Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH IPTEK MUTHAKIR GIZI & KESEHATAN

Pro & Kontra MSG

Disusun oleh :
Adisty Ayu Pinasti P.
Tri Anggun May P.

AKADEMI GIZI
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
Tahun Ajaran
2014/2015

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
kurnia, taufik dan hidayah-Nya kepada kami. Dengan demikian kami masih bisa
menyelesaikan makalah ini tanpa suatu halangan apapun. Tak lupa kami
menyampaikan terima kasih kepada pihak, seperti :
1.

Bapak ibu selaku orang tua yang telah memberikan dukungan baik

2.

materiil maupun spiritual.


Teman-teman sekalian yang juga memberikan dukungan hingga

3.

terselesaikannya makalah ini


Bapak ibu dosen selauu pembimbing akademik kami di kampus.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Harapan kami semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, semoga Allah SWT senantiasa memberi petunjuk terhadap segala upaya
yang kami lakukan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kediri, 17 Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
ii

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

KATA PENGANTAR .........................................................................................

ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................

1.2 Tujuan .....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah MSG............................................................................................

2.2 Pengertian MSG ......................................................................................

2.2.1 Glutamat ..........................................................................................

2.3 Komposisi MSG ......................................................................................

2.4 Kelebihan dan Kekurangan MSG ...........................................................

2.4.1 Kelebihan..........................................................................................

2.4.2 Kekurangan ......................................................................................

10

2.5 Proses Pembuatan MSG...........................................................................

11

2.6 Isu-isu yang Berkembang di Masyarakat ................................................

13

a. Isu MSG Menyebabkan Kanker ............................................................

13

b. Isu MSG Mengandung Minyak Babi ....................................................

16

c. Isu MSG Meningkatkan Berat Badan ...................................................

16

BAB III PENUTUP ............................................................................................

18

3.1 Kesimpulan .............................................................................................

18

DAFTAR ISI .......................................................................................................

19

LAMPIRAN ........................................................................................................

21

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan bahan penyedap di dalam makanan sudah sangat luas.


Penambahan bahan penyedap menyebabkan cita rasa lebih menarik. Monosodium
glutamat (MSG) adalah bahan penyedap yang paling populer sekarang ini. Pemberian
MSG dapat meningkatkan persepsi rasa manis dan asin serta mengurangi rasa asam
dan pahit dari makanan (Bhattacharya et al., 2011). Komponen utama MSG disusun
oleh protein yang disebut asam glutamat atau glutamat. Komponen ini banyak
terdapat pada makanan seperti daging,sayur-mayur, unggas dan susu. Tubuh manusia
juga menghasilkan glutamat secara alami dalam jumlah yang besar. Glutamat terdiri
atas dua bentuk yaitu bebas dan terikat, dan hanya Glutamat bebas efektif
menguatkan rasa dalam makanan.
Dalam kehidupan sehari-hari, MSG banyak dipakai baik untuk rumah tangga
maupun industri dan diperjualbelikan secara bebas.
Pilihan untuk mengkonsumsi makanan tidak hanya dilihat dari segi kandungan
zat gizi dan kelezatannya, tetapi juga pada jaminan keamanannya. Sehubungan
dengan luasnya konsumsi MSG, maka keamanan pangan (food safety) yang berkaitan
dengan penggunanaan MSG telang menjadi wacana penting baik bagi konsumen,
pemasar, produsen, pengolah, pemerintah maupun pengecer. Sepanjang 40 (empat
puluh) tahun terakhir, berbagai pro-kontra muncul untuk menentang penggunaan
MSG dalam makanan terutama di negara Barat. Hal ini disebabkan adanya laporan
dari orang-orang yang mengalami suatu reaksi setelah mengkonsumsi makanan yang
mengandung MSG, walaupun laporan tersebut tidak secara jelas menyebutkan
penyebabnya adalah MSG.
Nilai ADI (Acceptable Daily Intake) MSG tidak dinyatakan, artinya aman
dikonsumsi.

Di

Indonesia

sendiri,

sesuai

dengan

Permenkes

RI

No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan makanan, MSG dapat digunakan


pada berbagai jenis pangan dalam secukupnya, serta diproduksi dengan menerapkan
GMP (Cara Produksi Pangan yang baik dalam PP No.69 tahun 1999 tentang label
dan iklan pangan,pangan yang mengandung Monososium Glutamat (MSG)
[golongan flavor enhancer] harus mencantunkan nama MSG dalam komposisi label.
Sehingga konsumen bisa mendapat informasi yang jelas mengenai kandungan produk
tersebut (Nurani, 2013).

1.2 Tujuan
1. Mengetahui sejarah MSG
2. Mengetahui definisi MSG.
3. Mengetahui komposisi MSG.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan MSG.
5. Mengetahui proses pembuatan MSG.
6. Mengetahui kebenaran isu-isu tentang MSG di masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN
5

2.1 Sejarah MSG

Jurnal Chemistry Senses [[6]] menyebutkan, Monosodium Glutamat (MSG)


mulai terkenal tahun 1960-an, tetapi sebenarnya memiliki sejarah panjang. Selama
berabad-abad orang Jepang mampu menyajikan masakan yang sangat lezat.
Rahasianya adalah penggunaan sejenis rumput laut bernama Laminaria japonica.
Pada tahun 1908, Kikunae Ikeda, seorang profesor di Universitas Tokyo, menemukan
kunci kelezatan itu pada kandungan asam glutamat. Penemuan ini melengkapi 4 jenis
rasa sebelumnya asam, manis, asin dan pahit dengan umami (dari akar kata umai
yang dalam bahasa Jepang berarti lezat). Sementara menurut beberapa media populer
[[20]], sebelumnya di Jerman pada tahun 1866, Ritthausen juga berhasil mengisolasi
asam glutamat dan mengubahnya menjadi dalam bentuk monosodium glutamat
(MSG),tetapi belum tahu kegunaannya sebagai penyedap rasa. Sejak penemuan itu,
Jepang memproduksi asam glutamat melalui ekstraksi dari bahan alamiah. Tetapi
karena permintaan pasar terus melonjak, tahun 1956 mulai ditemukan cara produksi
L-glutamic acid melalui fermentasi. L-glutamic acid inilah inti dari MSG, yang
berbentuk butiran putih mirip garam. MSG sendiri sebenarnya tidak memiliki rasa.
Tetapi bila ditambahkan ke dalam makanan, akan terbentuk asam glutamat bebas
yang ditangkap oleh reseptor khusus di otak dan mempresentasikan rasa dasar dalam
makanan itu menjadi jauh lebih lezat dan gurih. Sejak tahun 1963, Jepang bersama
Korea mempelopori produksi masal MSG yang kemudian berkembang ke seluruh
dunia, tak terkecuali Indonesia. Setidaknya sampai tahun 1997 sebelum krisis, setiap
tahun produksi MSG Indonesia mencapai 254.900 ton/tahun dengan konsumsi
mengalami kenaikan rata-rata sekitar 24,1% per tahun.

