Anda di halaman 1dari 43

SABUN

2.1 Perkenalan
Sabun adalah salah satu produk kimiawi tertua dan pertama kali diproduksi lebih dari dua
ribu tahun yang lalu melalui reaksi antara lemak binatang dengan abu dari tumbuhan.
Awalnya sabun digunakan hanya untuk membersihkan baju dan untuk pengobatan.
Penggunaan sabun untuk kebersihan tubuh baru dimulai sejak abad kedua. Rincian
perkembangan selanjutnya tidak begitu diketahui tetapi pada abad pertengahan pembuatan
sabun meluas di Eropa. Pada masa itu pembuatan sabun telah beralih dari industri rumahan
ke industri proses. Dua tipe sabun tersedia tergantung lokasi. Produsen yang berada di daerah
pantai menggunakan abu dari rumput laut yang kaya akan natrium karbonat yang langsung
dapat dibuat menjadi sabun keras. Berbeda dengan produsen Eropa Tengah yang
menggunakan abu kayu yang kaya dengan kalium karbonat untuk memproduksi sabun lunak
lalu menggunakan garam untuk mengubahnya menjadi sabun keras. Situasi ini terjadi hingga
akhir abad 18 sampai Leblanc mengembangkan proses yang murah untuk memproduksi abu
soda yang dapat mengurangi tingginya biaya pembuatan sabun keras.
Pada akhir abad ke 19 dikenal pembuatan sabun dengan bahan kimia sederhana dan prinsip
pembuatan ketel sabun. Perkembangan besar selanjutnya terjadi pada awal abad 20 ketika
para kimiawan fisik mempelajari rincian sifat fasa sabun dan Wigner mengidentifikasinya
secara kuantitatif untuk pembuatan sabun. Kombinasi ini merupakan awal pengembangan
operasi pembuatan sabun secara kontinyu menggunakan minyak/lemak yang lebih bervariasi.
Kebanyakan produksi sabun saat ini adalah kontinyu dengan menggunakan proses
saponifikasi lemak atau netralisasi asam lemak, memakai bahan baku alami dan sintetis.
Produksi sabun biasanya diakhiri menggunakan proses berkecepatan tinggi meliputi unit
pemurnian, extruder, dan pelabelan. Proses batch lebih jarang digunakan dan dibatasi pada
produksi sabun khusus seperti sabun dengan tranparansi tinggi.
Definisi sabun adalah semua komponen yang terbentuk dari interaksi basa anorganik atau
organik dengan asam lemak organik. Deskripsi umum ini meliputi bahan-bahan kimia dengan
sifat fisik yang larut dan tidak larut dalam air. Sebagai contoh penggunaan logam berat atau
logam alkali tanah untuk memproduksi sabun tak larut dalam air, yang banyak digunakan
pada industri.

Bagaimanapun, golongan paling penting dari sabun adalah molekul yang dikenal sebagai
surfaktan. Golongan ini biasanya terbuat dari kombinasi natrium dan kalium dan rantai alkil
karboksilat. Logam alkil karboksilat sederhana ini merupakan surfaktan tertua yang dikenal.
Istilah surfaktan mendeskripsikan molekul yang mengandung dua kelompok terpisah, yang
satu menyukai air dan yang lain takut air. Kombinasi sifat ini mempengaruhi sifat dasar
surfaktan seperti adsorpsi antar-muka, penstabil busa dan emulsi, daya pembersihan dan
pembasahan permukaan. Seluruh fenomena ini sesuai dengan sifat hidrofilik/hidrofobik yang
bekerja dalam molekul surfaktan.
Pada abad 20, banyak surfaktan sintetik baru yang diproduksi dari minyak dan lemak
tradisional atau dari bahan petrokimia untuk pembuatan sabun. Surfaktan ini memiliki lebih
banyak kelebihan dibanding sabun, seperti lembut untuk kulit, lebih mudah larut dalam air
dan yang paling penting tidak dapat terendapkan oleh kalsium dan logam magnesium. Dua
kelebihan awal dari yang disebutkan tadi menyebabkan berkembangnya produk cair seperti
sampo, shower gel, dan sabun cair dimana sabun biasa lebih mudah mengendap pada suhu
rendah. Pengendapan sabun oleh kalsium dan logam magnesium adalah masalah utama pada
sabun sejak terdapatnya logam pada air (air sadah). Dengan demikian, dalam air sadah yang
mengandung banyak kalsium dan logam magnesium, sabun terendapkan sebagai buih. Hal ini
mengurangi efisiensi pembersihan dan juga menurunkan lapisan tak larut dari endapan di atas
permukaan padat yang disebut lime-scale. Masalah ini menyebabkan penggantian sebagian
maupun keseluruhan sabun

dengan surfaktan sintetis baru yang diformulasikan untuk

digunakan pada air sadah untuk kebersihan pribadi, dan yang terutama pada laundry dimana
pengendapan sabun akan mengubah kualitas bahan pakaian. Berbeda dengan sabun batang,
penggunaan bahan sintetis diminimalkan karena pencampuran surfaktan sintetik dalam
jumlah besar dapat menyebabkan produk menjadi cair atau seperti pasta pada keadaan
anhidratnya.
2.2 Sifat dan Keadaan Fasa
2.2.1 Sifat Fisik
Surfaktan adalah molekul permukaan aktif bipolar yang terbentuk dari golongan hidrofilik
dan hidrofobik. Untuk molekul sabun, kelompok kepala karboksilat yang bermuatan negatif,
adalah hidrofilik dan berinteraksi dengan air. Rantai hidrokarbon panjang adalah hidrofobik
dan oleh sebab itu lebih menyukai udara atau minyak. Surfaktan polimer besar bisa memiliki
lebih dari dua bagian hidrofilik yang dipisahkan oleh satu bagian hidrofobik.

Umumnya ada 4 tipe surfaktan. Ada anionik, kationik, zwitterionik dan nonionik berdasarkan
tipe muatan yang molekul surfaktan miliki dalam pelarut. Anionik adalah muatan negatif,
kationik adalah muatan positif, nonionik tidak memiliki muatan, dan zwitterionik memiliki
muatan positif dan negatif pada bagian molekul yang berbeda, tetapi secara keseluruhan
bersifat netral. Dalam penerapannya surfaktan campuran sering digunakan dalam formulasi
komersial. Sebagai contoh, dalam sampo dan shower gel, anionik dan zwitterionik dicampur
untuk menambah stabilitas misel dan busa. Namun pencampuran surfaktan anionik dan
kationik tidak biasa dilakukan karena kedua pasangan molekul tersebut akan saling
berinteraksi dan mengendap.
Surfaktan dapat berbentuk kristal atau cairan dan terlarut dalam air maupun minyak
tergantung keseimbangan sifat hidrofobik dan hidrofilik pada surfaktan. Dalam larutan,
berbagai macam agregat dapat terbentuk bersama dengan pelarut tergantung konsentrasi
surfaktan dan suhu. Lapisan tunggal dari molekul surfaktan biasanya terbentuk diantara dua
fase dengan polaritas berbeda, sebagai contoh air dan minyak atau minyak dan udara. Bagian
hidrofilik lebih suka terlarut dalam fase polar atau polaritas tinggi sedangkan bagian
hidrofobik lebih suka terlarut dalam fase nonpolar atau polaritas rendah. Kehadiran surfaktan
pada antar-muka menstabilkan bagian antar-muka dengan menurunkan energi bebas total
dengan cara menjaga bagian ujung. Jadi, surfaktan memberikan stabilitas antar-campuran,
biasanya fasa imisibel, seperti minyak dalam air, dengan menurunkan energi bebas yang
diperlukan untuk menjaga besarnya daerah antar-muka agar campuran dapat bertemu.
Sebagai contoh, karena ketiadaan surfaktan, dispersi minyak dalam air terpisah dengan cepat
ke dalam dua lapisan berbeda karena mengecilnya permukaan atau area kontak di antara 2
fasa. Kemampuan surfaktan untuk menurunkan energi antar-muka ini di antara minyak dan
air membuat pembentukan dan stabilitas tetesan minyak yang lebih kecil terdispersi dalam
air, membentuk dispersi stabil yang disebut emulsi.
Sifat surfaktan lain adalah kemampuan mereka untuk terpecah dalam larutan untuk
membentuk berbagai struktur komposit atau keadaan fasa, seperti misel dan kristal cair,
sebagai fungsi konsentrasi dan suhu. Pada tingkat surfaktan yang sangat rendah, surfaktan
berada sebagai molekul tunggal dalam larutan dan bersatu terutama dengan molekul air.
Mereka juga terkonsentrasi dan terbagi untuk membentuk lapisan tunggal pada daerah antarmuka seperti yang dideskripsikan di atas. Bagaimanapun, karena konsentrasi surfaktan
meningkat, molekul terpecah untuk membentuk misel. Konsentrasi ini dikenal sebagai
konsentrasi misel kritis (CMC). Struktur misel mengecilkan energi bebas sistem melalui

surfaktan yang bekerja sendiri; misel dalam air bercirikan ekor hidrofobik menunjuk ke pusat
dan kepala hidrofilik menunjuk keluar arah air dalam superstruktur sperikal. Karena
konsentrasi surfaktan dalam larutan selanjutnya meningkat, misel memanjang menjadi tabung
panjang yang lurus satu sama lain untuk membentuk susunan heksagonal tegak. Struktur ini
disebut kristal cair heksagonal. Karena konsentrasi surfaktan selanjutnya meningkat, misel
meluas menuju 2 arah membentuk lamellar yang disebut kristal cair lamellar. Kristal cair ini
sangat penting dalam pembuatan sabun dan untuk sifat pencucian dari sabun. Pada sabun
batang, konsentrasi sabun sangat tinggi dan kristal cair berada dalam sabun batang. Selama
pencucian, konsentrasi air meningkat dan konsentrasi kristal sabun menurun maka dari itu
molekul sabun membentuk misel atau molekul tunggal yang menstabilkan antar-muka air dan
udara dan membentuk busa atau buih. Pada saat pembilasan, konsentrasi sabun menurun
drastis yang menyebabkan hilangnya busa.
2.2.2 Sifat Fasa
Sabun sebagai surfaktan anionik dalam air dapat membentuk berbagai agregat dengan bentuk
dan ukuran yang berbeda tergantung konsentrasi dan temperaturnya. Interaksinya dengan air
juga dipengaruhi oleh panjang rantai hidrokarbon, kejenuhan rantai hidrokarbon dan sifat ion
berlawanan. Lebih lanjut, keberadaan surfaktan dan elektrolit lain bisa juga mengubah drastis
sifat fasanya.
Sistem Biner Sabun-Air Campuran sabun dalam air menunjukan banyak ragam dari struktur
fasa. Diagram fasa memetakan struktur fasa, atau fasa sederhana, sebagai fungsi suhu (pada
sumbu y) dan konsentrasi (pada sumbu x). Gambar 2.1 menunjukkan tipe diagram fasa biner
sabun-air untuk natrium palmitat-air. Natrium palmitat seluruhnya bersifat jenuh, dengan
panjang rantai karbon 16. Pada suhu rendah, kristal sabun berada bersama larutan sabun
isotropis encer. Selama pemanasan, kelarutan sabun meningkat dalam air. Saat suhu
meningkat, sabun menjadi cukup dapat larut untuk membentuk misel; pada titik ini disebut
titik Krafft. Suhu batas pada konsentrasi sabun dimana misel atau fase kristal cair terbentuk
disebut batas Krafft.
Pada suhu pembuatan sabun (80-950C), tiga tahapan sabun cair mungkin terjadi; isotropis
(nigre), menengah (heksagonal) dan sabun sederhana (lamellar). Misel ditemukan dalam
larutan sabun encer dan sangat mudah mengalir. Sabun menengah adalah fasa kristal cair
yang sangat kental dan sulit diolah. Dalam proses pembuatan sabun komersial, daerah fasamenengah harus dihindari karena sifat fisiknya. Sabun sederhana lebih encer dibanding fasa

menengah dan bisa dipompa maupun dicampur. Fasa ini yang paling diinginkan untuk
pembuatan sabun. Sabun sederhana biasanya ditemukan dalam jangkauan konsentrasi sabun
60-90% dengan proses komersial biasanya menargetkan ~70% sabun sebagai konsentrasi
optimum. Konsentrasi sabun lebih tinggi dapat menaikkan suhu yang membuat sifat kristal
sepenuhnya cair (lihat batas kurva pada Gambar 2.1) dan menyebabkan kenaikkan viskositas
yang sulit untuk diatur.
Dengan penurunan panjang rantai hidrokarbon, titik Krafft dan batas Krafft bergerak menuju
suhu yang lebih rendah karena kelarutan sabun meningkat dengan menurunnya panjang rantai
karbon saat sifat dasar fasa kurang lebih sama. Rantai hidrokarbon tak jenuh juga berdampak
dengan cara serupa yang disebabkan menurunnya panjang rantai karbon.
Dampak ion berlawanan pada sifat fasa sangat signifikan dan telah dipelajari berkelanjutan
untuk ion logam seperti natrium dan kalium. Umum dibicarakan, sabun kalium lebih mudah
larut dibanding sabun natrium. Beberapa studi yang dilakukan oleh Warnheim dan Jonsson
menunjukkan sabun amina tidak hanya lebih mudah larut dibanding sabun alkali dalam air
tetapi sifat fasanya juga lebih sederhana dibanding dengan sabun alkali. Sebagai contoh,
trietanolamina palmitat dalam air membentuk fase kristal cair lamellar pada 200C dan tidak
ada fasa kristal cair heksagonal. Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari Unilever
menemukan bahwa hidrolisis signifikan terjadi pada suhu ruang untuk trietanolamina stearat
dalam larutan air 20%. Kristal asam stearat terbetuk sebagai akibat dari hidrolisis. Diyakini
bahwa ukuran besar dari ion berlawanan melemahkan interaksi diantara lapisan hidrokarbon
dan menaikkan kelarutan.

