Anda di halaman 1dari 3

Judul: Charles Dickens Ghost Stories

Penulis: Charles Dickens


Ada tiga kisah hantu dalam buku ini. Tapi untuk
yang penakut seperti aku, berbahagialah karena
ternyata kisah-kisah ini bukan merupakan cerita
horor yang mengerikan, melainkan kisah tentang
refleksi, penyangkalan diri dan pertobatan.
Cerita pertama, Kidung Natal (terjemahan dari A
Christmas Carol), sudah tidak asing lagi untuk
kebanyakan orang, karena telah diadaptasi
berulang kali dalam film atau media lainnya.
Berkisah tentang Ebenezer Scrooge, si tua kikir
yang hidupnya tidak bahagia karena tidak
mencintai seorang pun. Hantu masa lalu, masa
kini dan masa depan mengubah hidupnya, ketika
datang di malam Natal dan mengingatkannya akan
hal-hal penting dalam hidup. Meski sudah pernah
menonton beberapa versi filmnya, ini adalah
pertama kalinya aku membaca Christmas Carol.
Dan ternyata tetap mengesankan.
Kisah kedua, Anak Yang Memimpikan Bintang,
sangat singkat namun menyentuh, tentang
kematian dan kehidupan yang menanti kita
selanjutnya. Ini adalah kisah yang menghibur
orang-orang yang berduka dan harapan untuk

bertemu kembali dengan kekasih-kekasih yang


sudah meninggalkan mereka lebih dahulu.
Sedangkan kisah terakhir berjudul Lelaki Yang
Dihantui & Penawaran Sang Hantu. Masih bercerita
tentang penyesalan dan kesalahan di masa lalu,
kali ini tokohnya bernama Redlaw, profesor
penyendiri yang tidak bisa bahagia akibat ingataningatan mengerikan tentang masa lalunya.
Sesosok hantu datang padanya di malam Natal,
menawarkan kesepakatan yang sekaligus
merupakan kutukan. Apakah Redlaw akan
menerimanya demi melupakan kenangan
buruknya di masa lalu?
Dickens menempatkan malam Natal sebagai
setting dari sebagian besar kisah dalam buku ini,
mungkin untuk melambangkan saat yang tepat
bagi kita berefleksi dan bertobat. Salah satu
contohnya adalah Scrooge, yang tadinya
membenci Natal, di akhir cerita malah seolah
menjelma menjadi Bapak Natal sendiri. Begitu
pula dengan setting bangunan gelap, sepi dan
dingin, tempat menetap tokoh-tokoh yang kaya
namun tidak bahagia, seperti di kisah pertama dan
terakhir, sangat kontras dengan rumah yang kecil
namun hangat, diramaikan dengan keluarga yang
miskin tapi penuh berkat. Pesannya jelas,
kekayaan tidak membawa kebahagiaan, tanpa

adanya cinta kasih dan keluarga yang akan


membawa kedamaian. A nice little treat for
Christmas time, I guess!
Versi terjemahan buku ini cukup baik, bisa
menggambarkan cerita keseluruhan secara jelas di
antara kalimat-kalimat Dickens yang kadang
berbelit-belit dan panjang lebar. Namun beberapa
typo yang berulang mungkin dapat diperbaiki
untuk edisi selanjutnya. Misalnya saja kata
menggigil yang sangat sering ditulis mengigil,
lalu merubah yang harusnya mengubah.

Anda mungkin juga menyukai