KONJUNGTIVITIS VIRAL
Oleh:
Ekkim Alkindi
G99141057
Surya Dewi P
G99141058
Biltinova Arum M
G99141059
Gresmita Rindi W
G99141060
Magdalena Wibawati
G99141061
Pembimbing :
Djoko Susianto, dr, Sp.M
IDENTITAS
Nama
: Tn. AT
Umur
: 36 tahun
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Suku
: Jawa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: PNS
Alamat
Tgl pemeriksaan
: 12 Februari 2015
No. CM
: 00871203
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
keluar tidak berwarna, tidak berbau, dan encer. Pasien juga merasakan
mengganjal saat membuka dan menutup mata. Pasien sudah mengobati
sakitnya dengan tetes mata yang dibeli diapotik tapi keluhan belum berkurang.
Pasien menyangkal riwayat trauma sebelumnya, tidak ada demam, dan
tidak ada orang disekitar pasien dengan sakit serupa. Pandangan dobel
disangkal, pandangan kabur disangkal, pusing disangkal, blobok disangkal,
dan silau disangkal.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1.
Riwayat hipertensi
: disangkal
2.
: disangkal
3.
4.
: disangkal
5.
Riwayat kacamata
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
2.
: disangkal
3.
: disangkal
D. Kesimpulan Anamnesis
III.
Proses
Lokalisasi
Sebab
Perjalanan
Komplikasi
OD
OS
Peradangan, infeksi
Konjungtiva bulbi,
Peradangan, infeksi
Konjungtiva bulbi,
konjungtiva
konjungtiva palpebral
palpebral superior et
superior et inferior
inferior
Infeksi virus
Akut
-
Infeksi virus
Akut
-
KSAAN FISIK
A. Kesan umum
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup
E
R
I
B. Pemeriksaan subyektif
OD
A. Visus Sentralis
1. Visus sentralis jauh
a. pinhole
b. koreksi
c. refraksi
2. Visus sentralis dekat
B. Visus Perifer
1. Konfrontasi tes
2. Proyeksi sinar
3. Persepsi warna
OS
6/6
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
6/6
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
a. tanda radang
b. luka
c. parut
d. kelainan warna
e. kelainan bentuk
2. Supercilia
a. warna
b. tumbuhnya
c. kulit
d. gerakan
OD
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
OS
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas normal
Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas
normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
f. nasal inferior
6. Kelopak mata
a. pasangannya
1.) edema
2.) hiperemi
3.) blefaroptosis
4.) blefarospasme
b. gerakannya
1.) membuka
2.) menutup
c. rima
1.) lebar
2.) ankiloblefaron
3.) blefarofimosis
d. kulit
1.) tanda radang
2.) warna
3.) epiblepharon
4.) blepharochalasis
e. tepi kelopak mata
1.) enteropion
2.) ekteropion
3.) koloboma
4.) bulu mata
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
10 mm
Tidak ada
Tidak ada
10 mm
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Sawo matang
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Sawo matang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Dalam batas normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Dalam batas
normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Kesan normal
Tidak dilakukan
Kesan normal
Tidak dilakukan
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Ada
Ada
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) sikatrik
c. konjungtiva fornix
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) benjolan
d. konjungtiva bulbi
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sekret
4.) injeksi konjungtiva
5.) injeksi siliar
e. caruncula dan plika
semilunaris
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sikatrik
11. Sclera
a. warna
b. tanda radang
c. penonjolan
12. Kornea
a. ukuran
b. limbus
c. permukaan
d. sensibilitas
e. keratoskop (placido)
f. fluorecsin tes
g. arcus senilis
13. Kamera okuli anterior
a. kejernihan
b. kedalaman
14. Iris
a. warna
b. bentuk
c. sinekia anterior
d. sinekia posterior
15. Pupil
a. ukuran
b. bentuk
c. letak
d. reaksi cahaya langsung
e. tepi pupil
16. Lensa
Ada
Ada
Tidak ada
Ada
Ada
Tidak ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Putih
Tidak ada
Tidak ada
Putih
Tidak ada
Tidak ada
12 mm
Jernih
Rata, mengkilap
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak ada
12 mm
jernih
Rata, mengkilap
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Belum dilakukan
Tidak ada
Jernih
Dalam
Jernih
Dalam
Cokelat
Tampak lempengan
Tidak tampak
Tidak tampak
Cokelat
Tampak lempengan
Tidak ada
Tidak ada
3 mm
Bulat
Sentral
Positif
Tidak ada kelainan
3 mm
Bulat
Sentral
Positif
Tidak ada kelainan
a. ada/tidak
b. kejernihan
c. letak
e. shadow test
17. Corpus vitreum
a. Kejernihan
b. Reflek fundus
Ada
Jernih
Sentral
Negatif
Ada
Jernih
Sentral
Negatif
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
OD
6/6
OS
6/6
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Proyeksi sinar
Persepsi warna
C.
