Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama pasien

: By. Ny. T

Umur

: 5 hari

Jenis kelamin

: Laki - laki

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Alamat

: Sidomulyo, Pedurungan

Nama ayah

: Tn. J

Umur

: 47 tahun

Pekerjaan

: Pedagang sepatu

Pendidikan

: SMP

Nama ibu

: Ny. T

Umur

: 42 tahun

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: SD

Bangsal

: Perinatologi

No. CM

: 287119

Lahir

: 4 Mei 2014 pukul 01.30

II. DATA DASAR


Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien dan perawat ruang Perinatologi
dilakukan pada tanggal 9 Mei 2014 pukul 10.00 WIB di ruang Perinatologi
dan didukung catatan medis.
Keluhan utama : Bayi meringis saat dilahirkan
Keluhan tambahan: Berat badan lahir rendah
Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk RS

Ibu G4P3A0, usia 42 tahun, hamil 35 minggu, HPHT 29 Agustus 2013,


riwayat haid teratur, siklus 28 hari, lama haid 7 hari per siklus. Ibu rutin
memeriksakan kehamilannya dan sudah mendapat suntikan TT 2x. Selama
hamil, ibu mengaku hanya merasa mual namun tidak disertai muntah.
Riwayat trauma sebelum kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal,
riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis disangkal, riwayat
minum jamu jamuan disangkal, riwayat perdarahan disangkal. Pola
makan sebelum dan selama hamil tidak terlalu banyak mengalami
perubahan (sehari 3x dan habis). Ibu biasa melakukan pekerjaan rumah
tangga sendiri seperti mencuci, mengepel, termasuk membantu suami
mengangkat karung karung sepatu.

Setelah masuk RS

Ibu datang ke Poli Kandungan RSUD Kota Semarang pada tanggal 23


April 2014 pukul 09.30 WIB. 3 jam sebelum ke Poli Kandungan RSUD
Kota Semarang, ibu mengeluh perutnya terasa sangat mulas dan keluar
lendir dan air keruh dari jalan lahir. Kemudian ibu disarankan oleh dokter
obsgyn untuk dirawat. Ibu dirawat di RSUD Kota Semarang selama 3 hari,
kemudian boleh pulang.

Tanggal 28 April 2014 pukul 12.25 WIB, hari kedua setelah dirawat, ibu
mengeluarkan lendir kembali dan disertai darah. Kemudian ibu datang
kembali ke RS dan dirawat kembali. Selama dirawat ibu mengatakan
perdarahan tetap berlangsung dan seperti sedang haid. Ibu merasakan
2

nyeri perut yang luar biasa selama pendarahan ini. Ibu mendapatkan
pengobatan, infus, dan tablet penambah darah selama di RS.

Tanggal 3 Mei 2014 malamnya, ibu disarankan untuk melahirkan secara


sectio caesaria dikarenakan terjadi perdarahan antepartum meskipun
kehamilan belum cukup umur. Ibu dan suami menyetujui saran yang
diberikan oleh dokter.

Minggu, 4 Mei 2014 pukul 01.30 WIB lahir bayi Laki - laki di Ruang OK
RSUD Semarang dengan Berat Badan Lahir 1900 gram. Panjang badan 41
cm. Lingkar kepala 31 cm. Lingkar dada 29 cm. Caput suksaedenum (-),
cephal hematom (-).

Saat lahir bayi merintih, kurang peka terhadap rangsang, warna kebiruan
pada ekstremitas, tonus otot baik, pernapasan tak teratur, HR > 100
x/menit.

5 menit setelah diresusitasi ekstremitas bayi masih kebiruan, kurang peka


terhadap rangsang, pernapasan sudah reguler, bayi meringis, tonus otot
baik, HR > 100 x/menit.

10 menit setelah diresusitasi bayi menangis keras, warna kulit bayi merah
pada badan, namun pada ekstremitas masih kebiruan. Tonus otot baik,
pernapasan reguler, HR > 100 x/menit.

Apgar Score 7 8 9.

Plasenta lahir normal, kotiledon lengkap, tidak ada infark maupun


hematoma.

Bayi kemudian dirawat dan diobservasi di ruang Perinatologi.

Setelah masuk perinatologi:


Tanggal
Keterangan
4 Mei 2013
Keadaan bayi :
Pukul : 02.30
Gerakan bayi kurang aktif
Usia : 0 hari
Menangis keras (-)
Berat : 1900 gram
Minum kuat (-)
Kebutuhan cairan
Ikterik (-)
: 152cc
BAK (+), mekonium (+)

TTV
HR : 150x/menit
RR : 36x /menit
T : 36,5C
N : 1/t cukup

Muntah (+) coklat kehitaman


GDS stick jam Terapi :
Letakan dalam inkubator
18.30 : 53
O2 nasal 2L/menit
20.00 : 22
Pasang infus umbilical D10% 5

tpm mikro
Bolus D10% 4cc
Injeksi Vit K1 1x1 mg IM (di

bidan)
Salep mata chloramphenicol OD

OS
Pasang OGT, diet 2,5cc/3 jam
Muntah Bilas Nacl hingga
bersih

Program :

5 Mei 2014
Usia: 1 hari
Berat: 1900 gram
Cairan 190cc/hari
GDS stick: 102

Darah Rutin
Gula Darah Sewaktu 2 jam post

infus D10% dan bolus


Keadaan bayi :

Gerakan bayi cukup aktif


Menangis keras (+)
Minum kuat (+) residu (-)
Ikterik (+) kr I II
Muntah (-)

HR: 125x /menit


RR: 48 x/menit
T: 37,5C
N: i/t cukup

Terapi :

O2 nasal 2L/menit
Infus D10% 6 tpm mikro
Infus aminofusin 20cc/hari
Injeksi Ampisulbactam 2x150mg

iv
Injeksi gentamisin 1 x 8 mg
Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,8 cc ad

aqua iv pelan
Diet ASI: 8 x 3 cc

Program :

Pantau KU, TTV, tanda distress


pernapasan

6 Mei 2014

Keadaan bayi :

HR: 137x /menit

Usia: 2 hari
Berat: 1850 gram
Cairan 222cc/hari

Gerakan bayi aktif


Menangis keras (+)
Minum kuat (+) residu (-)
Ikterik (+) kr III IV
Muntah (-)

RR: 32 x/menit
T: 36,1C
N: i/t cukup

Terapi :

O2 nasal 2L/menit
Infus D10% 6 tpm mikro
Infus aminofusin 20cc/hari
Drip dopamin 3 mcq/kgbb/menit
Injeksi Ampisulbactam 2x150mg

iv
Injeksi gentamisin 1 x 8 mg
Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,8 cc ad

aqua iv pelan
Diet ASI: 8 x 5 cc
Fototerapi 1 x 24 jam

Program :

8 Mei 2014
Usia: 4 hari
Berat: 1880 gram
Cairan 282cc/hari

Pantau KU, TTV, tanda distress

pernapasan
Cek lab DR
Cek bilirubin post fototerapi

Keadaan bayi :

Gerakan bayi aktif


Menangis keras (+)
Minum kuat (+) residu (-)
Ikterik (-)

HR: 125x /menit


RR: 40 x/menit
T: 36,9C
N: i/t cukup

Terapi :

O2 nasal 1L/menit
Infus D10% 6 tpm mikro
Injeksi Ampisulbactam 2x150mg

iv
Injeksi gentamisin 1 x 8 mg
Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,8 cc ad

aqua iv pelan
Diet ASI: 8 x 20 cc

Program :

Pantau KU, TTV, tanda distress


pernapasan

11 Mei 2014
Usia: 7 hari
Berat: 1940 gram
Cairan 291cc/hari

Keadaan bayi :

HR: 160x /menit


RR: 48 x/menit
T: 37,1C
N: i/t cukup

Gerakan bayi aktif


Menangis keras (+)
Minum kuat (+) residu (-)
Ikterik (-)

Terapi :

Infus D10% 6 tpm mikro


Injeksi Ampisulbactam 2x150mg

iv
Injeksi gentamisin 1 x 8 mg
Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,8 cc ad

aqua iv pelan
Diet ASI: 8 x 20 cc

Program :

Pantau KU, TTV, tanda distress

pernapasan
Konsul spesialis

mata

untuk

mencari perdarahan retina


Jawaban konsul dr spesialis mata:
OD dan OS dalam batas normal

Tabel tanda vital


HR
RR
T

4
150
36
36.5

5
125
48
37.5

6
137
32
36.1

7
155
36
36.5

8
125
40
36.9

9
150
40
37

10
140
40
37.3

11
160
48
37.1

Riwayat Penyakit Ibu dan Ayah

Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, hipertensi, asma, penyakit


jantung, penyakit ginjal, alergi, anemia, penyakit kelainan darah sebelum

hamil disangkal.
Riwayat ibu keputihan berbau busuk atau menderita penyakit menular
seksual selama kehamilan atau pada saat proses persalinan seperti
misalnya

gonorea,

klamidia,

trikomoniasis,

kandidiasis,

vaginalis

disangkal.
Riwayat ayah menderita penyakit menular seksual sebelum dan selama

istrinya hamil disangkal.


