Disusun Oleh :
Anna Rumaisyah Abidin
G4A014015
2
LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA
Gastroenteritis Akut
Disusun Oleh :
Anna Rumaisyah Abidin
G4A014015
Disusun untuk memenuhi laporan kepaniteraan kedokteran keluarga
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
Preseptor Lapangan
Preseptor Fakultas
3
I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn.D
Alamat lengkap
Bentuk Keluarga
: Nuclear Family
4
II. STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang perempuan berusia 18
tahun pada tanggal 14 Juni 2015 dari Pasien rawat inap di Puskesmas Pekuncen
Kabupaten Banyumas.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Sdr. LF
Umur
: 18 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Status
: Belum Menikah
Pendidikan Terakhir
: SMP
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
Alamat
Suku
: Jawa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Tanggal periksa
: 14 Juni 2015
C. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
: BAB cair
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang Ke IGD Puskesmas Pekuncen tanggal 14 Juni 2015 dengan
keluhan BAB cair sejak 3 jam sebelum masuk IGD puskesmas. BAB cair sebanyak 6
kali, tiap buang air besar awalnya terdapat ampas tanpa ada lendir dan darah namun
setelah buang air kedua hanya air saja yang keluar. Banyaknya sekitar setengah gelas
belimbing. Ibu pasien mencoba untuk membuat oralit untuk meringankan buang air
besar namun tidak kunjung berhenti.
Keluhan lain yang dirasakan saat sebelum BAB cair pasien mengeluhkan
perutnya terasa sakit seperti melilit, bahkan saat dan setelah buang air besar masih
dirasakan. Mual dan muntah sekitar 5 kali berisi makanan juga dikeluhkan pasien.
Pasien juga mengeluhkan kepala pusing seperti ditusuk tusuk, demam sebelumnya
disangkal oleh pasien. Beberapa hari sebelum mengeluhkan BAB cair, pasien
mengaku sedang berpergian ke rumah sanak saudara di daerah Brebes dan saat itu
5
pasien makan makanan pedas dan minum-minuman soda. Selain itu pasien juga
mengeluhkan perutnya terasa kembung dan penuh.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan yang sama
: disangkal
b. Riwayat mondok
: disangkal
c. Riwayat operasi
: disangkal
d. Riwayat asma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
g. Riwayat pengobatan
: disangkal
Community
Rumah pasien berada di daerah yang padat penduduk dan dekat dari jalan raya. Jarak
antar rumah di lingkungan tersebut sekitar 2 sampai 3 meter. Lingkungan sekitar
tempat tinggal pasien jalan beraspal
b.
Home
Pasien tinggal bersama dengan kedua orang tua dan seorang adik laki-laki. Dinding
rumah pasien terbuat dari tembok, lantai sebagian ada yang terbuat dari ubin mulai
dari halaman depan sampai dapur sebagian lagi beralas tanah, atap rumah terbuat dari
genteng serta eternit menggunakan anyaman bambu. Jumlah jendela untuk ventilasi
hanya 2 yang ada di bagian depan rumah dan pencahayaan kurang cukup, namun
jarang dibuka oleh pasien. Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, ruang tamu, ruang
tengah, 1 dapur dan
kebutuhan sehari-hari berasal dari PAM, sehingga sumber air minum pun keluarga
menggunakan air pam dan dimasak kembali. Ruangan didalam rumah tidak begitu
lembab dan cukup bersih
c.
Hobby
Pasien tidak memiliki hobi yang khusus
d.
Occupational
6
Pasien adalah seorang pelajar, setelah kelas 2 SMP pasien segera pindah ke pondok
pesantren Nuurul Quran di Bukateja,Purbalingga hingga lulus SMP dan tidak
melanjutkan lagi ke pendidikan menengah atas. Saat ini pasien masih menjadi santri
di pondok pesantren tersebut.
e.
