Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat, 2001).
luka bakar adalah kerusakan atau kematian dari kulit, mukosa, dan jaringan yang lebih
dalam yang dapat di sebabkan oleh panas baik panas api, matahari, arus ,istrik maupun bahan
kimia ( djohansjah M.1991)
luka bakar bukanlah luka biasa. Luka bakar hanya pada kulit atau bagian tubuh yang
terbakar, pasien dengan luka bakar membutuhkan penanganan yang serius, cepat dan tepat sejak
pertama masuk IGD.
B. ETIOLOGI
Penyebab luka bakar dapat dibedakan menjadi sbb.:
1. Jilatan api ke tubuh (flash);
2. Kobaran api di tubuh (flame);
3. Terkena cairan panas (scald), dan perlu dibedakan, misalnya antara tersiram air panas dan
minyak panas;
4. Kontak dengan benda panas.
5. Bahan kimia, arus listrik, dan radiasi
C. PATOFISOLOGI
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air,
klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat
berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock ( shock Hipovolemik )
merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh trhadap kondisi ini adalah
:
1. Respon kardiovaskuiler

perpindahan

cairan

dari

intravaskuler

ke

ekstravaskuler

melelui

kebocoran

kapiler

mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan
penurunan curah jantung Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor
edema menyeluruh.
2. Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun
mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal
3. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini
disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin
terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen,
muntah dan aspirasi
4. Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk.
Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka.
D. KLASIFIKASI LUKA BAKAR
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka
bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka,
yakni :
Berdasarkan penyebab
b) Luka bakar karena api
c) Luka bakar karena air panas
d) Luka bakar karena bahan kimia
e) Laka bakar karena listrik
f) Luka bakar karena radiasi
g) Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
Berdasarkan kedalaman luka bakar
a) Luka bakar derajat I

Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis

Kulit kering, hiperemi berupa eritema

Tidak dijumpai bulae

Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari

b) Luka bakar derajat II

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai
proses eksudasi.

Dijumpai bulae.

Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.

Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.

c) Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :


Derajat II dangkal (superficial)

Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.

Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.

Derajat II dalam (deep)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian
besar masih utuh.

Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan
terjadi lebih dari sebulan.

d) Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami
kerusakan.

Tidak dijumpai bulae.

Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah
dibanding kulit sekitar.

Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.

Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik
mengalami kerusakan/kematian.

Berdasarkan Tingkat Keseriusan Luka


American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi dua kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor
1. Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anakanak.
2. Luka bakar fullthickness lebih dari 20%. Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata,
telinga, kaki, dan perineum. Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa
memperhitungkan derajat dan luasnya luka. Terdapat luka bakar listrik bertegangan
tinggi.
3. Luka bakar moderat Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20%
pada anak-anak.Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.Tidak terdapat luka bakar pada
tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
b. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992),
adalah :
1. Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada
anak-anak.
2. Luka bakar fullthickness kurang dari 2%. Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah,
tangan, dan kaki.
3. Luka tidak sirkumfer. Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur. Ukuran luas luka
bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu :

Rule of nine

Kepala dan leher : 9%

Dada depan dan belakang : 18%

Abdomen depan dan belakang : 18%

Tangan kanan dan kiri : 18%

Paha kanan dan kiri : 18%

Kaki kanan dan kiri : 18%

Genital : 1%

DIAGRAM
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan
Browder sebagai berikut:
LOKASI

USIA (Tahun)
0-1

1-4

5-9

10-15

DEWASA

KEPALA

19

17

13

10

LEHER

DADA & PERUT

13

13

13

13

13

PUNGGUNG

13

13

13

13

13

PANTAT KIRI

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

PANTAT KANAN

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

KELAMIN

LENGAN ATAS KA.

LENGAN ATAS KI.

LENGAN BAWAH KA

LENGAN BAWAH KI.

TANGAN KA

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

TANGAN KI

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

PAHA KA.

5,5

6,5

8,5

8,5

9,5

PAHA KI.

5,5

6,5

8,5

8,5

9,5

TUNGKAI BAWAH KA

5,5

TUNGKAI BAWAH KI

5,5

KAKI KANAN

3,5

3,5

3,5

3,5

3,5

KAKI KIRI

3,5

3,5

3,5

3,5

3,5

E. KOMPLIKASI LANJUT LUKA BAKAR

Hypertropi jaringan.