Sistem Terner Variasi komponen seperti garam, asam lemak dan gliserol bisa dimanfaatkan
untuk mengubah sifat fasa umum dari sistem sabun-air. Diagram fasa terner dibuat untuk
menjelaskan keberadaan material ketiga. Diagram ini diperlihatkan sebagai segitiga dimana

setiap garis melambangkan satu dari 3 komponen dan setiap tiga sisi melambangkan
konsentrasi relatif dari dua komponen yang berisi dua garis berdampingan dengan sisi.
Meskipun suhu dapat menjadi varibel penting selanjutnya, diagram terner ini sering
digambarkan untuk menjelaskan suhu karena kesulitan dalam menggambarkan dimensi
tambahan. Kadang segitiga terner dimodifikasi dengan menambahkan sudut dari satu garis ke
900, menitikberatkan komponen paling penting.
Diagram sabun-air-garam biasanya ditunjukkan dengan garis 900 (Gambar 2.2). Pada garam
0%, fasa sepanjang sumbu memberikan potongan dari diagram fasa biner sabun-air pada
900C (sebagai contoh natrium palmitat). Penambahan garam pada sistem sangat mengurangi
jangkauan konsentrasi untuk fasa kristal cair dan menambah jangkauan untuk fasa isotropis;
nigre dan lye (fasa kaustik kaya air). Selanjutnya peningkatan pada konsentrasi garam
membuat sistem memasuki daerah bifasa dimana terdapat sabun terkonsentrasi dan fasa niger
(atau lye). Kemampuan garam untuk mengendalikan sistem menjadi bifasa, struktur fasa
sabun sederhana-nigre/lye adalah dasar untuk saponifikasi langsung untuk pembuatan sabun.
Sabun bisa dipisahkan pada konsentrasi terkendali dari fasa aqueous lye atau garam. Fasa
aqueous bisa digunakan untuk membersihkan sisa lye, pengotor dan yang paling penting
gliserol, produk samping yang komersil dari pembuatan sabun.
Penambahan elektrolit terlarut pada sabun batang sering digunakan untuk meningkatkan
kekerasan batang dengan jumlah yang sama dengan konsentrasi sabun karena elektrolit
mempengaruhi perubahan fasa sabun dan air.

Pada pembuatan sabun batang, asam lemak bebas biasanya ditambahkan dalam formulasi
untuk membuat sabun menjadi super-fatted. Sabun asam kompleks dengan perbandingan
stoikiometri tetap diantara sabun alkali dan asam lemak terbentuk. Sebagai contoh,
perbandingan sabun asam kalium adalah 1:1 saat sabun natrium membentuk sabun asam
dengan beragam perbandingan. Perbandingan kompleks tetap keluar tidak hanya dalam fasa

kristal anhidrat tapi juga dalam fasa kristal cair hidrat. Asam oleat dan sabun kaliumnya
membentuk sabun asam kompleks 1:1 ketika asam molar setara dan sabun dicampur. Di atas
batas Krafft, sabun asam dalam air membentuk fasa kristal cair lamellar pada konsentrasi
surfaktan rendah, dari persentasi kecil, dan fasa kristal cair lamellar mencapai hampir 60%
konsentrasi surfaktan. Fasa kristal cair heksagonal terbentuk setelah fasa kristal cair lamellar
dengan penambahan berkelanjutan konsentrasi surfaktan. Sifat fasa ini berbeda dari sifat fasa
sabun dan air, dimana fasa kristal cair heksagonal terbentuk dahulu disusul dengan fasa
kristalin cair lamellar. Di bawah batas Krafft sabun asam kompleks membentuk kristal padat
dan terpisah dari air.
Sabun asam dengan perbandingan kompleks 2:1 ditemukan di antara trietanolamina stearat
dan asam stearat. Dalam air sabun asam membentuk fasa kristal cair lamellar pada
temperatur tinggi, di atas 600C, dan berubah menjadi fasa gel lamellar saat mendingin. Fasa
gel, bagaimanapun, tidak stabil pada temperatur ambient saat terjadi reaksi hidrolisis yang
mengubah sabun kembali menjadi asam stearat yang mengendap dalam larutan
trietanolamina cair. Polimorfis C, E dan mungkin A membentuk kristal asam stearat yang
diperoleh sebagai hasil reaksi hidrolisis.
2.2.3 Fasa Padat dan Sifat Pemakaian
Sabun Anhidrat Sifat fisik sabun anhidrat bervariasi. Rantai hidrokarbon mengkristal dan
membentuk padatan pada temperatur ambient. Struktur dua lapisan biasanya terbentuk dari
sabun alkali dengan rantai hidrokarbon tegak lurus atau miring ke permukaan datar. Dalam
struktur dua lapisan, molekul mengatur format kepala ke kepala dan ekor ke ekor. Pada saat
pemanasan, sabun alkali melewati berbagai fasa seperti mengental, subwaxy, waxy,
superwaxy, sub-sederhana, sederhana dan membentuk cairan isotropis pada temperatur antara
200-3000C. Sifat pasti termotropis bergantung dari panjang rantai, ketidakjenuhan rantai dan
terlibatnya pertentangan ion.
Sabun alkali dari berbagai panjang rantai, C12 sampai C18 telah lama dipelajari lebih dari
ratusan tahun. Untuk sabun kalium anhidrat setidaknya ada 3 bentuk anhidrat A, B dan C.
Bentuk A diperoleh dari sabun berisi 4-12 atom karbon; bentuk B diperoleh dari 12-18 atom
karbon. A dan B bergabung membentuk C pada suhu yang lebih tinggi.
Struktur sabun baru ditemukan ketika trietanolamina digunakan untuk menetralisasi asam
stearat. Molekul sabun menyusun format ekor ke kepala dan rantai tegak lurus ke dasar

permukaan. Sifat leleh dari sabun juga lebih sederhana dibanding sabun alkali. Hanya satu
fasa transit, kristal cair lamellar, yang terlihat dan sabun meleleh tepat pada suhu 930C.
Sabun dengan Kandungan Air Rendah Untuk sabun dengan kandungan air sedikit, lebih
dari 30%, 5 fasa kristalin seperti kappa, delta, zeta, eta dan gamma telah teridentifikasi
dengan difraksi X-ray. Harus dicatat bahwa deskripsi ini berdasarkan definisi Burger dan fasa
padat ekuivalen juga memiliki nomenklatur berbeda pada literatur. Empat fasa yang
disebutkan di awal dihasilkan dengan mendinginkan sabun tertentu dalam larutan air
sedangkan gamma hanya diperoleh dari pendinginan dari larutan etanol air. Tepatnya, fasa
sabun natrium kristal ini tidak polimorfis, kristal yang berbeda tersusun dari komposisi yang
sama; namun karena mereka memiliki komponen fasa berbeda maka secara komposisi juga
berbeda.
Perbedaan ini tidak hanya disebabkan perbedaan pada susunan kristal tapi juga karena
perbedaan level dari keberadaan hidrasi dalam berbagai keadaan kristal seperti struktur rantai
hidrokarbon, contohnya panjang rantai dan ketidakjenuhan rantai hidrokarbon.
Dimungkinkan untuk menambahkan gambaran molekular pada fasa sabun dalam formulasi
komersial. Oleh sebab itu, unsur-unsur sabun dibagi menjadi komponen tipe rantai karbon
jenuh dan tak jenuh (oleat), dan baru-baru ini dibagi lagi menjadi komponen tipe rantai
pendek (rantai laurat dan miristat) dan komponen untuk tipe rantai panjang (rantai palmitat
dan stearat).
Kristal Sabun

Campuran

dalam

Formulasi

Nonsuper-Fatted

Sabun batangan

mengandung campuran sabun dengan panjang rantai dan kejenuhan rantai yang berbeda.
Mereka diklasifikan menjadi sabun terlarut dan tak larut. Sabun terlarut biasanya membentuk
fasa kristal cair heksagonal dengan air, seperti terlihat pada Gambar 2.1, yang terlarut dalam
air selama pencucian dan menimbulkan busa. Sabun tak larut tetap berbentuk kristal di dalam
batangan dan memberikan kekuatan mekanis. Kristal padat yang tersedia dalam sabun
batangan bisa berupa fasa kappa, zeta, eta dan delta.
Jumlah fasa terlarut dan tak larut dalam sabun batang sangat tergantung pada kandungan air
dan perlakuan pada sabun yang terjadi saat suhu berada di atas atau di bawah titik Krafft dari
molekul sabun. Penambahan kandungan air mengakibatkan peningkatan kelarutan sabun dan
mengakibatkan berkurangnya kekerasan sabun. Pemrosesan dengan temperatur di bawah titik
Krafft mengakibatkan pemisahan sabun terlarut dan tak larut. Pemisahan diperoleh dari

ketidak-larutan sabun dapat larut dalam fasa cair dan oleh pembentukan metastable, padatan
eta dapat larut. Pemrosesan pada temperatur di atas titik Krafft mengakibatkan
pengkombinasian ulang sabun terlarut dan tak larut menjadi fasa kappa metastable baru dan
tidak normal memadat selama pendinginan.
Penambahan sejumlah kecil elektrolit dan parfum juga bisa memengaruhi perbandingan fasa
cair dan padat. Elektrolit mengurangi kelarutan sabun dan oleh karena itu menambah jumlah
fasa padat saat parfum meningkatkan kelarutan sabun.
Kristal Sabun Campuran dalam Formulasi Super-Fatted Sejumlah kecil asam lemak,
biasanya kurang dari 10%, ditambahkan ke sabun biasa untuk memproduksi sabun superfatted. Asam lemak ditambahkan ke fasa sabun pada temperatur di atas titik leleh asam lemak
dan fasa kristal padat dan cair baru terbentuk pada saat pendinginan.
Perbandingan stoikiometri tetap dari asam lemak dan sabun bisa terbentuk ketika asam lemak
dan molekul sabun dicampur. Dalam sistem super-fatted, fasa kristal cair merupakan tipe
lamellar dan bukan heksagonal, yang terjadi dalam sistem nonsuper-fatted. Fasa lamellar ini
secara signifikan menambah volum fasa terlarut dan menyebabkan berkurangnya kekerasan
material batang. Fasa padat juga secara signifikan berbeda dari fasa padat nonsuper-fatted.
Dalam penambahan fasa padat dari campuran sabun nonsuper-fatted, beragam fasa sabun
asam dan asam lemak juga mungkin terjadi. Fasa padat akhir sangat bergantung dari
temperatur dimana pencampuran dilakukan pada sistem selama proses.
Sifat Pemakaian Sabun dan Rekristalisasi Sifat pemakaian sabun batangan seperti
kekerasan, hidrasi dan laju penggunaan, lapisan mush dan volum sabun, dll, sangat
dipengaruhi tidak hanya dari struktur fasa kristal (termasuk fasa kristal cair) tapi juga oleh
bentuk dan ukuran fasa kristal. Pengaruh ini sangat bergantung dari formulasi, metode
pemrosesan, seperti high atau low shear dan temperatur proses.
Hidrasi dari bahan sabun batangan terjadi ketika sabun berkontak dengan air selama
pencucian dan juga setelah pencucian saat air meninggalkan permukaan batangan. Hidrasi
biasanya terjadi lewat dua mekanisme, seperti aliran kapiler dan aliran difusi. Pada proses
pertama air mengalir ke dalam struktur berongga, yang terbentuk oleh evaporasi air dari
permukaan batangan selama periode penyimpanan, disebabkan oleh gaya kapiler, dan
permukaan batangan berongga secara cepat terrehidrasi oleh aliran difusi molekular yang

secara prinsip melibatkan sabun dan air. Proses yang lebih lambat ini menimbulkan lapisan
mush yang mengembang ketika batang tenggelam dalam air untuk waktu lama.
Perubahan fasa selama proses hidrasi melibatkan ketidaklarutan fasa eta tipe padat untuk
membentuk kristal cair demi membentuk fasa kristal cair dan larutan tambahan. Fasa kappa
kurang terlarut yang mengandung sabun berantai lebih panjang juga terlarut dan sabun
berantai panjang selanjutnya terendap lagi sebagai padatan tak larut. Padatan ini bersama fasa
kristal cair menyebabkan lapisan mush yang terbentuk di permukaan batangan.
Volum busa bergantung jumlah dan tipe sabun terlarut dalam liquor sabun selama
pembusaan. Pergerakan molekul sabun, sebagai tambahan sifat permukaannya, menyebabkan
pembusaan. Hal ini memungkinkan sabun berantai sangat pendek (natrium kaprilat dan
natrium kaprat) memiliki keuntungan yaitu busa tambahan. Bagaimanapun, keuntungan
tersebut bisa diperoleh dengan temperatur pencucian yang rendah. Sumber dari sabun
berantai pendek adalah komponen minyak kelapa atau inti sawit dari ion lemak. Jumlah
sabun dalam larutan pada wash liquor bertambah sesuai dengan pertambahan tingkat
kelarutan sabun dalam batang. Bagaimanapun, karena busa bergantung dari periode hidrasi
yang sangat singkat, jumlah sabun yang menjadi larutan sangatlah penting. Jumlah ini juga
bertambah sesuai dengan pertambahan laju ketidaklarutan dari fasa padat terlarut dalam
struktur batang.
Jumlah mutlak dari sabun terlarut dalam batangan tergantung dari campuran minyak yang
digunakan (muatan lemak) dan total bahan berlemak dalam formulasi. Laju larutan dari sabun
terlarut bertambah jika (1) Ukuran fisik dari partikel sabun terabrasi menurun; (2)
pencampuran dari partikel terlarut menjadi lebih dekat dengan level koloid; dan (3)
konsentrasi sabun dalam kristal cair dan fasa larutan bertambah; konsentrasi maksimum
sabun dalam fasa cair ini dipengaruhi laju abrasi sabun dari batang dan laju ketidaklarutan
wash liquor.
Partikel kecil (beberapa mikro) dari campuran kristal cair dan padatan eta akan terlarut
dengan kecepatan cukup untuk bisa dipakai selama waktu pembusaan pendek.
Bagaimanapun, beberapa batas sabun terlarut dalam partikel tipe kappa kecil atau gabungan
zat terlarut yang lebih besar tidak dilepaskan pada saat ini. Fasa kappa sabun asam lebih
tersia-siakan. Jadi, terpisah dari peningkatan yang terjadi akibat variasi dalam muatan lemak
dan total unsur berlemak, busa bertambah oleh campuran semua sabun dalam tingkatan

struktur koloid dan pemisahan sabun tak terlarut dari terlarut pada tingkat molekular.
Produksi dari struktur batang optimal memiliki keseimbangan melawan efek deleterious oleh
penurunan total unsur berlemak.
Bisa dinyatakan bahwa segala kelebihan dari sifat pembusaan seperti dari perubahan
formulasi akan mudah terlihat dalam formulasi superfatted yang diproses dengan baik.
Berbagai peningkatan temperatur proses bisa menyebabkan pengaruh deleterious pada busa
untuk segala formulasi jika terjadi peningkatan ukuran partikel. Bagaimanapun, temperatur
pemrosesan penting untuk formulasi superfatted yang sensitif dengan suhu. Sensitivitas ini
adalah hasil dari perubahan ekstrim tambahan dari temperatur proses.
Saat penambahan konsentrasi elektrolit dalam liquor sabun akan selalu menyebabkan
beberapa pengurangan busa, diyakini bahwa pengurangan busa yang sering terlihat dalam
batang tinggi elektrolit berasal dari pengaruh tipe elektrolit yang terkandung dalam tipe fasa
sabun padat dari struktur sabun dibanding pengaruh lain dimana elektrolit mungkin
memengaruhi sifat liquor sabun.
2.3 Bahan Mentah dan Pemrosesannya
2.3.1 Bahan Mentah Utama
Sabun karboksilat biasanya dibentuk melalui reaksi langsung maupun tidak langsung dari
soda kaustik cair seperti NaOH, dengan minyak dan lemak dari sumber alam seperti
trigliserida. Minyak dan lemak biasanya terbentuk dari asam lemak jenuh maupun tak jenuh
yang mengandung 8-20 atom karbon yang terhubung melalui ikatan ester untuk
menghasilkan gliserol. Reaksi soda kaustik dengan trigliserida menghasilkan gliserol dan
sabun dalam reaksi yang disebut saponifikasi. Reaksi ditunjukkan dalam persamaan 2.1.