Personal habbit
Pasien lebih sering menghabiskan waktu di pondok pesantren dan lebih sering
mengkonsumsi makanan yang ada di pondo, dan pasien mengakui bahwa pasien suka
telat saat makan. Pasien juga sering makan makanan pedas seperti sambal saat makan.
f. Drug
Pasien pertama kali mengkonsumsi oralit, sebelumnya pasien tidak pernah
mengkonsumsi obat jika sakit perut karena pasien memiliki riwayat sakit lambung
g. Diet
Pasien makan setiap hari di pondok sebanyak 2 kali sehari makan berasal dari kantin
di pondok. Makan yang dimakan terdiri dari nasi, lauk seperti tempe, telur serta sayursayuran.
6. Riwayat gizi
Pasien kesehariannya makan dua kali sehari. Ketika awal sakit pasien kurang
memiliki nafsu makan. Namun beberapa hari setelah pengobatan, makan mulai teratur
kembali
7. Riwayat Psikologi
Pasien termasuk orang yang memiliki sifat pemalu. Saat sakit pasien
menahannya dan akhirnya ibu pasien yang memaksa pasien untuk dibawa ke
puskesmas. Pasien jarang pulang ke rumah karena jadwal dari pondok pesantren yang
memberikan waktu libur dua kali dalam setahun yaitu saat Maulud Nabi dan libur
lebaran sehingga pasien jarang berinteraksi dengan tetangga disekitarnya dan pasien
lebih sering berada di rumah apabila mendapat jadwal libur.
8. Riwayat Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah ke bawah dengan
orangtua pasien yaitu ayah sebagai buruh bangunan dengan penghasilan tiap bulan
sekitar Rp500.000 per bulan.
9. Riwayat Demografi
Hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dapat dikatakan
harmonis, namun karena pasien jarang pulang kerumah. Orangtua pasien beberapa
kali menjenguk pasien di pondok pesantren.
7
10. Riwayat sosial
Hubungan dengan orang tua terjalin baik, hubungan pasien dengan tetangga
sekitar baik walaupun jarang mengikuti kegiatan bila ada perkumpulan warga.
11. Review of system
a.
Keluhan Utama
b.
Kulit
c.
Kepala
d.
Mata
e.
Hidung
f.
Telinga
h.
Tenggorokan
i.
Pernafasan
j.
Sistem Kardiovaskuler
k. Sistem Gastrointestinal
Mual
(+),
Sistem Muskuloskeletal
: Lemas (+)
m.
Sistem Genitourinaria
n.
Ekstremitas
: Atas
Bawah
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Sedang, kesadaran Compos Mentis
2. Status gizi
a.
BB
: 50 kg
b.
TB
: 155 cm
3. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 90/60 mmHg
b. Nadi
c. RR
: 16 x /menit
d. Suhu
: 36,50C
8
4. Kepala
8. Telinga
9. Hidung
: Benjolan (-), tanda radang (-), jejas (-), dan lesi (-).
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Normal redup
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
13. Punggung
14. Abdomen
Inspeksi
: Datar, asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-), tanda radang (-)
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
15. Genitalia
: Tidak dilakukan
9
16. Anorektal
: Tidak dilakukan
17. Ekstremitas
Superior
Inferior
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Resume
Seorang perempuan berusia 18 tahun dengan keluhan utama BAB cari sejak 3
jam sebelum masuk IGD puskesmas Pekuncen. Pasien merupakan pasien rawat inap
di Puskesmas Pekuncen. BAB cair dirasakan 3 jam sebelum masuk IGD puskesmas,
mual muntah serta perut sakit dirasakan pasien. Pasien saat ini lebih banyak tinggal di
pondok pesantren, namun saat liburan pasien pulang kerumah. Selain pasien, ibu
pasien juga mengalami hal keluhan yang sama. Sebelumnya pasien dan keluarga
berpergian ke rumah saudara di Brebes dan mengkonsumsi soda serta buah.
