaran
Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarganya.
5. Target Waktu
Hari/ Tanggal : Sabtu, 20 Juni 2015
Tempat: Desa Banjar Anyar RT4/3 Kec. Pekuncen
Waktu

: 17:00 WIB

27
6. Cara Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan memberikan 4pertanyaan berdasarkan materi yang
disampaikan kepada pasien. Apabila pasien dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan, maka dapat disimpulkan sudah mengetahui dan memahami materi.Sdr LF
dapat menjawab 4 pertanyaan, sehingga tingkat keberhasilannya adalah 100%.
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah kurang pahamnya pasien mengenai
penyakitnya dan kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas dan minuman soda.
Pembinaan Keluarga Yang Telah Dilakukan
Tanggal
18 Juni
2015

20Juni
2015

Kegiatan yang dilakukan

Anggota
keluarga
yang terlibat
1. Mengkaji pengetahuan pasien Pasiendan ibu
tentang
penyakit
pasien
Gastroenteritis Akut (GEA)
2. Memberikan
penjelasan
tentang :

Pengerti
an GEA

Penyeba
b GEA

Tanda
dangejalaGEA

Pencega
han terjadi GEA

Makana
n yang baik dikonsumsi
3. Menganjurkan pasien untuk
periksa Puskesmas apabila sudah
ada tanda-tanda dari GEA sejak
awal
1. Menanyakan ulang apa saja
Pasien
yang telah dijelaskan.
2. Menjelaskan kembali apa yang
belum atau pasien lupa tentang
yang sudah dijelaskan

Hasil kegiatan
Pasien
memahami apa
yang
telah
disampaikan
mengenai GEA

Pasien sudah
mengerti
tentang apa
yang di
anjurkan

28

VI. TINJAUAN PUSTAKA


A. Gastroenteritis Akut (GEA)
Gastroenteritis atau biasa disebut diare akut adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau (setengah padat). Kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam dan berlangsung kurang dari 15 hari.
Sedangkan menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, diare
akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair / lembek dengan jumlah lebih banyak
dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari (Simadibrata & Daldiyono, 2009).
B. Etiologi (Simadibrata, 2008) :
1. Infeksi
a.

Virus

(30-40%)

Rotavirus,

Norwalk virus
b.

Bakteri dan parasite (20%-30%


diare) : Campylobakter jejuni, Salmonella, Shigella, E.coli (30% diare
infektif berdarah), Entamoeba

c.
d.

Helminth : Strongyloides
Infeksi lain :ototis media, sepsis,
penyakit menular seksual

2. Non Infeksi
a.

Diare osmotic : pada diare ini

Natrium tinja rendah ( 30-40 mEq/L), diare air, disebabkan kerusakan


microvilli usus, obat atau makanan / minuman yang hiperosmotik sehingga
terjadi diare
b.

Diare sekretorik : pada diare ini


Natrium tinja tinggi (60-120 mEq/L), diare air disebabkan laksans yang

c.

meningkatkan sekresi usus, infeksi, dan lain lain.


Penyebab obstruksi usus, asupan
toksik, keadaan inflamatorik dan alergi (intoleransi laktosa, spru seliak,
efek samping obat).

B. Pathogenesis
1.

Diare Osmotik (Berhman et al., 2000 ;


Suharyono et al., 2014)

29
Penyebab dasar, kelainan non infeksi yang mengganggu morfologi mukosa
usus halus adalah gangguan imunologi.Kelainan yang mengenai morfologi mukosa
bisa menyebabkan diare osmotik maupun sekretorik, tergantung pada tingkat cedera
villi dan panjangnya usus yang terkena.
Gangguan morfologi mukosa usus halus ini dapat menyebabkan diare osmotik
akibat hilangnya permukaan absorbsi usus serta perubahan fungsi pada kapasitas
absorbsi sepanjang unit kripta-vilus akibat meningkatnya pergantian epitel.Upaya
kompensasi untuk pembaruan epitel bisa mengakibatkan naiknya angka migrasi ke
atas unit kripta-vilus sehingga sel imatur menempati vilus apikal.
Diare osmotik biasanya disebabkan oleh solute yang sulit diabsorbsi di dalam
usus. Makanan yang tidak diserap atau tidak dicerna, misalnya laktosa (dari susu)
merupakan makanan yang baik bagi bakteri. Di dalam usus besar, laktosa ini akan
difermentasikan oleh bakteri anaerob menjadi molekul yang lebih kecil, misalnya H 2,
CO2, H2O dan sebagainya dan menyebabkan tekanan osmotik di dalam lumen usus
meningkat. Keadaan dalam lumen usus yang hiperosmoler akan menyebabkan
terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus yang diikuti oleh peningkatan peristaltik usus
(hiperperistaltik) sehingga timbul diare.