Saponifikasi bisa diproses secara langsung sebagai proses satu tahap seperti yang ditunjukkan
di atas, atau bisa secara tidak langsung melalui reaksi dua tahap dimana tahap pertama
menghasilkan asam lemak melalui hidrolisis sederhana minyak dan lemak dan tahap kedua
membentuk sabun melalui netralisasi asam lemak dengan kaustik soda. Hal yang harus
dipertimbangkan ketika melakukan reaksi ini adalah aspek komersial. Perbedaan komposisi

pada minyak dan lemak menghasilkan perbedaan signifikan pada sifat fisika dan berpengaruh
pada hasil asam lemak dan sabun. Perbedaan komposisi utama adalah distribusi panjang
rantai dari asam lemak yang dicampur dengan minyak atau lemak.
2.3.2 Lemak dan Minyak yang Digunakan dalam Pembuatan Sabun
Minyak dan lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun diklasifikasikan sebagai
minyak/lemak laurat atau nonlaurat. Sabun mandi biasanya mengandung campuran kedua
tipe tersebut. Klasifikasi ini didasarkan pada fakta bahwa minyak dan lemak mengandung
bahan rantai alkil C12 yang sangat rendah ataupun sangat tinggi. Minyak laurat relatif tidak
terlalu komersil dengan hanya 2 (kelapa dan minyak inti sawit) sumber penghasil minyak
tersebut yang biasanya digunakan. Minyak nonlaurat berjumlah banyak namun lagi-lagi
hanya ada 2 sumber yang biasa digunakan yaitu dari tallow dan minyak sawit. Banyak sabun
juga mengandung campuran nonlaurat dengan tallow atau minyak sawit yang dicampur
dengan bahan lebih keras seperti palm stearin atau minyak yang lebih lunak seperti kedelai.
Contoh distribusi panjang rantai dari minyak dan lemak yang biasa digunakan untuk sabun
mandi ditunjukkan dalam Tabel 2.1 bersama bilangan iodin terukurnya (IV). Kemudian ada
ukuran derajat ketidakjenuhan minyak dan lemak. Meskipun hanya bilangan tunggal, tetapi
bisa digunakan untuk memprediksi efek individu maupun campuran minyak dan lemak pada
kekerasan dari campuran sabun.
Minyak laurat yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 seluruhnya memiliki level serupa dengan C 12
dengan hanya sedikit perbedaan pada panjang rantai yang lain. Tidak ada yang mengandung
level tinggi C16 atau C18 dalam bentuk bahan jenuh atau tak jenuh. Berbeda dengan dua tipe
utama nonlaurat (tallow dan sawit) yang berisi hanya 2 level panjang rantai pendek ( C 12)
dan memiliki level tinggi C16 atau C18 dalam bentuk jenuh maupun tak jenuh. Titik kunci yang
harus diingat bahwa nama minyak menunjukkan panjang rantainya, tapi ada beberapa variasi
kuantitas dari panjang rantai tunggal; sebagai contoh ditunjukkan pada Tabel 2.1 untuk
sumber tallow dari Amerika Selatan dan Inggris. Sumber lain dari minyak nonlaurat ada 2
tipe; minyak keras dan lunak. Minyak keras diklasifikasikan sebagai stearin dan diproduksi
dari fraksinasi tallow atau sawit atau dari pengerasan minyak atau lemak. Pengerasan ini
ditentukan dari bilangan iodinnya; semakin rendah IV, semakin keras materialnya. Sebagai
pertimbangan tambahan untuk minyak dan lemak yang telah dikeraskan secara katalitik
adalah terjadinya transesterifikasi dari ikatan ganda. Hasil trans-isomer menghasilkan sabun

dengan kelarutan berbeda dari cis-isomernya, yang harus diperhatikan selama pencampuran
untuk memperoleh proses dan sifat pemakaiannya yang dapat diterima.

Sabun mandi yang diproduksi dari ekstrusi mensyaratkan kekerasan produk maksimum dan
minimum dan memiliki batasan pada konsentrasi minyak/lemak keras dan lunak yang bisa
digunakan dalam campuran. Bagaimanapun, pencampuran minyak lunak dan keras bisa
memenuhi target kekerasan dan jelas bahwa banyak kombinasi minyak dan lemak yang bisa
diproduksi untuk memenuhi syarat ini. Sebagai tambahan untuk persyaratan proses dari
kekerasan produk, ada beberapa sifat pemakaian sabun yang mempengaruhi pemilihan
campuran minyak dan lemak. Variabel ini cukup banyak, tapi yang utama bisa dirangkum
sebagai (1) Kandungan minyak laurat yang mengendalikan busa dan (2) jumlah panjang
rantai tak jenuh, yang sesuai dengan kelarutan airnya yang tinggi bisa menambah kecepatan
pengeluaran busa tapi juga bisa berdampak negatif pada aspek ekonomi jika konsentrasinya
terlalu tinggi. Stearin dengan konsentrasi yang terlalu tinggi relatif tidak larut dalam air
sehingga tidak merugikan dalam aspek ekonomi, tapi bisa mengurangi busa jika
konsentrasinya terlalu tinggi. Faktor utama yang membatasi penggunaan minyak lunak
adalah ketidakstabilan kimiawi pada panjang rantai tak jenuh, khususnya untuk material di-,
tri- dan polyunsaturated. Campuran minyak dan lemak untuk mencapai target kekerasan
dalam pemrosesan dan sifat pemakaian yang dapat diterima, memerlukan operasi
penyeimbangan yang kompleks. Yang biasa dilakukan adalah pencampuran bilangan iodin,
dikombinasikan dengan minyak laurat berkonsentrasi konstan untuk mengidentifikasi
pengaturan campuran yang akan memiliki proses dan sifat pemakaian yang serupa.
Pertimbangan akhir adalah keadaan kimiawi minyak dan lemak.
Efek dari kondisi penyimpanan, pengotor dan pemrosesan yang bisa menimbulkan perbedaan
signifikan di antara minyak atau lemak yang identik dan biasanya direfleksikan dalam
spesifikasi standardisasi industri yang dikenal sebagai grading value yang berasosiasi dengan

minyak atau lemak tunggal. Semakin tinggi grade minyak dan lemak maka harganya semakin
mahal, tapi lebih beresiko kecil terhadap sifat produk seperti warna dan bau. Hal ini membuat
pabrik dapat memilih campuran minyak dan lemak yang biaya bahan mentahnya minimum
sambil menjaga pemrosesan dan sifat penggunaan produk.
Dalam 10 tahun terakhir perkembangan perlakuan pemisahan kimiawi minyak dan lemak
telah memperluas jangkauan ketersediaan bahan baku untuk pembuatan sabun termasuk
campuran panjang rantai yang tidak alami. Pembuat sabun jadi memiliki kesempatan
tambahan untuk mengoptimalkan campuran mereka. Konsekuensi selanjutnya dari hal ini
adalah sabun yang dibuat dari asam lemak yang didistilasi mengandung pengotor yang lebih
sedikit dimana minyak dan lemak alami bisa memiliki efek deleterious pada warna dan bau.
Hal ini bisa mengurangi pengeluaran biaya karena tidak perlu menggunakan banyak bahan
tambahan seperti pemutih dan antioksidan.
Sumber Lainnya Minyak dan lemak yang paling banyak digunakan untuk pembuatan sabun
adalah tallow, minyak kelapa sawit, dan stearin dan dua minyak laurat, kelapa dan minyak
inti sawit. Bagaimanapun, kekurangan minyak dan lemak ini telah mengakibatkan
berkembangnya minyak/lemak alternatif sebagai pengganti minyak nonlaurat dan laurat.
Sebagai contoh pada 1990an, India mencampurkan minyak lokal seperti biji rami, sekam padi
dan biji jarak yang dapat memberikan kekerasan, dehidroksilasi, dll dan bisa memproduksi
campuran nonlaurat menyerupai sifat proses dan pemakaian dari minyak sawit. Di Amerika
Selatan digunakan minyak kedelai yang dikeraskan sebagai pengganti tallow. Minyak/lemak
lainnya yang digunakan sebagai pengganti nonlaurat diantaranya lard (lemak babi) dan
sejumlah minyak lunak seperti bunga matahari dan minyak kacang tanah. Alternatif
pengganti minyak laurat sangat terbatas, seperi rosin dan surfaktan sintetik.
2.3.3. Pretreatment Bahan Mentah
Kualitas, seperti tingkat pengotor dari minyak mentah dan lemak yang digunakan untuk
pembuatan sabun merupakan hal penting dalam produksi komersial. Minyak dan lemak
diisolasi dari berbagai sumber tumbuhan dan hewan yang mengandung pengotor yang
berbeda meskipun keduanya mengandung asam lemak bebas dan mono juga digliserida.
Minyak mentah dan lemak ini biasanya mengandung kontaminan tak tersaponifikasi yang
mempengaruhi warna dan bau dari minyak atau lemak yang juga mempengaruhi produk akhir
sabun. Lemak binatang mengandung darah, mucilage, material berprotein lainnya, fosfatida
dan tulang.

Untuk minyak dari tumbuhan, biasanya mengandung sterol, karotenoid, fosfatida, tokoferol,
dll. Sebagai tambahan, keduanya juga mengandung kotoran fisik, air, karat, dan material lain
yang terambil saat ekstraksi dan penyimpanan.
Untuk sabun komersial, diharuskan untuk menjaga jumlah pengotor seminimalnya untuk
stabilitas penyimpanan dan kualitas produk akhir.
Ada beberapa tahapan proses yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan stabilitas
dari bahan mentah minyak dan lemak. Tahapan tersebut adalah pencucian dengan air,
pemurnian alkali, pemurnian fisik (steam), penghilangan bau, pemutihan dan hidrogenasi.
Pencucian dengan air, yang juga disebut degumming, jika dilakukan pada minyak tumbuhan,
efektif untuk meningkatkan warna minyak dan lemak melalui penghilangan padatan
berprotein, fosfatida dan pengotor terlarut air lainnya. Air panas, yang mengandung asam
fosfor atau natrium fosfat, dicampur dengan minyak atau lemak. Lapisan air memisahkan
keduanya secara statis maupun dengan gaya sentrifugal. Banyak padatan dan pengotor
lainnya jadi terlarut atau tersuspensi dalam air dan terbuang. Pemurnian alkali dan fisik
(steam) bisa dilakukan untuk mengurangi jumlah asam lemak bebas dan warna dalam minyak
dan lemak. Pada pemurnian alkali, minyak dan lemak dicuci dengan air yang mengandung
alkali dan mengubah asam lemak menjadi sabun. Hasil sabun diangkat dengan fasa cair alkali
secara statis atau sentrifugasi. Pada pemurnian fisik, pengotor yang volatil termasuk asam
lemak yang titik didihnya rendah teruapkan dan terangkat dari minyak dan lemak melalui
pemanasan dengan uap. Penghilangan bau, juga disebut steam stripping, adalah proses
distilasi uap lainnya. Untuk penghilangan bau, distilasi dilakukan dalam vakum yang
membuat penghilangan bau lebih efisien. Pemutihan biasanya dilakukan dengan cara adsorpsi
fisika dimana tanah liat aktif bercampur dengan minyak kering berada dalam vakum pada
temperatur sekitar 900C. Warna diadsorbsi oleh tanah liat, yang dibuang melalui proses
filtrasi pada temperatur lebih rendah untuk menghindari kerusakan oksidasi. Hidrogenasi juga
biasa dilakukan pada pemrosesan minyak dan lemak untuk meningkatkan stabilitas
penyimpanannya melalui pengurangan kandungan tak jenuh. Proses ini dilakukan dengan
mengkontakkan minyak dan lemak dalam reaktor berisi katalis seperti Ni atau Pt, dengan gas
hidrogen di bawah tekanan sehingga hidrogen membentuk ikatan ganda.
Industri menggunakan sejumlah metode analitis untuk mengkarakterisasi minyak dan lemak
dengan parameter diantaranya kelembaban, titer (titik pemadatan), asam lemak bebas,
material tak tersaponifikasi, bilangan iodin, bilangan peroksida, dan warna. Kandungan air

pada minyak dan lemak merupakan ukuran penting untuk stabilitas penyimpanan pada
temperatur yang meningkat karena dapat menyebabkan hidrolisis yang berdampak pada
kualitas bau dan warna. Titer adalah ukuran temperatur dimana material mulai memadat, atau
dengan kata lain temperatur minimum dimana material dapat disimpan atau dipompa sebagai
fluida. Asam lemak bebas adalah ukuran terjadinya hidrolisis pada minyak dan lemak.
Kenaikan asam lemak bebas biasanya berdampak negatif pada stabilitas warna produk karena
asam lemak lebih peka terhadap oksidasi. Material tak tersaponifikasi adalah ukuran
keberadaan material lemak nontrigliserida, yang berdampak pada hasil sabun. Bilangan iodin
adalah ukuran jumlah material tak jenuh dalam minyak dan lemak. Bilangan peroksida
adalah ukuran jumlah terjadinya oksidasi pada minyak dan lemak dan mengindikasikan
kemungkinan terjadinya degradasi.
2.4 PABRIK SABUN DASAR
2.4.1 Saponifikasi Langsung Minyak dan Lemak
Saponifikasi langsung minyak dan lemak adalah proses tradisional yang dilakukan untuk
memproduksi sabun dasar. Secara komersial proses ini dilakukan di dalam ketel perebus baik
secara batch maupun kontinyu. Ada tiga tahapan yang harus dilakukan untuk memproduksi
sabun sederhana (kristal cair lamellar yang mengandung sekitar 70% sabun) yang sesuai agar
dapat diproses lagi menjadi produk sabun batang. Tahapan tersebut adalah saponifikasi,
pencucian dan fitting.
Proses Perebusan (Ketel) Proses ini memproduksi sabun di dalam tangki baja terbuka yang
disebut ketel, yang dapat menampung sampai 130.000 kg material. Ketel merupakan tangki
silinder dengan dasar kerucut, yang berisi koil steam terbuka untuk pemanasan dan
pengadukan. Dalam proses batch tradisional, tiga tahapan utama pembuatan sabun yaitu
saponifikasi, pencucian dan fitting dilakukan dalam wadah yang sama. Untuk memulai
saponifikasi, minyak/lemak, soda kaustik, garam dan air secara bersamaan dimasukkan ke
dalam ketel. Pencampuran secara efektif penting dalam proses ini karena misibilitas
minyak/lemak dan kaustik lye yang rendah. Penambahan steam pada sistem membantu
pencampuran dan reaksi saponifikasi. Dalam beberapa sistem, reaksi dilakukan dalam mesin
saponifikasi yang didesain secara khusus, untuk pencampuran yang lebih intens dari dua
komponen selama pengisian ketel. Pencampuran minyak/lemak dengan soda kaustik, garam,
dan air harus diperhatikan untuk memastikan laju reaksi yang konsisten untuk membentuk
sabun sederhana yang diinginkan.