Kebiasaan pasien yang suka makan sambal memicu kondisi pasien beberapa hari
sebelum sakit mengalami perut kembung.
G. Diagnosis Holistik
1. Aspek personal
Sdr. LF usia 18 tahun tinggal bersama orangtua dan adik dengan bentuk keluarga
nuclear family. Sdr LF menderita Gastroenteritis Akut
a. Idea
sembuh total
b. Concern
aktivitas sehari-harinya
c. Expectacy
10
3. Aspek faktor intrinsik
Penyakit tampak mengganggu psikologis pasien, hal itu dapat diketahui dari pasien
yang menceritakan kekhawatirannya akan kesembuhan. Selain itu pasien pun merasa
kesepian karena keluarga pasien jauh dan jarang bertemu.
4. Aspek faktor ekstrinsik
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk dalam lingkungan yang jalan sudah
berasapal. Ventilasi cukup dan jendela dibuka tiap pagi. Pendidikan pasien hanya
sampai SMP, sehingga pengetahuan mengenai penyakitnya kurang.
5. Aspek skala penilaian fungsi sosial
Pasien mempunyai aspek skala penilaian 2, pasien mampu melakukan pekerjaan
ringan sehari-hari di dalam dan di luar rumah.
H. Penatalaksaan
Non Medika mentosa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Medikamentosa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
I.
FOLLOW UP
Senin, 15 Juni 2015
S : BAB cair (+), terdapat ampas, lendir/darah (-), mual, muntah
O :Keadaan umum tampak sedang, mata cekung (-), air mata (+), mulut basah, tidak
tampak haus, turgor kulit kembali cepat (<1 detik), nyeri tekan epigastrik
Tanda vital :
T : 100/60
RR: 18 x/menit
N : 86 x/menit
S :36,70C
A : Gastroenteritis Akut
11
P : Terapi medikamentosa, non medika mentosa selain itu juga dilakukan dukungan
psikologis,
Senin, 16 Juni 2015
S : BAB cair (-) sudah padat, perut sakit dan perih.
O :Keadaan umum tampak sedang, mata cekung (-), air mata (+), mulut basah, tidak
tampak haus, turgor kulit kembali cepat (<1 detik), nyeri tekan epigastrik
Tanda vital
T : 120/70
RR : 20 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36.30C
A : Gastroenteritis Akut
P : Terapi medikamentosa, non medika mentosa selain itu juga dilakukan penjelasan
mengenai cara mencegah terjadinya penyakit ini berulang
Kamis , 18 Juni 2015
S : Badan lemas
O :Keadaan umum tampak sedang, nyeri tekan epigastrik (-)
Tanda vital
T : 110/70
RR : 20 x/menit
N : 84 x/menit
S : 36 0C
A : Gastroenterotis Akut
P : Terapi medikamentosa, non medika mentosa selain itu juga dilakukan penjelasan
mengenai cara mencegah terjadinya penyakit yang diderita, serta edukasi menegnai
perilaku hidup bersih dan sehat
Sabtu, 20 Juni 2015
S : Badan tidak lemas, buang air lancar tidak cair, mual mulai berkurang.
O : Keadaan umum sehat, nyeri tekan epigastrik (-)
Tanda Vital
T : 110 / 60
RR : 21 x / menit
N : 72 x/ menit
: 35 C
A : Gastroenteritis Akut
P : nonmedikamentosa mengenaik penjelasan mengenai tentang penyakit yang diderita
serta edukasi pola makan.
12
I. Flow Sheet
Nama
: Sdr. LF
Diagnosis : Gastroenteritis Akut
Tabel 2.1 Flow Sheet
No Tanggal
Problem
1. 15-06-2015 BAB
cair,
mual,
muntah
2. 16-06-2015 Kadang
batuk
berdahak
3.
18-06-2015
Kadang
batuk
berdahak
4.