2. Diare Sekretorik (Suahryono et al., 2014)


Sekresi usus yang disertai sekresi ion secara aktif merupakan faktor penting
pada diare sekretorik. Perbedaan fungsional unit kripta vilus menerangkan mengapa
dapat timbul diare sekretorik. Fungsi utama sel-sel vilus tersebut adalah absorbsi dan
fungsi sel kripta terutama adalah sekresi.Absorbsi akhir solut dan air tergantung pada
efisiensi fungsi transportasi tepi bersilia (brush border) dan membran basolateral
enterosit pada vilus dan pada permeabilitas ion jalur para seluler (sambungan rapat antara
sel epitel dan ruang interstitial) vilus untuk mengabsorbsi air dan klorida secara aktif
disekresikan pada bagian basal dan kripta.Gangguan yang merusak enterosit dari vilinya
dengan demikian dapat menyebabkan kebocoran membran dan sekresi akhir.Hiperplasi
sel kripta dalam upaya memperbaharui epitel sebagai respon terhadap jejas dapat
menambah masalah dengan meningkatnya kapasitas sekresi klorida aktif.
Pengetahuan terakhir mekanisme ini didapat dari penelitian diare karena
infeksi enteral (bakteri lain terutama vibrio cholerae). Patogenesis terjadinya diare oleh

30
karena bakteri pada garis besarnya adalah sebagai berikut : Bakteri masuk ke dalam
traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalam traktus digestivus tersebut.
Bakteri ini kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga
terjadi peningkatan aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin bersifat tidak tahan panas,
disebut labile toxin = LT) atau enzim guanil siklase (bila toksin bersifat tahan panas,
disebut stable toxin = ST). Sebagai akibat peningkatan aktivitas enzim-enzim ini akan
terjadi peningkatan cAMP (cyclic Adenosine monophospate) atau cGMP (cyclic
guanosine monophospate), yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi klorida,
natrium dan air dari dalam sel ke lumen usus ke dalam sel. Hal ini akan menyebabkan
peninggian tekanan osmotik di dalam lumen usus (hiperosmoler). Kemudian akan terjadi
hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam lumen usus,
sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus halus ke lumen usus besar (kolon).
Dalam keadaan normal, kolon orang dewasa dapat menyerap sebanyak 4400
mL cairan sehari, karena itu produksi atau sekresi cairan sebanyak 4500 mL sehari belum
menyebabkan diare. Bila kemampuan penyerapan kolon berkurang, atau sekresi cairan
melebihi kapasitas penyerapan kolon, maka akan terjadi diare. Pada kolera sekresi cairan
dari usus halus ke usus besar dapat mencapai 10 liter atau lebih sehari.Oleh karena itu
diare pada kolera biasanya sangat hebat, suatu keadaan yang disebut diare profus.
Penegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung
penyebab penyakit dasarnya.Keluhan diare berlangsung kurang dari 15
hari.Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air
dan sering berhubungan dengan malabsorbsi, dan dehidrasi sering
ditemukan.Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja
berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah, dan ada sensasi ingin ke
belakang.Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu
nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air,
malabsorptif atau berdarah tergantung bakteri pathogen yang spesifik.
2. Pemeriksaan fisik
Perlu diperiksa adanya tanda dehidrasi atau tdak. Dehidrasi dapat timbul jika
diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah, terutama pada
anak kecil dna lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang
meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap,

31
tidak mampu berkeringat dan perubahan ortostatik.Pada keadaan berat dapat
mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan
dan nyeri kepala.
Dehidrasi
menurut

keadaan

klinisnya

dapat

dibagi

atas

tingkatan(Simadibrata, 2008) :
- Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB), gambaran klinisnya turgor
-

kurang, suara serak , foxcholerica, pasien belum jatuh pada presyok.


Dehidrasi sedang atau hilang cairan 5-8% BB, turgor buruk, suara
serak, pasien jatuh dalam presyok/syok, nadi cepat, napas cepat dan

dalam.
Dehidrasi berat atau hilang 8-10% BB, tanda dehidrasi sedang +

kesadaran menurun (apatis koma), otot otot kaku, sianosis.


