Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA


Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kewarganegaraan

Disusun oleh:
Kelompok 5
Khotimah Ana Saputri

20110110004)

Siti Amanatun Hasanah

20110110020)

Vinni Alfiana

20110110035

Margaretha Lumban Gaol

220110110050

Neng Tuti Haryati

220110110067

Chandra Wahyu Nur Rochmat

220110110082

Riezka Wanda Noviana

220110110097

Glory Nactasia

220110110114

Mona Yosefin

220110110129)

Firdha Kusuma Putri

220110110146

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini membahas

tentang Membangun Karakter Bangsa yang

merupakan bagian penting dalam mata kuliah KWN (Kewarganegaraan)


Dalam penulisan makalah ini, penulis menemui beberapa kendala, tetapi dapat
teratasi berkat bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Mira Trisyani K., S.Kp., M.Ns. selaku dosen koordinator mata pelajaran
kuliah kewarganegaraan
2. Teman-teman kelompok tutor 5
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun demi penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Akhirnya,
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita. Amin.

Jatinangor, April 2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... i


Kata Pengantar ................................................................................................ iii
Daftar Isi ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 3


2.1 Definisi Membangun Karakter Bangsa ...................................................... 3
2.2 Pendidikan Karakter Bangsa ...................................................................... 6
2.3 Strategi Pembangunan Karakter Bangsa .................................................... 8
2.4 Pilar Pembangunan Karakter ..................................................................... 12
2.5 Tanda Kehancuran Suatu Bangsa .............................................................. 15

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 17


3.1 Simpulan ................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18

iii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan karakter bangsa memiliki urgensi yang sangat luas dan
bersifat multidimensional. Sangat luas karena terkait dengan pengembangan
multiaspek potensi-potensi keunggulan bangsa dan bersifat multidimensional
karena mencakup dimensi-dimensi kebangsaan yang hingga saat ini sedang
dalam proses menjadi. Dalam hal ini dapat juga disebutkan bahwa:
(1) karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara,
hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa
(2) karakter berperan sebagai kemudi dan kekuatan sehingga bangsa ini
tidak terombang-ambing
(3) karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan
dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat.
Selanjutnya, pembangunan karakter bangsa akan mengerucut pada tiga
tataran besar, yaitu
(1) untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa,
(2) untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan
(3) untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak
mulia dan bangsa yang bermartabat.
Pembangunan karakter bangsa harus diaktualisasikan secara nyata dalam
bentuk aksi nasional dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan
etika pembangunan bangsa sebagai upaya untuk menjaga jati diri bangsa dan
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dalam naungan NKRI.
Pembangunan karakter bangsa harus dilakukan melalui pendekatan sistematik
dan integratif dengan melibatkan keluarga; satuan pendidikan; pemerintah;
masyarakat termasuk teman sebaya, generasi muda, lanjut usia, media massa,

pramuka, organisasi kemasyarakatan, organisasi politik, organisasi profesi,


lembaga swadaya masyarakat; kelompok strategis seperti elite struktural, elite
politik, wartawan, budayawan, agamawan, tokoh adat, serta tokoh masyarakat.
Adapun strategi pembinaan karakter dapat dilakukan melalui sosialisasi,
pendidikan,

pemberdayaan,

pembudayaan,

dan

kerja

sama

dengan

memperhatikan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat serta pendekatan


multidisiplin yang tidak menekankan pada indoktrinasi.

1.2 Tujuan
Pembangunan

karakter

bangsa

bertujuan

untuk

membina

dan

mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan


masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa yang di maksud dengan karakter, karakter bangsa, dan pembinaan
karakter bangsa?
2. Apa saja yang menjadi pilar dalam pembangunan karakter?
3. Bagaimana strategi pembangunan karakter bangsa dalam rangka ketahanan
nasional?

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Membangun Karakter Bangsa
Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat
baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang
terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren
memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa
seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau
sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan
ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.
Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik
yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan
bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga
seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan
perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam
kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia
yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan
prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dankomitmen terhadap NKRI.
Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu negara
kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai
dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam
konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang berkeadaban untuk
membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan
Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembangunan karakter bangsa dilakukan secara koheren melalui proses sosialisasi,
pendidikan dan pembelajaran, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja sama seluruh
komponen bangsa dan negara.

