Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
Kelompok 5
Khotimah Ana Saputri
20110110004)
20110110020)
Vinni Alfiana
20110110035
220110110050
220110110067
220110110082
220110110097
Glory Nactasia
220110110114
Mona Yosefin
220110110129)
220110110146
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini membahas
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
pemberdayaan,
pembudayaan,
dan
kerja
sama
dengan
1.2 Tujuan
Pembangunan
karakter
bangsa
bertujuan
untuk
membina
dan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Membangun Karakter Bangsa
Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat
baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang
terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren
memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa
seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau
sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan
ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.
Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik
yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan
bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga
seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan
perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam
kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia
yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan
prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dankomitmen terhadap NKRI.
Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu negara
kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai
dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam
konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang berkeadaban untuk
membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan
Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembangunan karakter bangsa dilakukan secara koheren melalui proses sosialisasi,
pendidikan dan pembelajaran, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja sama seluruh
komponen bangsa dan negara.
dan
pendidikan
karakter
sebenarnya
telah
dibatasi
bangsanya, tempat berpikir ilmiah menjadi titik tekan karena hal itulah yang sangat
dibutuhkan untuk menjawab tuntutan. Pembangunan karakter yang keras harus
dilakukan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Jangan sampai titik
tekan pembangunan karakter tersebut justru menjadi tidak cocok dengan kebutuhan
untuk mengatasi masalah yang ada. Pembangunan karakter itulah yang kemudian
dapat dilakukan oleh pendidikan karena didalamnya proses sosial mengarahkan
generasi yang dilakukan.
Kepribadian manusia selalu berkembang sehingga bisa dibentuk ulang dan
diubah. Kepribadian adalah hubungan antara materi tubuh dan jiwa seseorang yang
perkembangannya dibentuk oleh pengalaman dan kondisi alam bawah sadar yang
terbentuk sejak awal pertumbuhan manusia, terutama akibat peristiwa-peristiwa
psikologis yang penting dalam pertumbuhan diri. Banyak yang beranggapan bahwa
tidak ada orang yang memiliki dua kepribadian, kecuali orang yang sakit jiwa.
Kepribadian orang digunakan untuk merespons lingkungan disekitarnya. Bukan
segala tingkah laku orang dapat ditentukan kepribadiannya, akan tetapi ada saat
tertentu lingkungan luar dapat mengubah kepribadian seseorang jika lingkungan
tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar. Oleh karena itu, Kepribadian dapat
berubah apabila lingkungan tiba-tiba berubah.
Berikut ini merupakan beberapa sikap yang mencerminkan karakter bangsa:
1. Saling menghormati dan menghargai,
2. Rasa kebersamaan dan tolong menolong,
3. Rasa kesatuan dan persatuan,
4. Rasa peduli dalam bermasyarakat berbangsa dan Negara,
5. Adanya moral dan akhlak dan di landasi nilai-nilai agama,
6. Perilaku dan sifat-sifat kejiwaan dan saling menghormati dan menguntungkan,.
7. Kelakuan dan tingkah laku menggambarkan nilai-nilai agama, hukum, dan
budaya, serta
8. Sikap dan prilaku menggambarkan nilai-nilai kebangsaan, dan sebagainya.
Karakter bangsa dapat dibentuk dari program-program pendidikan atau dalam proses
pembelajaran yang ada di dalam kelas. Akan tetapi, apabila pendidikan memang
bermaksud serius untuk membentuk suatu karakter generasi bangsa, ada banyak hal
yang harus dilakukan, dan dibutuhkan penyadaran terhadap para pendidik dan juga
terhadap pelaksana kebijakan pendidikan. Jika kita pahami arti dari Pendidikan secara
luas, pendidikan sebagai proses penyadaran, pencerdasan dan pembangunan mental
atau karakter, tentu bukan hanya identik dengan sekolah. Akan tetapi, berkaitan
dengan proses kebudayaan yang secara umum sedang berjalan, dan juga memliki
kemampuan untuk mengarahkan kesadaran, membentuk cara pandang, dan juga
membangun karakter generasi muda. Artinya, karakter yang menyangkut cara
pandang dan kebiasaan siswa, remaja, dan juga kaum muda secara umum sedikit
sekali yang dibentuk dalam ruang kelas atau sekolah, akan tetapi lebih banyak
dibentuk oleh proses sosial yang juga tak dapat dilepaskan dari proses ideoogi dan
tatanan material-ekonomi yang sedang berjalan.
Mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai
Pancasila pada diri peserta didik melalui Pendidikan hati, otak, dan fisik. Pendidikan
adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta
didik. Pendidikan adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan
generasi muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih
baik di masa depan. Keberlangsungan tersebut dapat ditandai oleh pewarisan budaya
dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan
merupakan proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan
juga proses pengembangan budaya karakter bangsa untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan
budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi
dirinya, melakukan proses interalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi
kepribadian dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat
yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa, dan pendidikan yang telah
dikemukakan diatas maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri
peserta didik sehingga memiliki nilai dan karakter sebagai karakter diri, yang
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota
masyarakat, dan warga Negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Atas
dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat strategis
bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang. Perkembangan
tersebut harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai,
dengan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu
nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah oleh
karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah,
melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya
sekolah.
Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa adalah perkembangan
potensi peserta didik agar menjadi berperilaku baik, dan bagi peseta didik yang telah
memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa, untuk
memperkuat pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam perkembangan
potensi peserta didik yang bermartabat, dan juga untuk menyaring budaya bangsa
sendiri dengan bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang bermartabat.
2.3 Strategi Membangun Karakter
1. Strategi Pembinaan Karakter Bangsa Melalui Sosialisasi
Sosialisasi dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk membangkitkan
kesadaran dan sikap positif terhadap pembangunan karakter bangsa guna
mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Agar sosialisasi dapat berlangsung efektif dan efisien, maka pemilihan media
dan target sasaran menjadi sangat penting. Disadari atau tidak perkembangan
teknologi informasi dengan media sebagai piranti utama, berimplikasi pada tatanan
kehidupan umat manusia dalam berbagai dimensinya, baik dalam dimensi politik,
ekonomi, sosial budaya, maupun agama. Kondisi ini patut diwaspadai sehingga
masyarakat tidak terjebak pada kemajuan teknologi informasi semata tanpa berupaya.
Dengan demikian, unsur media (cetak, elektronik, tradisional) harus diposisikan
sebagai mitra strategis dalam upaya pembinaan karakter bangsa utamanya dalam hal
sosialisasi.
Di samping unsur media, hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah
penentuan kelompok-kelompok sasaran sehingga dampak sosialisasi segera
merambah pada setiap anak bangsa, terutama generasi muda. Pada dasarnya
kelompok sasaran adalah seluruh warga negara Indonesia, yang lebih difokuskan
pada generasi muda. Adapun sasaran adalah pemerintah, dunia usaha dan industri,
satuan pendidikan, organisasi sosial kemasyarakatan/ profesi, organisasi sosial
politik, dan media massa.
a.
b.
c.
d.
e.
10
(2)
(3)
pemberian penghargaan kepada para tokoh-tokoh atau orang tua yang telah
menunjukkan komitmennya dalam membangun karakter di lingkungan
keluarga
(4)
11
2.
3.
informasi
dan
komunikasi,
multimedia dalam
pembuatan
Pancasila
Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
sehingga memiliki fungsi yang sangat fundamental. Selain bersifat yuridis formal
yang mengharuskan seluruh peraturan perundang-undangan berlandaskan pada
Pancasila (sering disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum), Pancasila juga
bersifat filosofis. Pancasila merupakan
12
2.
terdapat dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. Oleh karena itu, landasan
kedua yang harus menjadi acuan dalam pembangunan karakter bangsa adalah norma
konstitusional UUD 1945. Nilai-nilai universal yang terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945 harus terus dipertahankan menjadi norma konstitusional bagi negara
Republik Indonesia.