Kontraktur.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diagnosa medis
2. pemeriksaan dignostik
3. laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum, Kreatinin,
Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas darah (bila diperlukan), dan
lain lain.
4. Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.
5. EKG
6. CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari 30
% dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.
G. PENATALAKSANAAN
Penanggulangan terhadap shock
a) mengatasi gangguan keseimbangan cairan
Protokol pemberian cairan mengunakan rumus Brooke yang sudah dimodifikasi yaitu :
1. 24 jam I : Ciran Ringer Lactat : 2,5 4 cc/kg BB/% LB.
2. bagian diberikan dalam 8 jam pertama (dihitung mulai dari jam
kecelakaan).
3. bagian lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya.
4. 24 jam II : Cairan Dex 5 % in Water : 24 x (25 + % LLB) X BSA cc.
5. Albumin sebanyak yang diperlukan, (0,3 0,5 cc/kg/%).
b) Mengatasi gangguan pernafasan
c) Mengatasi infeksi
d) Eksisi eskhar dan skin graft.
e) Pemberian nutrisi
f) Rehabilitasi
g) Penaggulangan terhadap gangguan psikologis.
h) Perawatan luka

PATHWAY
Cidera luka bakar (termal, listrik, kimia,radiasi)

Tekanan hidrostatik

Kerusakan kapiler

Kapiler pada cidera

Terpajan benda panas


Kerusakan jaringan kulit,otot
sampai tulang

permeabilitas kapiler
Barir tubuh
Kehilangan proten dan aliran
plasa ke dalam spesium

Resiko tinggi

Nyeri

infeksi

intertisial

Edema luka

tekanan osmotik koloid kapiler

Volume darah yang bersirkulasi

Kebocoran cairan dan elektrolit dari


kompartement vaskuler berlanjut

Penurunan curah jantung


Resti Gangguan perfusi jaringan perifer

Edema umum

Gangguan volume
cairan

Gangguan aktivitas

Gangguan konsep
diri

RENCANA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LUKA BAKAR

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1.

Pengkajian
a. anamnesa : riwayat terpapar oleh benda panas, bahan kimia, arus listrik.
b. Pemeriksaan pisik
1.inspeksi :terdapat kerusakan pada kulit, dermis otot bahkan sampai tulang.
a). Luka bakar derajat I

Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis

Kulit kering, hiperemi berupa eritema

Tidak dijumpai bulae

Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

b). Luka bakar derajat II


Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi.

Dijumpai bulae.

Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.

Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal

c). Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih


dalam.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar


sebasea mengalami kerusakan.
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya
lebih rendah dibanding kulit sekitar.
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
eskar.

2.Palpasi : hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang
cedera, vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin,
takikardia.
c.Pemeriksaan diagnostik:
(1) LED: mengkaji hemokonsentrasi.
(2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam
pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
(3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
(4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
(5) Urinalisis

menunjukkan

mioglobin

dan

hemokromogen

menandakan

kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.


(6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
(7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka
bakar masif.
(8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2. Prioritas triage
1.Berdasarkan kasus diatas, jika luka bakar tergolong luka bakar derajat III dan tergolong
luka bakar mayor, maka penggolongan sesuai dengan prioritas triage P1(emergency)
2. jika luka bakar tergolong derajat II dan tergolong luka bakar minor, maka penggolongan
sesuai dengan prioritas triage P2 ( urgency)
3. jika luka bakar tergolong derajat I, maka penggolongan sesuai dengan prioritas triage P3
(non emergency)
ANALISA DATA:
DATA
S: Pasien mengeluh nyeri
dan panas pada area
luka bakar.
O: luka masih basah,

ETIOLOGI
Cedera luka

PATOFISIOLOGI
Luka bakar

bakar.
Terpajan sampai lapisan dermis

MASALAH
Nyeri.

pasien meringis

Rangsang nyeri ke pusat saraf otak

kesakitan saat luka


dirawat,
S: Pasien mengeluh luka
bakar terasa nyeri dan
panas.
O: Area luka bakar masih

Kehilangan

Dimanifestasikan sebagai nyeri


Luka bakar luas

Resiko infeksi.

integritas kulit
yang disebabkan

Terpajan sampai lapisan dermis

oleh luka bakar.

basah, warna merah

Folikel rambut dan lapisan

muda pucat, HB:

epidermis terkena

menurun
Epitel pelindung tidak ada
S: Pasien mengatakan maluCedera luka bakar

Luka bakar luas

Gg konsep diri.

dengan luka bakar yang luas pada daerah


mengenai wajah dan

wajah.