Membangun karakter bangsa adalah membangun pandangan hidup, tujuan


hidup, falsafah hidup, rahasia hidup serta pegangan hidup suatu bangsa. Sebagai
bangsa, bangsa Indonesia telah memiliki pegangan hidup yang jelas. Dimulai sejak
dikumandangkannya Proclamation of Independence Indonesia dan dicetuskannya
declaration of Independence sebagai cetusan kemerdekaan dan dasar kemerdekaan,
sekaligus menghidupkan kepribadian bangsa Indonesia dalam arti kata yang seluasluasnya meliputi kepribadian politik, kepribadian ekonomi, kepribadian sosial,
kepribadian kebudayaan dan kepribadian nasional. Membangun karakter sangat
diperlukan dalam memaknai kehidupan merdeka yang telah dicapai oleh bangsa kita
atas karunia Tuhan. Pembentukan karakter adalah proses membangun dari bahan
mentah menjadi cetakan yang sesuai dengan bakat masing-masing. Pendidikan adalah
proses pembangunan karakter. Pembangunan karakter merupakan proses membentuk
karakter, dari yang kurang baik menjadi lebih baik, tergantung pada bekal masingmasing. Mau dibawa kemana karakter tersebut dan mau dibentuk seperti apa
nantinya, tergantung pada potensinya dan juga tergantung pada peluangnya.
Pembangunan

dan

pendidikan

karakter

sebenarnya

telah

dibatasi

(kontradiktif) dengan pendidikan mahal dan komersil atau kapatalisme pendidikan.


Bangsa adalah kumpulan manusia individual, Karakter bangsa dicerminkan oleh
karakter manusia-manusia yang ada di dalam bangsa tersebut. Sebuah bangsa lahir
mirip dengan seorang manusia lahir. Seorang bayi lahir dari perjuangan keras seorang
ibu. Pembangunan karakter bangsa juga demikian, dimana pembangunan karakter
bangsa berkaitan dengan sejarah dimasa lalu yang memberikan syarat-syarat material
yang memunculkan persepsi masyarakat terhadap kondisinya tersebut, dipengaruhi
oleh kejadian konkret di masa kini. Pembangunan karakter diperlukan untuk
menumbuhkan watak bangsa yang bisa dikenali secara jelas, yang membedakan diri
dengan bangsa lainnya, dan ini diperlukan untuk menghadapi situasi zaman yang
terus berkembang. Pembangunan karakter menjadi penting karena situasi kehidupan
tertentu dan konteks keadaan tertentu membutuhkan karakter yang sesuai untuk
menjawab keadaan yang ada tersebut. Misalnya, bangsa yang masih rendah
teknologinya memerlukan karakter yang produktif dan kreatif dari generasi

bangsanya, tempat berpikir ilmiah menjadi titik tekan karena hal itulah yang sangat
dibutuhkan untuk menjawab tuntutan. Pembangunan karakter yang keras harus
dilakukan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Jangan sampai titik
tekan pembangunan karakter tersebut justru menjadi tidak cocok dengan kebutuhan
untuk mengatasi masalah yang ada. Pembangunan karakter itulah yang kemudian
dapat dilakukan oleh pendidikan karena didalamnya proses sosial mengarahkan
generasi yang dilakukan.
Kepribadian manusia selalu berkembang sehingga bisa dibentuk ulang dan
diubah. Kepribadian adalah hubungan antara materi tubuh dan jiwa seseorang yang
perkembangannya dibentuk oleh pengalaman dan kondisi alam bawah sadar yang
terbentuk sejak awal pertumbuhan manusia, terutama akibat peristiwa-peristiwa
psikologis yang penting dalam pertumbuhan diri. Banyak yang beranggapan bahwa
tidak ada orang yang memiliki dua kepribadian, kecuali orang yang sakit jiwa.
Kepribadian orang digunakan untuk merespons lingkungan disekitarnya. Bukan
segala tingkah laku orang dapat ditentukan kepribadiannya, akan tetapi ada saat
tertentu lingkungan luar dapat mengubah kepribadian seseorang jika lingkungan
tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar. Oleh karena itu, Kepribadian dapat
berubah apabila lingkungan tiba-tiba berubah.
Berikut ini merupakan beberapa sikap yang mencerminkan karakter bangsa:
1. Saling menghormati dan menghargai,
2. Rasa kebersamaan dan tolong menolong,
3. Rasa kesatuan dan persatuan,
4. Rasa peduli dalam bermasyarakat berbangsa dan Negara,
5. Adanya moral dan akhlak dan di landasi nilai-nilai agama,
6. Perilaku dan sifat-sifat kejiwaan dan saling menghormati dan menguntungkan,.
7. Kelakuan dan tingkah laku menggambarkan nilai-nilai agama, hukum, dan
budaya, serta
8. Sikap dan prilaku menggambarkan nilai-nilai kebangsaan, dan sebagainya.

