Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konjungtiva
Konjungtiva adalah satu lapisan membrane mucous yang nipis dan bening, dan
menyelaputi bagian anterior dari mata (kecuali kornea) dan permukaan dalam dari kelopak mata.
Epitelnya terdiri dari stratified columnar epithelium dengan sel goblet yang banyak, manakala
lapisan lamina proprianya terdiri dari jaringan ikat longgar. Konjungtiva mempunyai tiga bagian
berdasarkan anatomis; konjungtiva tarsalis, konjungtiva bulbi dan forniks.
Dari segi fisiologis, lapisan epitel dari konjungtiva memproduksi mucus, yang
merupakan pelincir yang sangat bagus. Ia juga mungkin mempunyai sel-sel melawan infeksi.
Jadi, konjungtiva memainkan peranan yang penting dalam sistem pertahanan imunologis untuk
bagian luar mata, dan memproduksi mukus yang sangat diperlukan untuk stabilitas tear film.
Tanpa lapisan mucin dari tear filem, lapisan tear yang lain akan destabilisasi, dan kornea bisa
terkompromi eksposure, kondisi kering, malnutrisi atau infeksi. Mukus juga melincirkan bola
mata untuk mengurangkan geseran dan lekatan dari kelopak mata.
Antara reaksi dari hipersensitiviti tipe I adalah anafilaksis, alergi, asma ekstrinsik, dan
alergi rhinitis. Lesi patologis termasuk dilatasi pembuluh darah, edema, kontraksi dari smooth
muscle, produksi mukus, dan inflamasi.
2.3 Konjungtivitis
Konjugtivitis dapat didefinisikan sebagai inflamasi konjungtiva akibat infeksi, alergen,
toksin atau trauma kimia. Konjungtivitis dapat dibagi menjadi dua; akut (5-7 hari) dan kronis (>7
hari). Dari segi etiologi, konjungtivitis dapat disebabkan oleh:
1. Virus
2. Bakteri
3. Alergi
4. Jamur
Perbedaan etiologi konjungtivitis:
Virus
Minimal
Menyeluruh
Sedang
Bakteri
Minimal
Menyeluruh
Mencolok
Jamur
Minimal
Menyeluruh
Alergi
Berat
Menyeluruh
Ringan sedang
Lakrimasi
Eksudasi
Adenopati
Preaurikuler
Amat banyak
Minimal
Biasanya ada
Sedang
Amat banyak
Langka
Sedang
Amat banyak
Biasanya hanya
pada k.inklusi
Sedang
Minimal
Tidak ada
Pewarnaan
kerokan
konjungtiva dan
eksudat
Monosit
Bakteri PMN
Sel PMN,
plasma, badan
inklusi
Eosinofil
Kaitan dengan
sakit
kerongkongan
dan demam
Kadang-kadang
ada
Kadang-kadang
ada
Tidak pernah
Tidak pernah
Gatal-gatal
Hiperemia
Kotoran
Sedikit, serous
Purulen: banyak
Non purulen
(mukopurulen):
sedikit
Kemosis
Pseudomembran
Papil
Folikel
+/+/+
++
+/+/-
Sedikit
Sedikit, lengket
putih
++
+
-
Epidemiologi: dapat rekuren dan bilateral terutama pada musim panas. Usia muda antara
3-25 tahun dan kedua jenis kelamin sama. Biasanya pada laki-laki mulai pada usia
- Bentuk limbal
bentuk limbal, hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk
jaringan hiperplastika gelatin, dengan Trantas dots yang merupakan degenerasi
epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus,
dengan sedikit eosinofil.
Merupakan konjungtivitis nodulas yang disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri
kelabu seperti suatu mikroakses yang biasanya terletak di dekat limbus. Biasanya abses
ini menjalar kearah sentral atau kornea dan terdapat tidak hanya satu.
Gejala: mata berair, iritasi dengan rasa sakit, fotofobia dapat ringan sampai berat. Bila
kornea ikut terkena, selain rasa sakit pasien juga akan merasa silau disertai
blefarospasme.
Dapat sembuh sendiri dalam 2 minggu, dengan kemungkinan akan terjadi kekambuhan.
Reaksi alergi selaput lendir mata atau konjungtiva terhadap polen, disertai dengan
demam.
Memberikan tanda mata berair, bengkak, belek berisi eosinofil.