2.2 P ENGERTIAN MSG (NORMAL, JANGAN HEADING 2. UKURAN 12)


Menurut Nuryani dan Jinap, MSG adalah garam natrium yang berikatan dengan
asam amino berupa asam glutamat. Monosodium glutamat (MSG) adala garam
sodium L glutamate acid yan sering digunakan sebagai bahan penyedap masakan
untuk merangsang selera atau mengaktifkan rasa (Dhindsa et al., 1981). Pada
permulaan tahun 1900, substansi yang dapat mengaktifkan rasa ini diisolasi dari
ganggang laut dan diidentifikasi oleh Ikeda sebagai garam L glutamate acid.
Rangsangan selera dari makanan yang diberi MSG disebabkan oleh kombinasi rasa
khas dari efek sinergis MSG dengan 5 ribonukleotida yang terdapat di dalam
makanan dan bekerja pada membran sel reseptor kecap (Cogan et al., 1979).

Monosodium Gutamat (MSG) secara luas digunakan sebagai bahan tambahan


makanan di dunia. MSG mengandung asam glutamat, garam dan air. Asam glutamat
berperan sebagai neutransmitter sangat penting untuk mengirimkan impuls saraf di
berbagai bagian sistem saraf pusat, dan kelebihan lainnya dapat menyebabkan
gangguan saraf utama sampai dengan gangguan endrokin.
2.2.1 Glutamat

Gambar 1. Monosodium Glutamat (Meilinah Hidayat,2011)

.
Glutamat, asam amino yang umum, banyak ditemukan berlimpah di alam.
Glutamat merupakan komponen alami dalam hampir semua makanan yang
mengandung protein, seperti daging, ikan, susu (termasuk air susu ibu) dan banyak
sayur-sayuran. Glutamat juga diproduksi oleh tubuh manusia, dan merupakan
penggabung

yang

diperlukan

dalam

metabolisme

manusia.

Bila

glutamat

ditambahkan pada makanan, beberapa ciri rasa khas diperkuat seperti dampaknya,
kesempurnaan atau keutuhan, kebulatan, kecapan, dan kompleksitas. Penemuan
suatu reseptor rasa bagi glutamat di lidah baru-baru ini menegaskan bahwa rasa
glutamat, umami, merupakan rasa dasar kelima di samping rasa manis, asin, asam,
dan pahit.
Fungsi pokok asam-asam amino dalam tubuh adalah sebagai unsur pembangun
bagi protein-protein. Namun, asam-asam amino juga merupakan prekursor bagi banyak
bahan fisiologis dan sumber energi.

Glutamat adalah neurotransmitter


Jaringan otak mengandung sebanyak 5 - 15 mmol kg glutamat pr, tergantung pada
daerah, lebih dari apapun asam amino lainnya. Glutamat adalah salah satu dari 20
asam amino biasa yang digunakan untuk membuat protein dan mengambil bagian
dalam fungsi metabolisme khusus seperti produksi energi dan detoksifikasi amonia di
samping sintesis protein. Sulit untuk percaya bahwa senyawa dengan begitu banyak
fungsi dan yang hadir hampir di mana-mana dalam konsentrasi tinggi dapat
memainkan peran tambahan sebagai pemancar.

Glutamat Bekerja Sebagai Pemancar


(Seperti zat sinyal lain (neurotransmitter dan hormon) efek sinyal glutamat tidak
tergantung pada sifat kimia glutamat, tetapi bagaimana sel-sel yang diprogram untuk
merespon bila terkena glutamat. Hanya sel dengan protein reseptor glutamat
("glutamat penerima") pada permukaan mereka sensitif terhadap glutamat. Glutamat
diberikannya fungsi signaling oleh mengikat dan dengan demikian mengaktifkan
protein reseptor tersebut. Beberapa subtipe reseptor glutamat telah diidentifikasi:
NMDA, AMPA / kainate dan reseptor metabotropic (mGluR). Meskipun subtipe
reseptor individu menunjukkan khusus (terbatas) lokalisasi, reseptor glutamat dari
satu jenis atau yang lain yang ditemukan hampir di mana-mana. Sebagian besar selsel saraf, dan bahkan sel-sel glial, memiliki reseptor glutamat.

GLUTAMAT HARUS DISIMPAN DI DALAM SEL (INTRASELULER)


(NORMAL, JANGAN HEADING 2. UKURAN 12)
Sepintas ini terlihat seperti sistem mustahil. Sebuah melihat lebih dekat,

bagaimanapun, mengungkapkan bahwa glutamat tidak hadir di mana-mana


(kalimatnya sulit dimengerti). Hal ini hampir secara eksklusif terletak di dalam sel.
Lokasi intraseluler beberapa 99,99% glutamat otak adalah alasan mengapa sistem ini
dapat bekerja. Hal ini penting karena reseptor glutamat hanya dapat diaktifkan
dengan glutamat mengikat mereka dari luar. Oleh karena itu, glutamat relatif tidak
aktif selama itu adalah intraseluler. Volume sel-sel otak dan meshwork dibentuk oleh
ekstensi mereka bercampur, merupakan sekitar 80% dari volume jaringan otak.
Jaringan ini terendam dalam cairan, cairan ekstraseluler yang mewakili 20% sisanya
volume jaringan otak. Normal (istirahat) konsentrasi glutamat dalam cairan ini
rendah, di urutan beberapa mikromolar. Sebaliknya, konsentrasi glutamat dalam sel
adalah beberapa ribu kali lebih tinggi, sekitar 1 - 10 milimolar. Konsentrasi glutamat
tertinggi ditemukan di terminal saraf dan konsentrasi dalam vesikel sinaptik mungkin
setinggi 100 milimolar.