Riwayat ibu mengidap batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu, mendapat
pengobatan paru selama 6 bulan dan membuat kencing bewarna merah

selama kehamilan disangkal.


Riwayat ibu menderita demam tinggi selama proses kehamilan disangkal
Riwayat ayah atau ibu merokok disangkal

Riwayat Pemeriksaan prenatal


Ibu rutin memeriksakan kehamilannya dan sudah mendapat suntikan TT 2x.
Riwayat trauma sebelum kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal,
riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis disangkal, riwayat minum
jamu jamuan disangkal oleh ibu.
Kesan : pemeliharaan prenatal baik
Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Bayi jenis kelamin laki - laki dari ibu G4P3A0 hamil 35 minggu, usia 42 tahun,
lahir secara SC dengan indikasi perdarahan antepartum, ditolong oleh dr
spesialis obsgyn di Ruang OK RSUD Semarang.
Saat lahir bayi merintih, kebiruan pada ekstremitas, dan pernapasan kurang
teratur. Berat badan lahir 1900 gram panjang badan 41 cm, lingkar kepala 31
cm, lingkar dada 29 cm. APGAR score 7 8 9. Gerakan bayi aktif.
Kesan : neonatus preterm, BBLR, lahir SC dengan perdarahan antepartum,
dan asfiksia ringan.

Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan
Berat badan lahir
Panjang badan
Lingkar kepala
Lingkar dada

: 1900 gram
: 41 cm
: 31 cm
: 29 cm

Perkembangan
Perkembangan anak belum dapat dinilai dan dievaluasi

Riwayat Makan dan Pertumbuhan Anak

Pada hari pertama diet ASI 8 x 2,5 cc. Hari kedua diet ASI 8 x 3 cc. Hari
4

ketiga 8 x
seterusnya

BB

10

1900 1850 1880 1940

5cc. Hari kelima dan


diet berupa ASI 8 x 20

cc.
Sejak hari pertama, terpasang infus D 10%, hari kedua juga diberikan
tambahan infus aminofusin.

Tabel berat badan


Riwayat Imunisasi

Hepatitis B
BCG
Polio

:::-

Kesan : Imunisasi dasar belum dilakukan.


Riwayat Keluarga Berencana
Ibu pernah mengikuti program KB suntik pada tahun 2012 namun haid
menjadi tidak teratur 3 bulan sekali, kemudian ibu memutuskan untuk berhenti
KB suntik.

Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah pasien bekerja sebagai pedagang sepatu. Ibu adalah ibu rumah tangga.
Menanggung 3 orang anak. Biaya pengobatan ditanggung Jamkesmas.
Kesan : sosial ekonomi kurang
Data Obsetri

Anak ke

Tahun

1992

1995

2000

2014

Jenis, pembantu, tempat,

Jenis

Keadaan

penyulit persalinan, usia

kelamin,

anak

kehamilan

BBL

sekarang

Spontan, dibantu oleh


bidan, aterm
Spontan, dibantu oleh

2800 g

Sehat

3100 g

Sehat

3400 g

Sehat

bidan, aterm
Spontan, dibantu oleh
bidan, aterm
Hamil ini

Data Keluarga
Ayah

Ibu

47 tahun

42 tahun

Konsanguitas

Keadaan sehat

Sehat

Sehat

Perkawinan
Umur

Data Perumahan
Kepemilikan rumah
Keadaan rumah

:rumah sendiri
:dinding rumah terbuat dari tembok, 3 kamar tidur,

kamar mandi di dalam rumah.


:sumber air minum PAM dan air sumur, limbah

Sumber air bersih

buangan dialirkan ke saluran atau selokan yang ada

di belakang rumah
Keadaan lingkungan :jarak antar rumah berdekatan, cukup padat

Kesan

: Jarak rumah berdekatan, cukup padat.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 9 Mei 2014, pukul 11.00 WIB di ruang
perinatologi. Bayi laki - laki usia 5 hari, berat badan lahir 1900 gram, panjang
badan 41 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 29 cm.
Kesan umum :
Compos mentis, bayi berat lahir rendah, sesuai masa kehamilan, ditemukan
tanda-tanda neonatus preterm, tampak aktif, napas spontan adekuat, tangisan
kuat, ikterik (-).
Tanda vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi
: 150x/menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 40x/menit
Suhu
: 37,0C (Axilla)
Status Internus
Kepala
Normocephale, ukuran lingkar kepala 31 cm, ubun-ubun besar masih
terbuka, tidak tegang dan tidak menonjol, caput succedaneum (-),
cephal hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah

dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.


Mata
Pupil bulat, isokor, 2mm/ 2mm, refleks cahaya (+/+) normal, kornea

jernih, sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)


Hidung
Napas cuping hidung (-/-), bentuk normal, sekret (-/-), septum deviasi

(-)
Telinga
Bentuk normal, membalik setelah dilipat, discharge (-/-)
Mulut
sianosis (-), trismus (-), stomatitis(-), labioschizis (-), palatoschizis (-)
Thorax
Paru
Inspeksi

: hemithorax dextra dan sinistra simetris dalam keadaan


statis maupun dinamis, retraksi suprasternal, intercostal

Palpasi

dan epigastrial (-).


: stem fremitus tidak dilakukan, aerola mammae teraba,

Perkusi

papilla mammae (+/+)


: pemeriksaan tidak dilakukan

10

Auskultasi : suara napas dasar vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing


(-/-), hantaran (-/-), suara napas tambahan (-/-)

Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

:
:
:
:

Abdomen
Inspeksi

: datar, tali pusat insersio di tengah, segar, tidak tampak

pulsasi ictus cordis tidak tampak


ictus cordis tidak teraba
batas jantung sulit dinilai
bunyi jantung I-II regular, bising (-) gallop (-)

layu dan tidak kehijauan


Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi
: supel, hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi
: timpani

Tulang Belakang
Spina bifida (-), meningokel (-)
Genitalia
Jenis kelamin laki-laki, kedua testis telah mengisi scrotum, rugae
scrotum telah terbentuk sedikit
Anorektal
Anus (+)
Ekstremitas
Rajah tangan dan kaki sudah sempurna

Deformitas
Akral dingin
Akral sianosis
Ikterik
CRT
Tonus

Superior
- /- /- /- /< 2 detik
Normotonus

Inferior
- /- /- /- /< 2 detik
normotonus

Kulit
Lanugo menipis, sianotik (-), pucat (-), ikterik (-), sklerema (-)

Refleks Primitif :
Refleks Hisap
Refleks Rooting
Refleks Moro
Refleks Palmar Grasp
Refleks Plantar Grasp

:
:
:
:
:

( + ) lemah
( + ) lemah
( + ) lemah
( + ) lemah
( + ) lemah

Pemeriksaan Penunjang

11

4/5/14

4/5/14

4/5/14

5/5/14

7/5/14

(18.30) (20.00)

(22.00)

(09.51)

(11.50)

Hematologi
IT Ratio

0.07

Hb (g/dl)

14.8

15.1

Ht (%)

42.4

42.8

Leukosit (/uL)

21.4

18.3

Trombosit (103/uL
Hitung Jenis

295

264

Netrofil

61.9

Limfosit

20.9

Monosit

16.8

Eosinofil

0.2

Basofil
Kimia Klinik

0.2

GDS

53

22

49

Na

136.0

5.00

Ca

1.22

Bilirubin Direk

102

0.37

Bilirubin Total
Bilirubin total
Bilirubin indirek

6.07
-

Pemeriksaan Khusus :
BALLARD SCORE

12

Maturitas neuromuskuler
Sikap tubuh
Jendela siku-siku
Rekoil lengan
Sudut popliteal
Tanda Selempang
Tumit ke kuping
Total
New Ballard Score

Poin
3
2
3
3
2
2
15

Maturitas fisik
Kulit
Lanugo
Lipatan telapak kaki
Payudara
Bentuk telinga
Genitalia (laki - laki)
Total

Poin
2
2
2
2
2
3
13

= maturitas neuromuskular + maturitas fisik


= 15 + 13
= 28

Kesan : kelahiran preterm 35 minggu


KURVA LUBCHENKO

13

BBL : 1900 gr
Usia Kehamilan : 35 minggu
Hasil : Neonatus Kurang Bulan - Sesuai Masa Kehamilan
APGAR SCORE
Klinis

10

Appearance

Pulse

Grimace

Activity

Respiratory Effort

Kesan: Asfiksia Ringan


BELL SQUASH SCORE
1.
2.
3.
4.
5.

Partus tindakan (SC, Vacum, Sungsang)


Ketuban tidak normal
Kelainan bawaan
Asfiksia
Preterm

14

6.
7.
8.
9.