Terpajan sampai lapisan dermis

bertanya apakah dapat


sembuh maksimal dan
wajah dapat kembali

Ketidakmampuan pasien beradaptasi

seperti semula.

dengan kondisi baru

O: Pasien mengalami luka


bakar ,luka bakar pada

Perubahan harga diri

wajah dan leher , bulu


mata, alis, bulu hidung
hangus.

Penurunan aliran

Penurunan darah yg bersirkulasi

darah arteri/ vena


S : lemah letih, lesu.
O : mukosa mulut
kering,turgor kulit
jelek, pucat,

Resti gg perfusi
jaringan perifer

Penurunan curah jantuung


Peningkatan tek
osmotik

Tek osmotik koloid kapiler


meningkat

Kekurangan
volume cairan

Kebocoran cairan elektrolit


3. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung.
2. Gangguan rasa nyaman dan nyeri berhubungan dengan cidera luka bakar ditandai dengan
Pasien mengeluh nyeri dan panas pada area luka bakar, luka masih basah, pasien meringis
kesakitan saat luka dirawat.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan Kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh
luka bakar.
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan Cedera luka bakar luas pada daerah wajah
ditandai dengan Pasien mengatakan malu dengan luka bakar yang mengenai wajah dan
bertanya apakah dapat sembuh maksimal dan wajah dapat kembali seperti semula, Pasien
mengalami luka bakar ,luka bakar pada wajah dan leher , bulu mata, alis, bulu hidung
hangus.
5. gangguan volume cairan berhubungan dengan peningkatan tekanan osmoti koloid di
tandai dengan lemah ,leti, lesu, kukosa mulut kering, turgor kulit jelek
4.

INTERVENSI KEPERAWATAN
1.Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah

jantung.

Intervensi
Intervensi

Rasional

Mandiri
1.Kaji warna , sensasi,gerakan nadi perifer

Pembentukan edema dapat secara cepat

daan pengisian kapiler pada ekstrimitas luka menekan pembuluh darah sehingga
bakar,

mempengaruhi sirkulasi dan meningkatkan


stasis vena/ edeme.

2.tinggikan ekstremitas yang sakit, dengan

Meningkatkan sirkulasi sistemik/aliran vena

tepat.lepaskan perhiasan tangan hindari

dan dapat menurunkan dema atau gangguan

memplester sekitar ekstremitas yang

lain yang mempemgaruhi konstriksi jaringan

terbakar.

edema.

4. dorong latihan rentang gerak aktif pada

Meningkatkan sirkulasi lokal dan sistemik

bagian tubuh yang tak sakkit

5. selidiki nadi secara teratur

Disritmia jantung dapat terjadi sebagai akibat


perpindahan elektrolit, cedera listrik,
menghilangkan paktor depresan miokard.

kolaborasi
1.pertahankan penggantian cairan

Memaksimalkan volume sirkulasi dan


perfusi jaringan

2.awasi elektrolit, khususnya natrium kalium Kehilangan/ prpindahan elektrolit ini


dan kalsium

2.

mempengaruhi potensial

Gangguan rasa nyaman dan nyeri berhubungan dengan cidera luka bakar ditandai
dengan Pasien mengeluh nyeri dan panas pada area luka bakar, luka masih basah, pasien
meringis kesakitan saat luka dirawat.

Krieria hasil :
- nyeri berkurang, terkontrol, menunjukkan eksprsi wajah atau postur

tubuh rileks

Intervensi
Intervensi
Tutup luka sesegera mungkin kecuali

Rasional
Suhu berubah dan gerakan udara dapat

perawatan luka bakar metode pemajanan

menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan

pada udara terbuka.

ujung syaraf.

