Menurut penjelasan Pasal 20 dinyatakan bahwa hak milik
adalah hak yang terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai
orang atas tanah. Pemberian sifat ini tidak berarti, bahwa hak itu merupakan hak yang mutlak, tak terbatas dan tidak dapat diganggu-gugat sebagai hak eigendom menurut pengertiannya yang asli dulu. Sifat yang demikian akan terang bertentangan dengan sifat hukum adat dan fungsi sosial dari tiap-tiap hak. Kata-kata
terkuat
dan
terpenuh
itu
bermaksud
untuk
membedakannya dengan Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna
Bangunan (HGB), Hak Pakai dan hak-hak lainnya, yaitu menunjukan, bahwa diantara hak-hak atas tanah yang dapat dipunyai orang hak miliklah yang ter (artinya:paling)-kuat dan terpenuh.1 Turun-temurun artinya hak milik dapat dialihkan dan diwariskan kepada ahli waris yang mempunyai hak milik, dengan demikian hak milik jangka waktunya tidak dibatasi seperti halnya HGU, HGB, dan Hak Pakai. Hak milik tidak hanya akan berlangsung selama hidup orang yang mempunyainya, tetapi pemilikan tanahnya akan dilanjutkan oleh ahli warisnya setelah pemiliknya meninggal dunia. Dengan demikian maka sifat-sifat hak milik adalah; a. Turun temurun, yang berarti hak milik atas tanah dimaksud dapat beralih karena hukum dari seseorang pemilik tanah yang meninggal dunia kepada ahli waris. b. Terkuat, yang berarti bahwa hak milik atas tanah tersebut yang paling kuat diantara hak-hak yang lain atas tanah. c. Terpenuh, yang berarti bahwa hak milik atas tanah tersebut dapat digunakan untuk usaha pertanian dan juga untuk mendirikan bangunan. 1
Bambang Eko Supriyadi, Hukum Agraria Kehutanan, Aspek Hukum
Pertanahan Dalam Pengelolaan Hutan Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013. Hlm, 55.
d. Dapat beralih dan diahlikan.
e. Dapat dibebani kredit dengan dibebani hak tanggungan. f. Jangka waktu tidak terbatas. Sebagaimana diatur dalam Pasal 21 ayat (2) UUPA 1960 yang dapat mempunyai hak milik adalah; a. Warga Negara Indonesia. b. Badan Hukum yang ditunjuk oleh Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Badan-badan Hukum Yang Dapat mempunyai Hak Milik Atas Tanah, yaitu; 1. Bank-Bank Negara. 2. Koperasi Pertanian. 3. Badan-Badan Sosial. 4. Badan-Badan Keagamaan. Khusus
terhadap
kewarganegaraan
Indonesia
sebagaimana terurai diatas sesuai dengan Pasal 21 ayat (4)
UUPA 1960 ditentukan bahwa selama seseorang disamping kewarganegaraan
Indonesia
mempunyai
kewarganegaraan
asing, maka ia tidak dapat mempunyai tanah dengan hak milik
dan baginya berlaku ketentuan dalam Pasal 21 ayat (3), yaitu; orang asing yang sudah berlakunya undang-undang ini memperoleh hak milik, karena pewarisan tanpa wasiat, atau percampuran harta karena perkawinan, demikian pula Warga Negara
Indonesia
kehilangan
kewarganegaraan
wajib
melepaskan hak itu, didalam jangka waktu satu tahun sejak
diperolehnya hak tersebut atau hilangnya kewarganegaraan itu, hak milik itu tidak dilepas, maka hak tersebut hapus karena hukum, dengan ketentuan hak-hak pihak lain yang membebani tetap berlangsung.