BBLR
Infeksi tali pusat
Riwayat penyakit ibu
Riwayat penyakit kehamilan
Hasil : 4 neonatal infeksi

GUPTE SCORE
Prematuritas
Cairan amnion berbau busuk
Ibu demam
Asfiksia
Partus lama
Vagina tidak bersih
KPD
Hasil : 5 beri terapi (antibiotik)

3
2
2
2
1
2
1

III. RESUME
Telah lahir bayi perempuan dari ibu G4P3A0 hamil 35 minggu usia 42 tahun,
lahir secara SC dengan perdarahan antepartum, ditolong oleh dokter spesialis
obsgyn di Ruang OK RSUD Semarang. Saat lahir bayi tampak kebiruan pada
ekstremitas dan kemerahan pada badan, nadi > 100x/menit, kurang peka
terhadap rangsang, tonus otot baik dan merintih. Berat badan lahir 1.900 gram,
panjang badan 41 cm, lingkar kepala 31 cm, dan lingkar dada 29 cm. Apgar
score 7 8 9.
Kesan umum :
Compos mentis, bayi berat lahir rendah, sesuai masa kehamilan, ditemukan
tanda-tanda neonatus preterm, tampak aktif, napas spontan adekuat, tangisan
kuat, ikterik (-).

Dari pemeriksaan fisik pada tanggal 9 Mei 2014 didapatkan :


Tanda vital

15

Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
Status Internus
Kepala

: ubun-ubun besar datar dan tidak membonjol, caput


suksaidenum (-)
pupil bulat, isokor, reflek cahaya (+/+)
napas cuping hidung (-/-)
dalam batas normal
dalam batas normal
pergerakan dada simetris, retraksi supraklavikula

Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Thorax

:
:
:
:
:

Paru
Jantung

(-), intercostal (-), epigastrial (-)


: suara napas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
: tidak teraba membesar, bunyi jantung I-II reguler,
murmur (-), gallop (-)
tali pusat insersio di tengah, tampak segar
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal

Abdomen
:
Tulang belakang
:
Genitalia
:
Anorektal
:
Ekstremitas
Rajah tangan dan kaki sudah sempurna
Superior
- /- /- /- /< 2 detik
normotonus

Deformitas
Akral dingin
Akral sianosis
Ikterik
Capillary refill
Tonus

: tidak dilakukan pemeriksaan


: 150x/menit, isi dan tegangan cukup
: 40x/menit
: 37C (Axilla)

Kulit

Inferior
- /- /- /- /< 2 detik
normotonus

Lanugo menipis, sianotik (-), pucat (-), ikterik (-),


sklerema (-)

Pemeriksaan Penunjang

Darah rutin

: normal

Elektrolit

: normal

GDS

: hipoglikemi

Pemeriksaan Khusus

Ballard score

: kelahiran preterm 35 minggu

16

APGAR score

: Asfiksia ringan

Bell squash score

: Neonatal infeksi

Gupte score

: Neonatal infeksi (terapi antibiotic)

Kesan :

neonatus preterm, lahir SC, bayi berat lahir rendah sesuai masa
kehamilan, riwayat asfiksia ringan, neonatal infeksi, ikterik
patologis dan riwayat hipoglikemia

IV. DIAGNOSIS BANDING


1. Neonatus Preterm
- BMK (Besar Masa Kehamilan)
- KMK (Kecil Masa Kehamilan)
- SMK (Sesuai Masa Kehamilan)
2. BBLR
- Prematuritas murni
- Dismaturitas
3. Asfiksia Ringan
- Faktor Janin
a. Fetal distress
b. Makrosomia
c. Letak sungsang
d. BBLR
e. Bayi preterm
f. Bayi post term
g. Gemeli
- Faktor Ibu
a. Infeksi pada ibu ( TORCH )
b. Hipertensi
c. Diabetes Mellitus
d. Perdarahan
e. CPD
f. SC berulang
g. partus lama
h. kelahiran dengan ekstraksi forceps atau vakum
- Faktor Plasenta
a. Lilitan tali pusat
b. Solution plasenta
c. Plasenta previa
4.

Neonatal infeksi
Berdasarkan Etiologi :
i. Infeksi antenatal

17

1. Penyakit ibu (TORCH, TBC, Hepatitis B, Infeksi


virus, Trikomoniasis, Candidiasis vaginalis,
gonorrhea, non gonococcal servitis, sifilis,
komdiloma akuminata, ulkus molle, limfogranuloma
inguinal)
2. Ketuban
ii. Infeksi durante natal
1. Infeksi ascenden
2. Infeksi lintas amnion
3. Infeksi lintas jalan lahir
iii. Infeksi postnatal
1. Perawatan tali pusat tidak adekuat
2. Nosokomial (alat dan sarana yang tidak steril)
3. Partus tindakan
4. Penolong persalinan
Berdasarkan Waktu :
iv. Early onset (< 72 jam)
1. Ketuban pecah dini
2. Infeksi pada ibu (TORCH, TBC, Infeksi virus,
trikomoniasis, kandidiasis vaginalis, gonorrhea, non
gonococcal servitis, sifilis, kondiloma akuminata,
ulkus molle, limfogranuloma inguinal)
v. Late onset (> 72 jam)
1. Perawatan tali pusat
2. Infeksi Nosokomial

5. Ikterik Neonatal
Ikterik Fisiologis
Ikterik Patologis
Pre hepatik
- Infeksi
- Inkompatibilitas darah
- Kelainan enzim
Hepatik
- Hepatitis
Post hepatik
- Obstruksi duktus koledokus
Ikterik yang berhubungan dengan pemberian ASI

V. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Neonatus preterm sesuai masa kehamilan
2. BBLR
18

3. Asfiksia Ringan
4. Riwayat Hipoglikemia
5. Riwayat Ikterik Neonatal
6. Neonatal Infeksi

VI. TERAPI
A. Terapi Awal

Medikamentosa
-

Injeksi Vit K 1 x 1 mg

Salep mata chloramphenicol

Infus D10% 5 tpm mikro

Bolus D10% 4cc

Diet
-

ASI 8 x 2,5 cc melalui OGT

B. Terapi Sekarang

Medikamentosa
-

O2 nasal 1L/menit

Infus D10% 6 tpm mikro

Injeksi Ampisulbactam 2x150mg iv

Injeksi gentamisin 1 x 8 mg

Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,8 cc ad aqua iv pelan

Diet
- Kebutuhan cairan hari ke 5

= 150 cc x 1,88 kg
= 282 cc

- Infus D10% 5 tpm


- ASI

= 120 cc
= 8 x 20 cc
= 160 cc

VII. PROGRAM

19

Evaluasi keadaan umum dan tanda vital

Awasi tanda-tanda gangguan pernapasan

Jaga kehangatan

Rawat tali pusat

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanationam

: ad bonam

IX. USUL

Pemeriksaan darah rutin ulang

Pemeriksaan GDS ulang

Ibu belajar menetek

X. NASEHAT DI RUMAH

Jaga kehangatan bayi

Perawatan tali pusat

Pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, berikan 2-3 jam sekali

Ibu harus selalu membersihkan puting susu sebelum maupun sesudah


menyusui. Jika ibu menggunakan botol susu, pastikan botol susu dalam
keadaan bersih dan harus selalu dicuci serta direbus sebelum digunakan.

Kebanyakan bayi cenderung menghisap udara yang berlebihan sewaktu


menyusui. Karena itu setelah menyusui sendawakan bayi dengan cara
meletakkan bayi tegak lurus di pundak dan tepuk punggungnya perlahanlahan sampai ia mengeluarkan udara.

Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat pelayanan


kesehatan terdekat untuk memantau tumbuh kembang bayi serta
pemberian imunisasi dasar.

Ibu harus menemui dokter secepat mungkin jika bayinya :


Mempunyai masalah bernafas
Merintih
20

Tampak berwarna kebiruan (sianotik)


Suhu tubuh 38C
Muntah atau buang air besar berlebihan (>3x/hari)
Tersedak atau mengeluarkan ASI dari hidung saat menyusui
Mengeluarkan darah (walaupun sedikit) pada air kencing maupun
beraknya
Kejang

Hindari asap rokok di sekitar bayi karena paru-paru bayi masih sangat
rentan terhadap infeksi pernapasan.