Hal yang biasa dilakukan adalah membiarkan sisa sabun yang telah terbentuk tertinggal
dalam ketel sebelum dilakukan saponifikasi yang baru dalam ketel. Sabun ini, karena sifat
surfaktannya, membantu dispersi minyak/lemak dan air mengalami emulsifikasi yang lebih
baik sehingga meningkatkan laju reaksi. Untuk menyelesaikan proses saponifikasi, sabun
direbus untuk beberapa waktu menggunakan steam sparging (lewat koil steam terbuka).
Selama penyelesaian saponifikasi, garam tambahan dimasukkan ke dalam ketel saat
perebusan dengan steam untuk memulai tahap pencucian dengan cara mengubah fasa tunggal
sabun sederhana (kristal cair lamellar) menjadi fasa ganda komposisi kristal cair lamellaraqueous lye. Proses ini disebut juga dengan pembukaan butiran sabun. Lapisan lye (berada di
bagian dasar ketel) adalah fasa cair yang mengandung garam berkadar tinggi, gliserol, dan
hanya sedikit sabun karena kelarutannya yang rendah dalam larutan garam jenuh. Campuran
dua fasa ini dapat terpisah setelah beberapa jam, saat larutan lye dibuang dari dasar ketel. Lye
ini mengandung banyak gliserol yang diperoleh selama proses saponifikasi dan bisa diproses
melalui sistem recovery gliserol, dimana gliserol direcovery, dimurnikan dan digunakan
untuk tujuan lain. Biasanya dilakukan beberapa tahapan pencucian untuk mengoptimalkan
pengangkatan gliserol.
Sisa sabun yang tersisa dalam ketel sekarang berisi kandungan garam tinggi dan tahap fitting
dimulai. Tahap ini melibatkan pencampuran larutan soda kaustik encer pada sabun.
Campuran ini kemudian terpisah menjadi dua lapisan, dengan sabun sederhana murni
(konsentrasi 70%) pada lapisan atas mengandung hanya sedikit garam, gliserol dan pengotor
lainnya. Lapisan bawah (nigre), mengandung banyak garam dan pengotor berwarna yang
larut dalam air. Setelah dipisahkan dari lapisan nigre, sabun sederhana siap untuk proses
selanjutnya yaitu pengeringan dan penyelesaian. Seluruh tahapan proses ketel ini
membutuhkan keahlian dan waktu beberapa hari agar dapat selesai.
2.4.2 Proses Kontinyu Saponifikasi
Ada banyak sistem komersial untuk pembuatan sabun secara kontinyu; rinciannya diberikan
dalam referensi (3). Tetapi semuanya mengandalkan saponifikasi berkecepatan tinggi
menggunakan pencampuran intens yang dilakukan dalam unit terpisah untuk pencucian dan
fitting sabun secara kontinyu untuk memproduksi sabun sederhana yang sesuai untuk proses
pengeringan/penyelesaian selanjutnya. Seluruh tahap proses ini membutuhkan sedikit pekerja
dan waktu yang lebih cepat dibanding proses batch sebelumnya sehingga meningkatkan
efisiensi pabrik. Sebagai contoh proses saponifikasi kontinyu ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Walaupun berbagai sistem komersial bisa berbeda-beda dalam aspek desain dan operasi
secara spesifik, namun semuanya menggunakan proses utama yang sama dalam saponifikasi
minyak/lemak hingga penyelesaian sabun.
Dalam sistem yang ditunjukkan pada Gambar 2.3, pencampuran bahan baku minyak/lemak
dilakukan secara kontinyu dan terukur secara akurat di dalam tangki pemanas bertekanan,
biasanya dalam autoclave, dengan sejumlah kaustik, air dan garam. Konsentrasi bahan-bahan
ini diatur untuk menghasilkan campuran sabun sederhana dan fasa lye. Pada temperatur
(~1200C) dan tekanan (~200 kPa), reaksi saponifikasi berjalan dengan cepat (<30 menit).
Sistem resirkulasi menentukan tingkat sisa sabun dalam autoclave untuk meningkatkan
kontak antara fasa minyak dan air dan menyiapkan pencampuran tambahan. Setelah waktu
tinggal yang cukup singkat dalam autoclave, campuran reaksi sabun sederhana dan fasa lye
dipompa ke dalam mixer pendingin dimana reaksi saponifikasi selesai dan produk reaksi
didinginkan pada suhu di bawah 1000C. Produk reaksi selanjutnya dipompa ke dalam
pemisah statis, dimana fasa lye yang mengandung banyak gliserol (25-30%) dipisahkan dari
sabun sederhana dengan gaya gravitasi atau statis. Sabun sederhana kemudian dicuci
menggunakan larutan lye dan garam menggunakan proses aliran berlawanan. Proses ini
sering dilakukan dalam kolom vertikal, yang merupakan tube terbuka atau berisi stage
mixer /pemisah. Sabun sederhana dipompa masuk melalui bagian bawah kolom dan larutan
lye/garam (pencucian) dipompa ke atas.

Sabun sederhana yang densitasnya rendah naik ke atas kolom saat larutan lye/garam turun ke
bawah. Larutan pencuci mengangkat pengotor dan mengumpulkan gliserol. Seperti pada
proses ketel, penting untuk memiliki konsentrasi elektrolit (garam dan lye) yang tepat untuk
pengangkatan gliserol secara efektif. Pemisahan akhir lapisan lye dari sabun sederhana

biasanya dilakukan dengan sentrifugasi. Setelah sentrifugasi, sisa kaustik atau alkali dalam
sabun sederhana yang telah terpisah dinetralisasi dengan penambahan secara akurat asam
lemak dalam tangki steam-jacketed pencampur (crutcher). Sabun sekarang siap untuk
digunakan dalam produksi sabun batang.
2.4.3 Proses Netralisasi Asam Lemak
Proses ini memproduksi sabun lewat dua tahap. Pada tahap pertama (hidrolisis)
minyak/lemak diubah menjadi asam lemak menggunakan steam/air dan dipisahkan dari
gliserol dan pengotor lainnya. Asam lemak ini dapat dicampur jika diperlukan dan kemudian
dinetralisasi pada tahap kedua dengan alkali. Proses ini biasanya dilakukan untuk
memproduksi sabun sederhana, yang kemudian tahap pengeringan dan penyelesaian
menggunakan proses yang identik dengan proses pembuatan sabun konvensional yang telah
dijelaskan sebelumnya. Detail pengoperasian kedua tahapan proses ini adalah sebagai berikut.
Tahap Hidrolisis Hidrolisis minyak/lemak oleh air memerlukan pencampuran yang intens
antara dua fasa imisibel. Reaksi ini dilakukan dengan kondisi dimana air memiliki kelarutan
(10-25%) dalam minyak/lemak. Proses ini dilakukan dengan tekanan tinggi 4-5,5 MPa (580800 psi) dan temperatur tinggi (~240-2700C) dalam kolom stainless steel dengan tinggi 24-31
m dan diameter 50-130 cm (Gambar 2.4). ZnO kadang ditambahkan sebagai katalis pada
bahan baku minyak/lemak untuk membantu reaksi. Minyak/lemak diinjeksi pada bagian
bawah kolom dan air diinjeksi dari bagian atas. Kolom bisa didesain terbuka, atau berisi
baffle agar terjadi pencampuran yang lebih baik pada aliran turbulen.
Keran steam bertekanan tinggi ditempatkan pada beda ketinggian tiga atau empat dalam
kolom untuk pemanasan. Desain ini menimbulkan pola aliran berlawanan dengan air
mengalir dalam kolom dari atas ke bawah dan minyak/lemak dengan arah sebaliknya. Saat
material-material ini bercampur pada temperatur dan tekanan tinggi yang bekerja, ikatan ester
dalam minyak/lemak terhidrolisis untuk membebaskan asam lemak dan gliserol. Asam lemak
yang baru terbentuk naik ke bagian atas kolom, dan gliserol menuju ke bawah bersama air.
Karena ini adalah reaksi reversible, maka gliserol harus diangkat dari campuran melalui
proses pencucian berlawanan. Konsentrasi gliserol dan gliserida (mono, di, dan tri) adalah
yang terendah dan konsentrasi asam lemak adalah yang tertinggi pada bagian atas kolom.
Tahap dengan laju terbatas dalam proses adalah saat pengangkatan gliserol dari asam lemak.
Pengangkatan ini bergantung pada interaksi dengan air pencuci yang jatuh di kolom. Sabun

Zn terbentuk dari reaksi ZnO dan asam lemak yang bekerja sebagai katalis transfer fasa,
meningkatkan perpindahan gliserol dari minyak ke fasa air. Pemisahan gliserol dan asam
lemak dalam kolom mencegah terjadinya reaksi balik. Proses hidrolisa memberikan efisiensi
99% untuk konversi minyak/lemak menjadi asam lemak dan gliserol, dan membutuhkan
waktu tinggal 90 menit.

Asam lemak yang berada di bagian atas kolom mengandung air, lemak yang terhidrolisa
sebagian, dan katalis sabun Zn. Produk ini kemudian melalui tahap pengering vakum dimana
air dihilangkan melalui vaporisasi dan asam lemak didinginkan sebagai hasil proses
vaporisasi. Produk kering ini kemudian memasuki sistem distilasi.
Sistem distilasi dilakukan untuk meningkatkan kualitas asam lemak, seperti bau dan warna,
melalui pemisahan asam lemak dari minyak/lemak yang tersaponifikasi sebagian, katalis Zn
dan partikel yang berbau dan berwarna. Produk dipanaskan dalam penukar panas dengan
suhu sekitar 205-2320C dan dibawa memasuki vacuum chamber pada 0,13-0,8 kPa (1-6
mmHg) tekanan absolut. Asam lemak teruapkan di bawah kondisi ini dan terangkat dari
material yang tidak diinginkan seperti trigliserida yang terhidrolisa sebagian. Asam lemak
teruapkan kemudian melalui rangkaian kondensor air dingin untuk fraksinasi dan
pengumpulan. Jumlah kondensor bervariasi tetapi sistem dengan 3 kondensor lebih umum
digunakan. Asam lemak biasanya terpisah menjadi potongan berat, potongan menengah, dan
potongan sangat ringan.
Tergantung dari penggunaan akhir asam lemak, fraksi-fraksi ini biasa digunakan terpisah
untuk lemak khusus seperti asam stearat atau pencampuran ulang untuk lemak dengan
perbandingan yang diinginkan seperti 80:20% tallow:sabun kelapa. Potongan ringan sering
dibuang dari kondensat lain karena mengandung banyak partikel bau di dalamnya.

Asam lemak yang diperoleh dari proses bisa langsung digunakan atau dimodifikasi dahulu
untuk meningkatkan penampilan dan stabilitas.
Tahap Netralisasi Sabun dari asam lemak diperoleh melalui reaksi asam lemak dengan
kaustik yang sesuai. Reaksi ini sangat cepat untuk kaustik kebanyakan, seperti NaOH atau
KOH dan membutuhkan stoikiometri yang tepat dan pencampuran intens untuk memastikan
efektivitas proses. Walaupun terlihat relatif mudah, pada praktiknya, ada sejumlah
pertimbangan proses yang harus diperhatikan. Pertama, perbandingan tetap dari asam lemak,
kaustik, air dan garam harus dipertahankan agar memperoleh bentuk sabun sederhana yang
diinginkan.
Proses ini dikontrol untuk menghindari pembentukan sabun menengah, yang viskositasnya
tinggi dan tidak terdispersi dengan cepat, atau bentuk campuran dua fasa nigre-sabun
sederhana, yang akan terpisah selama penyimpanan. Kedua, pencampuran yang intens antara
minyak dan reaktan cair diperlukan untuk memperoleh komposisi fasa sabun sederhana yang
seragam. Ketiga, karena panas dilepaskan selama reaksi, kontrol temperatur harus dijaga
tetap pada batasnya untuk menghindari pemanasan berlebih dan pendidihan/pembusaan.
Ada berbagai sistem komersial untuk melakukan netralisasi. Umumnya, campuran asam
lemak panas (~50-700C) dan kaustik-garam-air (~25-300C) diukur di dalam sistem
pencampuran high shear, atau disebut netraliser. Campuran dipanaskan pada suhu 88-95 0C
pada panas laten reaksi dan dipompa ke dalam tangki penerima yang secara efektif
mencampur sabun melalui sistem resirkulasi dan pengadukan. Setelah waktu tinggal yang
singkat di dalam tangki penerima untuk memastikan keseragaman komposisi, sabun
sederhana yang dihasilkan dipompa ke tangki penyimpanan atau ke operasi penyelesaian.
Perbandingan Proses Produksi Sabun Dasar Saponifikasi langsung minyak dan lemak
seperti diketahui, berkarakter, dan mudah; membutuhkan peralatan konvensional; dan relatif
efisien energi. Namun, proses ini sensitif terhadap perubahan perbandingan minyak/lemak
untuk formulasi sabun batang akhir. Lebih lanjut, saponifikasi langsung memiliki kekurangan
yaitu kurangnya hasil gliserol, fleksibilitas terbatas terhadap pembentukan sabun campuran
ion berlawanan, dan membutuhkan bahan baku dengan kualitas tinggi untuk menghasilkan
sabun berkualitas bagus. Berbeda dengan sistem hidrolisa/netraliser yang lebih fleksibel
terhadap pembentukan sabun ion berlawanan dan perubahan formulasi dan menghasilkan
recovery gliserol yang lebih baik. Sebagai tambahan, kemampuan distilasi maupun pascapengerasan memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi dalam pemilihan bahan baku