Tinggikan ekstermitas bakar secara periodik. Peninggian diperlukan untuk menurun kan
pembentukan edema.
Ubah posisi dengan sering dan rentang gerak
pasif dan aktif sesuai indikasi.

Gerakan dan latihan menurunkan kekakuan


sendi dan kelelahan otot tetapi tipe latihan
tergantung pada lokasi dan luas cedera.

Pertahankan suhu dan lingkungan yang


nyaman, berikan lampu yang hangat,

Sumber panas eksternal perlu untuk

penutup tubuh hangat.

mencegah menggigil.

Dorong menggunakan tekhnik manajemen

stress, contoh relaksasi progresif, nafas

Memfokuskan kembali perhatian,

dalam, bimbingan imajinasi dan visualisasi. meningkatkan relaksasi, meningkatkan rasa


kontrol yang dapat menurunkan
Kolaborasi

ketergantungan farmakologis.

Berikan anlagesik sesuai indikasi


Metode IV sering digunakan pada awal
untuk maksimalkan obat dan mengurangi
nyeri.
3.Resiko infeksi berhubungan dengan Kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka
bakar.
Intervensi

Rasional
Tergantung tipe dan luasnya luka isolasi

Mandiri

Implementasikan tekhnik isolasi yang tepatdapat direntang dari luka sederhana sampai
sesuai indikasi.

konflik

untuk

menurunkan

resiko

kontaminasi.
Tekankan

pentingnya

tekhnik

mencuciUntuk

mencegah

kontaminasi

silang,

tangan untuk semua individu yang kontakmenurunkan resiko infeksi.


dengan pasien.
Gunakan skort, sarung tangan, masker danMencegah

terpajan

pada

organisme

tekhnik aseptik ketat selama perawatan luka infeksius.


langsung dan berikan pakaian steril.
Awasi dan batasi pengunjung.

Mencegah terjadinya kontaminasi silang dari


pengunjung.

Periksa area yang tak terbakar.

Infeksi

oportinistik,

sering

terjadi

sehubungan dengan depresi sistem imun.


Kolaborasi
Tempatkan IV pada tempat yang tak terbakar.Menurunkan resiko infeksi.
Ambil kultur rutin dan sensivitas luka /
drainase.

Memungkinkan pengobatan khusus infeksi

Bantu biopsi eksisi bila infeksi dicurigai.

luka.
Bakteri dsapat terkolonisasi pada permukaan
luka tanpa masuk kejaringan dibawahnya.

4. Gangguan volume cairan berhubungan dengan peningkatan tekanan osmoti koloid di


tandai dengan lemah ,leti, lesu, kukosa mulut kering, turgor kulit jelek

Awasi

tanda-

Intervensi
Rasional
tanda
vital.cvp.perhatikanMemberikan pedoman untuk penggantian cairan

pengisian kapiler dan kekuatan nadi perifer

dan mengkaji respon kardiovaskuler

Awasi haluaran urin dan berat jenis. ObservasiPenggantian cairan harus di titrasi untuk
warna urine.

meyakinkan rata haluaran urin.

Perkirakan drainase luka dan kehilangan yangPeningkatan permeabilitas kapiler, pepindahan


tak tampak

protein, proses inflamasi dan kehilangan melalui


evaporasi besar mempengaruhi volume sirkulasi
Stres ulkus terjadi pada setengah dari semua

Observasi distensi abdomen,hematemesis.

pasien luka bakar berat.

Kolaborasi

Resusitasi

cairan

menggantikan

kehilangan

Berikan penggntian cairan IV yang di hitung , cairan atau elektrolit dan membantu mencegah
elektrolit .

komplikasi
Mengidentifikasi

kehilangan

darah

Awasi pemeriksaan laboratorium ( HB, elektrolitkebutuhan penggantian cairan dan elektrolit


, Natrium )
5.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Disesuaikan dengan intervensi keperawatan.

6.

EVALUASI

dan

Sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Hudak dan gallo; keperawatan kritis (pendekatan holistik) vol. III, penerbit Buku kedokteran
EGC, jakarta; 1996.
Dongoes, marylin. E, Rencana Asuhan Keperawatan, penerbit kedokteran EGC, jakarta; 2000.
http://www.lukabakar.net/pngobat_prwtan.htm

Anda mungkin juga menyukai