ANALISA KASUS
1. Pada pasien ini ditegakkan diagnosis neonatus preterm berdasarkan :
a. Anamnesa
Pada anamnesa ditemukan Ibu G4P3A0, usia 42 tahun, hamil 35 minggu,
HPHT 29 Agustus 2013. Kehamilan ibu pasien merupakan 35 minggu yang
merupakan kehamilan kurang bulan, sehingga melahirkan bayi yang preterm.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan inspeksi yang didukung oleh
pemeriksaan Ballard Score, yaitu
Maturitas neuromuskuler
Sikap tubuh
Jendela siku-siku
Rekoil lengan
Sudut popliteal
Tanda Selempang
Tumit ke kuping
Total
New Ballard Score

Poin
3
2
3
3
2
2
15

Maturitas fisik
Kulit
Lanugo
Lipatan telapak kaki
Payudara
Bentuk telinga
Genitalia (perempuan)
Total

Poin
2
2
2
2
2
3
13

= maturitas neuromuskular + maturitas fisik


21

= 15 + 13
= 28
Kesan : kelahiran aterm 35 minggu
Dari anamnesa dan pemerikssan fisik ini sudah dapat ditegakkan diagnosa
Neonates preterm.
2. Kurva Lubchenko dengan BBL 1900 gr dan usia kehamilan 35 minggu
didapatkan hasil: Neonatus Kurang Bulan - Sesuai Masa Kehamilan
3. Pada pasien ini ditegakkan diagnosis asfiksia ringan berdasarkan :
APGAR SCORE
Klinis

10

Appearance

Pulse

Grimace

Activity

Respiratory Effort

0-3 Asfiksia berat


4-6 Asfiksia sedang ringan
7-10 Asfiksia ringan - normal
Berdasarkan APGAR Score dapat ditegakkan diagnosa Asfiksia ringan.
4. Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Neonatal Infeksi berdasarkan:
BELL SQUASH SCORE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Partus tindakan (SC, Vacum, Sungsang)


Ketuban tidak normal
Kelainan bawaan
Asfiksia
Preterm
BBLR
Infeksi tali pusat
Riwayat penyakit ibu
Riwayat penyakit kehamilan

22

Hasil : 4 neonatal infeksi


GUPTE SCORE
Prematuritas
3
Cairan amnion berbau busuk
2
Ibu demam
2
Asfiksia
2
Partus lama
1
Vagina tidak bersih
2
KPD
1
Hasil : 5 neonatal infeksi (mulai diberikan terapi antibiotik)
Berdasarkan hasil Bell Squash Score dan Gupte score dapat ditegakkan diagnosa
Neonatus Infeksi.
5. Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Ikterik Patologis berdasarkan
pemeriksaan fisik pada:

Hari pertama (5/5/14)


-

Gerakan bayi cukup aktif, BAB(+), BAK (+), menangis kuat (+),
merintih (-), ikterik (+) Kremer I-II.

Hari kedua (6/5/14)


-

Gerakan bayi aktif, BAB(+), BAK (+), menangis kuat (+), merintih (-),
ikterik (+) Kremer III-IV.

6. Pada pasien ini ditegakkan diagnosis hipoglikemia berdasarkan pemeriksaan


gula darah sewaktu pada tanggal 4/5/14 pukul 20.00 dimana GDS = 22.

23

TINJAUAN PUSTAKA
Kelahiran Preterm
Definisi
Kelahiran preterm didefinisikan sebagai kelahiran bayi pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun
1961 menambahkan usia gestasi sebagai satu kriteria bayi prematur, yaitu bayi
yang lahir pada usia gestasi 37 minggu atau kurang. Dibuat pembedaan antara
berat badan lahir rendah (2500 g atau kurang) dan prematuritas (37 minggu atau
kurang).
Etiologi
Persalinan prematur bukanlah wujud satu penyakit, tetapi merupakan
gejala atau sindrome yang mungkin mempunyai 1 (satu) atau lebih sejumlah
penyebab (Gambar 2.1). Persalinan prematur telah dikaitkan dengan inkompetensi
cervix, kelainan haemostasis, infeksi dalam uterus, plasenta abruption atau
perdarahan desidua, janin atau stres ibu dan beberapa kehamilan.

Gambar Penyebab dari terjadinya kelahiran premature

- Faktor Ibu1
Infeksi Cairan Amnion dan Korioamnion

24

Vaginosis
Bacterialis
Faktor

Gaya

Hidup
Plasenta

dari ibu

yang perokok telah terbukti menjadi lebih besar, dengan meningkatnya luas
permukaan plasenta, dan memiliki karakteristik lesi-lesi sebagai akibat kurangnya
perfusi dari uterus.
Komplikasi plasenta dapat berupa perdarahan, terutama plasenta abruption
(solutio plasenta) dan, yang lebih sedikit, ialah plasenta previa, merupakan faktor
yang penting dalam predisposisi kelahiran prematur dan bayi lahir mati pada ibu
yang merokok selama kehamilan.
Faktor-faktor ibu lain yaitu ibu terlalu muda atau lanjut usia; kemiskinan;
penggunaan alcohol, dan faktor-faktor seperti pekerjaan lama berjalan atau berdiri,
kondisi kerja berat dan panjang.
Pada ibu yang terlalu tua terjadi lesi sklerotik (proses ateriosklerosis) pada
arteri miometrium sehingga dapat menyebabkan perfusi yang kurang dari plasenta
mengarah pada risiko yang lebih tinggi pada hasil mortalitas dan morbiditas
perinatal. Perfusi yang kurang dapat mengakibatkan iskemia dari desidua basalis,
yang kemudian menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan.
Perdarahan

Abruptio Plasenta

Abruptio plasenta atau solutio plasenta dapat mengakibatkan terjadinya


prematur pelahiran. Ini terjadi melalui pengeluaran trombin yang merangsang
kontraksi miometrium oleh reseptor yang diaktivasi protease tetapi secara
independen juga disebabkan sintesis dari prostaglandin.

25

Gambar Macam-macam penyebab fetal distress karena abruptio plasenta dan


penatalaksanaannya.1

Plasenta Previae

Gejala yang merupakan ciri khas ialah perdarahan yang tidak nyeri, yang
tidak muncul sampai trimester II akhir atau setelahnya.

- Faktor Janin
Kehamilan Multipel
Stress Pada Ibu dan Janin
- Faktor Lainnya
Genetik
Sifat keluarga, riwayat prematur dan sifat rasial kelahiran prematur telah
diketahui bahwa genetika mungkin memainkan peran dalam menyebabkan
persalinan preterm.

Bayi Berat Lahir Rendah

26

KLASIFIKASI
Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah 2
Bayi dengan berat lahir rendah sering diklasifikasikan berdasarkan :
1. Berat badan lahir
a. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), dengan berat lahir <1000
gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), dengan berat lahir 1001-1500
gram.
c. Bayi berat lahir rendah (BBLR), dengan berat badan 1501-2500 gram .
2. Usia kehamilan
a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan masa gestasi < 37 minggu
(<259 hari)
b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan masa gestasi 37-42
minggu (259 293 hari).
c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan masa gestasi > 42
minggu (294 hari).
3. Usia kehamilan dan berat badan lahir
a. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai dengan
berat badan untuk usia kehamilan (sesuai untuk masa kehamilan=SMK),
dimana masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari
haid yang teratur.
b. Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa
kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan=KMK)
Dari pengertian diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. prematuritas murni
masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan pada masa gestasi tersebut, atau biasa disebut dengan neonatus
kurang bulan-sesuai dengan masa kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya pada
masa gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine
dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya ( KMK)

27

Prematuritas murni
Etiologi
Penyebab kelahiran bayi berat lahir rendah dan gangguan pertumbuhan
intrauterine dapat disebabkan oleh faktor ibu, janin, dan plasenta. 2
a. Faktor Ibu:
Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi
Kelainan bentuk uterus (contoh: uterus bikornis, inkompeten serviks)
Tumor (contoh: mioma uteri, cystoma)
Ibu yang menderita penyakit, seperti tifus abdominalis, malaria (akut), TBC,
penyakit jantung, glomerulonefritis kronis (kronis)
Trauma pada masa kehamilan , fisik (jatuh/terbentur), psikologis (stress)
Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b. Faktor Janin :
Kehamilan ganda
Hidramnion
Ketuban pecah dini
Cacat bawaan
Infeksi transplasenta (contoh: rubeolla, sifilis, toxoplasmosis)
Insufisiensi plasenta
Inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor rhessus, golongan darah ABO)
c. Faktor Plasenta :
Plasenta previa
Solusio plasenta
Plasentitis Villus (ec. Bakteri, virus, parasit)
Berat plasenta berkurang atau berongga
Tumor (contoh: chorioangima, mola hidatidosa)
Tanda dan Gejala Bayi Berat Lahir Rendah : 2

Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

Berat badan lahir kurang dari 2500 gram

Panjang badan lahir kurang dari 46 cm

Kuku panjangnya belum melewati ujung jari

28

Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas

Lingkar kepala lahir kurang dari 33 cm

Lingkar dada lahir kurang dari 30 cm

Rambut lanugo masih banyak

Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga


seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga

Tumit mengilap, telapak kaki halus

Alat kelamin pada bayi pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis
belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia
minora belum tertutup oleh labia mayora

Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah

Fungsi saraf yang belum matang, mengakibatkan reflek hisap, menelan dan
batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah

Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan


jaringan lemak masih kurang

Verniks kaseosa sedikit atau tidak ada


Penilaian umur kehamilan sangat penting karena angka kematian dan

kesakitan menurun dengan meningkatnya umur kehamilan, selain itu terdapat


hubungan antara umur kehamilan dan tingkat maturitas fisiologis neonatus.
Stadium Bayi Berat Lahir Rendah dengan tanda wastingatau insufisiensi
plasenta (Clifford):
Stadium I
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti
perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium.
Stadium II
Terdapat tanda stadium I, ditambah warna kehijauan pada kulit plasenta dan
umbilikus, hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion yang
kemudian akan mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat
anoksia intrauteri.
Stadium III
29