Sekitar mata
D.
Supercilium
E.
Pasangan bola mata
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tampak inflamasi
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tampak inflamasi
Dalam batas normal
Dalam batas normal
dalam orbita
F.
Ukuran bola mata
G.
Gerakan bola mata
H.
Kelopak mata
hiperemis, secret
hiperemis, secret
putih di tepi-tepi
putih di tepi-tepi
kelopak mata
Dalam batas normal
I.
Sekitar saccus
kelopak mata
Dalam batas normal
J.
lakrimalis
Sekitar glandula
K.
lakrimalis
Tekanan intarokular
palpasi
Konjungtiva
palpasi
Konjungtiva
hiperemi, edema,
hiperemi, edema,
terdapat sekret
Konjungtiva
terdapat sekret
Konjungtiva
hiperemi, terdapat
hiperemi, terdapat
sekret,
Konjungtiva
sekret
Konjungtiva
L.
M.
N.
Konjungtiva palpebra
Konjungtiva bulbi
Konjungtiva fornix
O.
P.
Q.
R.
S.
Sklera
Kornea
Camera okuli anterior
Iris
Pupil
T.
Lensa
U.
Corpus vitreum
hiperemi, edema
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Kesan normal
Bulat, warna coklat
Diameter 3 mm, bulat,
hiperemi, edema
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Kesan normal
Bulat, warna coklat
Diameter 3 mm, bulat,
sentral
Jernih , shadow test
sentral
Jernih , shadow test (-)
(-)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
V. DIAGNOSIS
ODS konjungtivitis viral
VI. DIAGNOSIS BANDING
Konjungtivitis bakterial
episkleritis
skleritis
VII. TERAPI
Non medikamentosa
Edukasi untuk pasien memakai kaca mata saat berpergian.
S 4 gtt 1 ODS
Na diclovenac 50 mg
S 2 dd tab 1
Imboost force
S 1 dd tab 1
VIII. PLAN
Pemeriksaan biakan kuman dan uji sensitifitas
IX. PROGNOSIS
1. Ad vitam
2. Ad fungsionam
3. Ad sanam
4. Ad kosmetikum
OD
Bonam
Bonam
Bonam
Bonam
OS
Bonam
Bonam
Bonam
Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Mata merupakan jendela dunia. Sebagai salah satu organ panca indera,
mata adalah organ penglihatan tentunya memiliki peranan penting. Salah satu
yang dapat menyerang indra penglihatan yaitu konjungtivitis. Konjungtivitis
adalah peradangan konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata. Orang awam sering menyebutnya dengan mata
merah. Konjungtivitis memberikan keluhan yang khas yaitu mata merah, gatal,
pedih, seperti ada pasir yang mengganjal, dan sekret. Jika meluas ke kornea
timbul silau dan ada air mata nrocos (epifora). Gejala objektif paling ringan
adalah hiperemi dan berair sampai berat dengan pembengkakan bahkan nekrosis.