TRANSPORTER GLUTAMAT MENGHAPUS GLUTAMAT DARI


CAIRAN EKSTRASELULER (NORMAL, JANGAN HEADING 2.

UKURAN 12)
Ini mengikuti dari uraian di atas bahwa mekanisme yang dapat menjaga
konsentrasi ekstraseluler yang rendah glutamat sangat penting untuk fungsi otak.
Satu-satunya mekanisme (signifikan) untuk menghilangkan glutamat dari cairan

ekstraseluler adalah ambilan glutamat; yang disebut "serapan glutamat". Serapan ini
dimediasi oleh keluarga protein transporter khusus yang bertindak sebagai pompa.
Protein ini mengikat glutamat, satu molekul pada saat itu, dan mentransfernya ke
dalam sel. Dalam perjanjian dengan kelimpahan glutamat dan di mana-mana reseptor
glutamat, jaringan otak akan menampilkan aktivitas serapan glutamat sangat tinggi.
Hal ini tercatat sudah 1.949, meskipun pentingnya sebenarnya tidak diakui sampai
setelah aksi rangsang glutamat ditemukan pada 1950-an dan 1960-an.
Glutamat diangkat ke kedua sel glial dan terminal saraf. Yang pertama
diyakini lebih penting dari sudut pandang kuantitatif. Glutamat diambil oleh sel-sel
astroglial diubah menjadi glutamin. Glutamin tidak aktif dalam arti bahwa hal itu
tidak dapat mengaktifkan reseptor glutamat, dan dilepaskan dari sel-sel glial dalam
cairan ekstraseluler. Terminal saraf mengambil glutamin dan mengkonversi glutamin
kembali ke glutamat. Proses ini disebut sebagai glutamat-glutamin, dan ini penting
karena memungkinkan glutamat yang akan aktif oleh sel-sel glial dan diangkut
kembali ke neuron dalam aktif (non-toxic) bentuk.
Glutamat mempunyai peran sentral dalam berbagai metabolisme tubuh, antara
lain sebagai unsur perantara metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Glutamat
dapat dibentuk menjadi berbagai asam amino lain seperti gluthation, arginin dan
proline (Reeds PJ dkk, 2000). Glutamin merupakan turunan dari asam glutamat.
Nama kimianya adalah asam glutamat 5- amida. Menurut beberapa ahli gizi, glutamin
dapat lebih mudah melewati sawar darah otak. Glutamin merupakan asam amino non
esensial dengan konsentrasi tertinggi pada sel otot dan plasma. Berperan penting
sebagai sumber nutrisi sel terutama usus dan lekosit. Glutamin berperan sebagai
sumber energi dan proses penting sintesis nukleotida. Pada saat terjadi trauma dan
infeksi, kadar glutamin intrasel menurun akibat terjadi peningkatan pemakaian oleh
jaringan lain, sehingga pada keadaan tersebut glutamin menjadi nutrient yang esensial
(Shills, 2006).

2.3 KOMPOSISI MSG (NORMAL, JANGAN HEADING 2. UKURAN 12)


Mono Sodium Glutamat (MSG) yang rumus kimianya HCOCCH (NH2) 2
COO-NA hasil campuran asam glutamat dan natrium Hidruksid (yang saterusnya
penyedap makanan itu istilahnya disebut MSG). Bahan yang paling penting untuk
membuat MSG yaitu asam glutamat yang berupa asam amino yang ada pada

tumbuhan, hewan, minyak bumi dan pada tubuh manusia. Di pabrik MSG membuat
asam glutamat itu dari Melase (gula tetes), sisa gula tebu yang sudah tidak bisa
menjadi kristal. Di negara yang tidak mempunyai tebu, asam glutamat itu dibuatnya
dari ganggang, gulabit, gandum, kedelai, tapioka, minyak bumi atau sengaja
membuatnya secara sintetis. MSG terdiri dari 78% glutamat, 12% natrium dan 10% air.

2.4 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MSG


2.4.1 K ELEBIHAN (NORMAL, JANGAN HEADING 2. UKURAN 12)

Monosodium Glutamat (MSG) merupakan salah satu cryoprotectant yang bisa


ditambahkan pada kultur starter yoghurt selama proses pembekuan atau
pengeringan beku. MSG mempunyai kemampuan untuk melakukan ikatan
hidrogen dan atau berionisasi dengan phospholipid membran sel bakteri

(Tamime dan Robinson, 1985).


Cryoprotectant (MSG) yang ditambahkan ke dalam kultur starter yoghurt
selama proses pembekuan berfungsi meningkatkan ketahanan sel-sel
Lactobacillus delbrueckii ssp. bulgaricus dan Streptococcus salivarius ssp.

thermophilus.
Dalam buku Rencana Pembangunan Lima Tahun ke Lima 1989/90 sampai
1993/94, khususnya bab 10 tentang pangan dan gizi, tercantum, antara lain,
bahwa : untuk menanggulangi masalah kebutaan akibat kekurangan vitamin
A, selain dilakukan dengan suplementasi vitamin A dosis tinggi untuk balita
melalui posyandu, juga akan diperluas upaya fortifikasi bumbu penyedap
makanan dengan vitamin A. bumbu penyedap makanan yang diperkirakan
cukup potensial dan efektiv digunakan sebagai wahana fortifikasi vitamin A
adalah Monosodium Glutamat (MSG), atau dalam masyarakat Indonesia
dikenal dengan sebutan : vetsin. Upaya untuk memanfaatkan bumbu
penyedap ini sebagai wahana fortifikasi vitamin A telah dirintis sejak PELITA
IV, dan hasil uji coba pemanfaatan MSG-A (MSG yang difortifikasi dengan
vitamin A) untuk menanggulanginya masalah KVA menunjukkan hasil yang

memuaskan.
Lidah dan lambung memiliki reseptor glutamat yang berhubungan dengan
sistem saraf pusat, otak, dan organ pencernaan yaitu lambung dan pankreas.
Melalui uji klinis telah dibuktikan, bahwa makanan yang enak karena
glutamat, baik dari cita rasa bahan makanan itu sendiri maupun dari MSG,
merangsang sekresi cairan pencernaan sehingga proses pencernaan makanan
menjadi lebih baik (Yamaguchi, 1968).