Selain itu pula, untuk membangun karakter bangsa diperlukan sikap


menjunjung tinggi beberapa nilai, seperti:
Nilai kejuangan,
Nilai semangat,
Nilai kebersamaan atau gotong royong,
Nilai kepedulian atau solider,
Nilai sopan santun ,
Nilai persatuan dan kesatuan,
Nilai kekeluargaan, serta
Nilai tanggungjawab, dan sebagainya.

Faktor Membangun Karakter Bangsa, diantaranya sebagai berikut:


Agama,
Normatif (Hukum dan peraturan yang berlaku),
Pendidikan,
Ideologi,
Kepemimpinan,
Lingkungan,
Politik,
Ekonomi, dan
Sosial Budaya.

2.2 Pendidikan Karakter Bangsa


Pendidikan karakter menjadi kunci terpenting kebangkitan Bangsa Indonesia
dari keterpurukan untuk menyongsong datangnya peradaban baru. Di Indonesia,
akhir-akhir ini menjadi isu yang sangat hangat sejak Pendidikan Karakter
dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada saat Peringatan
Hari Pendidikan Nasional, pada tanggal 2 mei 2010 lalu. Tekad Pemerintah tersebut
bertujuan untuk mengembangkan karakter dan budaya bangsa sebagai bagian yang
tak terpisahkan dari sistem pendidikan Nasional yang harus didukung secara serius.

Karakter bangsa dapat dibentuk dari program-program pendidikan atau dalam proses
pembelajaran yang ada di dalam kelas. Akan tetapi, apabila pendidikan memang
bermaksud serius untuk membentuk suatu karakter generasi bangsa, ada banyak hal
yang harus dilakukan, dan dibutuhkan penyadaran terhadap para pendidik dan juga
terhadap pelaksana kebijakan pendidikan. Jika kita pahami arti dari Pendidikan secara
luas, pendidikan sebagai proses penyadaran, pencerdasan dan pembangunan mental
atau karakter, tentu bukan hanya identik dengan sekolah. Akan tetapi, berkaitan
dengan proses kebudayaan yang secara umum sedang berjalan, dan juga memliki
kemampuan untuk mengarahkan kesadaran, membentuk cara pandang, dan juga
membangun karakter generasi muda. Artinya, karakter yang menyangkut cara
pandang dan kebiasaan siswa, remaja, dan juga kaum muda secara umum sedikit
sekali yang dibentuk dalam ruang kelas atau sekolah, akan tetapi lebih banyak
dibentuk oleh proses sosial yang juga tak dapat dilepaskan dari proses ideoogi dan
tatanan material-ekonomi yang sedang berjalan.
Mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai
Pancasila pada diri peserta didik melalui Pendidikan hati, otak, dan fisik. Pendidikan
adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta
didik. Pendidikan adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan
generasi muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih
baik di masa depan. Keberlangsungan tersebut dapat ditandai oleh pewarisan budaya
dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan
merupakan proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan
juga proses pengembangan budaya karakter bangsa untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan
budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi
dirinya, melakukan proses interalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi
kepribadian dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat
yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa, dan pendidikan yang telah