minyak/lemak; kualitas bahan yang lebih rendah dapat digunakan untuk menghasilkan sabun
yang berkualitas. Namun, proses ini membutuhkan energi yang besar dan lebih banyak
peralatan proses yang khusus, seperti kolom hidrolisa, penyuling, sistem hidrogenasi, dan
netraliser, dan harus menggunakan stainless steel karena sifat korosif alami dari asam lemak.
2.5 FORMULASI
Formulasi sabun batang semakin kompleks dikarenakan perubahan kebiasaan mandi dan
keinginan konsumen. Dahulu, kebiasaan mandi (seperti mandi seminggu sekali), begitu
sederhana sehingga sabun lye pun dapat diterima. Sedangkan saat ini mandi dilakukan setiap
hari, sehingga dibutuhkan kinerja sabun yang lebih baik, sebagai contoh kelembutan untuk
kulit dan pencegahan bathtub ring. Pabrik sabun telah mengembangkan berbagai formulasi
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini dilakukan dengan cara mengatur dengan tepat
komponen sabun, termasuk berbagai bahan tambahan, atau mencampurkan surfaktan sintetik
ke dalam formula. Sebagai tambahan, bentuk baru produk pembersih telah diperkenalkan
sehingga mengubah kebiasaan dan kebutuhan konsumen, seperti sabun pencuci tangan cair
dan gel mandi. Untuk produk kebersihan pribadi, termasuk sabun batang, kinerja diukur
dengan beberapa uji seperti jumlah dan creaminess dari busa, wet cracking, ke-ekonomisan,
water uptake (mush), kemampuan bilas (jumlah residu yang tertinggal di permukaan setelah
pembilasan dengan air sadah), dan kelembutan untuk kulit. Diperlukan penelitian terhadap
ukuran-ukuran ini agar pembuat sabun modern dapat mengembangkan produk yang lebih
baik untuk kebutuhan konsumen.
2.5.1 Sabun Batang
Pada sabun batang, surfaktan utama yang paling menonjol adalah garam natrium dari asam
lemak. Produk ini biasanya mengandung 70-85% sabun. Kadang-kadang, sabun kalium (~530%) dimasukkan ke dalam formulasi untuk meningkatkan kelarutan sabun dan sifat
pembusaan batang. Temperatur Krafft yang rendah pada sabun kalium adalah dasar untuk
menambah busa, tapi juga membatasi isi dalam sabun batang, sehinga membuatnya lebih
lunak dan tidak ekonomis. Kinerja sabun dapat dikendalikan melalui pencampuran
minyak/lemak dengan perbandingan yang spesifik, dan pembentukan fasa dan struktur
koloid. Biasanya produksi sabun menggunakan campuran tallow atau minyak sawit dan
minyak kelapa atau minyak inti sawit dengan perbandingan 85:15 dan 50:50. Saat jumlah
minyak kelapa bertambah di dalam sabun batang, kemampuan pembusaan dari produk juga
bertambah karena kelarutan yang tinggi pada sabun yang dibentuk dari kelapa (sabun berantai

pendek). Namun, busa yang lebih banyak menyebabkan produk tidak ekonomis dan
menambah water uptake yang menyebabkan suatu lapisan luar yang lunak yang disebut
mush, yang bertambah karena alasan kelarutan yang sama. Lebih lanjut, kandungan tinggi
natrium laurat dalam sabun kelapa dapat berdampak negatif terhadap kelembutan produk,
karena sabun laurat pada dasarnya lebih mengiritasi kulit dibanding sabun dengan panjang
rantai yang lain.
2.5.2 Zat Aditif Sabun Batang
Ada berbagai bahan aditif yang diformulasikan ke dalam sabun untuk memberikan kelebihan
tambahan bagi konsumen atau untuk memodifikasi kinerja produk. Yang menjadi
pertimbangan utama adalah cara kerja penambahan dari bahan aditif tersebut. Jika bahan
aditif dicampur dengan sistem low shear maka bahan tersebut akan menjadi partikel
makroskopis dan tidak akan berdampak pada keseluruhan fasa sabun batang secara kimiawi.
Keberadaan partikel besar dapat mengganggu struktur makro sabun batang dan berefek
seperti retaknya sabun batang, bongkahan yang tidak larut, sabun yang tidak licin dan tidak
ekonomis. Hal itu tergantung dari sifat fisik dan kimia alami dari bahan aditif dan ukuran
partikelnya dalam sabun batang. Berbeda jika bahan aditif dicampur dengan pencampuran
high shear, maka akan berpotensi mengganggu sifat kimia fasa sabun dan berdampak pada
sifat sabun batang yang telah disebutkan di atas. Namun efeknya akan berbeda-beda
tergantung bahan aditif yang digunakan.
Asam Lemak Bebas Sabun batang adalah alkali alam yang dikarenakan sifat fisik sabun
dalam air dan proses yang digunakan dalam pabrik, menghasilkan sabun dasar dengan sangat
sedikit sisa kaustik bebas. Sedikit asam lemak bebas sering ditambahkan pada sabun
sederhana sebelum proses pengeringan untuk menetralisasi sedikit sisa kaustik. Sedikit
penambahan ini tidak berefek pada kinerja proses dan sifat pemakaian. Namun penambahan
lebih banyak asam lemak bebas sehingga secara molekular tercampur ke dalam sabun,
biasanya 2-10%, bisa berdampak signifikan pada kinerja proses dan sifat pemakaian.
Peristiwa ini disebut sebagai super-fatting dan istilah ini pernah digunakan dalam iklan sabun
Lux pada 1950an dengan slogan Super-fatted Luxury. Hal ini dikarenakan adanya
penambahan asam lemak (biasanya asam lemak kelapa atau inti sawit) yang menambah
jumlah busa dan creaminess. Namun, kekurangannya adalah jika temperatur proses tidak
dijaga dengan benar, ke-ekonomisan batang dan water uptake (mush) bisa meningkat, dan
menghasilkan sabun yang sangat lunak. Perubahan ini tergantung jumlah perubahan fasa

kimiawi dalam sabun termasuk kandungan fasa cair dan perubahan dalam distribusi panjang
rantai sabun pada padatan kristal. Untuk memperoleh sifat pemakaian yang optimal,
pencampuran sabun/asam lemak harus be sheared selama proses dengan temperatur
terkontrol. Masalah utama untuk proses penyelesaian sabun konvensional dimana high shear
biasanya menyebabkan kenaikan temperatur signifikan jika banyaknya keluaran tidak
dikurangi. Solusi baru untuk masalah ini dipelopori oleh Unilever dengan menggunakan
mixer penukar berlubang pada proses akhir yang tidak hanya memberikan high shear tapi
juga

pertukaran panas yang sempurna, sehingga diperoleh struktur mikro sabun yang

diinginkan sambil menjaga banyaknya keluaran.


Jika asam lemak bebas ditambahkan dalam sabun namun secara molekular tidak tercampur,
sabun batang yang dihasilkan akan terasa seperti pasir, tidak terasa licin dan tidak banyak
berbusa. Namun, di luar derajat pencampuran, keberadaan banyak asam lemak bebas juga
bisa mengurangi stabilitas bau dan warna produk karena degradasi oksidatif dari asam lemak
lebih cepat dibanding sabun lainnya.
Gliserol Walaupun normalnya gliserol sudah berada dalam jumlah kecil pada sabun
dikarenakan pengangkatan yang tidak sempurna selama proses pembuatan sabun, gliserol
sering ditambahkan lagi dalam jumlah banyak ke dalam sabun sebagai pelembut kulit
dikarenakan sifat humektansinya atau untuk menambah kejernihan batang. Sebagai contoh,
pada tingkat gliserol 10%, terjadi perubahan signifikan pada kelembutan kulit konsumen. 510% gliserol sering digunakan pada sabun bening. Namun harus diperhatikan bahwa
penambahan gliserol pada level tersebut dapat mempengaruhi kinerja proses, penampilan
batang dan sifat pemakaian. Sebagai contoh, jika gliserol tidak tercampur secara molekular
dengan sabun (proses pencampuran low shear) sabun akan jadi lunak dan lengket, dan
menjadi permasalahan saat proses ekstrusi dan stamping. Sabun yang dihasilkan akan
cenderung mengalami keretakan dan tidak licin saat digunakan. Berbeda jika gliserol
tercampur secara molekular dengan sabun, sabun akan keras dan cukup jernih. Jika
kejernihan tidak diperlukan, maka opacifier bisa digunakan. Sifat pemakaian pada sabun
yaitu akan meningkatnya water uptake (mush), sesuai dengan aktivitas air yang lebih rendah
dimana pada kelembaban tinggi bisa menyebabkan sabun batang mengembang. Efek ini juga
terjadi ketika gula alkohol lain ditambahkan seperti sorbitol dan gula.

Parfum Kunci estetika bagi konsumen untuk memilih produk kebersihan pribadi adalah
aroma produk tersebut. Parfum digunakan oleh produsen sabun sebagai hal penting dalam
produk untuk memperoleh kelompok konsumen yang diinginkan dan membedakan produk
sabun yang satu dengan yang lain. Alasan kedua adalah untuk menutupi bau dasar lemak
pada sabun. Ketidakstabilan bau produk disebabkan hilangnya parfum selama penyimpanan
dan kecenderungan terjadinya oksidasi parfum dan komponen sabun. Sehingga, bau produk
bisa berubah dari layak menjadi tidak layak jika tidak diformulasikan dengan tepat.
Biasanya, pengembangan parfum dilakukan oleh pembuat parfum yang fokus pada kebutuhan
produk. Sebagai contoh, parfum untuk deodoran cenderung untuk menempel pada kulit
sehingga menjadi parfum yang tahan lama. Sejumlah produk yang didesain khusus untuk
kulit sensitif beredar di pasaran. Konsentrasi parfum yang digunakan untuk produk bagi kulit
sensitif ini biasanya lebih sedikit dibanding untuk produk lain dan dipilih untuk menutupi bau
dasar sabun, menambah kelembutan atau kecocokan dengan kulit. Tanpa melihat posisi pasar,
konsentrasi parfum dalam sabun biasanya berada pada jangkauan 0,2-1,5%.
Parfum biasanya ditambahkan selama proses penyelesaian menggunakan peralatan low shear
meskipun pada beberapa produk, digunakan pencampuran high shear pada penyelesaian.
Efek penambahan parfum pada proses yaitu membuat sabun sedikit lebih lunak. Sedangkan
efek pada sifat pemakaian dapat diabaikan.
Bahan Pembantu Hal yang biasa dilakukan untuk memodifikasi penampilan atau sifat
estetik sabun batang adalah melalui penggabungan berbagai opacifier, fluorescer dan
pewarna. Bahan yang umum digunakan adalah titanium oksida, dengan konsentrasi rendah
(<0,8%) yang adalah pemutih dan opacifier efektif. Sabun batang yang beredar di pasaran
mengandung sedikit konsentrasi TiO2 sebagai opacifier untuk merekatkan pewarna lain atau
fluorescer sebagai penyebar pemutih. Berbagai pewarna juga menambahkan TiO2 untuk
menghasilkan warna produk yang diinginkan. Pewarna yang digunakan biasanya telah
melalui uji mutu Obat dan Kosmetik atau Makanan, Obat dan Kosmetik. Beberapa produsen
juga menggunakan pigmen anorganik inert untuk pewarnaan produk. Pigmen memiliki
kelebihan dibanding pewarna karena menghasilkan warna yang lebih stabil dan tidak larut
dalam air. Sifat yang disebutkan terakhir penting untuk produk yang memiliki 2 warna,
karena pewarna yang larut dalam air bisa bergerak dalam produk dan mengurangi kontras
antara 2 warna. Biasanya bahan-bahan ini ditambahkan dalam sabun selama proses
penyelesaian.

Sabun, asam lemak, dan parfum mudah teroksidasi jika disimpan dalam waktu lama. Proses
oksidasi cukup rumit namun biasanya merupakan hasil reaksi ikatan tak jenuh dalam
komponen dengan oksigen di udara, menghasilkan asam berantai pendek, aldehid, dan keton
yang sangat berbau. Dalam komponen parfum, oksidasi bisa mengubah karakter bau produk
dan merusak warna sabun batang. Untuk meminimalisir oksidasi pada sabun dasar dan bahan
pembantu lainnya pada sabun batang, chelant dan antioksidan biasa digunakan.
Konsentrasi chelant 0,1-0,2% meningkatkan stabilitas oksidasi melalui kompleksasi ion
logam, seperti besi, yang membantu proses oksidasi. Sebagai contoh chelant yang biasa
digunakan adalah pentasodium diethylenetriaminepentaacetic acid (DTPA), tetrasodium
ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA), sodium etidronate (EHDP), dan asam sitrat.
Magnesium silika, yang terbentuk dalam sabun basah melalui reaksi magnesium dan besi
silika, adalah chelant lain yang biasanya digunakan dalam sabun batang biasa. Seluruh
chelant ini biasanya ditambahkan dalam sabun sederhana sebelum proses pengeringan.
Antioksidan juga biasa ditambahkan bersama chelant untuk meningkatkan stabilitas bau
produk dan warna. Antioksidan bekerja secara kimia memerangkap radikal bebas yang
terbentuk selama proses oksidasi, dan secara signifikan mengurangi laju reaksi degradasi.
Bahan ini penting untuk komponen parfum. Butylated hydroxytoluene (BHT), satu dari
antioksidan yang umum digunakan, biasanya ditambahkan pada level 100-200 ppm dalam
formulasi. BHT ditambahkan langsung ke dalam parfum untuk meningkatkan stabilitas
penyimpanan dari material sabun sederhana. Konsentrasi bahan-bahan ini sangat sedikit
sehingga tidak mempengaruhi kinerja proses dan sifat pemakaian.
Pelembut dan Zat Aditif Kulit Meningkatnya frekuensi mandi dan perubahan kebutuhan
konsumen memerlukan pengembangan produk yang memberikan kelebihan pada perawatan
kulit. Sebagai tambahan, selain 2 bahan aditif yang paling banyak digunakan, yaitu asam
lemak dan gliserol, ada banyak zat aditif lain yang sering digunakan. Contohnya lanolin,
vitamin E, gel lidah buaya, minyak mineral dan baking soda.
Bahan inert kadang digunakan dalam sabun batang sebagai pelembut kulit pada produk
dengan cara mengurangi konsentrasi sabun dan surfaktan dalam batang. Agen pembersih
dalam konsentrasi tinggi kadang bisa membuat kulit kering dan iritasi. Berbagai bahan inert,
anorganik maupun organik, telah dilaporkan dalam literatur, seperti oatmeal, dekstrin, pati,
wax dan talc. Bahan-bahan ini terdeposisi dalam kulit selama pembersihan, selanjutnya

memodifikasi sifat pembilasan dalam sabun batang dan berdampak pada persepsi konsumen
terhadap produk dan sifat estetiknya.
Teknologi terbaru telah digunakan dalam pabrik sabun batang, yang benar-benar
meningkatkan kelembutan kulit secara klinis pada produk ini. Salah satunya dengan
mengurangi seluruh konsentrasi bahan yang mengiritasi seperti laurat dan bahan tak jenuh
melalui pengaturan bahan baku. Hal lain adalah dengan menggabungkan komponen amina ke
dalam formula, yang secara efektif mengkompleksasi sabun selama proses cuci-bilas,
mengurangi potensi untuk menghilangkan minyak dari atau berinteraksi dengan kulit. Amina
biasanya berada dalam bentuk kationik polimer dari material alami seperti selulosa, guar
gums dan protein.
Kebanyakan pengembangan teknologi baru sabun batang difokuskan pada produk yang
mengandung surfaktan sintetik. Kelebihan utama surfaktan sintetik dibanding sabun adalah
sensitivitasnya yang rendah terhadap kesadahan air, yang meningkatkan kemampuan
pembilasan, kemampuan pembusaan, dan efeknya terhadap kelembutan kulit. Surfaktan
anionik, nonionik, dan zwitterionik telah diformulasikan ke dalam sabun batang. Pada
kebanyakan sabun batang, surfaktan sintetik sebagai surfaktan sekunder membantu kinerja
pembusaan, pembilasan atau efek pada kulit. Tantangan utama adalah bagaimana
menggabungkan level tinggi surfaktan sintetik (>10%) yang dapat larut ini ke dalam sabun
batang tanpa mempengaruhi secara signifikan kinerja proses dan sifat pemakaian dan
masalah ini telah menghasilkan sejumlah patent filings covering specific approaches.
Surfaktan anionik adalah surfaktan yang paling umum dipakai. Yang termasuk surfaktan
anionik diantaranya sulfat seperti natrium alkilsulfat dan homologous ethoxylated version,
natrium monogliserol sulfat, dan juga sulfonat, seperti natrium alkilgliserol eter sulfonat dan
sodium cocoyl isethionate.
Yang

termasuk

surfaktan

nonionik

adalah

alkohol

ethoxylates

seperti

HOCH2CH2O(CH2CH2O)nR dan juga surfaktan berbasis gula seperti alkyl polyglycosides.