Kelainan kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna
dalam menentukan diare daripada mennetukan penyebab diare.Status volume
dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan
nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas.Pemeriksaan abdomen yang
seksama merupakan hal yang penting.Adanya dan kualitas bunyi usus dan
adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan tanda
bagi penentuan etiologi (Daldiyono, 2009).
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah (Mansjoer et al,
2012):
- Pemeriksaan darah tepi lengkap
- Pemeriksaan tnja lengkap
- Pemeriksaan urin lengkap
- Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan berat
jenis plasma
D. Penatalaksanaan (Simadibrata, 2008) :
1. Rehidrasi, merupakan pengobatan utama pada diare akut, untuk mengganti cairan
dan elektrolit yang hilang karena diare. Rehidrasi pada pasien yang masih dapat
minum per oral dapat diberikan per oral misal oralit dan lain lain. Pada pasien
yang muntah muntah dan tidak dapat minum diberikan rehidrasi melalui parenteral
berupa cairan infus RL atau asering dan lain lain. Macam macam pemberian
cairan rehidrasi :
Berat jenis plasma dengan rumus :
BJ plasma1,025
Kebutuhan cairan=
x Berat badan x 4 ml
0,001
Metode Pierce berdasarkan klinis :
- Dehidrasi ringan : cairan : Kebutuhan perhari (30-40cc/kgBB/hari) + 5% BB

32
- Dehidrasi sedang : cairan : Kebutuhan perhari (30-40cc/kgBB/hari) + 8% BB
- Dehidrasi berat : cairan : Kebutuhan perhari (30-40cc/kgBB/hari) + 10% BB
c. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis :
Skor
Kebutuhan cairan=
x 10 x kgBB x 1 L
15
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral.
Bila skor atau lebih sama dnegan 3 disertai syok diberikan cairna per intravena.
Bila dehidrasi sedang atau berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infus
pembuluh darah.Sedangkan dehidrasi ringan / sedang masih dapat diberikan
cairan peroral atau selang nasogastric, kecuali ada kontraindikasi.
Pemberian cairan rehidrasi terbagi atas :
1. 2 jam pertama (inisial) : jumlah total cairan menurut rumus BJ plasma
atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam.
2. 1 jam berikut/ jam ketiga : pemberian diberikan berdasarkan kehilangan
cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila
tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per
oral.
3. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan
cairan melalui tinja, dan insensible water loss (IWL)
2. Diet atau nutrisi
Selain rehidrasi, pasienperlu diberikan nutrisi oral atau parenteral sesuai dengan
kebutuhannya.
3. Obat anti diare
Obat obat ini digunakan unuk mengurangi gejala dan cairan yang hilang yang
banyak dipakai antara lain derivate opioid (loperamid, difenoksilat-atropin), bismuth
subsalysilate, obat pengeras tinja (atalpugit), obat anti sekretorik (hidrasec)
4. Antimikroba atau antibiotik
Pada diare infektif diberikan antibiotik atau antiparasit atau antijamur tergantung
penyebabnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1.

Dapat disimpulkan bahwa Sdr LF menderita gastroenteritis akut. Penderita menjalani


terapi medikamentosa dengan baik.

2.

Segi Biologis : gastroenteritis akut

3.

Segi Psikologis : Kondisi psikologis baik walaupun jauh dengan orang tua, namun
pasien masih dapat berhubungan dengan orangtua secara intens.Hubungan antara
anggota keluarga terjalin akrab, harmonis, dan hangat

33
4.

Segi Sosial

: Pasien kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, dan pasien

kurang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan.


B. SARAN
1. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit gastroenterits mulai dari penyebab
hingga hal hal yang dapat mengakibatkan penyakit ini memburuk, serta mengedukasi
mengenai diet yang harus dikonsumsi.
2. Berperilaku sehat dan menjaga pola makan serta meningkatkan kebersihan lingkungan
dan diri.

Daftar Pustaka
1. Berhman, R., M.D., Vaughan III, V.C., M.D., 2000. Diare Kronis : dalam Nelson
Ilmu Kesehatan Anak, Bagian I, EGC, Jakarta. hal 1345-1360.
2. Daldiyono dan Simadibrata. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi
Diare Akut. Jakarta : Interna Publishing.

V-

3. Simadibrata,M. 2008.LIMA PULUH MASALAH KESEHATAN DI BIDANG


ILMU PENYAKIT DALAM- Diare Akut. Jakarta : Interna Publishing, hal 101 - 107

34
4. Suharyono, Boediarso A, Halimun EM, 2014. Gastroenterologi Anak Praktis, FKUI.
Jakarta: Gaya Baru hal 85-88.

Dokumentasi Kegiatan

35

36

Anda mungkin juga menyukai