dikemukakan diatas maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri
peserta didik sehingga memiliki nilai dan karakter sebagai karakter diri, yang
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota
masyarakat, dan warga Negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Atas
dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat strategis
bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang. Perkembangan
tersebut harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai,
dengan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu
nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah oleh
karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah,
melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya
sekolah.
Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa adalah perkembangan
potensi peserta didik agar menjadi berperilaku baik, dan bagi peseta didik yang telah
memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa, untuk
memperkuat pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam perkembangan
potensi peserta didik yang bermartabat, dan juga untuk menyaring budaya bangsa
sendiri dengan bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang bermartabat.
2.3 Strategi Membangun Karakter
1. Strategi Pembinaan Karakter Bangsa Melalui Sosialisasi
Sosialisasi dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk membangkitkan
kesadaran dan sikap positif terhadap pembangunan karakter bangsa guna
mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Agar sosialisasi dapat berlangsung efektif dan efisien, maka pemilihan media
dan target sasaran menjadi sangat penting. Disadari atau tidak perkembangan
teknologi informasi dengan media sebagai piranti utama, berimplikasi pada tatanan
kehidupan umat manusia dalam berbagai dimensinya, baik dalam dimensi politik,
ekonomi, sosial budaya, maupun agama. Kondisi ini patut diwaspadai sehingga
masyarakat tidak terjebak pada kemajuan teknologi informasi semata tanpa berupaya.
Dengan demikian, unsur media (cetak, elektronik, tradisional) harus diposisikan
sebagai mitra strategis dalam upaya pembinaan karakter bangsa utamanya dalam hal
sosialisasi.
Di samping unsur media, hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah
penentuan kelompok-kelompok sasaran sehingga dampak sosialisasi segera
merambah pada setiap anak bangsa, terutama generasi muda. Pada dasarnya
kelompok sasaran adalah seluruh warga negara Indonesia, yang lebih difokuskan
pada generasi muda. Adapun sasaran adalah pemerintah, dunia usaha dan industri,
satuan pendidikan, organisasi sosial kemasyarakatan/ profesi, organisasi sosial
politik, dan media massa.

2. Strategi Pembinaan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan


Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna
membangun karakter pribadi dan/atau kelompok yang unik-baik sebagai warga
negara. Hal itu diharapkan mampu memberikan kontribusi optimal dalam
mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Strategi pembinaan karakter bangsa melalui program pendidikan memerlukan
dukungan penuh dari pemerintah yang dalam hal ini berada di jajaran Kementerian
Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, fasilitasi yang perlu didukung berupa hal-hal
sebagai berikut:

a.

Pengembangan kerangka dasar dan perangkat kurikulum, inovasi pembelajaran


dan pembudayaan karakter; standardisasi perangkat dan proses penilaian,
kerangka dan standardisasi media pembelajaran yang dilakukan secara sinergis
oleh pusat-pusat di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan Nasional.

b.

Pengembangan satuan pendidikan yang memiliki budaya kondusif bagi


pembangunan karakter dalam berbagai modus dan konteks pendidikan usia
dini, pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan tinggi dilakukan secara
sistemik oleh semua direktorat terkait di lingkungan Kementerian Pendidikan
Nasional.

c.

Pengembangan kelembagaan dan program pendidikan nonformal dan informal


dalam rangka pendidikan karakter melalui berbagai modus dan konteks
dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait di lingkungan
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal.

d.

Pengembangan dan penyegaran kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan,


baik di jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah maupun pendidikan
tinggi yang relevan dengan pendidikan karakter dalam berbagai modus dan
konteks dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait.

e.

Pengembangan karakter peserta didik di perguruan tinggi melalui penguatan


standar isi dan proses, penelitian dan pengembangan pendidikan karakter,
pembinaan lembaga pendidikan tenaga kependidikan, pengembangan dan
penguatan jaringan informasi professional. Pembinaan karakter dilakukan
secara sistemik oleh semua direktorat terkait.

3. Strategi Pembinaan Karakter Bangsa melalui Pemberdayaan


Pemberdayaan merupakan salah satu strategi pembinaan karakter bangsa yang
diarahkan untuk memampukan para pemangku kepentingan dalam rangka
menumbuhkembangkan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan karakter.
Lingkungan keluarga merupakan wahana pendidikan karakter yang pertama
dan utama. Oleh karena itu orang tua perlu ditingkatkan kemampuannya sehingga

10

memiliki kemampuan untuk melakukan pembinaan dan pengembangan karakter.