Manifestasi klinis
Semua gejala bersifat rentan terhadap benda asing. Gejala utama adalah radang (merah,
sakit, bengkak, dan panas), gatal, silau berulang dan menahun. Tanda karakteristik lainnya
terlihat dengan terdapatnya papil besar pada konjungtiva (cobble stone), datang bermusim, yang
dapat mengganggu penglihatan. Pada hasil laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma,
limfosit dan basofil.
Diagnosis
1. Anamnesis
Gejala:
a. sekret, kelopak mata terasa lengket
b. mata merah
c. sensai benda asing
Rekurensi musiman (vernal): biasanya terjadi pada musim panas dan gatal terasa pada
sore hari
Riwayat alergi (atopi/alergi)
2. Pemeriksaan fisik
Konjungtivitas vernal/atopi:
- sekret seperti benang tebal
- papil konjungtiva besar (giant papil) pada konjungtiva tarsal superior atau limbus (tipe
palpebra)
- Shield ulcer pada kornea superior
- bintik putih pada limbus dan kelopak mata yang meninggi (horner-trantas dots) (tipe
limbal)
Konjungtivitas alergi:
- kemosis
- papil konjungtiva (bukan giant papil)
- sekret mucus minimal
- edema ringan
- eritema kelopak mata
Pemeriksaan Penunjang
Apus konjungtiva untuk kultur dan sensitivitas: agar darah, agar coklat, agar Thayermartin, pewarnaan gram jika parah
Penatalaksanaan
Diet dan gaya hidup:
1. Konjungtivitis alergi: hindari alergen atau eliminasi pemicu.
2. Pakai handuk, bantal, guling sendiri dan diganti setelah sembuh.
Terapi farmakologis:
1. Konjungtivitis vernal/atopic:
a) Edukasi
- hindari hal yang memicu timbulnya alergi: jangan panas-panasan
- kalau gatal kompres dingin
- kalau gatal sekali boleh ditambah antihistamine
b) Ringan
- Air mata atificial 6x/hari
- Mastel stabilizer 4x/hari
c) Sedang
- Levokabastin atau olopatadin HCL 0.1% 4x/hari
- Ketorolak 4x/hari
d) Berat
- Jika sekret banyak sekali dan visus turun
- Fluorometholon 4x/hari selama 1-2 minggu ditambah natrium kromolin 4% topical atau
lodoksamid untuk penyakit vernal atau atopi
- Jika ada shield ulcer (karena cobble stone yang melukai kornea) tambah dengan steroid
dan antibiotik topikal.
2. Konjungitivitis alergi:
a) hilangkan faktor pemicu
b) kompres dingin
Konjungtivitis
Mata berair (Epiphora). Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing
atau karena gatal.
Eksudasi (Sekret), terutama pada pagi hari. Pada konjungtivitis sekret dapat bersifat:
Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut
Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi
Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri
Pseudoptosis, yaitu turunnya palpebra superior akibat kelopak mata bengkak. Terdapat
pada konjungtivitis berat seperti trachoma dan keratokonjungtivitis epidemik.
Tanda lainnya adalah hipertrofi papila, kemosis konjungtiva, folikel (khas terdapat pada
konjungtivitis virus), pseudomembran dan membran, flikten, dan limfadenopati preaurikuler.
Pemeriksaan laboratorium sekret konjungtiva bulbi akan memberikan gambaran khusus untuk
jenis infeksi, yang akan memperlihatkan tanda-tanda infeksi virus, bakteri,jamur, atau alergi pada
pemeriksaan sitologik.