Surfaktan zwitterionik, seperti cocoamidopropyl betaine dan cocoamphoacetate, adalah
surfaktan yang baru-baru saja digunakan pada sabun batang dan digunakan dengan
konsentrasi sedikit (<2%) sebagai surfaktan sekunder. Bahan ini sangat berdampak terhadap
pembusaan dan kelembutan produk.

Surfaktan ini, jika digabungkan dengan sabun, menghasilkan sabun batang yang memiliki
kemampuan pembusaan dan pembilasan yang istimewa dalam air sadah, stabilitas busa yang
baik, dan meningkatkan efek yang bermanfaat pada kulit. Sabun batang untuk kecantikan dan
perawatan kulit memiliki formulasi yang sangat kompleks. Peninjauan terhadap literatur
menunjukkan dengan jelas kerumitan formulasi yang sangat lembut ini, dimana tidak umum
ditemukan campuran surfaktan sintetik, yang secara spesifik ditambahkan untuk
memodifikasi beragam sifat produk.
Saat ini telah dikembangkan produksi sabun batang ultra-mild yang mengandung hanya
sedikit sabun, dengan anionik sintetik sebagai surfaktan utama. Produk pertama dengan tipe
ini adalah Dove, yang mengandung sodium cocoyl isethionate sebagai surfaktan utama. Versi
terbaru dari formula ini telah mengandung bahan aktif yang lebih lembut (seperti
cocoamidopropyl betaine) dan emollient seperti asam stearat. Keuntungan dari segi biaya
pada konsumen bertambah karena bahan-bahan ini lebih mahal dibanding sabun biasa.
Percobaan untuk melanjutkan penggunaan alternatif surfaktan anionik sintetik kurang
berhasil. Hal ini dikarenakan pengkristalan yang buruk dari surfaktan anionik sintetik
sehingga pada tahap anhidrat membentuk pasta lembut dan bukannya padatan kristal, dan
membuatnya tidak cocok untuk ditambahkan dalam jumlah banyak pada produk sabun
batang.
Surfaktan sintetik selalu tercampur secara molekular dengan komponen produk yang lain.
Kesalahan pembentukan pada produk homogen menyebabkan masalah utama pada proses
dan penampilan serta sifat pemakaian yang buruk pada produk.
Agen Antimikroba Agen antimikroba telah digunakan selama bertahun-tahun dalam sabun
batang sebagai tambahan perlindungan deodoran karena efektivitas residunya dalam menekan
pertumbuhan bakteri penyebab bau. Material ini terdeposisi dalam kulit selama proses mandi
dan mengandung bahan aktif yang efektif menekan pertumbuhan bakteri selama mandi.
Diyakini bahwa sabun ini memberikan kelebihan tambahan dikarenakan kemampuannya
untuk mengendalikan microflora di permukaan kulit. Salah satu kelebihannya adalah
mengurangi tingkat infeksi kulit dengan cara mengendalikan keberadaan Staphylococcus
aureus di permukaan kulit. Hanya ada dua bahan aktif yang umum digunakan dalam sabun
batang : trichlorocarbanalide atau TCC (Triclocarban) dan trichlorohydroxydiphenyl ether
atau TCS (Triclosan). Komponen ini biasanya digunakan pada konsentrasi 0,25-1,5% pada
produk akhir dan bekerja melawan mikroorganisme. Bahan ini biasanya ditambahkan dengan

pencampuran low shear dan tidak berefek terhadap kinerja proses atau sifat pemakaian
produk.
2.5.3 Sabun Khusus
Ada beragam sabun khusus yang membutuhkan bahan aditif tertentu untuk memenuhi
kebutuhan khusus konsumen. Contohnya sabun gosok yang mengandung agen abrasi yang
secara homogen tersebar dalam sabun untuk membantu kinerja pembersihan dari produk.
Agen abrasi biasanya adalah partikel yang sangat kecil dan tidak terlarut seperti batu apung.
Serupa dengan minyak terkapsulasi dan parfum yang juga bisa digabungkan dalam sabun
batang konvensional. Sabun batang dengan efek visual termasuk sabun batang bercorak strip,
bisa diproduksi menggunakan dua aliran sabun dengan warna berbeda yang dengan sengaja
sedikit dicampurkan selama ekstrusi dengan perlahan-lahan. Cara alternatifnya adalah dengan
menggunakan hanya satu aliran sabun dan pewarna diinjeksi selama proses ekstrusi. Jika
diperlukan sabun batang yang bergaris-garis, dapat digunakan aliran sabun berwarna yang
terpisah dan extruder khusus. Efek visual lainnya yang umum adalah semi-transparansi dan
transparansi. Masing-masing memerlukan formulasi khusus dan persyaratan proses tersendiri,
dengan terlebih dahulu melalui rute penggilingan atau proses cetakan dan kemudian melalui
proses pencetakan tersendiri.
Sabun Semi-transparan Giling Proses semikonvensional bisa dilakukan untuk membuat
sabun mandi semi-transparan. Formulasi dan proses sabun ini berbeda dari sabun tidak
tembus cahaya konvensional dimana kandungan air harus tinggi (14-20%) dan gliserol atau
gula alkohol (seperti sorbitol, sukrosa) harus berada pada konsentrasi 4-10%. Tipe formulasi
ini bisa menambahkan bahan aditif lain seperti sabun kalium. Berbeda dari formulasi lain,
untuk memperoleh semi-transparansi diperlukan pencampuran high shear. Hal ini bisa
diperoleh dengan cara mencampurkan lebih dahulu semua bahan sebelum pengeringan atau
menggunakan peralatan high shear (seperti mixer batch Z-blade) selama operasi
penyelesaian. Jika jumlah keluaran menjadi masalah, mixer high shear kontinyu seperti CTM
bisa digunakan. Jika proses penyelesaian menggunakan low shear maka akan dihasilkan
sabun yang kurang tercampur dan lunak sehingga sulit untuk diproses untuk menjadi sabun
batang, dan sifat pemakaiannya pun akan buruk. Berbeda dengan pemrosesan high shear
yang menghasilkan sabun batang dengan semi-transparansi yang baik, yang akan meningkat
selama penyimpanan (karena hilangnya kandungan air). Sabun batang ini juga layak dari segi

sifat pemakaian walaupun cenderung akan membentuk lapisan mush tebal jika terpapar
kondisi lembab.
Sabun Transparan Sabun batang transparan komersial dahulu berbahan dasar lemak dari
tallow atau kelapa dan juga mengandung penambah kelarutan seperti sabun kalium dan rosin,
sebagai tambahan gliserol dan etanol. Produk ini dituang ke dalam cetakan dan disimpan
selama beberapa waktu sampai etanol menguap. Setelah etanol menguap, transparansi pun
diperoleh. Seluruh proses ini membutuhkan waktu beberapa minggu karena penguapan
alkohol terjadi dengan lambat dan membutuhkan biaya mahal. Produk yang paling dikenal
dari tipe ini masih ada hingga sekarang dan dijual oleh Unilever di bawah nama Sabun
Pears.
Pada saat ini perhatian pada produk tipe ini meningkat dikarenakan tingginya ketertarikan
konsumen pada sabun batang sejernih kaca. Banyak usaha telah dilakukan untuk
menghapuskan tahap evaporasi alkohol dari proses untuk memproduksi sabun batang
berkualitas tinggi pada throughput tinggi. Tujuan ini telah dicapai beberapa produsen dengan
cara mengurangi kandungan sabun pada formulasi dan menggantinya dengan konsentrasi
tinggi gula alkohol dan pelarut lain. Pelarut yang umum digunakan adalah etanol, propylene
glycol, dipropylene glycol dan triethanolamine. Bahan-bahan ini dikombinasikan dengan
campuran gula alkohol seperti gliserol, sorbitol dan sukrosa. Komponen ini bersama dengan
air merupakan 50% komposisi produk. Proses ini melibatkan pencampuran bahan-bahan
terlebih dahulu dengan temperatur yang meningkat dan kemudian dituangkan ke dalam
cetakan.
Sabun batang kemudian dilepaskan dan dikemas atau dijual di dalam cetakan. Formulasi
yang sukses adalah yang membentuk larutan isotropis pada temperatur meningkat dan tidak
membentuk fasa kristal cair selama tahap pendinginan. Hal ini meminimalisir pembentukan
padatan kristal besar yang dapat mengurangi transparansi produk akhir. Pelarut dan gula
alkohol juga membantu pembentukan produk jernih dengan menghambat pembentukan
kristal.
Ada banyak contoh produk tipe ini yang beredar di pasaran terutama di Jepang dimana
produk lembut berbahan dasar surfaktan sintetik juga berkembang dengan proses yang sama.
Produk dari Eropa yang paling dikenal adalah Neutragena yang berbahan dasar sabun
triethanolamine.

2.5.4 Sabun Cair dan Body Wash


Pada akhir 1970an dan awal 1980an bentuk baru produk sabun diperkenalkan, yaitu sabun
tangan cair. Sabun cair ini ditawarkan sebagai pengganti sabun batang untuk digunakan di
wastafel kamar mandi dan dapur. Pabrik menggunakan dua formulasi dasar untuk produk ini:
formulasi berbahan dasar sabun dan berbahan dasar sintetik. Formulasi berbahan dasar sabun
biasanya menggunakan sabun kalium yang karena kelarutannya yang tinggi tidak mengendap
pada temperatur rendah. Sabun ini biasanya memiliki panjang rantai pendek, seperti sabun
kelapa atau campuran rantai pendek dengan sabun tak jenuh seperti oleat. Baru-baru ini,
formulasi ini digantikan oleh formulasi berbahan dasar surfaktan sintetik. Formulasi
surfaktan sintetik memiliki kelebihan diantaranya lebih lembut untuk kulit, pembilasan yang
lebih bersih, busa yang lebih banyak dan kurang sensitif terhadap kesadahan air. Formulasi
surfaktan sintetik adalah sekitar 80% air dan mengandung sodium alkylethoxy sulphate
sebagai surfaktan utama, surfaktan nonionik seperti lauramide DEA, dan surfaktan amfoterik
pembuat busa seperti cocoamidopropylbetaine. Pasar global telah berkembang secara
signifikan sejak awal diperkenalkannya sabun tangan cair, dan kebanyakan produk sekarang
sering mengandung agen menguntungkan seperti agen antibakteri (seperti TCS) dan/atau
moisturizer (biasanya gliserol atau gula alkohol).
Body wash diperkenalkan selanjutnya ke pasaran. Produk ini telah menjadi salah satu produk
utama pasar global. Body wash memiliki formulasi sederhana seperti sabun tangan cair atau
emulsi kompleks 2-dalam-1 minyak-dalam-air dan formulasi pelembab. Produk ini
mengandung surfaktan sintetik yang tidak biasanya ditemukan dalam sabun batang atau
sabun tangan cair, seperti sodium monoalkyl phosphate dan alkyl aminocarboxylates. Bukan
hal yang aneh jika ditemukan lebih dari 20 komponen berbeda dalam formulasi ini dengan
tidak kurang 6 atau 7 surfaktan yang berbeda. Produk ini juga dapat mengandung agen yang
menguntungkan kulit seperti kolesterol, alkohol lemak, asam lemak, polimer kationik dan
minyak emollient untuk memberikan pembersihan yang lebih lembut pada kulit dan
kelembaban saat dipakai.
2.6 PABRIK SABUN BATANG
Konversi sabun dasar basah menjadi sabun batang yang diterima konsumen bisa diperoleh
menggunakan satu dari dua rute proses pabrik yang umum digunakan: pembentukan castingmolding dan milling-extrusion, keduanya menggunakan beragam unit operasi proses atau

tahap penyelesaian. Tahap-tahap tersebut adalah pencampuran basah atau crutching,