Bangunan yang sering tampak khas lainnnya adalah folikel, flikten dan
sebagainya1,2.
I. ANATOMI KONJUNGTIVA
Konjungtiva merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis
yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebralis)
dan
permukaan
anterior
sklera
(konjungtiva
bulbaris).
sklera di bawahnya.
Konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva
sedangkan bagian bulbar bergerak secara bebas pada sklera kecuali yang
dekat pada daerah kornea.
Pada
a.
konjungtiva
terdapat
beberapa
jenis
kelenjar
yang
10
Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan
banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya
membentuk jaringjaringvaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh
limfe konjungtiva tersusundalam lapisan superfisial dan lapisan profundus
dan bersambung dengan pembuluhlimfe palpebra hingga membentuk
pleksus limfatikus yang banyak5.
Konjungtiva
menerima
persarafan
dari
percabangan
pertama
11
folikel
(hipertrofi
lapis
limfoid
stroma),
12
d. Gejala Klinis
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri
biasanya dijumpai
13
penglihatan
biasanya
tidak
mengalami
Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia,
14
ini,
dan
Herpes
simplex
virus
yang
paling
15
epidemika
(pink
eye)
dan
demam
16
17
lingkungan
sekitar
untuk
menetapkan
diagnosis
untuk
konjungtivitis
mencegah
juga
terkenanya
diberikan
kornea
instruksi
Pasien
hygiene
untuk
yang
diperantarai
oleh
sistem
imun.
Reaksi
18
vernal,
keratokonjungtivitis
atopik
dan
Pasien
dengan
keratokonjungtivitis
vernal
sering
19
d. Diagnosis
Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun
keluarga pasien serta observasi pada gejala klinis untuk
menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi. Gejala yang paling
penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal pada
mata, yang mungkin saja disertai mata berair, kemerahan dan
fotofobia 13.
e. Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah
ulkus pada korneadan infeksi sekunder.
f. Penatalaksanaan
Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktorantihistamin topikal dan kompres dingin untuk mengatasi gatalgatal dan steroid topikal jangka pendek untuk meredakan gejala
lainnya 4.
4. Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida
albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai
dengan adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan
pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp,
penyakit
ini
juga
dapat
disebabkan
oleh
Sporothrix
schenckii,
20
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Riordan, Paul. Dan Witcher, John. Vaughan & Asburys Oftalmologi Umum:
edisi 17. Jakarta : EGC. 2010. Hal 119.
2. Anonymus. Anatomi Konjungtiva. [online] 2009. http://PPM.pdf.com/infopterigium-anatomi (24 Februari 2015).
3. Junqueira,LC., 2007. Persiapan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik.
Histology Dasar: teks dan atlas. Edisi 10. Jakarta : EGC.
4. Vaughan , Asbury. 2010. General Ophtalmology. 18 th Edition. UK.
5. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea.
Section11. San Fransisco: MD Association, 2005-2006
6. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003
7. James, Brus, dkk. 2005. Lecture Notes Oftalmologi. Jakatra : Erlangga
8. Marlin, DS. 2009. Conjunctivitis, Bacterial. Diakses tanggal 24 Februari
2015 darihttp://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview
9. Visscher, KL; Hutnik, CM; Thomas, M. 2009. "Evidence-based treatment of
acute infective conjunctivitis: Breaking the cycle of antibiotic prescribing.".
Canadian family physician Medecin de famille canadien
10. Holds JB, Chang WJ, Dailey RS, Foster JA, Kazim M, McCulley TJ, et al,
editors. Orbit, eyelid and lacrimal system. Basic and clinical science course
2009 2010 Section 7. American Academy of Ophthalmology: San
Francisco; 2009.
11. Scott IU, Kevin L. 2010. Conjunctivitis, Viral
penelitian-komunitas-tentang-hasil-program-demam-berdarah-di
22
Conjunctivitis.
Diakses
24