Terdapat tanda stadium II ditambah dengan kulit, kuku dan tali pusat yang
berwarna kuning, ditemukan juga anoksia intrauterin yang lama.
PENENTUAN STATUS BBLR DALAM KURVA PERTUMBUHAN
Untuk menentukan status BBLR digunakan kurva pertumbuhan janin
Lubchenko, 1966 Pediatrix, 2001. Kurva ini menggunakan patikan berat badan
yang seharusnya pada umur kehailan tertentu. Kriteria yang digunakan adalah
BMK (Besar Masa Kehamilan), SMK (Sesuai Masa Kehamilan), dan KMK (Kecil
Masa Kehamilan). Berat badan kurang dari presentil ke 10 memiliki makna KMK
(Kecil Masa Kehamilan) atau PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat).3

DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi
dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan
anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.4
A. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR:
1. Umur ibu
2. Riwayat hari pertama haid terakir
3. Riwayat persalinan sebelumnya
4. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
5. Kenaikan berat badan selama hamil
6. Aktivitas
7. Penyakit yang diderita selama hamil
30

8. Obat-obatan yang diminum selama hamil


B. Pemeriksaan Fisik.
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
1. Berat badan < 2500 gram
2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:5
1. Pemeriksaan Skor Ballard

2. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
3. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
MASALAH BAYI BERAT LAHIR RENDAH DAN BAYI KURANG BULAN
1. Ketidakstabilan Suhu
Peningkatan hilangnya panas
Kurangnya lemak subkutan
Rasio luas permukaan terhadap berat badan
Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadahi
dan ketidakmampuan untuk menggigil
2. Kesulitan Pernafasan
31

Defisiensi surfaktan yang mengarah ke PMH (Penyakit Membran


Hyalin)
Resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya reflex batuk ,

menghisap dan menelan


Thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi lemah
Pernafasan yang periodic dan apnea
3. Kelainan Gastrointestinal dan Nutrisi
Refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu
Motilitas usus yang menurun
Pengosongan lambung tertunda
Pencernaan dan absorbs vitamin yang larut dalam lemak berkurang
Defisiensi enzim lactase
Menurunnya cadangan kalsium , fosfor , protein dan zat besi dalam
-

tubuh
Meningkatnya resiko EKN (Enterokolitis Nekrotikans)
4. Imaturitas Hati
Konjugasi dan ekskresi billirubin yang terganggu
Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K
5. Imaturitas Ginjal
Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar
Akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolic
Ketidakseimbangan
elektrolit,
misalnya
hiponatremia
-

atau

hipernatremia , hiperkalemia atau glikosuria ginjal


6. Imaturitas Imunologis
Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester
ke tiga
Fagositosis terganggu
Penurunan faktor komplemen
7. Kelainan Neurologis
Refleks isap dan telan imatur
Penurunan motilitas usus
Apnea dan bradikardia berulang
Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
Pengaturan perfusi serebral yang buruk
Hypoxic Ischemic Enchepalopathy (HIE)
Retinopati prematuritas
Kejang
Hipotonia
8. Kelainan Kardiovaskular
Patent Ductus Arteriosus (PDA) merupakan hal yang umum ditemui
-

pada bayi BKB


Hipotensi atau hipertensi
9. Kelainan Hematologis
Anemia
Hiperbilirubinemia
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
-

32

10. Kelainan Metabolisme


Hipokalsemia
Hipoglikemia atau hiperglikemia.6,7

Asfiksia
Asfiksia pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta
kematian bayi baru lahir setiap tahun. Data mengungkapkan bahwa kira-kira 10%
BBL membutuhkan bantuan untuk mulai bernapas dari bantuan ringan (langkah
awal dan stimulasi untuk bernapas) hingga resusitasi lanjut yang ekstensif. Dari
jumlah tersebut kira-kira hanya 1% saja yang membutuhkan resusitasi ekstensif.
Antara 1% sanoau 10% bayi baru lahir di rumah sakit membutuhkan bantuan
ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan intubasi dan kompresi dada.
Kebutuhan resusitasi dapat diantisipasi pada sejumlah besar bayi baru
lahir. Walaupun demikian, kadang-kadang kebutuhan resusitasi tidak dapat
diduga. Oleh karena itu tempat dan peralatan untuk melakukan resustasi harus
memadahi dan petugas yang sudah dilatih dan terampil harus tersedia setiap saat
di semua tempat kelahiran bayi.8,9
DEFINISI
Resusitasi adalah prosedur yang diaplikasikan pada BBL yang tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah
lahir. Asfiksia ditandai dengan keadaaan hipoksemia , hiperkarbia dan asidosis.
Menurut APP dan ACOG (2004), berikut karakteristik asfiksia :
1.

Asidemia metabolic atau campuran (metabolic dan respiratorik) yang jelas,


yaitu pH < 7 , pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilical

33

2.
3.

4.

Nilai apgar 0 7 pada menit ke 1


Manifestasi nerologi pada periode BBL segera, termasuk kejang ,
hipotonia , koma atau ensefalopati hipoksik iskemik
Terjadi disfungsi sistem multiorgan segera pada periode bayi baru lahir.8

FAKTOR RISIKO
1. Faktor Risiko Antepartum
Diabetes pada ibu
Hipertensi pada kehamilan
Hipertensi kronik
Anemia janin atau isoimunisasi
Riwayat kematian janin atau neonatus
Perdarahan pada trimester dua dan tiga
Infeksi ibu
Ibu dengan penyakit jantung , ginjal , paru , tiroid atau kelainan
-

nerologi
Polihidroamnion
Oligohidroamnion
Ketuban pecah dini
Hidrops fetalis
Kehamilan lewat waktu
Kehamilan ganda
Berat janin tidak sesuai masa kehamilan
Terapi obat seperti magnesium karbonat , beta blocker
Ibu pengguna obat bius
Malformasi atau anomaly janin
Tanpa pemeriksaan antenatal
Usia < 16 tahun atau > 35 tahun

2. Faktor Risiko Intrapartum


Seksio sesaria darurat
Kelahira dengan ekstraksi forsep atau vakum
Letak sungsang atau persentasi abnormal
Kelahiran kurang bulan
Partus presipitatus
Korioamnionitis
Ketuban pecah lama (< 18 jam sebelum persalinan)
Partus lama (> 24 jam)
Kala dua lama (> 2 jam)
Makrosomia
Bradikardia janin persisten
Frekuensi jantung janin yang tidak beraturan
Penggunaan anestesi umum
Hiperstimulus uterus
Penggunaan obat narkotika pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinan
Air ketuban bercampur mekonium
Prolaps tali pusat
Solisio plasenta

34

Plasenta previa
Perdarahan intrapartum. 8,9

PENILAIAN
Penilaian
Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah
tindakan resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian
dengan APGAR Score.

Pembacaan APGAR Score :


1. Apgar score dinilai 3x pada menit ke 1 5 10
2. Menit pertama digunakan untuk menentukan diagnosis (sehat / asfiksia)
a. Nilai APGAR 8 10 : Vigorous baby
b. Nilai APGAR 7
: Asfiksia ringan
c. Nilai APGAR 4 6 : Asfiksia sedang
d. Nilai APGAR 0 3 : Asfiksia berat
3. Menit ke-5 dan 10 digunakan untuk menentukan prognosis perkebangan
bayi baru lahir.

Neonatal Infeksi

35

DEFINISI
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir dibagi dua yaitu early infection
(diperoleh dari ibu saat masih berada di dalam kandungan) dan late infection
(infeksi yg diperoleh dari lingkungan luar). 8
PATOFISIOLOGI
Infeksi pada neonates dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:
1. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulai ibu ke plasenta.
Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilicus dan masuk ke janin.
Yang dapat masuk melalui cara ini antara lain:
a. Virus: rubella, poliomyelitis, coxakie, variola, varicella, CMV.
b. Spirochaeta: treponema palidum
c. Bakteri: E.Coli dan listeria monocytogenes
2. Infeksi intranatal
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga
amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu
antara pecahnya ketuban dengan lahirnya bayi lebih dari 12 jam)
memilik peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan
amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walau ketuban masih utuh,
misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina.
Infeksi janin terjadi melalui inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi
pneumonia

congenital

selain

itu

infeksi

dapat

sebabkan

septisemia.infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung


dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan oral
trush.
3. Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi
yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi
pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau
sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian
besar dapat dicegah. Hal ini penting karena mortalitas pascanatal ini
sangat tinggi.8,10
DIAGNOSIS

36

Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat


ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan
yang teliti, dan dengan pemeriksaan fisik serta laboratorium.
Diagnosis dini dapat ditegakkan bila kita cukup waspada terhadap kelainan
tingkah laku neonatus. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam
pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit maupun kelainan congenital
tertentu, namun tiba-tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya selalu diingat
bahwa kelainan tersebut disebabkan infeksi.
Menegakkan kemungkinan infeksi bayi baru lahir sangat penting, terutama
pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan
angka kematian yang tinggi. Di samping itu, gejala klinis infeksi yang perlu
mendapat perhatian yaitu 8,10:
Bayi malas minum
Bayi tertidur
Tampak gelisah
Pernafasan cepat
Berat badan turun drastis
Terjadi muntah dan diare
Panas badan dengan pola bervariasi
Aktivitas bayi menurun
Pada pemeriksaan dapat ditemui: bayi berwarna kuning,

pembesaran hepar, purpura, dan kejang-kejang


Terjadi edema
Sklerema

Ada 2 skoring yang digunakan untuk menemukan diagnosis neonatal


infeksi yaitu Bell Squash Score dan Gupte Score: 10,11
Bell Squash Score:
1. Partus tindakan
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Hasil: < 4 Observasi NI; > 4 NI
Gupte Score:

37

Prematuritas

Cairan amnion berbau busuk

Ibu demam

Asfiksia

Partus lama

Vagina tidak bersih

KPD

Hasil: 3-5 screening NI; > 5 NI


KLASIFIKASI
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua
golongan besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan.
Infeksi berat (major infection): sepsis neonatal, meningitis,
pneumonia, diare epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus

neonatorum.
Infeksi ringan (minor infection): infeksi pada kulit, oftalmia
neonatorum, infeksi umbilicus, moniliasis.

1. Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan
sebelumnya seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatuss dengan
gejala-gejala sistemik.
Faktor resiko:
o Persalinan lama
o Persalinan dengan tindakan
o Infeksi / febris pada ibu
o Air ketuban bau, keruh
o KPD > 12 jam
o Prematuritas & BBLR
o Fetal distress
Tanda & gejala:
o Refleks hisap lemah
o Bayi tampak sakit, tidak aktif, tampak lemah
o Hipotermia atau hipertermia
o Merintih
o Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus
Prinsip pengobatan:
o Penggunaan antibiotika
o Pemeriksaan laboratorium urin

38

o Biakan darah dan uji resistensi


2. Meningitis pada Neonatus
Tanda dan gejala:
o Sering didahului atau bersamaan dengan sepsis
o Kejang
o UUB menonjol
o Kaku kuduk
Pengobatan:
o Gunakan antibiotic yang mampu menembus sawar darah otak
diberikan minimal 3 minggu
o Pungsi lumbal
3. Sindrom Aspirasi Mekonium
SAM terjadi di intrauterin akibat inhalasi mekonium dan sering sebabkan
kematian terutama pada bayi BBLR karena refleks menelan dan batuk
yang belum sempurna
Gejala:
o Pada waktu lahir ditemukan meconium staining
o Letargia
o Malas minum
o Apneu neonatal
o Dicurigai bila ketuban keruh atau bau
o Rhonki (+)
Pengobatan:
o Laringoskop direct segera setelah lahir bila terdapat meconium
staining dan lakukan suction bila terdapat mekonium pada jalan
o
o
o
o

nafas
Bila setelah suction rhonki tetap ada, pasang ET
Bila setelah suction rhonki hilang, lakukan resusitasi
Terapi antibiotika
Cek darah rutin, BGA, GDS, foto baby gram

4. Tetanus Neonatorum
Etiologi:
o Perwatan tali pusat yang tidak steril
o Pembantu persalinan yang tidak steril
Gejala:
o Bayi yang semula dapat menyusu menjadi kesulitan karena kejang
otot rahang dan faring
o Mulut mencucu seperti ikan (trismus)
o Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan
epistotonus
o Tangan mengepal (boxer hand)
o Kejang
39

o Kadang disertai sesak dan wajah bayi membiru


Tindakan:
o Berikan antikonvulsan dan bawa ke RS
o Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia
o Pasang IV line dan OGT
o Pemberian ATS 3000-6000 unit IM
o Penisilin prokain G 200000 unit / KgBB / 24 jam IV selama 10 hari
o Rawat tali pusat
o Observasi dilakukan dengan mengurangi sekecil mungkin
terjadinya rangsangan
5. Oftalmia neonatorum
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria
gonorrhoeae saat bayi melewati jalan lahir
Dibagi menjadi 3 stadium:
o Stadium infiltratif
Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme,
bisa terdapat pseudomembran.
o Stadium supuratif
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat sekret
bercampur darah, yang khas sekret akan muncrat dengan mendadak
saat palpebra dibuka.
o Stadium konvalesen
Berlangsung 2-3 minggu. Sekret jauh berkurang, gejala lain tidak
begitu hebat lagi.
Penatalaksanaan:
o
Bayi harus diisolasi
o
Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis setiap 15 menit
disusul dengan pemberian salep mata penisilin, salep mata
o

diberikan setiap jam selama 3 hari


Penisilin prokain 50000 unit/KgBB IM. 8

PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan infeksi antara lain:

Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir

Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol

Gunakan teknik aseptic

Berhati-hati dengan instrument tajam dan bersihkan atau desinfeksi

instrument dan peralatan


Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin
Pisahkan bayi infeksius untuk mencegah infeksi nosokomial.8,10

40

Ikterik Neonatal
Definisi
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa
karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin. Jaringan
permukaan yang kaya elastin, seperti sklera dan permukaan bawah lidah, biasanya
menjadi kuning pertama kali. Pada orang dewasa, ikterus akan tampak apabila
serum bilirubin > 2 mg/dL (> 17 mol/L, sedangkan pada neonatus baru tampak
apabila serum bilirubin sudah > 5 mg/dL (> 86 mol/L). Bilirubin serum normal
adalah 0,1 0,3 mg/dl. Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam
darah > 13 mg/dL. Pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi pada umumnya
adalah fisiologis. 12
Bilirubin dalam darah terdiri dari dua bentuk, yaitu bilirubin direk dan
bilirubin indirek. Bilirubin direk larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui
urin. Sedangkan bilirubin indirek tidak larut dalam air dan terikat pada albumin.
Bilirubin total merupakan penjumlahan bilirubin direk dan indirek.
Klasifikasi Ikterus Neonatorum
1. Ikterus Fisiologis

41

Ikterus neonatorum fisiologis merupakan hasil dari terjadinya fenomena


berikut:

Peningkatan produksi bilirubin karena peningkatan penghancuran eritrosit


janin (hemolisis). Hal ini adalah hasil dari pendeknya umur eritrosit janin
dan massa eritrosit yang lebih tinggi pada neonatus (Kadar Hb neonatus
cukup bulan sekitar 16,8 gr/dl).

Kapasitas ekskresi yang rendah dari hepar karena konsentrasi rendah dari
ligan protein pengikat di hepatosit (rendahnya uptake) dan karena aktivitas
yang rendah dari glukuronil transferase, enzim yang bertanggung jawab
untuk mengkonjugasikan bilirubin dengan asam glukuronat sehingga
bilirubin menjadi larut dalam air (konjugasi).

Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih sedikitnya flora normal


di usus dan gerakan usus yang tertunda akibat belum ada intake nutrien.
Pada keadaan normal, kadar bilirubin indirek bayi baru lahir adalah 1-3

mg/dl dan naik dengan kecepatan < 5 mg/dl/24 jam, dengan demikian ikterus
fisiologis dapat terlihat pada hari ke-2 sampai ke-3, berpuncak pada hari ke-2 dan
ke-4 dengan kadar berkisar 5-6 mg/dL (86-103 mol/L), dan menurun sampai di
bawah 2 mg/dl antara umur hari ke-5 dan ke-7. Secara umum karakteristik ikterus
fisiologis adalah sebagai berikut:4
Timbul pada hari kedua ketiga.
Kadar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg % pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg % per hari pada neonatus kurang bulan
Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari
Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg %
Kadar bilirubin indirek pada bayi cukup bulan menurun sampai pada kadar
orang dewasa (1 mg/dl) pada umur 10-14 hari.
Tidak mempunyai dasar patologis.
Pada bayi prematur kenaikan bilirubin serum cenderung sama atau lebih
lambat daripada kenaikan bilirubin bayi cukup bulan, tetapi jangka waktunya
lebih lama, biasanya menimbulkan kadar yang lebih tinggi, puncaknya dicapai
pada hari ke-4 dan ke-7.
Ikterus Patologik

42

Peningkatan level bilirubin indirek yang lebih tinggi lagi tergolong patologis yang
dapat disebabkan oleh berbagai keadaan. Beberapa keadaan berikut tergolong
dalam ikterus patologis, antara lain:13

Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.

Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi
kurang bulan >10 mg/dL.

Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam.

Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL.

Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatabilitas darah, defisiensi


G6PD, atau sepsis)

Ikterus yang disertai oleh: Berat lahir <2000 gram, Masa gestasi 36
minggu, Asfiksia, hipoksia, sindrom gawat napas pada neonatus, Infeksi,
Trauma lahir pada kepala, Hipoglikemia

Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia >8 hari (pada aterm) atau
>14 hari (pada prematur)
Tingginya kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologik tersebut

tidak selalu sama pada tiap bayi tergantung usia gestasi, berat badan bayi dan usia
bayi saat terlihat kuning. Penyebab yang sering adalah hemolisis akibat
inkompatibilitas golongan darah atau Rh (biasanya kuning sudah terlihat pada 24
jam pertama), dan defisiensi enzim G6PD.
Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus patologis) dapat
disebabkan oleh faktor/keadaan:

Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus,


defisiensi G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat.

Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra


uterin.

Polisitemia.

Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.

Ibu diabetes.

Asidosis.

Hipoksia/asfiksia.

43

Penurunan ekskresi bilirubin terkonjugasi dalam empedu akibat faktor


intrahepatik dan ekstra hepatik yang bersifat fungsional atau disebabkan
oleh obstruksi mekanik.

Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi


enterohepatik.

Etiologi
Peningkatan produksi bilirubin, defisiensi dari uptake hepar, gangguan
konjugasi bilirubin, dan peningkatan sirkulasi enterohepatik bilirubin menjadi
sebagian besar penyebab ikterus patologis pada bayi baru lahir.
- Peningkatan produksi
Peningkatan produksi bilirubin terjadi pada neonatus dengan berbagai ras,
sebanding dengan neonatus dengan inkompatibilitas golongan darah, defisiensi
enzim eritrosit, atau defek struktural dari eritrosit. Kecenderungan terjadinya
hiperbilirubinemia pada kelompok ras tertentu belum dimengerti secara jelas.1
Penyakit hemolitik atau peningkatan laju destruksi eritrosit merupakan
penyebab tersering dari pembentukan bilirubin yang berlebihan. Ikterus yang
timbul sering disebut sebagai ikterus hemolitik. Konjugasi dan transfer pigmen
empedu berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin tak terkonjugasi melampaui
kemampuan hati. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar bilirubin tak
terkonjugasi dalam darah. Bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air,
sehingga tidak dapat di ekskresi dalam urin dan tidak terjadi bilirubinuria. Namun
demikian terjadi peningkatan pembentukan urobilinogen (akibat peningkatan
beban bilirubin terhadap hati dan peningkatan konjugasi serta ekskresi), yang
selanjutnya mengakibatkan peningkatan ekskresi dalam feses dan urine. Urine dan
feses berwarna lebih gelap.10,13
Beberapa penyebab lazim ikterus hemolitik adalah hemoglobin abnormal
(hemoglobin S pada anemia sel sabit), eritrosit abnormal ( sperositosis herediter),
antibodi dalam serum (inkompatibilitas Rh atau transfusi atau akibat penyakit
hemolitik autoimun), pemberian beberapa obat, dan peningkatan hemolisis.
Sebagian kasus ikterus hemolitik dapat disebabkan oleh suatu proses yang disebut
sebagai eritropoiesis yang tidak efektif. Proses ini meningkatkan dekstruksi
eritrosit atau prekursornya dalam sumsum tulang ( talasemia, anemia pernisiosa,
dan porfiria). Pada orang dewasa, pembentukan bilirubin berlebihan yang
44

berlangsung kronis dapat menyebabkan terbentuknya batu empedu yang


mengandung sejumlah besar bilirubin; diluar itu, hiperbilirubinemia ringan
umumnya

tidak

membahayakan.

Pengobatan

langsung

ditujukan

untuk

memperbaiki penyakit hemolitik.13


- Gangguan ambilan bilirubin
Ambilan bilirubin tak terkonjugasi terikat-albumin oleh sel hati dilakukan dengan
memisahkan dan mengikatkan bilirubin terhadap protein penerima. Hanya
beberapa obat yang telah terbukti berpengaruh dalam ambilan bilirubin oleh hati :
asam flavaspidat (dipakai untuk mengobati cacing pita), novobiosin, dan beberapa
zat warna kolesistografi. Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi dan ikterus biasanya
menghilang bila obat pencetus dihentikan. Dahulu, ikterus neonatal dan beberapa
kasus sindrom gilbert dianggap disebabkan oleh defisiensi protein penerima dan
gangguan ambilan oleh hati. Namun pada sebagian besar kasus ditemukan adanya
defisiensi glukoronil transferase, sehingga keadaan ini paling baik dianggap
sebagai defek konjugasi bilirubin.
- Gangguan konjugasi bilirubin
Defisiensi dari enzim uridine diphosphate glucuronosyltransferase (UDPGT),
enzim yang dibutuhkan dalam proses konjugasi bilirubin merupakan penyebab
lain yang penting pada ikterus neonatorum. Tiga gangguan herediter yang
menyebabkan defisiensi progresif enzim glukoronil transferase adalah: sindrom
Gilbert dan sindrom Crigler-Najjar tipe I dan tipe II. Meskipun seluruh bayi baru
lahir relatif kekurangan enzim tersebut, mereka yang menderita sindrom Crigler
Najjar tipe 1, dimana defisiensi enzim tersebut cukup parah, dapat bermanifestasi
sebagai ensefalopati bilirubin pada hari-hari atau bulan-bulan pertama
kehidupannya. Sebaliknya, ensefalopati jarang terjadi pada sindrom Crigler
Najjar tipe II, dimana kadar bilirubin serum jarang melebihi 20 mg/dl.
Sindrom Gilbert merupakan suatu penyakit familial ringan yang dicirikan
dengan ikterus dan hiperbilirubinemia tak terkonjugasi ringan (2-5 mg/ml) yang
kronis. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi adanya dua bentuk sindrom
Gilbert. Bentuk pertama pasien dengan bukti hemolisis dan peningkatan
penggantian bilirubin. Bentuk kedua memiliki bersihan bilirubin yang menurun
dan tidak terdapat hemolisis. Kedua bentuk ini dapat terjadi pada pasien yang
45

sama dan dalam waktu yang sama. Pada sindrom Gilbert, derajat ikterus berubahubah dan sering kali memburuk pada puasa lama, infeksi, stres, operasi, dan
asupan alkohol yang berlebihan. Awitan paling sering terjadi semasa remaja. Uji
fungsi hati serta kadar urobilinogen urin dan feses normal. Neonatus dengan
Gilberts syndrome juga mengalami penurunan ringan aktivitas enzim UGT.
Penurunan ini terjadi sebagai akibat ekspansi timin-adenin (TA) yang berulang
dalam regio promoter gen UGITA, gen utama yang mengkode enzim tersebut.
Variasi ras dalam jumlah pengulangan TA dan korelasinya aktivitas enzim UGT
menunjukkan kontribusi polimorfisme terhadap variasi metabolisme bilirubin.
Keadaan ini dapat diobati dengan fenobarbital, yang merangsang aktivitas enzim
glukoronil transferase.
Sindrom Crigler najjar tipe 1 merupakan gangguan herediter yang jarang
terjadi. Penyebabnya adalah suatu gen resesif, dengan tidak adanya glukoronil
transferase sama sekali sejak lahir. Oleh karena itu tidak terjadi konjugasi bilirubin
sehingga empedu tidak berwarna dan kadar bilirubin tak terkonjugasi melampaui
20 mg/100ml. Hal ini menyebabkan terjadinya kernikterus. Fototerapi dapat
mengurangi hiperbilirubinemia tak terkonjugasi untuk sementara waktu, tetapi
biasanya bayi meninggal pada usia satu tahun. Sindrom CiglerNajjar tipe II
adalah bentuk penyakit yang lebih ringan, diwariskan sebagai suatu sifat genetik
dominan dengan defisiensi sebagian glukoronil transerase. Kadar bilirubin tak
terkonjugasi serum lebih frendah (6-20 mg/dl) dan ikterus mungkin tidak terlihat
sampai usia remaja. Fenobarbital yang meningkatkan aktivitas glukoronil
transferase seringkali dapat menghilangkan ikterus pada pasien ini.
Pada ras Asia, varian DNA (Gly71Arg) menyebabkan perubahan asam
amino

dalam

protein

enzim

UDPGT,

yang

berhubungan

dengan

hiperbilirubinemia neonatus.
- Penurunan ekskresi bilirubin terkonjugasi
Gangguan ekskresi bilirubin, baik yang disebabkan oleh faktor fungsional maupun
obstruktif, terutama menyebabkan terjadinya hiperbilirubinemia terkonjugasi.
Bilirubin terkonjugasi larut dalam air, sehingga dapat diekskresi dalam urine dan
menimbulkan bilirubinuria serta urine yang gelap. Urobilinogen feses dan
urobilinogen urine sering menurun sehingga feses terlihat pucat. Peningkatan
kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai bukti-bukti kegagalan ekskresi hati
46

lainnya, seperti peningkatan kadar fosfatase alkali, AST, kolesterol, dan garam
empedu dalam serum. Kadar garam empedu yang meningkat dalam darah
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. Ikterus akibat hiperbilirubinemia
terkonjugasi biasanya lebih kuning dibandingkan akibat hiperbilirubinemia tak
terkonjugasi. Perubahan warna berkisar dari oranyekuning muda atau tua sampai
kuninghijau muda atau tua bila terjadi obstruksi total aliran empedu. Perubahan
ini merupakan bukti adanya ikterus kolestatik, yang merupakan nama lain ikterus
obstruktif. Kolestatis dapat berupa intrahepatik (mengenai sel hati, kanalikuli, atau
kolangiola) atau ekstrahepatik (mengenai saluran empedu diluar hati). Pada kedua
keadaan ini terdapat gangguan biokimia yang serupa.
Penyebab tersering kolestasis intrahepatik adalah penyakit hepatoselular
dengan kerusakan sel parenkim hati akibat hepatitis virus atau berbagai jenis
sirosis pada penyakit ini, pembengkakan dan dis organisasi sel hati dapat menekan
dan menghambat kanalikuli atau kolangiola. Penyalit hepato selular biasanya
mengganggu semua pase metabolisme bilrubin-ambilan, konjugasi, dan ekskresitetapi ekskresi biasanya paling terganggu, sehingga yang paling menonjol adalah
hiperbilirubinemia terkonjugasi. Penyebab kolestasis intrahepatik yang lebih
jarang adalah pemakaian obat-obat tertentu, dan gangguan herediter DubinJohnson serta sindrom Rotor (jarang terjadi). Pada keadaan ini terjadi gangguan
trasfer bilirubin melalui membran hepatosik yang menyebabkan terjadinya retensi
bilirubin dalam sel. Obat yang sering mencetuskan gangguan ini adalah halotan
(anastetik),