20 -06-2015 Badan
tidak
lemas,
BAB
lancar
tidak
cair,
mual
tidak ada
Tanda vital
TD : 100/60 mmHg
N : 86 x/menit
RR: 18 x/ menit
S : 36,7 o C
TD : 120/70
N : 80x/menit
RR: 20 x/ menit
S : 36.3 o C
TD : 110/70
N : 84x/menit
RR: 20 x/ menit
S : 36o C
TD: 110/60
N: 72x/menit
RR : 21x/menit
S: 35C
Plan
Terapi
medikamentosa
Target
Menyembuhkan
dan mencegah
kekambuhan
Terapi
medikamentosa
Menyembuhkan
dan mencegah
kekambuhan
Terapi
medikamentosa
Menyembuhkan
dan mencegah
kekambuhan
Terapi Non
medikamentosa
Mencegah
kekambuhan
2015
16-06-2015
Gastroenteritis Akut
Date
Resolved
13
III.IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1.
Fungsi Biologis
Keluarga Sdr. LF (18 tahun) merupakan keluarga dengan bentuk nuclear
family. Sdr. LF saat ini tinggal bersama kedua orang tua yakni Tn. D (50 tahun)
dan Ny. S (37 tahun) dan 1 adik laki lakinya Sdr.MZ (10 tahun).. Saat ini pasien
dan ibu pasien baru kali ini mengalami penyakit ini
2.
Fungsi Psikologis
Sdr.LF tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan adik laki lakinya.
Ayah pasien yakni Tn. D bekerja sebagai buruh kayu yang saat ini bekerja di sekitar
Kecamatan Pekuncen, namun beberapa tahun lalu Tn. D bekerja hingga ke luar kota
seperti daerah Jakarta dan Kalimantan. Sehingga, jarang sekali pulang ke rumah.
Sedangkan Ny. S berdagang pecel keliling di sekitar desa Banjar Anyar tiap pagi
hingga sore hari, dan pasien pun tinggal di pondok pesantren sehingga komunikasi
tetap berjalan walaupun tidak begitu intens apabila pasien berada di rumah.
3.
Fungsi Sosial
Sdr. LF kurang aktif apabila ada kegiatan di wilayah sekitar, pasien cenderung
pemalu dan jarang bermain dengan teman di luar rumah. Sehingga pasien lebih sering
dikunjungi teman temannya dan bermain di rumah. Namun, bila ada pengajian
sesempat mungkin pasien menghadiri acara tersebut bila pasien pulang ke rumah. Saat
pulang kerumah, pasien lebih senang menghabiskan waktu berada di rumah dan di
kamar.
4.
14
B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE
disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata
untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 =
jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.
Tabel 3.1 Nilai APGAR dari Sdr. LF (Penderita)
A.P.G.A.R Ny.K terhadap keluarga
Hampir
selalu
Kadangkadang
Hampir
tidak
pernah
Hampir
selalu
Kadangkadang
Hampir
tidak
pernah
15
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 8
Hampir
selalu
Kadangkadang
Hampir
tidak
pernah
Kadang-
Hampir
Hampir
16
selalu
A
kadang
tidak
pernah
17
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
Fungsi patologis dari keluarga Sdr.LF dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M sebagai
berikut :
Tabel 3.2. SCREEM
SUMBER
Social
Cultural
Religion
Economic
Education
Medical
PATOLOGI
KET
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga
+
dengan saudara, partisipasi pasien dalam kegiatan
kemasyarakatan kurang aktif. Penderita menghabiskan
waktunya di rumah apabila pulang dari pondok
pesantren.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal
ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya
yang masih diikuti. Mengikuti acara-acara yang bersifat
pengajian, sunatan, dll. Menggunakan bahasa jawa, tata
krama dan kesopanan.
Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik,
hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang
rutin menjalankan sholat lima waktu, serta ayah pasien
yang juga mengajar di mushola dekat rumah
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah,
untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski
belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana
ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas
untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
Pendidikan anggota keluarga khususnya orang tua
+
renda.Pendidikan dan pengetahuan dari penderita serta
SMP. Penderita belum mengerti sepenuhnya mengenai
penyakit yang diderita dan bahayanya.
Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga
+
menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan
kartu Jamkesmas (BPJS) untuk berobat. Penderita
mengaku ketika sakit akan mencoba untuk mengobati
sendiri terlebih dahulu.
Keterangan :
Kesimpulan :
18
Dalam keluarga Sdr.LF fungsi patologis yang positif adalah social, education dan
medical.
D. GENOGRAM
Alamat
Keterangan :
= pasien Gastroenteritis Akut
= tinggal 1 rumah
= meninggal
Sumber : Data primer, Juni 2015
Kesimpulan :
Dari genogram keluarga Sdr.LF ada anggota keluarga yang memliki keluhan
sama yaitu ibu Pasien
19
Tn. D
Ny. S
Sdr LF
Sdr MZ
hubungan baik
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga dinilai harmonis dan saling
mendukung.
20
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku
1. Faktor Perilaku
Perilaku di dalam keluarga Sdr. LF ini sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan pengetahuan pada anggota keluarga, terutama perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan. Keluarga ini menyadari arti penting kesehatan, namun hal ini
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan di bidang kesehatan. Pasien memiliki kebiasaan
tidak tepat waktu saat makan, memiliki kebiasaan menkonsumsi sambal sebagai
pelengkap makanan, serta mengkonsumsi minuman soda.
Pengetahuan pasien mengenai penyakit gastroenteritis atau biasa disebut dengan
muntaber ini masih kurang, saat pasien mengalami gejala buang buang air dan
muntah serta mual sampai berkali kali pasien tetap ingin dirawat di rumah dan tidak
mau dibawa ke puskesmas. Pasien hanya mengetahui bila di obati dengan obat diare
saja dan minum oralit akan sembuh. Namun karena paksaan dari ibu pasien untuk
segera dibawa ke puskesmas akhirnya pasien menuruti saran ibunya.
2. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga menengah ke
bawah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari ayah pasien yang bekerja
sebagai buruh kayu dan ibu pasien sebagai pedagang pecel keliling.
Rumah yang dihuni keluarga ini berada di lingkungan padat penduduk dengan
jalanan terdiri dari jalan aspal. Jarak antar rumah satu dengan yang lain hanya berjarak 10
15 meter. Lingkungan sekitar rumah juga banyak terdapat kandang ayam di tiap rumah.
Dinding rumah pasien terbuat dari tembok, sebagian beralas ubin namun sebagian lagi
beralas tanah, atap rumah terbuat dari genteng dan memiliki eternit dari anyaman bambu.
Ruang ventilasi cukup, dan dibuka jendela pada pagi hari agar matahari dapat masuk.
Bagian rumah belakang dekat dapur terdapat banyak tumpukan tumpukan peralatan seperti
meja, peralatan masak, dan kayu kayu karena belum sempat dibersihkan.
Keluarganya ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Pasien kurang
memperhatikan kesehatannya, apabila pasien sakit biasanya tidak langsung dibawa ke
puskesmas. Sebisa mungkin diobati sendiri dulu sakit yang diderita. Jarak antara kamar
mandi dan dapur juga sangat dekat kaena bersebelahan. Makanan yang sudah dimasak
oleh ibu pun di taru di dapur dengan ditutupi tanpa tudung saji namun dengan
menggunakan piring.