pengeringan, pencampuran kering atau compounding, dan pembentukan sabun batang yang
disebut penyelesaian. Sejumlah inovasi baru pada 2 rute dasar tersebut diantaranya proses
ekstrusi panas dan proses pencetakan kontinyu, yang menggantikan proses cetak-matang
yang lama.
2.6.1 Pencetakan dalam Bingkai
Proses pencetakan yang paling umum digunakan adalah yang disebut proses cetakan
batang. Proses ini adalah yang tertua dan paling mudah dilakukan pada produksi sabun
batang. Sabun dasar basah dipompa ke dalam tangki pemanas dan pengaduk yang disebut
crutcher. Bahan tambahan yang digunakan dalam sabun batang seperti pewangi atau
pengawet ditambahkan pada sabun basah dalam crutcher atau diinjeksi setelah temperatur
aliran produk dikurangi. Campuran panas kemudian dipompa ke dalam cetakan dan dibiarkan
dingin.
Mold ini bisa diselesaikan menjadi mold bentuk batang atau bongkahan besar. Mold bentuk
batang akhir bisa berada dalam desain dua potong atau segi lima, dan desain terbuka di atas.
Selama pendinginan, sabun batang padat diangkat dari cetakan dan dikemas sesuai keinginan.
Untuk bongkahan besar, mold ditarik dan bongkahan dari sabun padat diangkat. Pisau cutter
digunakan untuk memotong bongkahan menjadi potongan tebal, lalu menjadi potongan garisgaris panjang dan akhirnya menjadi potongan bata persegi sebagai bentuk akhir dari sabun
batang. Bata persegi akhir kemudian distempel dengan logo timbul dan beberapa modifikasi
kecil lainnya. Bongkahan besar ini hanya sesuai untuk dibentuk menjadi seperti bata,
sedangkan mold bentuk batang bisa diolah menjadi bentuk lain yang lebih rumit.
Dahulu, proses ini digunakan terutama untuk sabun batang yang murah karena hanya
memproduksi sabun batang dengan pilihan bentuk terbatas. Turunan dari proses ini telah
digunakan bertahun-tahun untuk membuat sabun batang transparan yang disebut proses
cetak-matang.
2.6.2 Cetak-Matang
Proses cetak-matang dilakukan untuk membuat sabun transparan berkualitas tinggi, dengan
produk yang paling dikenal yaitu Sabun Pears. Proses ini mirip dengan proses

pembingkaian kecuali adanya penambahan alkohol berlevel tinggi dan membutuhkan waktu
yang lama.
Lelehan awal berbahan dasar tallow semikonvensional: Campuran CNO dengan tambahan
pelarut dituangkan ke dalam mold bentuk batang yang membujur dan dibiarkan dingin.
Setelah pendinginan, produk tidak tembus cahaya dipotong menjadi bentuk batang dan
distempel timbul dengan logo dan ditempatkan dalam oven untuk menguapkan alkohol.
Setelah beberapa minggu sabun batang diangkat dari oven dimana sabun telah menjadi
transparan. Sabun kemudian dibersihkan permukaannya untuk mengoptimalkan penampilan
transparan dan dikemas seperti sabun batang biasa.
2.6.3 Pencetakan Kontinyu
Perbaikan proses cetak-matang sederhana pertama kali hadir di Eropa dan Jepang dimana
sabun batang transparansi tinggi berkualitas premium menggeser penggunaan sabun mandi
konvensional. Dua kemajuan utama adalah teridentifikasinya formulasi baru yang tidak
memerlukan waktu pematangan yang lama dan yang kedua dilakukannya proses secara
otomatis. Menggunakan dua kombinasi kemajuan ini, target keluaran yang hampir dicapai
pada proses pembuatan sabun konvensional sekarang bisa diperoleh. Sejumlah desain mesin
berbeda muncul tapi pada dasarnya proses yang digunakan sama: lelehan panas diinjeksi ke
dalam cetakan, dan kemudian melalui terowongan pendingin setelah batang diangkat dari
cetakan dan dikemas atau cetakan menjadi kemasan utama karena mudah ditutup dan bisa
didinginkan setelah proses. Pada proses yang disebutkan terakhir, cetakan biasanya terbuat
dari plastik transparan sehingga konsumen dapat melihat transparansi sabun yang sempurna.
2.6.4 Pembentukan dengan Penggilingan/Ekstrusi
Proses yang paling umum untuk produksi sabun batang adalah proses penggilingan. Proses
ini memiliki 2 tahap yang berbeda, yaitu tahap pengeringan diikuti tahap penyelesaian. Laju
produksi pada proses berkecepatan tinggi mencapai 400 batang/menit. Batasan tahap dari
proses ini adalah laju penstempelan batang, yang telah menjadi subjek banyak kemajuan
teknologi saat ini.
Selama tahap pengeringan, sabun dasar basah yang mengandung kurang lebih 30% air
dipompa ke dalam tangki pencampur (crutcher) dimana penambahan dan pencampuran bahan
aditif lain bisa dilakukan. Termasuk bahan pembantu seperti kelebihan asam lemak dan

pengawet. Bahan aditif dalam jumlah besar juga bisa ditambahkan pada tahap ini seperti
asam lemak untuk sabun super-fatting, dan surfaktan sintetik. Cara alternatif bagi beberapa
bahan-bahan ini dan terutama bagi yang sensitif terhadap panas atau cenderung untuk
mengalami pemisahan fasa dalam crutcher, yaitu dapat diinjeksi ke dalam aliran sabun
sebelum masuk ke pengering sabun utama. Tipe pengering sabun yang paling umum adalah
yang berupa vakum.
Sabun sederhana dari crutcher dengan suhu sekitar 900C, dipanaskan dahulu pada suhu 1300C
di dalam satu atau lebih penukar panas bertekanan rendah, dan kemudian disemprotkan ke
dinding menara kosong menggunakan nozzle. Nozzle bisa berupa unidirectional, terpasang
pada tongkat yang berputar, atau terpasang statis dan multidirectional. Pendinginan dan
pemanasan dilakukan melalui pelepasan air sebagai uap secara cepat, yang terjadi selama
dimasukkannya sabun superheated bertekanan ke dalam vacuum chamber. Sabun yang
kering dan dingin dikerik dari dinding menara menggunakan pisau pengerik yang terpasang
pada tongkat berputar. Kandungan air pada sabun kering tergantung dari laju reaksi,
temperatur sabun dan tekanan dalam vacuum chamber; tekanan juga mempengaruhi
temperatur akhir dari sabun. Sabun kering berada pada bagian bawah menara dalam bentuk
kepingan kecil dan through an airlock created by screw extrusion of the soap melalui plat
berlubang-lubang.
Proses pengeringan sabun alternatif menggunakan pengeringan cepat atmosferik dan
pengeringan permukaan dingin. Pada pengeringan cepat atmosferik, sabun superheated
(~190-2200C) disemprotkan pada tekanan sekitar 2,8 MPa (400 psi) (dengan nozzle yang
didesain khusus) sebagai partikel kecil ke bagian atas menara (pada tekanan atmosferik).
Proses penyemprotan menyebabkan hilangnya kandungan air secara cepat dari sabun
superheated menjadi uap. Pendinginan partikel sabun kering dan panas dilakukan dengan
cara menghembuskan udara dingin dari bagian bawah menara. Udara mendinginkan sabun
yang jatuh ke bawah menara. Udara pendingin juga berfungsi untuk melembabkan agar sabun
tidak menjadi terlalu kering. Sabun diangkat dari permukaan menara. Proses pengeringan
permukaan dingin mirip dengan pengeringan atmosferik, dengan proses pendinginan yang
dikendalikan oleh permukaan dingin dan bukan aliran udara pada menara. Sabun basah
dibuat sangat panas pada penukar panas bertekanan tinggi tanpa pendidihan. Pengeringan
dilakukan dengan cara melepaskan uap saat sabun superheated dimasukkan ke dalam
chamber dengan tekanan yang sedikit turun, yang disebut flash chamber. Lelehan sabun

kering dan panas didinginkan melalui lapisan tipis permukaan dingin, yang biasanya
berbentuk gulungan (silinder berputar). Sabun kering panas jatuh ke dalam celah kecil (~1050 m) yang terbentuk di antara gulungan pendingin besar dan gulungan aplikator pengendali
temperatur berukuran kecil yang membantu penyeragaman bentuk lapisan. Saat gulungan
pendingin berputar, sabun yang dingin dan kering diangkat dengan cara mengeriknya
menggunakan pisau dan muncul dalam bentuk serpihan datar. Kinerja pengeringan sabun
dikendalikan oleh temperatur saat sabun dimasukkan dan aliran udara dalam flash chamber.
Proses ini luar biasa bagus untuk formulasi yang mengandung surfaktan sintetik modern
karena dapat merekatkannya dengan bahan lain yang digunakan. Pengeringan ini juga bisa
dilakukan menggunakan belt pendingin yang ditempatkan dalam gulungan pendingin.
Setiap rute ini ditujukan untuk memproduksi kepingan sabun dengan kandungan air 8-14%.
Kepingan sabun kering ini kemudian masuk ke tahap pertama proses penyelesaian dimana
biasanya digunakan mixer tipe-pita low shear. Alat ini bisa digunakan untuk mencampur
bahan pembantu seperti pigmen, parfum, pewarna, pengawet dan aktif antibakteri. Tahap ini
juga bisa digunakan untuk secara kasar mencampurkan sejumlah besar agen bermanfaat
seperti gula alkohol, minyak emollient, dll. walaupun harus diperhatikan bahwa jika bahan
cair ditambahkan dalam jumlah besar, diperlukan pencampuran high shear untuk benar-benar
menghomogenkan bahan-bahan ini ke dalam sabun. Bahan aditif ini bisa ditambahkan secara
manual atau otomatis menggunakan weighbelts.
Tahap selanjutnya dari proses penyelesaian biasanya menggunakan sistem high shear. Untuk
pencampuran sabun yang membutuhkan pencampuran intensif (seperti sabun semitransparan) biasanya menggunakan mixer Z-blade atau sigma-blade yang bisa dikontrol
secara termostatis dan tertutup untuk menghindari hilangnya air. Gumpalan sabun dari mixer
ini kemudian diumpankan ke dalam penggiling untuk diproses lebih lanjut. Untuk
kebanyakan sabun konvensional, digunakan proses high shear tahap tunggal, menggunakan
penggiling 3 gulungan. Pada proses ini sabun melalui rangkaian gulungan baja yang rapat dan
temperaturnya terkontrol, yang menentukan temperatur produk, kinerja masukan di dalam
campuran sabun dan memberikan pencampuran mikro yang efisien. Penggiling didesain
dengan gulungan-gulungan yang berputar berlawanan arah dan lajunya meningkat dibanding
gulungan sebelumnya. Oleh sebab itu, pada kontak antara dua gulungan penggiling, dua
permukaan bergerak pada arah yang sama tapi dengan kecepatan berbeda. Zona, yang disebut
bead, terbentuk pada kontak ini dimana bahan tercampur secara mikro melalui pencampuran

high shear alami dari zona. Jarak antar gulungan diatur agar secara efektif menumbuk
partikel butiran di dalam produk. Pada puncak gulungan, sabun dikerik menggunakan pisau
dalam pita yang lebarnya kurang dari 5 cm.
Penggilingan tidak hanya memberikan pencampuran yang intens, tapi juga mengurangi
keragaman pada ketebalan pita dan bongkahan bahan, seperti sabun yang terlalu kering, yang
akan berdampak pada tekstur sabun batang akhir. Penggilingan juga digunakan pada
pembentukan fasa kristal sabun batang, yang memainkan peran penting dalam kinerja sabun
batang dan karakteristik penanganan dari sabun yang masih diproses. Sebagai contoh,
temperatur penggilingan yang terlalu panas dapat membuat sabun menjadi lengket sehingga
sulit untuk diproses lebih lanjut, as well as a bar that is mushy in use.
Setelah tahap high shear sabun dipindahkan secara langsung ke dalam extruder. Tahap
ekstrusi yang biasa disebut sebagai plodding ini menggunakan dua tahap extruder twinworm-screw yang berputar berlawanan atau searah. Tujuan dari plodding adalah untuk
memadatkan noodle sabun menjadi gumpalan sabun padat yang bentuknya dapat diatur dan
hampa udara. Tahap pertama plodder yaitu menekan sabun melalui plat berlubang-lubang
yang berfungsi sebagai airlock untuk tahap kedua. Tahap kedua dilakukan dalam vakum
untuk membuang udara yang akan mempengaruhi penampilan sabun batang. Untuk formulasi
yang sulit untuk diplod dan sensitif terhadap temperatur, bisa digunakan intermeshed screw
extruder untuk tahap kedua ini. Pada tahap kedua juga sabun ditekan melalui silinder yang
temperaturnya terkontrol dan berakhir dalam kerucut berupa plat berlubang-lubang. Plat
berlubang menghasilkan sabun dengan dimensi yang sama untuk dipotong dan distempel
sesuai keinginan. Selama tahap plodding, panas bisa ditambah atau dikeluarkan. Worm screw
dan conical termination dari silinder mengubah sabun menjadi gumpalan plastik (pada
temperatur yang sesuai), yang merekat bersama dan terlihat sebagai sabun kontinyu yang
permukaannya halus.
Sabun pada bagian keluaran plodder dipotong dengan panjang yang sesuai dan diarahkan
menuju proses stamping dan pengemasan. Produk dapat distamping sesuai bentuk yang
diinginkan (karena sifat plastisitas) menggunakan cetakan kapasitas tetap atau cetakan kotak.
Cetakan kapasitas adalah sepasang cetakan yang ditekan bersama untuk membentuk batangan
sesuai dengan keinginan. Cetakan memiliki bentuk yang tetap dan kelebihan material akan
tertekan keluar dari cetakan. Kelebihan, biasanya 20% dari jumlah awal sabun, didaur ulang
ke dalam plodder.

Cetakan kotak adalah susunan dua cetakan, yang memiliki rongga yang disebut kotak, yang
membentuk sabun batang. Sabun ditempatkan dalam rongga dan dua cetakan menekan sabun
untuk mengisi bentuk diantara 2 cetakan dan kotak. Hanya ada sedikit kelebihan sabun yang
keluar karena alat ini dirancang sesuai dengan jumlah gumpalan material total untuk mengisi
bentuk. Sabun batang yang dihasilkan memiliki garis disekelilingnya dikarenakan kotak pada
cetakan. Cetakan kapasitas memberikan fleksibilitas yang lebih baik pada desain sabun
batang, sedangkan cetakan kotak memiliki kelebihan yaitu menghasilkan lebih sedikit bahan
yang didaur ulang. Cetakan biasanya dibuat dari kuningan yang dikilapkan untuk
menghasilkan produk yang mengkilap, permukaannya halus dan juga dingin (~0-15 0C) untuk
menghindari lengketnya produk saat stamping. Hal selanjutnya untuk menghindari
kelengketan sabun batang pada cetakan, liquor dari larutan garam terkonsentrasi atau gliserol
bisa dioleskan pada permukaan cetakan. Biasanya dilakukan pada sabun batang yang
mengandung banyak fraksi cair seperti formulasi surfaktan sintetik-sabun. Alternatif lainnya
adalah dengan menggunakan cetakan yang sangat dingin atau cetakan dengan lapisan
elastomer. Unfortunately the former can suffer from ice-buildup particularly on start-stop
operation whereas the latter have no such problems and can be easily tailored to specific
formulations.
Sabun batang yang telah distempel kemudian dibungkus atau ditempatkan dalam karton
untuk dijual. Proses penyelesaian sabun mulai dari plodder sampai pengemasan beroperasi
dengan laju 150 sampai 400 batang/menit, tergantung desain stempel dan alat pengemas.
2.7 ASPEK EKONOMI
Pasar dunia untuk sabun dan deterjen bernilai US$ 88 x 109 pada tahun 2000 berdasarkan
penelitian pasar yang dilaporkan oleh London School of Hygiene and Tropic Medicine. Asia,
Eropa Barat dan Amerika Utara mencatatkan hampir 87% total konsumsi sabun di dunia.
Konsumsi sabun dan deterjen secara global bertumbuh 29% dalam waktu 5 tahun hingga
2000. Pertumbuhan penjualan sabun terutama terjadi di Eropa Barat (+31%), Asia (+59%),
dan Amerika Latin dan Karibia (+41%). Pada saat yang sama, penjualan di pasar Amerika
Utara hanya bertambah 14% sebagai dampak resesi ekonomi sehingga mengurangi penjualan
di Australasia dan Rim Pasifik selama beberapa tahun. Pada wilayah Timur Tengah dan
Afrika diyakini penjualan bertambah 72% dan 65%, dari yang sebelumnya bernilai sangat
rendah.

