Anda di halaman 1dari 2

Di zaman Jahiliyah sebelum datangnya Islam hiduplah seorang penyair wanita yang

sangat terkenal di seluruh Jazirah Arab. Ia terkenal dengan syair-syairnya yang


menceritakan kepahlawanan saudaranya yang bernama Sahker. Jadi tidaklah sulit ba
ginya untuk membuktikan kebenaran ajaran baru yang dibawa oleh Muhammad SAW, kar
ena kalimat-kalimat Qur’an yang diturunkan Alloh SWT untuk umatnya itu terasa be
nar di hatinya.
Begitu tinggi kalimat-kalimat yang diturunkan itu menjadikan ia semakin yakin ba
hwa tidaklah mungkin Qur’an diciptakan oleh manusia termasuk Muhammad, seperti y
ang dituduhkan orang pada saat itu.
Suatu hari ia dating bersama kaumnya kepada Rasul menyatakan diri masuk Islam. S
etelah masuk Islam penyair itu pun terkenal karena karya-karyanya tentang perjua
ngan ksatria dan pahlawan-pahlawan. Penyair itu adalah al-Khansa binti Amr.
Dengan syair-syair yang begitu indah namun menggelora, ia membangkitkan semangat
kepahlawanan Islam. Bahkan Rasululloh SAW sendiri pernah meminta kepadanya untu
k membawakan syair-syairnya di ahadapan beliu dan sempat membuat Rasululloh kagu
m.
Kejadian itu adalah ketika kaum msulim hendak pergi ke peperangan Qodisiyah. Al-
Khansa’ memiliki empat putera yang akan dikirim untuk ikt berperang bersama Rasu
lulloh SAW. Sehari sebelum peperangan dimulai keempat dikumpulkan untuk diberika
n nasehat, “Wahai annk-anakku! Kalian memeluk Islam dengan keikhlasan dan kalian
berhijrah ke kota yang damai inu pula dengan sukarela. Demi Alloh yang tiada tu
han selain Dia, sesungguhnya kalian adalah anak dari seorang lelaki dan juga seo
rang wanita. Aku tidak pernah mengkhianati ayah kalian, tidak pernah mempermaluk
an saudaraku sendiri dan tidak pula merendahkan derajat kalian. Tetapi kalian ha
rus mengetahui besarnya ganjaran yang Alloh berikan kepada para syuhada dalam me
merangi orang-orang kafir. Kita harus tahu bahwa hari kemudian yang kekal itu le
bih baik dari pada dunia yang fana ini.”
Kemudian Khansa membacakan sebuah surat dalam Qur’an untuk meneguhkan hati anak-
anaknya. Kemudian ia melanjutkan perkataannya, “Bila esok hari kalian dalam kead
aan sehat, berangkatlah ke medan perang dengan tenang dan tabah! Hanya kepada Al
lah-lah kalian bersandar dan meminta kemenangan. Dengan demikian kalian akan men
capai kebahagiaan dan kemuliaan disisi-Nya. Bila kalian berada di medan peperang
an, pantanglah takut dan melarikan diri dari musuh!!”.
Keesokan harinya ketika mentari pagi memancar dengan cerahnya, berangkatlah keem
pat puteanya itu ke medan perang bersama pasukan kaum muslim lainnya untuk membe
la agama Alloh dengan hati penuh dengan iman. Di tengah perjalanna tersebut pute
ranya yang sulung berkata kepada saudara-saudaranya, “Wahai saudara-saudaraku ta
di malam ibu telah memberikan kita nasehat yang begitu berharga, sungguh ibu mem
iliki ketabahan yang kuat, pandangann yang jauh dan pemikiran yang yang tepat,”
sambut putera yang kedua. “Demi Allah kami tidak akan melanggar sedikitpun apa y
ang telah diperintahkan ibu kepada kita, “ sahut putera yang bungsu. Kemudian pu
tera yang ketiga berkata, “Karena itu mari kita segera terjun ke medan peperanga
n untuk mencapai kemenangan melalui jalan yang mulia!”
Di kala peperangan sedang berkecamuk dengan sengitnya, Khlaifah Umar bin Khattab
yang pada saar itu berada di Madinah betemu dengan Khansa, kemudian bertanya ke
pada Khansa “Apakah yang telah menyebabkan penglihatanmu kabur?” “Sebab say terl
alu banyak menangisi kematian saudara saya, Sahker, “jawab Khansa.
“Apa kamu tidak tahu bahwa saudaramu sudah menjadi penghuni neraka?” tanya kholi
fah dengan nada sedikit marah. Khansa pun menjawab: “Justru itulah yang menambah
penderitaanku, semua disebabkan besarnya rasa sayangku kepadanya.”
Ketika petang menjelang, sampailah kabar kepad Khansa bahwa keempat anaknya mati
syahid, setelah peperangan yang begitu hebat antara kaum muslim yang dipimpin o
leh panglima Saad bin Abi Waqosh dengan bangsa Persia yang dipimpin oleh panglim
anya Rustam.
Kabar syahid semua puteranya ia hadapi dengan tabah hati dan ketenangan yang tia
da taranya, bahkan ia sama sekali tidak meneteskan air mata. Malah ia berkata, “
Alhamdulillah, Allah telah memuliakan aku dengan kematian keempat anakku dalam p
eperangan, semoga Alloh kelak mengumpulkan aku dengan mereka di dalam rahmat-Nya
.” Kata-akata tersebut adalah kata-kata yang keluar dari kebahagiaan seorang ibu
. Sungguh menakjubkan, mungkin banyak dari umat kita kurang menyadarinya.
Setelah ditinggal oleh keempat anaknya Khansa tetap aktif dalam setiap peperanga
n membangkitkan semangat juang kaum muslim dengan syair-syairnya. Beginilah keba
hagiaan yang kekal abadi di akhirat nanti. Khansa pun wafat pada awal masa Khali
fah Utsman bin Affan, apad tahun 24 H. Semoga Alloh SWT meridhoinya dan mengumpu
lkannya dengan keempat puteranya yang telah syahid demi membela agama Islam di a
kherat nanti, amin….

Anda mungkin juga menyukai