21
22
Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku
Lingkungan:
Lingkungan
rumah cukup
bersih
Pengetahuan :
Pasien kurang
memahami
penyakitnya
Sikap:
Perhatian keluarga
terhadap penyakit
penderita cukup
baik
Keluarga
Sdr LF
Keturunan:
Dari keluarga ibu
pasien mengalami
keluhan yang sama
Tindakan
Dibawa kedokter
setelah pasien
mengalami
keluhan lebih
berat
Pelayanan
Kesehatan:
Jika sakit berobat ke
puskesmas
Individu:
Kebiasaan pasien
telat makan, dan
mengkonsumsi
minuman soda,
sambal
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
23
Di dalam rumah pasien terdapat 5 buah ruangan terdiri dari ruang tamu, 2 kamar
tidur serta ruang tengah, kamar mandi yang bersebelahan dengan dapur, Jumlah
jendela sebagai tempat ventilasi cukup, pasien selalu membuka jendela tiap pagi
khususnya jendela di ruang tamu.Bagian belakang keat dapur ada ruangan kosong
yaitu dapur kotor dengan tungku dan tumpukan kayu.Sumber air yang digunakan
berasal dari PAM, dan air sudah jernih.
D
Tampak depan
Keterangan :
A = Ruang tamu
B = Kamar tidur
C = Km.Mandi
D = Dapur bersih
E = Dapur kotor
F= ruang tengah
24
A.
Masalah medis :
Gastroenteritis Akut
B. Masalah non medis :
1. Sdr LF kurang paham mengenai penyakitnya
2. Kebiasaan Sdr LF mengkonsumsi makanan pedas dan minuman soda.
3. Tingkat pengetahuan keluarga Sdr.LF tentang kesehatan kurang.
C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktorfaktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
25
D. MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)
Tabel 5.1 Matrikulasi masalah
N.
1.
2.
3.
Daftar Masalah
SB
Tingkat
keluarga
tentang
kurang
pengetahuan
Sdr
LF
kesehatan
R
Mn
Jumlah
IxTxR
Ma
M
o
4
32000
6480
5184
Keterangan :
I
SB
Mn
Mo
Ma
Kriteria penilaian :
1
: tidak penting
: agak penting
: cukup penting
: penting
: sangat penting
E. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Ny. K
adalah sebagai berikut :
26
1. Sdr LF kurang paham mengenai penyakitnya
2. Kebiasaan Sdr LF mengkonsumsi makanan pedas dan minuman soda.
3. Tingkat pengetahuan keluarga Sdr.LF tentang kesehatan kurang.
F. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA
1.
Tujuan
Tujuan Umum
Setelah diberikan konseling mengenai Gastroentertis diharapkan penderita dan
keluarganya lebih memahami dan mengetahui menangani penyakit tersebut.
Tujuan Khusus :
Setelah diberikan konseling mengenai Gastroenteritis diharapkan penderita beserta
keluarganya dapat :
a. Mengetahui tentang pengertian Gastroenteritis.
b. Mengetahui tentang penyebab utama dari gastroenteritis.
c. Mengetahui cara pencegahan gastroenteritis.
d. Mengetahui penanganan awal apabila terjadi gastroenteritis.
2. Materi
Edukasi kepada pasien beserta keluarganya mengenai pengertian penyebab,
oencegahan serta penanganan awal dari gastroenteritis
3. Cara pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah ditentukan bersama.
Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan konseling kepada pasien dan keluarga,
dalam suatu pembicaraan santai sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh
pasien dan keluarga.
4. Sasaran
Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarganya.
5. Target Waktu
Hari/ Tanggal : Sabtu, 20 Juni 2015
Tempat: Desa Banjar Anyar RT4/3 Kec. Pekuncen
Waktu
: 17:00 WIB
27
6. Cara Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan memberikan 4pertanyaan berdasarkan materi yang
disampaikan kepada pasien. Apabila pasien dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan, maka dapat disimpulkan sudah mengetahui dan memahami materi.Sdr LF
dapat menjawab 4 pertanyaan, sehingga tingkat keberhasilannya adalah 100%.
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah kurang pahamnya pasien mengenai
penyakitnya dan kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas dan minuman soda.