10

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hiroaki Zai,dkk yang dipublikasikan


pada tahun 2009 yang dilakukan pada manusia, menduga bahwa L-glutamat
berperan penting pada pencernaan protein dan secara bermakna mempercepat

pengosongan lambung pada makanan yang kaya akan protein.


L-glutamat berperan penting sebagai pembentuk energi untuk sistem transport
yang spesifik bagi asam amino yang ada di mukosa usus halus. Selain sebagai
pembentuk energi pada sintesis protein, L-glutamat juga digunakan oleh sel
epitel usus halus sebagai prekusor untuk memproduksi asam amino lain

seperti L-aspartat, L-alanin, L-prolin, L-omitin dan L-sitrulin.


Peran Glutamat dihati yaitu dalam metabolisme asam amino di hati melalui
proses tranminasi asam amino dan detokfikasi terhadap urea. Ini dilakukan
melalui peran N-acetylglutamate yang merupakan hasil produksi coenzim A

dan glutamat di dalam mitokondria hati terhadao siklus urea.


Glutamat adalah asam amino bebas yang banyak terdapat di otak. Glutamat
berfungsi sebagai neurotransmitter yang penting untuk komunikasi antar sel
pada susunan saraf pusat, sebagai penghubung antara NAD+ dan NADP+
serta sebagai sumber energi untuk memompa kembali bahan kimia yang
berlebihan. Oksidasi glutamat menjadi oksasetat menghasilkan 12 ATP untuk
setiap molekuk glutamat. Oleh karena itu, pada saat otak mengalami
penurunan konsentrasi glukosa atau ketidakstabilan glikolitik, maka ia akan
menggunakan glutamat sebagi energi.

2.4.2 K EKURANGAN (NORMAL, JANGAN HEADING 2. UKURAN 12)

MSG memiliki efek neurotoksik mengakibatkan kerusakan sel otak, 11 retina


degenerasi, gangguan endokrin dan beberapa kondisi patologis seperti kecanduan,
stroke, epilepsi, trauma otak, nyeri neuropatik, skizofrenia, kecemasan, depresi,
Parkinson "s penyakit, Alzheimer" s penyakit, Huntington "s penyakit, dan
amyotrophic lateral sclerosis.

Pada beberapa kasus Monosodium Glutamat (MSG) dapat memicu reaksi


alergi seperti gatal-gatal, bintik-bintik merah di kulit, keluhan mual, muntah,

sakit kepala dan migren.


MSG menyebabkan penurunan viabilitas spermatozoa, menurunkan kualitas
motil spermatozoa, serta meningkatkan abnormalitas morfologi spermatozoa
secara bermakna dimana p< 0,05. Hal ini dikarenakan MSG berlebih
menyebabkan

peningkatan

natrium

dan

pembentukan

ROS

yang

mengakibatkan stress oxidative dan menyebabkan kerusakan sel, jaringan dan


organ, khususnya untuk sistem reproduksi.

11

MSG dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan Chinese restaurant


syndrome yang dapat mengakibatkan rasa terbakar pada daerah leher bagian
belakang menjalar ke tangan dan dada, mati rasa pada daerah belakang leher,
hangat, lemah pada wajah, punggung, leher, dan tangan, rasa kaku pada

wajah, nyeri dada, mual, dan mengantuk


(Anonim, 1996).
Semakin besar dosis dan semakin lama paparan MSG peroral yang diberikan
terbukti semakin bertambah jumlah neuron piramidal yang berdegenerasi di
regio CA1 Hipokampus tikus Wistar. Mengingat hikampus berperan penting
dalam proses belajar dan mengingat (learning and memory).

2.5 PROSES PEMBUATAN MSG (NORMAL, JANGAN HEADING 2.


UKURAN 12)

Gambar 2.5 Proses Pembuatan Glutamat (Umar Anggara Jenie,2001)

12

1. MSG dibuat melalui proses fermentasi dari tetes-gula (molase) oleh bakteri
(Brevibacterium lactofermentum). Dalam proses fermentasi ini, pertama-tama
akan dihasilkan Asam Glutamat. Asam Glutamat yang terjadi dari proses
fermentasi ini, kemudian ditambah soda (Sodium Carbonate), sehingga akan
terbentuk Monosodium Glutamat (MSG). MSG yang terjadi ini, kemudian
dimurnikan dan diskritalisasi, sehingga merupakan serbuk kristal-murni.
2. Sebelum bakteri (pada butir 1) tersebut digunakan untuk proses fermentasi
pembuatan MSG, maka terlebih dahulu bakteri tersebut harus diperbanyak
(dalam istilah mikrobiologi: dibiakkan atau dikultur) dalam suatu media yang
disebut Bactosoytone. Proses pada butir 2 ini dikenal sebagai proses
pembiakan bakteri, dan terpisah sama-sekali (baik ruang maupun waktu)
dengan proses pada butir 1. Setelah bakteri itu tumbuh dan berbiak, maka
kemudian bakteri tersebut diambil untuk digunakan sebagai agen-biologik
pada proses fermentasi membuat MSG (Proses pada butir 1)
3. Bactosoytone sebagai media pertumbuhan bakteri , dibuat tersendiri (oleh
Difco Company di AS). Denga cara hidrolisis-enzimatik dari protein kedelai
(soyprotein). Dalam bahasa yang sederhana,protein-kedelai dipecah dengan
bantuan enzim sehingga menghasilkan peptide rantai pendek (pepton) yang
dinamakan Bactosoytone itu. Enzim yang di pake pada proses hidrolisis inilah
yang disebut Porcine, dan enzin inilah yang di isolasi dari pancreas-baby
4. Perlu diperjalas disini bahwa, enzim Porcine yang digunakan dalam proses
penbuatan media Bactosoytone , hanya berfungsi sebagai katalis,artinya enzim
tersebut hanya mempengaruhi kecepatan reaksi hidrolisis dari protein kedelai
menjadi Bactosoytone, TANPA ikut masuk ke dalam struktur molekul
Bactosoytone itu.jadi Bactosoytone yang diproduksi dari proses hidrolisienzimatik itu, JELAS BEBAS dari unsur-unsur babi!!! Selain Karena produk
Bactosoytone yang terjadi itu mengalami proses clarificationsebelum
dipakai sebagai media pertumbuhan, juga karena memang unsure enzim
Porcine ini tidak masuk dalam struktur molekul Bactosoytone , karena
Porcine hanya sebagai katalis saja.
5. Proses clarification yang dimaksud adalah pemisahan enzim Porcine dan
Bactosoytone yang terjadi. Proses ini dilakukan dengan pemanasan 1600 F
selama sekurang-kurang nya5 jam, kemudian dilakukan filtrasi, untuk
memisahkan enzim Porcine dari produk Bactosoytone nya. Filtrasi yang
sudah bersih ini kemudian diuapkan, dan Bactosoytone yang terjadi di ambil.
6. Perlu dijelaskan disini bahwa proses pembuatan Media Bactosoytone ini
merupakan proses yang terpisah sama sekali dengan proses pembuatan MSG.
media Bactosoytone merupakan suatu media pertumbuhan bakteri, dan dijual
di pasar,tidak saja untuk bakteri pembuatan MSG, tetapi juga untuk bakteri13

