1 Definisi Kolelitiasis
Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung
empedu atau saluran empedu (duktus koledokus) atau keduanya
(Muttaqin dan Sari, 2011). Batu empedu bisa terdapat pada kantung
empedu, saluran empedu ekstra hepatik, atau saluran empedu intra
hepatik.
Bila
terletak
di
dalam
kantung
empedu
saja
disebut
(duktus
koleduktus)
disebut
koledokolitiasis,
sedang
bila
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan komposisi kimiawi dan gambaran mikroskopiknya, batu
empedu dibagi menjadi tiga tipe utama oleh Suzuki dan Sato, yaitu batu
kolesterol (batu kolesterol murni, batu kombinasi, batu campuran), batu
pigmen (batu kasium bilirubinat, batu hitam atau pigmen murni), dan
batu empedu yang jarang (batu kalsium karbonat, dan batu kalsium asam
lemak).
Menurut Hadi (2002), batu empedu terbagi menjadi tiga tipe yaitu:
Batu Kolesterol
dan
kalsium
bilirubinat.
Bentuknya
lebih
bervariasi
2.3 Etiologi
Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti. Kolelitiasis
dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun,
semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar
kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara
lain:
a.
Jenis Kelamin
Wanita mempunyai resiko 2-3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
Kehamilan,
yang
menigkatkan
kadar
esterogen
juga
hormon
kandung
(esterogen)
empedu
dan
dapat
penurunan
meningkatkan
aktivitas
kolesterol
pengosongan
dalam
kandung
empedu.
b.
Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
c.
Obesitas
Kondisi obesitas akan meningkatkan metabolism umum, resistensi
insulin,
diabetes
militus
tipe
II,
hipertensi
dan
hyperlipidemia
Statis Bilier
Kondisi statis bilier menyebabkan peningkatan risiko batu empedu.
Obat-obatan
Estrogen yang diberikan untuk kontrasepsi atau untuk pengobatan
kolesterol.
Analog
somatostatin
muncul
sebagai
faktor
Diet
Duet rendah serat akan meningkatkan asam empedu sekunder (seperti
Keturunan
Sekitar 25% dari batu empedu kolesterol, faktor predisposisi
Infeksi Bilier
Gangguan Intestinal
Pasien pasca reseksi usus dan penyakit crohn memiliki risiko
merupakan
jelas
agen
akan
pengikat
meningkatkan
kolesterol,
penurunan
konsentrasi
garam
kolesterol
dan
Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko
mungkin
ditemukan
secara
kebetulan
pada
saat
dilakukan
pada kandung empedu itu sendiri dan gejala yang terjadi akibat obstruksi
pada lintasan empedu oleh batu empedu. Gejalanya bisa bersifat akut
atau
kronis.
Gangguan
epigastrum,
seperti
rasa
penuh,
distensi
abdomen, dan nyeri yang samar pada kuadran kanan atas abdomen
dapat terjadi.
Rasa Nyeri dan Kolik Bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung
empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan
menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien
dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran
kanan
atas.
Nyeri
pascaprandial
kuadran
kanan
atas,
biasanya
vitamin-vitamin
ini
jika
defisiensi
bilier
berjalan
lama.
abses,
nekrosis
dan
perforasi
disertai
peritonitis
generalisata.
2.5 Patofisiologi Pembentukan Batu Empedu
Patofisiologi pembentukan batu empedu atau disebut kolelitiasis pada
umumnya merupakan satu proses yang bersifat multifaktorial. Kolelitiasis
merupakan istilah dasar yang merangkum tiga proses litogenesis empedu
utama berdasarkan lokasi batu terkait:
Kolesistolitiasis (litogenesis yang terlokalisir di kantung empedu)
Koledokolitiasis (litogenesis yang terlokalisir di duktus koledokus)
presipitasi
membentuk
kristal
yang
selanjutnya
akan
Hipersekresi
kolesterol
supersaturasi
kolesterol
merupakan
empedu.