Pasar sabun global didominasi sejumlah kecil perusahaan multinasional. Sabun hanyalah
salah satu sektor dari produk-produk mereka. Pada perusahaan multinasional seperti Unilever
dan Procter and Gamble, industri sabun dan detergen hanya merupakan <20% dari
keseluruhan badan usaha mereka.
Tabel 2.2 dan 2.3 di bawah adalah daftar 20 perusahaan top yang mendominasi industri
toiletries dan kosmetik global. Harga penjualan telah sedikit berubah dikarenakan akuisisi
yang baru-baru ini terjadi.

2.8 METODE ANALISA


2.8.1 Sabun dan Bahan yang Berhubungan
Dua sumber referensi paling penting untuk metode analisa sabun dan bahan baku sabun
adalah Official Methods and Recommended Practices of the American Oil Chemists Society
dan Annual Book of ASTM Standards of the American Society for Testing and Materials
Volume 15.04.
Karakter utama sabun adalah sebagai berikut:
1. Kandungan Anhidrat Sabun: Sampel sabun dilarutkan dalam campuran pelarut etanol
dan air dibantu dengan asam mineral. Asam lemak yang dibebaskan bereaksi dengan

larutan NaOH untuk membentuk sabun. Hasil sabun dikeringkan dan ditimbang untuk
mengetahui kandungan anhidrat sabun dari sampel asli.
2. Total Asam Lemak dan Kandungan Sabun Asli: asam lemak yang dibebaskan dari
sampel dengan asam mineral berikutnya direcovery oleh serangkaian ekstraksi eter
petroleum, dikeringkan dan ditimbang. Kandungan total asam lemak adalah fraksi
berat asam lemak dalam sampel. Kandungan sabun asli bisa diperoleh dengan
mengalikan persentase asam lemak total dengan faktor gravimetri jenis sabun.
3. Kandungan Air dalam Sabun: Metode utama yang digunakan untuk mengukur
kandungan air adalah titrasi Karl Fischer. Metode ini cepat dan bermanfaat khususnya
ketika air berada dalam persentase kecil. Metode lain adalah pengeringan dengan
oven pada suhu 1050C seperti dijelaskan dalam AOCS Method Da 2a-48 dan ASTM
Method D460 Section 14.
4. Kandungan Gliserol Bebas dalam Sabun: Metode ini menentukan kandungan gliserol
bebas dalam sabun dengan cara mengoksidasi gliserol dengan asam periodat.
5. Asam Lemak Bebas dan Alkali Bebas dalam Sabun: Ditentukan menggunakan titrasi,
dengan alkali atau standar, sampai titik akhir fenolftalen.
Kromatografi gas dan kromatografi cair kinerja tinggi adalah dua instrumen analisis yang
banyak digunakan untuk menentukan komposisi asam lemak bebas, kandungan gliserol
dan bahan pembantu.
2.8.2 Metode Evaluasi untuk Sabun Batang Akhir
Warna sabun batang dievaluasi melalui perbandingan antara produk segar dengan
berbagai standar seperti kertas atau kepingan warna plastik dan sampel produk standar.
Metode lain adalah mengukur refleksi warna sampel produk menggunakan sebuah
instrumen. Sifat sabun batang lainnya dievaluasi diantaranya melalui kinerja pencucian,
atau dengan metode instrumental. Meliputi volum busa, mush batang, keretakan kering,
rasa sabun selama pencucian, kekerasan batang dan partikel asing dalam sabun. Rincian
pengukuran ini diilustrasikan dalam Referensi (44).
2.9 FAKTOR KESEHATAN DAN KEAMANAN
Pabrik sabun memerlukan perhatian khusus pada beberapa penanganan bahan karena
reaksi dari kaustik kuat dengan minyak dan lemak netral atau asam lemak berada pada
temperatur tinggi. Kaustik, seperti NaOH dan KOH, adalah sumber bahaya utama. Pada
konsentrasi sekitar 50%, kaustik ini amat korosif dan dapat menyebabkan luka bakar

serius dan kerusakan mata jika tidak segera dibersihkan dengan pembilasan menggunakan
banyak air. Pakaian pelindung yang sesuai sangat diperlukan ketika menangani bahan ini.
Sabun sebagai produk kebersihan pribadi memiliki sejarah panjang pemakaian. Sabun
modern telah diformulasi secara khusus agar cocok dengan kulit dan dapat digunakan
setiap hari dengan efek samping seminimal mungkin. Namun, penggunaan sabun yang
terlalu banyak dapat merusak fungsi pelindung alami pada kulit melalui pengangkatan
minyak kulit dan merusak lapisan ganda lemak dalam kulit. Hal ini bisa berakibat
desquamation yang tidak sempurna atau kulit yang tampak kering dan menyebabkan
iritasi atau eritema, seperti kemerahan pada kulit. Tidak satupun yang bersifat permanen;
dan reaksi pada kulit tergantung dari jenis kulit setiap individu, formulasi produk dan
frekuensi penggunaan.
Ada sejumlah penelitian tentang kecocokan produk pembersih dengan kulit. Pabrik sabun
modern meningkatkan kecocokan produk mereka dengan kulit melalui berbagai metode
uji kimia. Metode ini sering digunakan untuk mengevaluasi kelembutan (potensi iritasi)
dari formulasi uji yang dibandingkan dengan formulasi lain dengan basis kulit kering dan
munculnya iritasi pada kulit (kemerahan). Ada banyak laporan mengenai studi
perbandingan berbagai formulasi dan kelembutannya untuk kulit; bagaimanapun, hasil
dari metode uji yang dibesar-besarkan tersebut tidak bisa merefleksikan pengalaman
konsumen dengan produk. Jika terjadi kontak langsung dengan membran sensitif seperti
mata, sabun dapat menyebabkan iritasi yang terasa nyeri. Lagi-lagi, ini hanyalah respons
sementara yang bisa diatasi dengan pembilasan. Terhirup sabun hanya berisiko kecil.
Iritasi kecil sementara pada membran mukos dan gangguan pencernaan seperti mual,
muntah dan diare bisa terjadi.
2.9.1 Manfaat Kesehatan dan Sosial
Sanitasi yang buruk, kebersihan pribadi yang buruk dan penyakit menular telah
menyebabkan lebih banyak penderitaan dan kematian dalam sejarah, dibanding perang
atau konflik. Jauh sebelum ditemukannya peran mikroorganisme yang menyebabkan
penyakit, Dr. John Snow (1813-1858) melalui pendalaman yang brilian namun berhatihati, membuktikan dengan jelas adanya hubungan antara epidemic kolera yang
mematikan di London pada abad 19 dengan kondisi sanitasi yang buruk. Usahanya
tersebut juga menunjukkan pentingnya berfokus pada cara penularan untuk

mengendalikan penyebaran penyakit. Pada saat yang sama, Sir Edwin Chadwick (18001890) juga memperkenalkan pemikiran radikal pada kontrol sosial proaktif terhadap
penyakit, dengan menanggulangi penyebabnya dan mencegah penyebarannya. Dia
dengan keras menekankan pentingnya penggunaan air dan sabun untuk kebersihan dalam
arti mengendalikan penyakit.
Kesadaran terhadap penggunaan air dan sabun untuk kebersihan, kesehatan pribadi dan
pentingnya peran sabun di dalamnya, menyebabkan dihapusnya bea masuk sabun pada
1852 di Britania Raya, sehingga menyebabkan menurunnya pendapatan pajak tahunan
sebesar GBP 1.126.000. Konsumsi sabun di Britania Raya meningkat tajam selama 30
tahun berturut-turut, hingga mencapai 7 kg per tahun untuk setiap orang.
Kemajuan pada higienitas pribadi, mencuci pakaian lebih sering dan lebih efektif, dan
pengembangan produk yang sesuai untuk menjaga dapur, rumah, tempat kerja, dll tetap
bersih, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengendalian penyakit menular
pada era ini.
Saat ini, lebih dari 2 juta anak meninggal setiap tahun karena penyakit diare yang
disebabkan kebiasaan dan lingkungan yang tidak higienis. Daftar penyakit menular tidak
terkendali yang umum meliputi hepatitis viral, salmonellosis, tifus, trakoma, kurap, dll.
Tangan yang terkontaminasi, pakaian, peralatan makan, dll menjadi alat penyebaran
patogen yang menyebabkan berbagai penyakit. Penggunaan sabun dan surfaktan yang
sesuai untuk meningkatkan kebersihan akan menjadi usaha yang efektif untuk mencegah,
dan melawan infeksi penyakit. Sabun tidak membunuh bakteri, tetapi menyingkirkan
dengan cara membasahi, mengurangi jumlah mereka hingga di bawah jumlah yang
berbahaya. Beberapa penelitian baru-baru ini, sebagai contoh, telah menunjukkan bahwa
mencuci tangan dengan sabun mengurangi risiko pneumonia dan diare pada lebih dari
40% orang yang tinggal di lingkungan miskin. Jumlah ini bisa mencegah lebih dari 1 juta
kematian anak karena diare setiap tahun, di negara berkembang. Banyak badan
internasional seperti UNICEF/Bank Dunia, pemerintah, dan perusahaan sektor pribadi
telah bergabung mempromosikan kampanye ini. Sebagai contoh, Unilever Afrika Selatan
dan Department of Water Affairs and Forestry (DWAF) Afrika Selatan pada 2003 telah
meluncurkan, kampanye besar-besaran untuk mengajar anak-anak sekolah bahwa
melakukan hal sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun dan air dapat

menyelamatkan banyak kehidupan. Inisiatif ini menjadi program utama hingga beberapa
tahun mendatang, di beberapa negara berkembang.
2.10 Penggunaan Utama
Penggunaan sabun untuk tubuh maupun pakaian atau untuk membersihkan peralatan
maupun sebagai agen deterjen, masih menjadi penggunaan utama pada semua sabun.
Untuk produksi sabun pada 1987 (5,4 x 105 MT), kurang lebih 80% digunakan untuk
sabun batang. Sabun yang digunakan dalam sabun batang biasanya merupakan campuran
panjang rantai berbeda, garam asam lemak jenuh dan tak jenuh dari natrium, kalium, dan
trietanolamina. Sabun berantai pendek, <C12, dan sabun berantai panjang tak jenuh, larut
dalam air pada temperatur kamar/hangat sehingga mampu menghasilkan busa saat
pencucian.
Sabun asam lemak dengan rantai yang lebih panjang kurang larut dalam air dan
memainkan peran dalam pembentukan struktur sabun dan memberikan kekuatan mekanis
pada sabun batang. Formulasi sabun batang di pasaran mengandung 85% sabun, 12%
air dan bahan pembantu seperti gliserol, pengawet, garam, pewarna dan parfum.
Pada produk perawatan kulit asam lemak biasanya dinetralisasi sebagian dengan basa
alkali atau amina untuk

menghasilkan campuran sabun dan asam lemak yang

membangun jaringan surfaktan untuk menebalkan fasa cair dan juga mengemulsifikasi
tetesan minyak. Asam lemak berantai panjang yang dimanfaatkan untuk tujuan ini
biasanya yang merupakan campuran asam palmitat dan stearat. Formulasi sederhana
untuk krim kulit mengandung sekitar 20% asam lemak dan campuran sabun kalium dan
80% air. Cetyl alkohol, glikol monostearat adalah surfaktan yang umum digunakan dalam
jaringan.
Selama berabad-abad, telah ditemukan berbagai macam aplikasi sabun karena
karakteristik kimia fisiknya yang menarik. Sabun logam amina dan alkali cukup larut
dalam air, dan sebagai agen aktif permukaan, merupakan bahan penting bagi banyak
kebersihan industri atau pemecahan lemak yang digunakan dalam proses tekstil, wol dan
kulit, electroplating logam, dll.
Sifat aktif permukaannya juga banyak digunakan untuk meramu dan menstabilkan emulsi
seperti pada cat berbahan dasar air, semprotan insektisida, lateks polimer dan karet,

suspensi obat, kosmetik dan krim perawatan pribadi, dll. Mereka juga digunakan sebagai
agen pembusaan dalam krim cukur, ramuan pemadam kebakaran, pasta gigi, beton ringan,
dll. Tegangan permukaan yang menurunkan sifat sabun juga dimanfaatkan untuk
pengendalian anti serangga, karena serangga atau larva tidak dapat mengapung di air jika
tegangan permukaannya diturunkan. Owing to the amphiphilicity of their molecules many
soaps self-assemble in interesting planar or fibrous liquid crystalline or crystalline forms,
both in aqueous and nonaqueous media. They have an ability to entrap and immobilize a
large proportion of the solvent media, within three-dimensional frame-work structures.
This property is used, e.g., in the preparation of antiperspirant or deodorant sticks using
sodium stearate (55); or in the preparation of lubricating greases using
lithium/sodium/calcium/aluminum stearates, or hydroxyl stearates (56)
Karena sabun adalah agen pembasah yang baik, maka sabun memberikan perekatan yang
baik untuk struktur komposit multi-fasa. Sebagai contoh, semen aspal tidak dapat
berikatan dengan kuat dengan agregat batu dikarenakan adanya air. Sabun memperbesar
ikatan ini, membuat aspal lebih tahan air. Sabun logam kering seperti magnesium atau
kalsium stearat adalah pelumas fasa padat yang sempurna untuk pemrosesan padatan.
Mereka digunakan untuk membuat cetakan dan alat pelubang yang bagus, untuk
pembuatan tablet dalam industri farmasi atau untuk membantu proses pembentukan
logam seperti kawat, lembar gulungan, dll. Kalsium stearat telah direkomendasikan
sebagai penambah kekuatan bread-dough dan pelembut serpihan. Beberapa sabun, seperti
zinc-undecylenate, juga digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau anti
jamur.

Anda mungkin juga menyukai