bakteri lainya yang digunakan untuk keperluan pembuatan produk biotekindustri lainya.
7. Catatan : nama Bactosoytone merupakan nama dagang, yang dapat di urai
sebagai berikut : Bacto adalah nam dagang dari pabrik pembuatanya (Difco
Co); Soy dari asal kata soybean:kedelai, tone, singkatan dari peptone; jadi
Bactosoytone artinya pepton kedelai yang dibuat oleh pabrik Difco.
8. Setelah bakteri tersebut ditumbuhkan pada Media Bactosoytone, kemudian
dipindahkan ke Media Cair Stater. Media ini sama sekali tidak mengandung
Bactosoytone . Pada Media Cair Stater ini bakteri berbiak dan tumbuh secara
cepat.
9. Kemudian , bakteri yang sudah berbiak ini dimasukan ke Media Cair
Produksi, dimana bakteri ini mulai memproduksi asam glutamate; yang
kemudian di ubah menjadi MSG. Media Cair Produksi ini juga tidak
mengandung Bactosoytone.
10. Perlu di jelaskan disini bahwa bakteri penghasil MSG adalah Brevibacterium
lactofermentum atau Corynebacterium glutamicum, adalah bakteri yang hidup
dan berkembang pada media air. Jadi bakteri ini termasuk aqueous
microorganisme.

2.6 Isu-isu MSG yang Berkembang di Masyarakat


1.1 A. ISU MONO SODIUM GLUTAMATE (MSG) MENYEBABKAN
KANKER (UKURAN 12)

Pada tahun 1989, Iwan Budiarso, seorang dokter hewan menulis di harian
KOMPAS bahwa MSG dapat menghasilkan Glu-P1 dan Glu-P2 yang bersifat
mutagenik dan karsino-genik. Pada tahun 1994 kita dikejutkan lagi adanya tulisan
Moh. Yani, seorang anggota Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) di
harian MERDEKA yang menganjurkan kepada masyarakat untuk tidak menggunakan
MSG dalam makanannya, karena katanya MSG dapat menimbulkan penyakit kanker
dan liver. Sejak itulah masyarakat kita dibuat resah tentang penggunaan MSG dalam
makanannya, karena rasa was-was terhadap penyakit kanker dan liver yang
ditimbulkannya. Isu ini semakin gencar karena dihubungkan dengan isu terjadinya
Chinese Restaurant Syndrome (CRS) atau sindrom restaurant China yang konon
kabarnya disebabkan MSG.
Adapun penjelasannya sebagai berikut (P2MI, 2007, 2008) :
1) MSG adalah senyawa yang terbentuk dari ion natrium dan gugus glutamate.
Natrium juga terkandung dalam garam dapur (NaCl), tetapi dalam MSG

14

keberadaannya hanya 1/3 dibandingkan dalam garam dapur. Glutamat merupakan


salah satu asam amino non esensial (tubuh dapat mensintesis sendiri) yang
dibutuhkan tubuh untuk sintesis protein, yang juga terdapat pada susu, keju, daging
ayam, tomat, kedelai, gandum, dan kacang-kacangan. Tubuh kita mampu mengubah
glutamat menjadi senyawa alanin di dalam usus yang selanjutnya diubah menjadi ketoglutarat, dan sisanya digunakan dalam glukoneogenesis. Perhatikan tahap reaksi
pentingnya :

Gambar (nomor). Xxxxxxxxx (nama, tahun)


Perubahan dari MSG menjadi -ketoglutarat berlangsung hanya kurang dari 30
menit. Selanjutnya -ketoglutarat masuk ke dalam siklus asam sitrat (siklus Krebbs)
untuk menghasilkan energi. Oleh karena itu adanya isu bahwa MSG dapat
terakumulasi dalam tubuh setelah 10 20 tahun dan menyebabkan glaucoma
(penyakit mata yang berakibat kebutaan) adalah tidak benar.
2) Manusia memerlukan makan dan minum untuk kelangsungan hidupnya. Namun
demikian apapun makanan dan minuman yang dikonsumsi haruslah dalam batasbatas kewajaran. Jangankan MSG, nasi, telur, daging yang bergizipun jika kita
konsumsi dalam jumlah berlebihan juga akan menimbulkan penyakit, bukan ? Dahulu
ADI (Acceptable Daily Intake) untuk MSG ditetapkan JECFA (Joint Expert
Committee on Food Additives) sebesar 153 mg MSG / kg berat badan atau 7500 mg /
50 kg berat badan / hari seumur hidup. Sejak 1987 batasan itu dihapus, artinya kita
dapat mengkonsumsi MSG sesuai selera dan tanpa batasan usia. Hal ini berarti
penggunaan MSG bersi fat self limiting, seperti penggunaan garam dapur atau gula,
artinya batas pengguna-an tergantung selera.Dengan kata lain, tidak akan mungkin
seseorang menggunakan MSG dalam jumlah yang berlebihan, karena akan
menyebabkan rasa yang bukan selera wajar, seperti halnya penggunaan garam atau
gula jika berlebihan. Riset yang dilakukan Dr. Hiroshi Ohguro Di Universitas
Hirosaki Jepang adalah contoh riset yang tidak logis, karena memberi MSG sebanyak

15

10% selama 2 tahun dalam makanan tikus dan anjing. Kita sehari-hari hanya
membubuhkan 0,1 0,8% MSG (sekitar 75 mg jika batasan konsumsi MSG sehari
7500), maka sangat tidak logis jika tikus dan kucing diberikan 10% / hari (berarti 750
mg / hari).
3)

MSG tergolong dalam daftar GRAS (Generally Recognized as Safe) yaitu

dinyatakan aman untuk dikonsumsi, artinya tidak akan menimbulkan penyakit.