penyebab
Hipersekresi
paling
utama
kolesterol
dapat
disebabkan oleh:
Peningkatan uptake kolesterol hepatik
Peningkatan sintesis kolesterol
Penurunan sintesis garam empedu hepatik
Penurunan sintesis ester kolestril hepatik
Penelitian mendapatkan penderita batu empedu umumnya memiliki
aktivitas koenzim A reduktase 3-hidroksi-3-metilglutarat (HMG-CoA)
yang lebih tinggi dibanding kontrol. Aktivitas HMG-CoA yang tinggi akan
memacu biosintesis kolesterol hepatik yang menyebabkan hipersekresi
kolesterol empedu. Hipersekresi kolesterol mengakibatkan konsentrasi
kolesterol
yang
melampau
tinggi
dalam
empedu
hingga
terjadi
sekresi
kolesterol
dan
mengurangi
waktu
nukleasi.
dan
berkembang
menjadi
batu
empedu.
Perlambatan
mukosa
secara
melampau
hingga
terjadi
peningkatan
seperti
menurunnya
kolesistokinin
(CCK),
meningkatnya
Akibatnya,
output
garam
empedu
dan
fosfolipid
kolesterol
merupakan
proses
yang
dipengaruhi
oleh
organik.2
Faktor
antinukleasi
termasuk
protein
seperti
yang
berlangsung
lama
selanjutnya
akan
menyebabkan
batu
empedu.
Saat ini,
stimulus
yang menyebabkan
selanjutnya
dihidrolisis
oleh
glukuronidase
endogenik
membentuk bilirubin tak terkonjugat. Pada waktu yang sama, defek pada
mekanisme asidifikasi empedu akibat daripada radang dinding mukosa
kantung empedu atau menurunnya kapasitas buffering asam sialik dan
komponen sulfat dari gel musin akan menfasilitasi supersaturasi kalsium
karbonat dan fosfat yang umumnya tidak akan terjadi pada keadaan
empedu dengan PH yang lebih rendah. Supersaturasi berlanjut dengan
pemendakan atau presipitasi kalsium karbonat, fosfat dan bilirubin tak
terkonjugat. Polimerisasi yang terjadi kemudian akan menghasilkan
kristal dan berakhir dengan pembentukan batu berpigmen hitam.
Patofisiologi batu berpigmen coklat
Batu berpigmen coklat terbentuk hasil infeksi anaerobik pada empedu,
sesuai
dengan
penemuaan
sitorangka
bakteri
pada
pemeriksaan
batu
Mikroorganisma
diawali
enterik
oleh
infeksi
bakteri/parasit
ini
selanjutnya
di
menghasilkan
empedu.
enzim
menghidrolisis
bilirubin
terkonjugat
hingga
kalsium
tinggi
dapat
dilihat
dengan
foto
polos.
Pada
pilihan
pertama
untuk
mendeteksi
kolelitiasis
dengan
sensitivitas
US
didapatkan
sebesar
40%,
spesifisitas
94%.
sehingga
dapat
dihitung
jumlah
dan
ukuran
empedu,
bayangannya
akan
Nampak
pada
foto
koledokolitiasis.
Walaupun
demikian,
teknik
ini
jauh
lebih
mahal
dibanding US.
resonance
imaging
cholangiopancreatography (MRCP)
(MRI)
with
magnetic
resonance
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Penatalaksanaan Non-Pembedahan
Sasaran utama terapi medikal adalah untuk mengurangi insiden
serangan
akut
nyeri
kandung
empedu
dan
kolesistitis
dengan
penyebab
dengan
farmakoterapi,
prosedur-prosedur
dibandingkan
dengan
kenodeoksikolat
jarang
menimbulkan efek samping dan dapat diberikan dengan dosis yang lebih
atau
dianggap
terlalu
beresiko
untuk
menjalani
pembedahan.
Pembentukan kembali batu empedu telah dilaporkan pada 20-50%
pasien sesudah terapi dihentikan, dengan demikian pemberian obat ini
dengan dosis rendah dapat dilanjutkan untuk mencegah kekambuhan
tersebut. Jika gejala akut kolesistisis berlanjut atau timbul kembali,
intervensi bedah atau litotropis merupakan indikasi.