Pembinaan Keluarga Yang Telah Dilakukan
Tanggal
18 Juni
2015
20Juni
2015
Anggota
keluarga
yang terlibat
1. Mengkaji pengetahuan pasien Pasiendan ibu
tentang
penyakit
pasien
Gastroenteritis Akut (GEA)
2. Memberikan
penjelasan
tentang :
Pengerti
an GEA
Penyeba
b GEA
Tanda
dangejalaGEA
Pencega
han terjadi GEA
Makana
n yang baik dikonsumsi
3. Menganjurkan pasien untuk
periksa Puskesmas apabila sudah
ada tanda-tanda dari GEA sejak
awal
1. Menanyakan ulang apa saja
Pasien
yang telah dijelaskan.
2. Menjelaskan kembali apa yang
belum atau pasien lupa tentang
yang sudah dijelaskan
Hasil kegiatan
Pasien
memahami apa
yang
telah
disampaikan
mengenai GEA
Pasien sudah
mengerti
tentang apa
yang di
anjurkan
28
Virus
(30-40%)
Rotavirus,
Norwalk virus
b.
c.
d.
Helminth : Strongyloides
Infeksi lain :ototis media, sepsis,
penyakit menular seksual
2. Non Infeksi
a.
c.
B. Pathogenesis
1.
29
Penyebab dasar, kelainan non infeksi yang mengganggu morfologi mukosa
usus halus adalah gangguan imunologi.Kelainan yang mengenai morfologi mukosa
bisa menyebabkan diare osmotik maupun sekretorik, tergantung pada tingkat cedera
villi dan panjangnya usus yang terkena.
Gangguan morfologi mukosa usus halus ini dapat menyebabkan diare osmotik
akibat hilangnya permukaan absorbsi usus serta perubahan fungsi pada kapasitas
absorbsi sepanjang unit kripta-vilus akibat meningkatnya pergantian epitel.Upaya
kompensasi untuk pembaruan epitel bisa mengakibatkan naiknya angka migrasi ke
atas unit kripta-vilus sehingga sel imatur menempati vilus apikal.
Diare osmotik biasanya disebabkan oleh solute yang sulit diabsorbsi di dalam
usus. Makanan yang tidak diserap atau tidak dicerna, misalnya laktosa (dari susu)
merupakan makanan yang baik bagi bakteri. Di dalam usus besar, laktosa ini akan
difermentasikan oleh bakteri anaerob menjadi molekul yang lebih kecil, misalnya H 2,
CO2, H2O dan sebagainya dan menyebabkan tekanan osmotik di dalam lumen usus
meningkat. Keadaan dalam lumen usus yang hiperosmoler akan menyebabkan
terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus yang diikuti oleh peningkatan peristaltik usus
(hiperperistaltik) sehingga timbul diare.
30
karena bakteri pada garis besarnya adalah sebagai berikut : Bakteri masuk ke dalam
traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalam traktus digestivus tersebut.
Bakteri ini kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga
terjadi peningkatan aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin bersifat tidak tahan panas,
disebut labile toxin = LT) atau enzim guanil siklase (bila toksin bersifat tahan panas,
disebut stable toxin = ST). Sebagai akibat peningkatan aktivitas enzim-enzim ini akan
terjadi peningkatan cAMP (cyclic Adenosine monophospate) atau cGMP (cyclic
guanosine monophospate), yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi klorida,
natrium dan air dari dalam sel ke lumen usus ke dalam sel. Hal ini akan menyebabkan
peninggian tekanan osmotik di dalam lumen usus (hiperosmoler). Kemudian akan terjadi
hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam lumen usus,
sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus halus ke lumen usus besar (kolon).