Adanya isu bahwa MSG pada suhu tinggi menghasilkan glu-P1 (aminomethyl
dipyridoimidazole) dan Glu-P2 (amino dipyridoimidazole) adalah tidak benar, karena
suatu zat (MSG) jika terurai, maka massa molekul senyawa hasil peruraian pasti lebih
kecil, padahal kedua senyawa tersebut massa molekulnya tiga kali lebih besar dari
MSG. Fakta yang sesungguhnya adalah adanya riset ikan yang dibakar tanpa
penambahan MSG sampai menjadi arang hingga menghasilkan kedua senyawa
tersebut. Tentu saja dalam kehidupan yang sesungguhnya, tidak ada seorangpun yang
mau makan ikan yang telah menjadi arang. Untuk membuktikan bahwa MSG tidak
mengalami perubahan pada pemanasan suhu tinggi adalah dengan melakukan
pemanasan terhadap gula pasir dan MSG dalam oven bersama-sama selama 5 menit.
Ternyata gula pasir menjadi karamel hitam (arang), sedangkan MSG tetap putih dan
tetap gurih. Kenyataan ini dapat dijelaskan bahwa ikatan antara ion natrium dan
gugus glutamatnadalah ikatan ion, sehing-ga senyawa MSG memiliki titik lebur yang
tinggi.
4) Isu adanya CRS adalah tidak benar, karena yang terjadi sesungguhnya Dr. Ho Man
Kwok hanya menulis surat pribadi kepada redaksi majalah kedokteran The New
England Journal (bukan laporan) yang isinya menceritakan pengalaman pribadinya
setelah makan di restoran China ia merasa mual, kaku pada leher, dan pening, lalu ia
menduga-duga penyebabnya mungkin rempah-rempah, arak China atau MSG. Jadi ia
tidak memastikan bahwa keluhannya itudisebabkan adanya MSG.
b. Isu MSG Mengandung Minyak Babi
Isu ini sempat mencuat dan menimbulkan keresahan di masyarakat. Seperti
kita ketahui, pembuatan MSG diawali dengan mengambil asam glutamat dari bahan
seperti gandum, jagung atau molase. Asam glutamat terbentuk dengan melarutkan
bahan-bahan tersebut ke dalam HCl hingga pH 3,2 sehingga terbentuk kristal secara
lambat. Hasilnya dinetralisasi dengan NaOH atau Na2CO3, dekolorisasi dan
dikristalisasi hingga jadilah vetsin (MSG) yang berupa kristal putih.
Perubahan dari bahan nabati tersebut menjadi asam glutamat melalui proses
peragian (fermentasi) dimana bakteri (starter) yang bertugas dalam perubahan

16

tersebut membutuhkan media hidup. Diisukan bahwa dalam media tersebut


ditambahkan minyak babi untuk memberikan rasa yang sedap adalah tidak benar,
karena rasa sedap MSG disebabkan MSG mampu menstimulasi sel reseptor pada
lidah untuk lebih peka, sehingga kita dapat menikmati rasa lebih baik. Berdasarkan
penelusuran, isu tersebut juga muncul karena MSG yang dijual dengan kadar 100%
juga ditambahkan penguat rasa guanilat dan inosinat Guanilat ini juga dapat dijumpai
dalam jumlah kecil di daging babi, tetapi bukan berarti MSG mengandung minyak
babi. Hal inilah yang diartikan dan dikemukakan salah oleh orang-orang yang tidak
memahami konsep dengan benar.
Berbicara masalah haram dan halal, kita semua tidak tahu darimana asal
unsur-unsur yang ada di alam (ada 92 unsur). Salah satu keunikan ilmu kimia adalah
ketika unsur-unsur bergabung membentuk senyawa, maka sifat unsur asalnya sudah
tidak akan muncul lagi. Hal ini berarti senyawa-senyawa yang terbentuk di alam ini
membentuk sifat baru. Bagaimana sifat baru dari senyawa yang terbentuk merupakan
kajian yang dipelajari dalam ilmu kimia. Minyak babi adalah salah satu bentuk
campuran berbagai senyawa dimana kita semua tidak mengetahui senyawa manakah
yang menjadikan minyak babi haram untuk dikonsumsi Kita menyatakan haram
mendasarkan pada ajaran agama karena dianggap minyak babi merupakan media
yang baik untuk tumbuhnya berbagai organisme yang berbahaya bagi kesehatan,
bukan karena senyawa yang terkandung dalam minyak babi. Dengan demikian isu-isu
tentang haram dan halalnya suatu jenis produ makanan atau minuman harus selalu
dikaji secara cermat dan mendalam agar tidak meresahkan masyarakat.
c. MSG Meningkatkan Berat Badan?
Sebuah studi baru menemukan bahwa penyedap rasa monosodium glutamat
(MSG), yang paling sering dikaitkan dengan Chinese restaurant syndrome sakit
kepala setelah makan makanan China, ternyata berpotensi meningkatkan ukuran
lingkar pinggang. Para peneliti menemukan bahwa orang yang makan MSG dalam
jumlah berlebih, risiko untuk menderita kelebihan berat badan atau obesitas
meningkat. Namun peningkatan risiko ini tidak sederhana dan bukan hanya
disebabkan karena menyantap makanan tinggi MSG berlebihan. Hubungan antara
asupan tinggi MSG dan peningkatan berat badan baru dapat dianalisis setelah
menganalisis pola kebiasaan makan dan menghitung total asupan jumlah kalori. Ka
He, ahli nutrisi di University of North Carolina, Chapel Hill, yang memimpin
penelitian ini, mengatakan bahwa walaupun risiko kenaikan berat badan disebabkan
MSG adalah sederhana, namun implikasinya bagi kesehatan sangat besar, karena