Pengangkatan batu tanpa pembedahan
Beberapa metode telah digunakan untuk melarutkan batu empedu
dengan menginfuskan suatu bahan pelarut (monooktanoin atau metil
tertier butyl eter [MTBE]) ke dalam kandung empedu. Pelarut tersebut
dapat diinfuskan melalui selang atau kateter yang dipasang perkutan
langsung ke dalam kandung empedu, atau melalui selang atau drain yang
dimasukkan
melaui
T-tube
untuk
melarutkan
batu
yang
belum
kepada batu empedu yang akan dipecah. Setelah batu dipecah secara
bertahap, pecahannya akan bergerak spontan dari kandung empedu atau
duktus koledokus dan dikeluatkan melalui endoscop atau dilarutkan
dengan pelarut asam empedu yang diberikan per oral.
Litotripsi Intracorporeal. Batu yang ada dalam kandung empedu atau
duktus koledokus dapat dipecah dengan menggunakan gelombang
ultrasound, laser berpulsa atau litotripsi hidrolik yang dipasang pada
endoscop, dan diarahkan langsung pada batu. Kemudian fragmen batu
atau debris dikeluarkan dengan cara irigasi dan aspirasi.
2.7.2 Penatalaksanaan Pembedahan
Koleksistektomi Terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien
dengan batu empedu simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna,
cidera duktus biliaris, terjadi dalam kurang dari 0,2% pasien. Angka
mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini telah terlihat dalam
penelitian baru-baru ini, yaitu kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling
umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh
kolesistisi akut. Praktik pada saat ini mencakup kolesistektomi segera
dalam pasien dengan kolesistisi akut dalam masa perawatan di rumah
sakit yang sama. Jika tidak ada bukti kemajuan setelah 24 jam
penanganan medis, atau jika ada tanda-tanda penurunan klinis, maka
kolesistektomi darurat harus dipertimbangkan.
Mini Kolesistektomi
Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandung empedu
lewat luka insisi selebar 4cm. Jika diperlukan, luka insisi dapat
diperlebar untuk mengeluarkan batu kandung empedu yang berukuran
lebih besar. Drain mungkin dapat atau tidak digunakan pada mini
kolasistektomi. Biaya yang ringan dan waktu rawat yang singkat
merupakan salah satu alasan untuk meneruskan bentuk penanganan ini.
Kolesistektomi laparoskopi
kolesistisis
akut
dan
dalam
pasien
dengan
batu
duktus
terjadi
lebih
sering
selama
kolisistektomi
laparoskopik.
kateter
untuk
drainase
diikat
dengan
jahitan
kantung
yang
disebabkan
oleh
proses
penyakit
pasien
yang
mendasarinya.
Kolesistotomi Perkutan
Kolesistotomi
perkutan
telah
dilakukan
dalam
penanganan
dan
jika harus menjalani tindakan pembedahan atau anastesi umum. Pasiepasien ini mencakup para penderita sepsis atau gagal jantung yang berat
dan pasien-pasien gagal ginjal, paru atau hati. Dibawah pengaruh
anastesi local sebilah jarum yang halus ditusukkan lewat dinding
abdomen dan tepi hati ke dalam kandung empedu dengan dipandu oleh
USG atau pemindai CT. Getah empedu diaspirasi untuk memastikan
bahwa penempatan jarum telah adekuat, dan kemudian sebuah kateter
dimasukkan ke dalam kandung empedu tersebut untuk dekompresasi
saluran empedu. Dengan prosedur ini hampir selalu dilaporkan bahwa
rasa nyeri dan gejala serta tanda-tanda dari sepsis dan kolesistisi
berkurang atau menghilang dengan segera.
Koledokostomi
Dalam koledokostomi, insisi dilakukan pada duktus koledokus untuk
mengeluarkan batu. Setelah batu dikeluarkan, biasanya dipasang sebuah
kateter ke dalam duktus tersebut untuk drainase getah empedu sampai
edema mereda. Kateter ini dihubungkan dengan selang drainase
gravitas.
Kandung
empedu
biasanya
juga
mngandung
batu,
dan
kolesistitis
mengakibatkan
nekrosis
akut
yang
sebagian
dapat
sembuh
atau
dinding
(dapat
ditutupi
dapat
alat
dapat
terjadi
perforasi
kandung
empedu
yang
berakibat
terjadi
peritonitis generalisata.
Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus pada
saat kontraksi dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai
duktus koledokus kemudian menetap asimtomatis atau kadang dapat
menyebabkan kolik. Batu yang menyumbat di duktus koledokus juga
berakibat terjadinya ikterus obstruktif, kolangitis, kolangiolitis, dan
pankretitis.
Batu kandung empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna melalui
terbentuknya fistel kolesitoduodenal. Apabila batu empedu cukup besar
dapat menyumbat pada bagian tersempit saluran cerna (ileum terminal)
dan menimbulkan ileus obstruksi. Berikut beberapa penjelasan tentang
komplikasi kolelitiasis:
Hidrops
Hidrops biasanya disebabkan oleh stenosis atau obstruksi duktus
sistikus sehingga tidak dapat diisi lagi oleh empedu. Dalam keadaan ini
tidak terdapat peradangan akut dan sindrom yang berkaitan dengannya,
tetapi ada bukti peradangan kronis dengan adanya mukosa gundul.
Kandung empedu berdinding tebal dan terdistensi oleh materi steril
mukoid. Sebagian besar pasien mengeluh efek massa dalam kuadran
kanan atas. Hidrops kandung empedu dapat menyebabkan kolesistisi
akut.
Kolesistitis akut
Hampir semua kolesistisi akut terjadi akibat sumbatan duktus
sistikus oleh batu yang terjebak dalam kantung empedu. Trauma mukosa
kantung empedu oleh batu dapat menyebabkan pelepasan fosfolipase
yang mengubah lesitin dalam empedu menjadi lisolesitin yang bersifat
toksik yang memperberat proses peradangan. Pada awal penyakit, peran
bakteri
sangat
sedikit,
tetapi
kemudian
dapat
terjadi
supurasi.
Empiema
bagian
vesica
biliaris
yang
paling
kurang
baik
Pritonitis
Fistel bilioentrik
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri
abdomen pada kuadran kanan atas.
Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh
klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu
posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien
merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan
nyeri/gatal tersebut.
(P): Nyeri setelah makan, terutama makanan yang berlemak
(Q): Nyeri dirasakan hebat
(R): Nyeri dirasakan pada abdomen kuadran kanan atas dan menjalar ke
punggung atau bahu kanan.
(S): Nyeri terasa saat melakukan inspirasi
(T): Nyeri dirasakan sejak dua hari yang lalu
Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di
riwayat sebelumnya.
Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit
kolelitiasis.
c. Pemeriksaan fisik
Pendekatan dengan metode 6B:
B1-Breath
Pernapasan tertekan ditandai dengan napas pendek dan dangkal, terjadi
peningkatan frekuensi pernapasan sebagai kompensasi.
B2-Blood
Takikardi dan berkeringat karena peningkatan suhu akibat respon
inflamasi.
B3-Brain
B4-Bladder
Urine pekat dan berwarna gelap, akibat dari pigmen empedu.
B5-Bowel
Feses berwarna kelabu clay colored akibat obstruksi duktus biliaris
sehingga pigmen empedu tidak dibuang melalui feses.
B6-Bone
2.9.2 Diagnosa--NANDA 2012-2014
Nyeri Akut b.b Agen Cedera Biologis: Obstruksi Kandung Empedu
Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang
Dari
Kebutuhan
Diagnosa
Priorotas
1
Nyeri
Kekurangan
Volume
5
6
7
8
9
10
11
Dari
Menelan Makanan
Mual b.d Iritasi Lambung
Ansietas b.d Ancaman Kematian
Insomnia b.d Ketidaknyamanan Fisik: Nyeri
Hambatan Mobilitas Fisik b.d Nyeri
Kerusakan Integritas Kulit
Risiko Perdarahan
Risiko Infeksi b.d Kerusakan Integritas Kulit:
Prosedur Invasif
NIC
NOC
Penatalaksanaan
Rasi
Nyeri Nyeri:
:meringankan
Efek 1.
nyeri
terhadap nyer
Dibuktikan
Lakukan
dengan peny
Pasien
lokasi, melapor
karakteristik,
kom
akan keef
bahwa
nyeri 2.
awitan/durasi,
frekuensi, 2.
istira
Pasien
akan kem
men
keparahan
dala
nyeri,
faktor presipitasinya.
2.