Pemberdayaan dilingkup keluarga dilakukan melalui:
(1)

penetapan regulasi yang mendorong orang tua dapat berinteraksi dengan


sekolah, dan lembaga pendidikan yang terkait pembangunan karakter

(2)

pemberian pelatihan dan penyuluhan tentang pendidikan karakter

(3)

pemberian penghargaan kepada para tokoh-tokoh atau orang tua yang telah
menunjukkan komitmennya dalam membangun karakter di lingkungan
keluarga

(4)

peningkatan komunikasi pihak sekolah dan lembaga pendidikan terkait


dengan orang tua.

4. Strategi Pembinaan Karakter Bangsa melalui Pembudayaan


Strategi pembinaan karakter bangsa melalui pembudayaan dilakukan melalui
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dunia usaha, partai politik, dan media
massa. Strategi pembudayaan menyangkut pelestarian, pembiasaan, dan pemantapan
nilai-nilai baik guna meningkatkan martabat sebuah bangsa. Strategi tersebut dapat
berwujud pemodelan, penghargaan, pengidolaan, fasilitasi, serta hadiah dan
hukuman.
Pemerintah harus menjadi teladan bagi pembudayaan karakter bangsa karena
pemerintah harus dapat menjadi contoh warganya. Pemerintahan yang baik
mencerminkan masyarakat yang baik. Masyarakat yang berkarakter mencerminkan
warga negara yang berkarakter. Pemerintah dengan demikian harus selalu di garda
depan dalam pembudayaan karakter dengan segala manifestasinya. Selain keteladan,
pembudayaan dalam lingkup pemerintah dapat dilakukan dengan pembiasaan nilainilai di lingkungan pemerintah, peningkatan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, serta penegakan aturan.

11

5. Strategi Pembinaan Karakter Bangsa Melalui Kerjasama


Pada dasarnya, kunci akhir sebuah strategi ada pada kerjasama dan
koordinasi. Berbagai kerjasama dan kordinasi dapat dilakukan antarwarga negara,
antarkelompok, antarlembaga, antardaerah, dan bahkan antarnegara.
Ada beberapa cara yang dapat menjadikan kerjasama dapat berjalan dengan
baik dan mencapai tujuan yang telah disepakati. Hal itu dapat dimulai dengan saling
terbuka, saling mengerti, dan saling menghargai. Setelah kerjasama dapat dilakukan,
maka langkah selanjutnya adalah koordinasi dan evaluasi. Bentuk koordinasi yang
dapat dilakukan antara lain:
1.

koordinasi perencanaan kegiatan pendidikan karakter secara dinamis dari


jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi sesuai
konteks kebutuhan dan perubahan zaman;

2.

koordinasi kegiatan satuan pendidikan dengan lembaga pendidikan di alam


terbuka, antara lain gerakan Pramuka, dalam hal penerapan silabi pendidikan
karakter;

3.

koordinasi secara teknikal dengan lembaga yang mengembangkan kompetensi


teknologi

informasi

dan

komunikasi,

multimedia dalam

pembuatan

materi interaktif pendidikan karakter;


4.

koordinasi dengan lembaga yang mengembangkan kompetensi bidang psikologi


dan komunikasi dalam perencanaan model proses pembelajaran pendidikan
karakter sesuai penciri warga negara agar mampu mengadaptasikan dirinya
dalam pluralitas karakter di lingkungan global.

2.4 Pilar Pembangunan Karakter Bangsa


1.

Pancasila
Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

sehingga memiliki fungsi yang sangat fundamental. Selain bersifat yuridis formal
yang mengharuskan seluruh peraturan perundang-undangan berlandaskan pada
Pancasila (sering disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum), Pancasila juga
bersifat filosofis. Pancasila merupakan

dasar filosofis dan sebagai perilaku

12

kehidupan. Artinya, Pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan/cara hidup


bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara untuk mencapai cita-cita nasional. Sebagai dasar negara dan sebagai
pandangan hidup, Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang harus dihayati dan
dipedomani oleh seluruh warga negara Indonesia dalam hidup dan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila
sepatutnya menjadi karakter masyarakat Indonesia sehingga Pancasila menjadi
identitas atau jati diri bangsa Indonesia.
Oleh karena kedudukan dan fungsinya yang sangat fundamental bagi negara
dan bangsa Indonesia, maka dalam pembangunan karakter bangsa, Pancasila
merupakan landasan utama. Sebagai landasan, Pancasila merupakan rujukan, acuan,
dan sekaligus tujuan dalam pembangunan karakter bangsa. Dalam konteks yang
bersifat subtansial, pembangunan karakter bangsa memiliki makna membangun
manusia dan bangsa Indonesia yang berkarakter Pancasila. Berkarakter Pancasila
berarti manusia dan bangsa Indonesia memiliki ciri dan watak religius, humanis,
nasionalis, demokratis, dan mengutamakan kesejahteraan rakyat. Nilai-nilai
fundamental ini menjadi sumber nilai luhur yang dikembangkan dalam pendidikan
karakter bangsa.

2.

Undang-Undang Dasar 1945


Derivasi nilai-nilai luhur Pancasila tertuang dalam norma-norma yang

terdapat dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. Oleh karena itu, landasan
kedua yang harus menjadi acuan dalam pembangunan karakter bangsa adalah norma
konstitusional UUD 1945. Nilai-nilai universal yang terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945 harus terus dipertahankan menjadi norma konstitusional bagi negara
Republik Indonesia.
Keluhuran nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memancarkan
tekad dankomitmen bangsa Indonesia untuk tetap mempertahankan pembukaan itu
dan bahkan tidak akan mengubahnya. Paling tidak ada empat kandungan isi dalam
Pembukaan UUD 1945 yang menjadi alasan untuk tidak mengubahnya. Pertama, di

13

dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat norma dasar universal bagi berdiri tegaknya
sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Dalam alinea pertama secara eksplisit
dinyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh karena itu
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan. Pernyataan itu dengan tegas menyatakan bahwa
kemerdekaan merupakan hak segala bangsa dan oleh karena itu, tidak boleh lagi ada
penjajahan di muka bumi. Implikasi dari norma ini adalah berdirinya negara merdeka
dan berdaulat merupakan sebuah keniscayaan. Alasan kedua adalah di dalam
Pembukaan UUD 1945 terdapat norma yang terkait dengan tujuan negara atau tujuan
nasional yang merupakan cita-cita pendiri bangsa atas berdirinya NKRI. Tujuan
negara itu meliputi empat butir, yaitu (1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia,

(2) memajukan kesejahteraan umum, (3)

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Cita-cita itu sangat
luhur dan tidak akan lekang oleh waktu. Alasan ketiga, Pembukaan UUD 1945
mengatur ketatanegaran Indonesia khususnya tentang bentuk negara dan sistem
pemerintahan. Alasan keempat adalah karena nilainya yang sangat tinggi bagi bangsa
dan negara Republik Indonesia, sebagaimana tersurat di dalam Pembukaan UUD
1945 terdapat rumusan dasar negara yaitu Pancasila.
Selain pembukaan, dalam Batang Tubuh UUD 1945 terdapat norma-norma
konstitusional yang mengatur sistem ketatanegaraan dan pemerintahan Indonesia,
pengaturan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia, identitas negara, dan pengaturan
tentang perubahan UUD 1945 yang semuanya itu perlu dipahami dan dipatuhi oleh
warga negara Indonesia. Oleh karena itu, dalam pengembangan karakter bangsa,
norma-norma konstitusional UUD 1945 menjadi landasan yang harus ditegakkan
untuk kukuh berdirinya negara Republik Indonesia.

3.

NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)


Kesepakatan yang juga perlu ditegaskan dalam pembangunan karakter bangsa

adalah komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karakter

14

yang dibangun pada manusia dan bangsa Indonesia adalah karakter yang memperkuat
dan memperkukuh komitmen terhadap NKRI, bukan karakter yang berkembang
secara tidak terkendali, apalagi menggoyahkan NKRI. Oleh karena itu, rasa cinta
terhadap tanah air (patriotisme) perlu dikembangkan dalam pembangunan karakter
bangsa. Pengembangan sikap demokratis dan menjunjung tinggi HAM sebagai
bagian dari pembangunan karakter harus diletakkan dalam bingkai menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan bangsa (nasionalisme), bukan untuk memecah belah bangsa
dan NKRI. Oleh karena itu, landasan keempat yang harus menjadi pijakan dalam
pembangunan karakter bangsa adalah komitmen terhadap NKRI.