17

masyarakat luas sering bahkan hampir setiap hari mengonsumsinya, demikian


pernyataanya pada Reuters Health (Marcus A, 2011).
Mekanisme MSG dalam meningkatkan berat badan masih belum dapat
dijelaskan sepenuhnya, tapi diduga berhubungan dengan hormon leptin, yang
mengatur keinginan makan dan metabolisme. Subjek penelitian yang mengonsumsi
MSG lebih banyak terbukti menghasilkan lebih banyak hormon leptin dalam
tubuhnya. Konsumsi MSG dapat menyebabkan resistensi leptin, sehingga tubuh tidak
efisien memroses energi yang didapat dari makanan. Hal ini menjelaskan mengapa
orang-orang yang makan MSG lebih banyak, berat badannya meningkat dan hal ini
tidak bergantung pada jumlah kalori yang dikonsumsi.
Yang menarik, ternyata orang yang mengonsumsi kadar MSG paling tinggi
mengalami peningkatan berat badan yang moderat (sedang). Sedangkan peningkatan
berat badan yang paling tinggi justru terjadi pada kelompok yang selain mengonsumsi
MSG kadar tinggi disertai konsumsi garam yang tinggi juga, hal ini karena garam
dapat menyebabkan retensi air dan peningkatan berat badan. Jadi ternyata masih
diperlukan serangkaian penelitian lanjutan, untuk melihat berbagai variabel, manfaat
kesehatan terkait dengan perubahan pola makan dan pengalaman orang-orang yang
berhenti menggunakan MSG

BAB III
PENUTUP
2.1 KESIMPULAN (NORMAL, JANGAN HEADING 2. UKURAN 12)
MSG adalah garam natrium yang berikatan dengan asam amino berupa asam
glutamat. yang sering digunakan sebagai bahan penyedap masakan untuk merangsang
selera atau mengaktifkan rasa (Dhindsa et al., 1981). Rangsangan selera dari
makanan yang diberi MSG disebabkan oleh kombinasi rasa khas dari efek sinergis
MSG dengan 5 ribonukleotida yang terdapat di dalam makanan dan bekerja pada
membran sel reseptor kecap (Cogan et al., 1979).
Berdasarkan perbandingan pro dan kontra MSG dari beberapa jurnal dapat
disimpulkan bahwa yang paling menonjol adalah pro. Dari berbagai literatur yang
kami baca banyak yang mendukung MSG dan menyanggah berbagai hal negatif
tentang MSG bahwa itu tidak benar .

18

Berdasarkan kajian literatur yang kami dapati sampai saat ini, belum ada bukti
penelitian yang kuat berdasarkan kaida-kaidah untuk menilai suatu penelitian, yang
menyatakan MSG sebagai penyebab suatu gangguan kesehatan. Sebagian besar hasil
penelitian hewan masih dianggap lemah dalam pembuktian. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian yang lebih mendalam dengan desain penelitian yang lebih baik
untuk benar-benar membuktikan segala kontroversi yang terkit dengan MSG.

DAFTAR PUSTAKA

A.C.C, Egbuono dkk. 2010. Monosodium glutamate: Potentials at inducing prostate


pathologies in male Wistar rats. African Journal of Biotechnology Vol. 9(36)
ISSN 16845315 diakses 3 Maret 2015 pukul 16.38 WIB
PS Igbigbi, Eweka AO and Ucheya RE. 2011. Histochemical Studies of the Effects of
Monosodium Glutamate on the Liver of Adult Wistar Rats. Annals of Medical
and Health Sciences Research Vol. 1 N0.1 diakses pada 3 Maret pukul 16.45
WIB
Widyalita Eka P,Saifuddin Siruddin dan Zakaria. 2014. Analisis Kandungan
Monosadium Glutamat (Msg) Pada Pangan Jajanan Anak Di Sd Komp.
Lariangbangi Makassar. http://repository.unhas.ac.id diakses 4 Maret 2015
pukul 10.27 WIB

19

Salirawati Das. 2009. Pembelajaran Kontekstual Kimia Berbasis Kontroversi Isu


yang Berkembang Di Masyarakat. http://staff.uny.ac.id diakses 7 Maret 2015 pukul
16.35 WIB

Kalyanamitra.(2007). Bahaya Penyedap Rasa Buatan (MSG) Bagi Kesehatan. Pusat


Komunikasi dan Informasi Perempuan. http://www.kalyanamitra.or.id diakses
06 Maret 2015 pukul 13.47 WIB
Made Ni L P. 2012. Kualitas Spermatozoa Mencit Jantan Dewasa (Mus Musculus L.)
Setelah Diberikan Monosodium Glutamat (MSG). JURNAL SIMBIOSIS I (1) :
40- 50 ISSN : 2337-7224 diakses 5 Maret pukul 2015 12.34 WIB
Simon Halomoan, Hexanto Humartomo dan Dwi Pujardnoko. 2013. Pengaruh
Pemberian Monosodium Glutamat Peroral terhadap Degenerasi Neuron
Piramidal CA! Hipokampus pada Tikus Wistar. Medica Hospitalia vol 1 (3) :
175-181. http://medicahospitalia.rskariadi.co.id diakses 10 Maret 2015 pukul
14.44 WIB
Shimada et al. 2013. Headache and mechanical sensitization of human pericranial
muscles after repeated intake of monosodium glutamate (MSG). The Journal of
Headache and Pain 14:2. http://www.thejournalofheadacheandpain.com diakses
11 Maret 2015 pukul 16.44 WIB
Dwi Tonang A. 2004. MSG dan Kesehatan : Sejarah, Efek dan Kontroversinya.
INOVASI Vol.1/XVI/2004. http://io.ppijepang.org diakses 11 Maret 2015 pukul
16.50 WIB
Sri Aris W, Abdul Manb, Teguh H W. 2007. Pengaruh Penambahan Msg
(Monosodium Glutamat) Terhadap Kualitas Kultur Starter Yoghurt Beku
Ditinjau Dari Viabilitas, Ph Dan Keasaman. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Ternak Hal 6-13 Vol 2, No.2 ISSN : 1978 0303
Persagi. 1990. GIZI INDONESIA journal of the Indonesian nutrition association.
Jakarta: PERSAGI
MB, Arisman. 2009. Keracunan Makanan. Jakarta: Kedokteran EGC
Siagian, Albiner. 2003. Pendekatan Fortifikasi Pangan Untuk Mengatasi Masalah
Kekurangan Zat Gizimikro. Sumatera Utara: USU Digital Library.
Hidayat, Meilanah. 2011. MSG Meningkatkan Berat Badan. IDIs Magazine for
Professional

Update

and

Self

Impprovement.