Ajarkan
teknik
(misalnya,
biologis,
dan penggunaan
keterampilan
penggunaan dan
aktifitas
nonfarmakologi sesuai
umpan
relaksasi 3.
indikasi
hiburan akib
untuk (man
transcutaneous 3.
Penurunan
4.
ketid
electrical
stimulation
hipnosis,
relaksasi, (4)
imajinasi
terbimbing, 4.
terapi
musik,
terapi
bermain,
aktivitas,
distraksi, kepuasan
hidup
terapi kemampuan
atau
untuk
hangat/dingin,
masase)
setelah
sebelum,
dan
jika
memungkinkan,
selama
aktivitas
yang
menyakitkan;
nyeri
kerja,
kompres
dan
Gangguan
sebelum
terjasi
meningkat;
atau
dan
penggunaan
selama
tindakan
Kelola
nyeri
opiat
terjadwal
yang
(misalnya,
Berikan
perubahan
Pengelolaan
Pola Nafas
nafas:Fasilitasi
jalan Status
1.
dan
1.
luar paru-paru.
Pantau
kecepatan,irama,
ditandai
efek
dengan nafa
kedalaman
dan
usaha indikator:
respirasi.
1.
2.
inspirasi
Informasikan
kepada
pasien
Kedalaman
bant
dan men
Tidak
ada
pola 3.
pernafasan
norm
Bunyi
nafas suar
dala
otot 3.
meningkatkan
3.
2.
Nafas
4.
pendek men
terga
pernafasan.
4.
Posisikan
untuk
pasien
mengoptimalkan
Kekurangan
pernafasan.
Pengelolaan
Keseimbangan
volume cairan
Cairan:Peningkatan
Elektrolit
1.
dan
Asam- baha
komplikasi elektrolit
dan ifika
dalam peng
intrasel
diinginkan.
ekstrasel tubuh.
Aktivitas:
Ditunjukkan
1.
Pantau
yang 1.
relevan
2.
Elektrolit
serum kebu
natrium, tertu
keseimbangan
cairan kaliun,
(misalnya,
kadar magnesium)
hematokrit,
albumin,
total, 2.
protein
serum,
Anjurkan
untuk
kepe
dengan
dengan (misalnya,
osmolalitas
dan mem
hasil indikator:
laboratorium
dan urine
kalsium,
Serum
Tidak
dan kese
dalam caira
dan
dalam
normal (4).
pasien 3.
dasa
pH 3.
batas halu
naso
memiliki tidak
Berikan
berlebihan.
BJ
urine
4.
penggantian
nasogastrik
pem
berdasarkan
haluaran,
men
elim
4.
pem
Pasang
kateter
akan
untu
Status Gizi: Nilai Gizi 1.
Ketidakseimbangan Pengelolaan
nutrisi kurang dari Nutrisi
kebutuhan tubuh
: Bantuan
pemberian
atau :Keadekuatan
asupan
gizi mem
zat
dengan pasie
indikator berikut :
Pantau
kandungan 1.
Asupan
tepa
2.
mkanan men
kebu
catatan asupan.
tepa
2.
2.
Berikan
yang
tepat
kebutuhan
Mempertahankan
tentang badan
nutrisi
dalam
bagaimana memenuhinya.
3.
3.
keadekuatan
Tentukandengan
melakukan
batas 3.
mem
Melaporkan
nutr
tingkat tepa
kebu
mem
peny
jenis
yang
sehin
untuk
kolab
kebutuhan
mem
zat
gizi
dibutuhkan
memenuhi
men
mak
energi
tepa
tinggi,
seperti
pasien
pascoperasi
luka
bakar,
dna
trauma,
4.
untu
mak
4.
Berikan
pasien
juga
dan
camilan
kebu
tinggi
protein,
minuman
bergizi,
tinggi
kalori
yang
dikonsumsi,
memungkinkan.
LAMPIRAN PATOFIS
siap
bila
DAFTAR PUSTAKA
Ali
CV.Sagung Seto
dkk.
1990. Gastroenterologi
Hepatologi.
Jakarta
Suratun
dan
Lusianah.
2010. Asuhan
Keperawatan
Klien
Dengan
Arjatmo
dan
Utama, Hendra.
1996. Buku
Ajar
Ilmu