Keluhuran nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memancarkan
tekad dankomitmen bangsa Indonesia untuk tetap mempertahankan pembukaan itu
dan bahkan tidak akan mengubahnya. Paling tidak ada empat kandungan isi dalam
Pembukaan UUD 1945 yang menjadi alasan untuk tidak mengubahnya. Pertama, di
13
dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat norma dasar universal bagi berdiri tegaknya
sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Dalam alinea pertama secara eksplisit
dinyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh karena itu
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan. Pernyataan itu dengan tegas menyatakan bahwa
kemerdekaan merupakan hak segala bangsa dan oleh karena itu, tidak boleh lagi ada
penjajahan di muka bumi. Implikasi dari norma ini adalah berdirinya negara merdeka
dan berdaulat merupakan sebuah keniscayaan. Alasan kedua adalah di dalam
Pembukaan UUD 1945 terdapat norma yang terkait dengan tujuan negara atau tujuan
nasional yang merupakan cita-cita pendiri bangsa atas berdirinya NKRI. Tujuan
negara itu meliputi empat butir, yaitu (1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Cita-cita itu sangat
luhur dan tidak akan lekang oleh waktu. Alasan ketiga, Pembukaan UUD 1945
mengatur ketatanegaran Indonesia khususnya tentang bentuk negara dan sistem
pemerintahan. Alasan keempat adalah karena nilainya yang sangat tinggi bagi bangsa
dan negara Republik Indonesia, sebagaimana tersurat di dalam Pembukaan UUD
1945 terdapat rumusan dasar negara yaitu Pancasila.
Selain pembukaan, dalam Batang Tubuh UUD 1945 terdapat norma-norma
konstitusional yang mengatur sistem ketatanegaraan dan pemerintahan Indonesia,
pengaturan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia, identitas negara, dan pengaturan
tentang perubahan UUD 1945 yang semuanya itu perlu dipahami dan dipatuhi oleh
warga negara Indonesia. Oleh karena itu, dalam pengembangan karakter bangsa,
norma-norma konstitusional UUD 1945 menjadi landasan yang harus ditegakkan
untuk kukuh berdirinya negara Republik Indonesia.
3.
14
yang dibangun pada manusia dan bangsa Indonesia adalah karakter yang memperkuat
dan memperkukuh komitmen terhadap NKRI, bukan karakter yang berkembang
secara tidak terkendali, apalagi menggoyahkan NKRI. Oleh karena itu, rasa cinta
terhadap tanah air (patriotisme) perlu dikembangkan dalam pembangunan karakter
bangsa. Pengembangan sikap demokratis dan menjunjung tinggi HAM sebagai
bagian dari pembangunan karakter harus diletakkan dalam bingkai menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan bangsa (nasionalisme), bukan untuk memecah belah bangsa
dan NKRI. Oleh karena itu, landasan keempat yang harus menjadi pijakan dalam
pembangunan karakter bangsa adalah komitmen terhadap NKRI.
4.
Akan tetapi,
15
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Negara Indonesia adalah negara yang solid terdiri dari berbagai suku dan
bangsa, terdiri dari banyak pulau-pulau dan lautan yang luas. Jika kita sebagai warga
negara ingin mempertahankan daerah kita dari ganguan bangsa/negara lain, maka kita
harus memperkuat ketahanan nasional kita. Ketahanan nasional adalah cara paling
ampuh, karena mencakup banyak landasan seperti : Pancasila sebagai landasan ideal,
UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dan Wawasan Nusantara sebagai landasan
visional, jadi dengan demikian katahanan nasional kita sangat solid.
Mengingat penting dan luasnya cakupan pembinaan karakter bangsa dalam
rangka ketahanan nasional, menjadikan masyarakat berketuhanan yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka diperlukan
komitmen dan dukungan dari lembaga penyelenggara negara, dunia usaha dan
industri, masyarakat, media massa dan pemangku kepentingan lainnya untuk
menyusun program kerja dan mengkoordinasikan dengan pihak terkait agar terjadi
sinergi yang kokoh untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, H.S. 2010. Pengembangan
Pendidikan
Bangsa. Jakarta: Litbang Puskur Kemdiknas
Budaya
dan
Karakter
Nunut.
2011.
Pembentukan
karakter
bangsa
dengan
pancasila. http://nunutwaone/2011/5/makalah-pembentukan-karakter-bangsa
pancasila.html. diakses 29 april 2013 Syahnakri. 2009. Renungan Kebangsaan Dan
Pancasila.
Ananta Pramoedya Toer.2006. Anak Semua Bangsa.Jakarta : Lentera Dipantar
Depdiknas, 2003, Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional,www.depdiknas.go.id
Goble, G Frank.1991.Mazhab Ketiga : Psikologi Humanistik Abraham Maslow.
Yogyakarta.Penerbit Kanisius
http://berbagireferensi.blogspot.com/2011/10/pengembangan-pendidikan-dan budayadan.html
Muin,Fachtul.2011.Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan praktik.Yogyakarta
: Arr-ruzz Media
Rachman, Maman. 2000. Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi
Generasi Muda Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun Ke-7
18