(Online).

http://repository.maranatha.edu/1163/1/Majalah_IDI__MSG.pdf.

Diakses

10/03/2015 pukul 16:13


A.J,

Umar.2001.

Penjelasan

Proses

(MSG) .ISNET Pustaka Online Media.

20

Pembuatan

Monosodoium

Glutamat

PU, Nurhidayat dkk. 2013. Review Monosodium Glutamate Pro & Kontra. Jakarta:
Anguis Health discussion Board (AHDB).

21

LAMPIRAN (NORMAL, JANGAN HEADING 2. UKURAN 14. R ATA


TENGAH )

1. Penanya

: Idha Meynur R.

Pertanyaan
Penjawab
Jawaban

: Mengapa MSG efektif mengutamakan rasa sehingga membuat lezat?


: Kelompok 10
:
MSG tersusun atas 78% Glutamat, 12% Natrium dan 10% air.
Kandungan glutamat yang tinggi itulah yang menyebabkan rasa gurih.
MSG mengandung glutamate yang sangat mudah larut sehingga jika
ditambahkan ke dalam pangan padat atau cair ketika menyentuh sensor

2. Penanya
Pertanyaan
Penjawab
Jawaban

pengecap menimbulkan rasa gurih.


: Renzi Galuh Islamiyati
: Apa saja yang dapat meningkatkan kerusakan MSG ?
: Kelompok 10
:
Biasanya disebabkan kesalahan pada factor produksi. Bahan
pengemas, dan penyimpanannya. Kerusakan yang disebabkan oleh
faktor produksi kristal menjadi bubuk akibat ketidak seimbangan
perbandingan jumlah sirup dan bibit atau karena suhu yang terlalu
rendah. Kerusakan bahan pengemas terjadi apabila lubang terbaar
karena kesalahan manusia saat melakukan distribusi pabrik.
Bagaimana kondisi MSG apabila terkena cahaya matahari? (sertakan

3. Penanya
Pertanyaan
Penjawab
Jawaban

sumbernya)
: Eka Lestari
: Isu MSG membuat anak bodoh.. benar atau tidak ?
: Kelompok 10
:
Glutamat adalah asam amino bebas yang paling banyak terdapat dalam
ota. Glutamate berfungsi sebagai neutransmiter yang penting untuk
komunikasi antar sel pada susunan syaraf pusat,sebagai penghubung
antara NAD+ & NADP+ serta sumber energi memompa kembali bahan
kimiayang

berlebihan.

Oksidasi

glutamate

menjadi

oksasetat

menghasilkan 12 ATP untuk setiap molekul glutamate. Ketika otak


mengalami penurunan konsentrasdi glukosa atau ketidakstabilan
glikolitik, maka ia akan menggunakan glutamate sebagai energy.
4. Penanya
Pertanyaan

: Hendrik Imalika
: Isu MSG meningkatkan berat badan..benar atau tidak ? dan

bagaimana cara pembuatan MSG?


Penjawab
: Kelompok 10

22

Jawaban

:
a. Penelitian yang dilakukan oleh Shi dkk (tahun???), bahwa konsumsi
MSG tidak berhubungan dengan penambahan berat badan secara
signifikan setelah disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, berbagai
faktor gaya hidup dan asupan energi.
b. Penelitian Marcus 2011 ini adalah MSG tidak meningkatkan berat
badan apabila dikonsumsi dalam dosis yang wajar (0,5 - 1 gram sehari
atau 0,2-0,8% dari volume makanan) dan tidak disertai dengan
konsumsi garam yang berlebihan.

5. Penanya
Pertanyaan

: Melisa Trisubekti
: Apakah MSG dan vetsin itu sama? jika tidak sebutkan

perbedaannya?
Penjawab
: Kelompok 10
Jawaban
:
MSG dan vetsin itu sama. Masyarakat dari dulu mengenal MSG itu
dengan sebutan MSG???, jadi tidak ada perbedaan dari segi
kandungan, komposisi dan gizinya. Hanya asumsi masyarakat saja
yang berkata MSG itu vetsin (bahasanya diperbaiki). Apalagi di daerah
pedesaan, mereka lebih mengenal vetsin dikarenakan tidak ada
sosialisasi bahwa vetsin itu MSG.
6. Penanya : Fitria
Pertanyaan
: Isu MSG yang menyebabkab kanker?
Penjawab
: Kelompok 10
Jawaban
:
a. Pada penelitian yang dilakukan oleh Barkeley Lab. (tahun berapa???),
menyatakan bahwa MSG bukanlah zat karsinogenik. Penelitian ini
dilakukan pada hewan dengan melihat setiap target organnya.
b. Penelitian yang dilakukan Matsumi dkk., (1977), Sugimura dan Sato,
(1983), Takayama dkk., (1984). Penelitian ini dilakukan dengan
membakar ikan pada suhu 300-400 C hingga menjadi arang,
kemudian arang tersebut diekstrasi dan ditemukan zat-zat yang
dinamakan Glu-P1 dan Glu-P2, yakni aminomethyl dipyridoimodazole
dan amino dipyridoimodazole. Kemudian penelitian dilakukan pada
tikus dan disimpulkan menyebabkan kanker. Untuk mengetahui
karsinogenitas maka dilakukan uji coba dengan sistem Ames, namun
karena biaya yang tinggi, maka uji ini tidak dilakukan. Sehingga
belum dapat dibuktikan bahwa Glu-P mempunyai daya mutagenik
terhadap tikus apalagi manusia. Selain itu, Glu-P juga belum terbukti
berasal dari MSG sebab berat molekul MSG lebih rendah dari pada
Glu-P. >>> cari sumber lain...............

23

24

Revisi
1. Tulisan dirapikan lagi
2. Apabila ada gambar, maka di bawah gambar tersebut diberi tulisan
keterangan gambar dan sumbernya

Gambar 1. Struktur Glukosa (nama penulis, tahun)


3. Buat glossarium! (kata-kata yang tidak umum, kata ilmiah, dan
kata lain yang sulit difahami oleh orang awam)
4. Jawaban atas pertanyaan di atas, sertakan sumbernya.

25

Anda mungkin juga menyukai