kontrasepsi

oral,

estrogen,

steroid

anabolik,

isoniazit,

dan

klorpomazin.
Penyebab tersering kolestasis ekstrahepatik adalah sumbatan batu empedu,
biasanya pada ujung bawah duktus koledokus; karsinoma kaput pankreas
menyebabkan tekanan pada duktus koledokus dari luar; demikian juga dengan
karsinoma ampula Vateri. Penyebab yang lebih jarang adalah striktur paska
peradangan atau setelah operasi, dan pembesaran kelenjar limfe pada porta
hepatis. Lesi intrahepatik seperti hepatoma kadang-kadang dapat menyumbat
duktus hepatikus kanan atau kiri. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh
beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan
darah merah seperti infeksi, toksoplasmosis, syphilis, hepatitis neonatus.
- Gangguan transportasi
47

Akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya hipoalbuminemia atau karena


pengaruh obat-obat tertentu misalnya sulfadiazine.
- Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya pada ileus obstruktif
Tabel Faktor resiko hiperbilirubinemia neonatorum1
Maternal factors
Perinatal factors
Race or ethnic group
Birth trauma
Asian
Cephalhematoma
Native American
Ecchymoses
Greek Islander
Complications
during Infection
pregnancy
Bacterial
Diabetes mellitus
Viral
Rh incompatibility
Protozoal
ABO incompatibility

Use of oxytocin in hypotonic


solutions during labor
Breast-feeding Breast
milk is a competitive
inhibitor of hepatic
UGT (breast-milk jaundice)

Neonatal factors
Prematurity
Hipoglikemia
Hipoalbuminemia
Genetic factors
Familial
disorders
of
conjugation
Gilberts syndrome
CriglerNajjar syndrome
types I and II
Other enzymatic defects
Glucose-6-phosphate
dehydrogenase deficiency
Pyruvate
kinase
deficiency
Hexokinase deficiency
Congenital erythropoietic
porphyria
Erythrocyte structural defects
Spherocytosis
Elliptocytosis
Polycythemia
Drugs
Streptomycin
Chloramphenicol
Benzyl alcohol
Sulfisoxazole
Low intake of breast
(breast-feeding jaundice)

Pemeriksaan Fisik
Secara klinis ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau
beberapa hari kemudian. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang
cukup. Ikterus akan terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat
dengan penerangan yang kurang, terutama pada neonatus yang kulitnya gelap.

48

milk

Tekan kulit secara ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan
jaringan subkutan. Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang
mendapatkan terapi sinar.
Hal-hal yang perlu diperiksa pada ikterus ini antara lain:
Kondisi umum, penentuan usia gestasi neonatus, berat badan, tanda-tanda
sepsis, status hidrasi
Tanda-tanda kernikterus seperti letargi, hipotonia, kejang, opistotonus,
high pitch cry
Pallor, plethora, sefalhematom, perdarahan subaponeurotik
Tanda-tanda infeksi intrauterin seperti pateki, splenomegali.
Progresi sefalo-kaudal pada ikterus berat
Penilaian klinis derajat ikterus neonatal menurut Kramer, yaitu:

Kramer I Daerah kepala (Bilirubin total 5 7 mg)


Kramer II Daerah dada pusat (Bilirubin total 7 10 mg%)
Kramer III Perut dibawah pusat - lutut (Bilirubin total 10 13 mg)
Kramer IV Lengan sampai pergelangan tangan, tungkai bawah sampai

pergelangan kaki (Bilirubin total 13 17 mg%)


Kramer V hingga telapak tangan dan telapak kaki (Bilirubin total >17
mg%)

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan serum bilirubin (bilirubin total dan direk) harus dilakukan pada
neonatus yang mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit atau
bayi-bayi yang tergolong risiko tinggi terserang hiperbilirubinemia berat. Namun
pada bayi yang mengalami ikterus berat, lakukan terapi sinar sesegera mungkin,
jangan menunda terapi sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar serum
bilirubin.
Transcutaneous bilirubinometer (TcB) atau ikterometer dapat digunakan
untuk menentukan kadar serum bilirubin total dengan cara yang non-invasif tanpa
harus mengambil sampel darah. Namun alat ini hanya valid untuk kadar bilirubin
total < 15 mg/dL (<257 mol/L), dan tidak reliable pada kasus ikterus yang
sedang mendapat terapi sinar. Alat ini digunakan untuk menskrining bayi.
Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk evaluasi menentukan
penyebab ikterus antara lain :

49

Golongan darah dan Coombs test


Darah lengkap dan hapusan darah tepi
Hitung retikulosit, skrining G6PD
Bilirubin total, direk, dan indirek
Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap 4-24 jam tergantung usia
bayi dan tingginya kadar bilirubin. Kadar serum albumin juga perlu diukur.

Gambar Bagan Diagnosis Ikterus.


Indikasi untuk merujuk ke RS

Ikterus timbul dalam 24 jam kehidupan

50

Ikterus hingga di bawah umbilikus


Ikterus yang meluas hingga ke telapak kaki harus dirujuk segera karena

kemungkinan membutuhkan transfusi tukar.


Riwayat keluarga dengan penyakit hemolitik yang signifikan atau

kernikterus
Neonatus dengan keadaan umum yang kurang baik
Ikterus memanjang > 14 hari.

Hipoglikemia pada Neonatus


Hipoglikemia merupakan salah satu indikator penting stress dan penyakit pada
bayi. Hipoglikemia yang tidak ditangani dapat mengakibatkan kerusakan syaraf
permanen atau kematian.
Hipoglikemia bayi biasanya didefinisikan sebagai nilai glukosa serum 45 mg/dl.
Bayi yang berisiko terkena hipoglikemia:
Bayi dari ibu DM
Bayi besar masa kehamilan (BMK)
Bayi kecil masa kehamilan (KMK)
Bayi kurang bulan dan lewat waktu
Bayi puasa
Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)
Bayi dengan polisitemia
Manifestasi klinis
Bayi dengan hipoglikemia tidak bersifat spesifik dan dapat serupa dengan adanya
penyakit lain. Oleh karena itu, kadar glukosa harus selalu dievaluasi dan ditangani
ketika terdapar faktor resiko atau tanda berikut:
Jitterness
Sianosis
Kejang atau tremor
Letargi dan menyusui yang buruk
Apneu
Tangisan lemah atau bernada tinggi
Hipotermia
RDS

DAFTAR PUSTAKA
1. F. Gary Cunningham., Kenneth J. L., Stephen L. B., Dwight J. Rouse.,
John C. H., Catherine Y. Spong. 2010. Fetal Growth Diorder Dalam :
EBook Williams Obstetric. 23st edition. New York : Mc graw Hill
51

2. Current : Pediatric Diagnosis and Treatment: Neonatal Intensive Care,


page 22-30. Edition 15 Th 2001 Mc Graw Hill Companies.
3. Markum A.H. Prematuritas dan Retardasi Pertumbuhan Intrauterine.
Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid I, cet.3, Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 1996; 221-36
4. Wood David and Malan Atties : Notes On The Newborn Infant Fifth
Edition.1996.
5. Rudolfs Fundamental Of Pediatric, Page 161-164 Mc Graw Hill
Companies 2002.
6. Stell BJ. The-High Risk Infant. Nelson Textbook of Pediatrics 19th edition.
Dalam Kliegman RM, editor. Philadelphia, USA: Saunders 2011.
7. S a i f u d d i n , A B , A d r i a n z , G . M a s a l a h B a y i B a r u L a h i r .
D a l a m : B u k u A c u a n Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal; edisi ke-1. Jakarta :yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2000;376-8.
8. IDAI. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2010
9. Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke4. London:Arnold, 2002; 62-88.
10. Ann L, Ted R. Neonatal Sepsis.2011.Avalaible
at http://emedicine.medscape.com/article/964312 accessed at Oktober
10th, 2011
11. Aminullah A. Masalah Terkini Sepsis Neonatorum. Dalam : Update in
Neonatal Infection. Pendidikan Berkelanjutan IKA XL VIII.Jakarta
2005:1-13
12. Camilia R.M, Cloherty J.P. Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty
J.P et al Manual of Neonatal Care 5th Ed., Lippincott Williams & Wilkins,
2004 : 185-221.
13. Depkes RI. 2001. Klasifikasi Ikterus Fisiologis dan Ikterus Patologis.
Dalam : Buku Bagan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda Sakit).
Metode Tepat Guna untuk Paramedis, Bidan dan Dokter. Depkes RI.

52

Anda mungkin juga menyukai