Gatal
Mata merah
Hemoragi
Sekret
Kemosis
Lakrimasi
Folikel
Papil
Pseudomembra
n
Pembesaran
kelenjar limfe
Panus
Bersamaan
dengan
keratitis
Demam
Sitologi
Alergi
++
+
Viscus
Toksik
+
-
++
+
Bakteri
++
+
Purulen,
kuning,
krusta
++
+
+
++
+
+
+
-
++
Granulosit
Limposit,
monosit
Eosinofil
Sel epitel,
granulosit
Keratitis
Uveitis Anterior
Glaukoma Kongestif
Akut
Visus
Normal
Tergantung letak
infiltrat
Hiperemi
Epifora,
fotofobia
Sekret
Palpebra
konjungtiva
perikornea
Menurun perlahan,
tergantung letak
radang
siliar
Banyak
Normal
Normal
normal
Kornea
Jernih
Bercak infiltrat
COA
Cukup
cukup
H. Aquous
Normal
normal
Iris
Normal
normal
Pupil
Lensa
Normal
Normal
normal
normal
Menurun mendadak
Mix injeksi
-
Edema
Edema, suram (tidak
Gumpalan sel radang
bening), halo (+)
Sel radang (+)
dangkal
Sel radang (+), flare
Kental
(+), tyndal efek (+)
Kadang edema
Kripta menghilang
(bombans)
karena edema
miosis
Mid midriasis (d:5mm)
Sel radang menempel
Keruh
Informasi ini dapat membentu kita menegakkan diagnosis karena rasa sakit yang datang pada
saat-saat tertentu merupakan symptom bagi infeksi bakteri tertentu, misalnya;
Sakitnya lebih parah saat bangun pagi dan berkurang siang hari, rasa sakitnya (tingkat
keparahan) meningkat setiap harinya, dapat menandakan infeksi stafilokokus.
Sakit parah sepanjang hari, berkurang saat bangun tidur, menandakan keratokonjungtiva
sisca (mata kering).
1.
Gatal
Biasanya menunjukkan adanya konjungtivitis alergi.
1.
Fotofobia
Tanda Penting Konjungtivitis8
1.
Hiperemi
Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda ini merupakan tanda
konjungtivitis yang paling mancolok. Hiperemi yang tampak merah cerah biasanya menandakan
konjungtivitis bakterial sedangkan hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya menandakan
konjungtivitis karena alergi. Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah
limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Terdapat perbedaan antara
injeksi konjungtiva dan siliaris yaitu;
2.5.2
Injeksi Konjungtiva
Kausa
Lokasi
Warna
Pembuluh darah
Adrenalin
Sekret
Intensitas Nyeri
Injeksi Siliaris
Keratitis, Iridosiklitis,
Iritasi, Konjungtivitis
Glaukoma Akut
Forniks ke limbus makin kecil Limbus ke forniks makin kecil
Merah terang
Merah padam
Bergerak dengan dengan
Tidak bergerak
konjungtiva
Menghilang
Menetap
Sekret (+)
Lakrimasi (+)
Sedikit
Nyeri
Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan eksternal dan slitlamp biomikroskopi.Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut ini:5
Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler
Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea
Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan warna, malposisi,
kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan
Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis, perubahan sikatrikal,
simblepharon, massa, sekret
Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati terhadap:5
Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, nodul atau vesikel, sisa
kulit berwarna darah, keratinisasi
Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dan kutu
Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, sekret
Konjungtiva tarsal dan forniks
1.
Adanya papila, folikel dan ukurannya
2.
Perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan simblepharon
3.
Membran dan psudomembran
4.
Ulserasi
5.
Perdarahan
Benda asing
7.
Massa
8.
Kelemahan palpebra
Konjungtiva bulbar/limbus: folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan, papila, ulserasi,
luka, flikten, perdarahan, benda asing, keratinisasi
Kornea
1.
Defek epitelial
2.
Keratopati punctata dan keratitis dendritik
3.
Filamen
4.
Ulserasi
5.
Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten
6.
Vaskularisasi
7.
Keratik presipitat
Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi
Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea
6.
konjungtivitis alergi yang agresif yang tampak sebagai shield coneal ulcer. Rujukan spesialis
harus dipertimbangkan pada kasus berat atau penyakit alergi yang resisten, dimana memerlukan
tambahan terapi dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama dengan
antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabilizer. Topikal NSAID dapat ditambahkan jika
memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih lanjut. Kortikosteroid punya beberapa resiko jangka
panjang terhadap mata termasuk penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder,
peningkatan tekanan intraokuler, dan pembentukan katarak. Kortikosteroid yang lebih baru
seperti loteprednol mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon. Siklosporin topikal
dapat melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat dipertimbangkan sebagai lini kedua
dari kortikosteroid. Dapat terutama sekali berguna sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi
berat atau konjungtivitis vernal.
2.9
Komplikasi Konjungtivitis
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1.
glaukoma
2.
katarak
3.
ablasi retina
4.
komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis
seperti ekstropin, trikiasis
5.
komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6.
komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila
sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu
penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta
7.
komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan
3.10 Prognosa Konjungtivitis
Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain
bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut
dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan.
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit
radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan
dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.