4.

Bhineka Tunggal Ika


Landasan selanjutnya yang mesti menjadi perhatian semua pihak dalam

pembangunan karakter bangsa adalah semboyan Bhinneka Tunggal Ika.


Semboyan itu bertujuan menghargai perbedaan/keberagaman, tetapi tetap bersatu
dalam ikatan sebagai bangsa Indonesia, bangsa yang memiliki kesamaan sejarah dan
kesamaan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dalam kemakmuran
dan makmur dalam keadilan dengan dasar negara Pancasila dan dasar
konstitusional UUD 1945.
Keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) merupakan suatu
keniscayaan dan tidak bisa dipungkiri oleh bangsa Indonesia.

Akan tetapi,

keberagaman itu harus dipandang sebagai kekayaan khasanah sosiokultural, kekayaan


yang bersifat kodrati dan alamiah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa bukan
untuk dipertentangkan, apalagi dipertantangkan (diadu antara satu dengan lainnya)
sehingga terpecah-belah. Oleh karena itu, semboyan Bhinneka Tunggal Ika harus
dapat menjadi penyemangat bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.

2.5 Tanda Kehancuran Bangsa


10 tanda-tanda zaman sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran, yaitu:
1. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja;

15

2. Membudayanya ketidak jujuran


3. Sikap fanatik terhadap kelompok/peer group;
4. Rendahnya rasa hormat kepada orang tua & guru;
5. Semakin kaburnya moral baik & buruk;
6. Penggunaan bahasa yang memburuk;
7. Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, &
seks bebas;
8. Rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu & sebagai warga negara;
9. Menurunnya etos kerja & adanya rasa saling curiga;
10. Kurangnya kepedulian di antara sesama
(Lickona. Educating for Character: How our school can teach respect &
responsibility., New Yor Bantam Books, 1992:12-22)

16

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Negara Indonesia adalah negara yang solid terdiri dari berbagai suku dan
bangsa, terdiri dari banyak pulau-pulau dan lautan yang luas. Jika kita sebagai warga
negara ingin mempertahankan daerah kita dari ganguan bangsa/negara lain, maka kita
harus memperkuat ketahanan nasional kita. Ketahanan nasional adalah cara paling
ampuh, karena mencakup banyak landasan seperti : Pancasila sebagai landasan ideal,
UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dan Wawasan Nusantara sebagai landasan
visional, jadi dengan demikian katahanan nasional kita sangat solid.
Mengingat penting dan luasnya cakupan pembinaan karakter bangsa dalam
rangka ketahanan nasional, menjadikan masyarakat berketuhanan yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka diperlukan
komitmen dan dukungan dari lembaga penyelenggara negara, dunia usaha dan
industri, masyarakat, media massa dan pemangku kepentingan lainnya untuk
menyusun program kerja dan mengkoordinasikan dengan pihak terkait agar terjadi
sinergi yang kokoh untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.

17

DAFTAR PUSTAKA
Hasan, H.S. 2010. Pengembangan
Pendidikan
Bangsa. Jakarta: Litbang Puskur Kemdiknas

Budaya

dan

Karakter

Nunut.
2011.
Pembentukan
karakter
bangsa
dengan
pancasila. http://nunutwaone/2011/5/makalah-pembentukan-karakter-bangsa
pancasila.html. diakses 29 april 2013 Syahnakri. 2009. Renungan Kebangsaan Dan
Pancasila.
Ananta Pramoedya Toer.2006. Anak Semua Bangsa.Jakarta : Lentera Dipantar
Depdiknas, 2003, Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional,www.depdiknas.go.id
Goble, G Frank.1991.Mazhab Ketiga : Psikologi Humanistik Abraham Maslow.
Yogyakarta.Penerbit Kanisius
http://berbagireferensi.blogspot.com/2011/10/pengembangan-pendidikan-dan budayadan.html
Muin,Fachtul.2011.Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan praktik.Yogyakarta
: Arr-ruzz Media
Rachman, Maman. 2000. Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi
Generasi Muda Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun Ke-7

18

Anda mungkin juga menyukai