Dalam keadaan normal, kolon orang dewasa dapat menyerap sebanyak 4400
mL cairan sehari, karena itu produksi atau sekresi cairan sebanyak 4500 mL sehari belum
menyebabkan diare. Bila kemampuan penyerapan kolon berkurang, atau sekresi cairan
melebihi kapasitas penyerapan kolon, maka akan terjadi diare. Pada kolera sekresi cairan
dari usus halus ke usus besar dapat mencapai 10 liter atau lebih sehari.Oleh karena itu
diare pada kolera biasanya sangat hebat, suatu keadaan yang disebut diare profus.
Penegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung
penyebab penyakit dasarnya.Keluhan diare berlangsung kurang dari 15
hari.Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air
dan sering berhubungan dengan malabsorbsi, dan dehidrasi sering
ditemukan.Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja
berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah, dan ada sensasi ingin ke
belakang.Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu
nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air,
malabsorptif atau berdarah tergantung bakteri pathogen yang spesifik.
2. Pemeriksaan fisik
Perlu diperiksa adanya tanda dehidrasi atau tdak. Dehidrasi dapat timbul jika
diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah, terutama pada
anak kecil dna lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang
meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap,
31
tidak mampu berkeringat dan perubahan ortostatik.Pada keadaan berat dapat
mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan
dan nyeri kepala.
Dehidrasi
menurut
keadaan
klinisnya
dapat
dibagi
atas
tingkatan(Simadibrata, 2008) :
- Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB), gambaran klinisnya turgor
-
dalam.
Dehidrasi berat atau hilang 8-10% BB, tanda dehidrasi sedang +
32
- Dehidrasi sedang : cairan : Kebutuhan perhari (30-40cc/kgBB/hari) + 8% BB
- Dehidrasi berat : cairan : Kebutuhan perhari (30-40cc/kgBB/hari) + 10% BB
c. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis :
Skor
Kebutuhan cairan=
x 10 x kgBB x 1 L
15
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral.
Bila skor atau lebih sama dnegan 3 disertai syok diberikan cairna per intravena.
Bila dehidrasi sedang atau berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infus
pembuluh darah.Sedangkan dehidrasi ringan / sedang masih dapat diberikan
cairan peroral atau selang nasogastric, kecuali ada kontraindikasi.
Pemberian cairan rehidrasi terbagi atas :
1. 2 jam pertama (inisial) : jumlah total cairan menurut rumus BJ plasma
atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam.
2. 1 jam berikut/ jam ketiga : pemberian diberikan berdasarkan kehilangan
cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila
tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per
oral.
3. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan
cairan melalui tinja, dan insensible water loss (IWL)
2. Diet atau nutrisi
Selain rehidrasi, pasienperlu diberikan nutrisi oral atau parenteral sesuai dengan
kebutuhannya.
3. Obat anti diare
Obat obat ini digunakan unuk mengurangi gejala dan cairan yang hilang yang
banyak dipakai antara lain derivate opioid (loperamid, difenoksilat-atropin), bismuth
subsalysilate, obat pengeras tinja (atalpugit), obat anti sekretorik (hidrasec)
4. Antimikroba atau antibiotik
Pada diare infektif diberikan antibiotik atau antiparasit atau antijamur tergantung
penyebabnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1.
2.
3.
Segi Psikologis : Kondisi psikologis baik walaupun jauh dengan orang tua, namun
pasien masih dapat berhubungan dengan orangtua secara intens.Hubungan antara
anggota keluarga terjalin akrab, harmonis, dan hangat
33
4.
Segi Sosial
Daftar Pustaka
1. Berhman, R., M.D., Vaughan III, V.C., M.D., 2000. Diare Kronis : dalam Nelson
Ilmu Kesehatan Anak, Bagian I, EGC, Jakarta. hal 1345-1360.
2. Daldiyono dan Simadibrata. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi
Diare Akut. Jakarta : Interna Publishing.
V-
34
4. Suharyono, Boediarso A, Halimun EM, 2014. Gastroenterologi Anak Praktis, FKUI.
Jakarta: Gaya Baru hal 85-88.
Dokumentasi Kegiatan
35
36