A.
1994). Stressor juga dapat didefinisikan sebagai semua tantangan internal maupun
eksternal yang dapat memutuskan lingkungan internal manusia. Respon mamalia
terhadap stressor bervariasi dari gambaran mekanisme adaptasi fisiologis sampai
dengan perbaikan fungsi homeostasis. Respon fisiologi terhadap stressor utamanya
difasilitasi oleh 2 sistem meuroendokrin; sympathetic nervous system (SNS) dan
aksis hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA). Peningkatan katekolamin jaringan dan
plasma meningkatkan aktivasi SNS yang diinduksi oleh banyak stressor. Aktivasi
SNS menghasilkan pelepasan norepineprin local dari ujung saraf simpatis dan sekresi
hormone epinefrin dari sel kromafin dari medulla adrenal. Mekanisme katekolamin
mengatur respon imun dibuktikan dari penelitian in vitro maupun in vivo yang
menunjukan bahwa katekolamin memberikan dampak respon imun. Modulasi efek
katekolamin pada migrasi dan proliferasi limfosit,
Penelitian yang dilakukan oleh Blackburn (1981) membuktikan bahwa pasien depresi
yang diberikan terapi kognitif dan diberikan obat placebo, menunjukan penurunan
skor depresi dan menurunkan angka kekambuhan depresi. Penelitian Rosell (2006)
tentang terapi kognitif pada pasien dewasa dengan diabetus mellitus menunjukan
hasil yang bermakna untuk gejala depresi dan kecemasan, harga diri, keputusasaan,
penerimaan diri terhadap kondisi diabetus, dan control glukosa.
B.
Rumusan Masalah
Prevalensi depresi pada pasien HIV berkisar pada 4,9% dan 17,9%. Pada penelitian
menunjukkan 20-37% pasien yang terinfeksi HIV terdiagnosa depresi. Dari 129 orang
pasien HIV AIDS yang menjadi responden penelitian sepertiganya mempunyai skor
back depression inventory 14 atau lebih tinggi (depresi ringan sampai sedang). 27%
memenuhi kriteria gangguan mood. Intervensi keperawatan yang dapat digunakan
untuk terapi depresi diantaranya konseling, terapi latihan, modifikasi perilaku dan
CBT/cognitif restructuring. Menarik untuk diterapkan dalam perawatan pasien HIV,
apakah cognitive restructuring menggunakan Cognitive Behavior Therapy (CBT)
dapat menurunkan kondisi depresi pada pasien HIV.
C.
Tujuan
1.
Tujuan umum
Mengetahui dampak Group Cognitive Behavior Therapy (CBT) dapat
menurunkan kondisi depresi pada pasien HIV
2.
Tujuan khusus
a.
b.
c.
d.
D.
Manfaat
1.
2.
3.
METODE
EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE
A.
A.
B.
Etika
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menjamin hak-hak pasien,
diantarannya; kebebasan menentukan apakah responden bersedia atau tidak terlibat
dalam evidence based nursing practice (self determination), memberi keleluasaan
pribadi untuk menjaga kerahasian baik identitas maupun data, informasi yang berikan
(privacy/confidentiality), oleh karena itu sebagai ganti identitas menggunakan nomor
responden (anonymity), menjaga responden dari ketidaknyamanan fisik maupun
psikologis (protection from discomfort) (Polit & Back, 2006).
Bila terjadi kondisi depresi pada pasien HIV yang sedang dirawat maka perawat
secara mandiri melakukan tindakan keperawatan dengan memberikan intervensi
cognitive restructuring menggunakan teknik CBT untuk memperbaiki pemahaman
pasien tentang kondisi sakitnya Selanjutnya bila masih ditemukan tanda-tanda depresi
pada pasien, maka peneliti akan mengkonsulkan pada dokter dan perawat ruangan
untuk penanganan selanjutnya.
C.
2.
model
berpikir
disfungsional
berpikir
terpolarisasi,
D.
Kegiatan
Kelengkapan Adm/Bahan EBN
Kritikal review Hasil riset EBN
Penyusunan Proposal
Ijin Ruangan
Pelaksanaan EBN
Penyusunan Laporan/Hasil
Februari
I II
Waktu
Feb
Maret
III
I - IV
IV
April
I
III
II
Clinical Implication of
Therapeutic Exercise in HIV/AIDS
A.
B.
Tujuan
Mengetahui efek excercise therapeutic pada penanda psikologis pada pasien HIV
dengan depresi.
C.
Populasi
Populasi pada jurnal penelitian implikasi klinis therapeutic excercise pada penanda
psikologis adalah pasien infeksi HIV kronis dengan gejala kecemasan dan depresi
atau gangguan lain sebagai dampak stres.
D.
Intervensi
Perlakuan menggunakan senam aerobik selama 6 minggu digunakan untuk
mengurangi kecemasan dan depresi maupun gejala yang berkaitan dengan stres.
Penelitian lain yang sejenis menggabungkan antara pemijatan dan terapi latihan.
Latihan dilakukan 20-60 menit setiap sesi, dengan intensitas latihan moderat.
Persiapan latihan dan peran perawat dijelaskan didalam jurnal.
E.
Perbandingan
Therapeutic excercise merupakan intervensi sedikit dilakukan untuk mengatasi
kondisi depresi pada pasien HIV. Hal tersebut diakibatkan ukuran aktifitas tidak dapat
dengan mudah dilakukan oleh semua pemberi layanan kesehatan. Terapi psikosoial
dan behavioral lebih banyak digunakan untuk mengatasi depresi maupun kecemasan
pada pasien HIV.
F.
Hasil
Setelah terapi 6 minggu dengan therapeutic excercise secara bermakna meningkatkan
skor kualitas hidup. Setelah 12 minggu terapi pemijatan dan terapi latihan tidak
ditemukan hasil yang bermakna untuk peningkatan mental dan emosional namun
berdampak pada gejala yang berpengaruh terhadap kulaitas hidup dan depresi seperti
pelisutan otot, kelemahan, kelelahan, dan disabilitas.
G.
Kritik
1.
2.
Coping Effectiveness Training for Men Living With HIV: Results From
a Randomized Clinical Trial Testing a Group-Based Intervention
A.
B.
Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek teori intervensi perilaku yang
dibangun untuk meningkatkan koping pada laki-laki gay terinfeksi HIV yang
mengalami depresi.
C.
inklusi mencakup identifikasi diri gay atau laki-laki biseksual usia 21-60 tahun dan
level CD4 antara 200-700 sel/mm2. Partisipan dirandomisasi dalam dua kelompok
kondisi yang memenuhi jumlah partisipan untuk kelompok intervensi dan kelompok
waiting list.
D.
Intervensi
Individu mendapatkan coping efektiveness training dan HIV info dalam 10-90 menit
dan dibantu oleh laki-laki atau perempuan coleader dengan pengalaman sarjana
pekerja sosial dan psikologi klinis atau pemberi pelayanan HIV komunitas. Setelah 10
minggu fase intervensi kelompok CET dan HIV info bertemu setiap 3 bulan untuk
mendapatkan booster intervensi.
Intervensi paska dari rumah sakit tidak dijelaskan, jumlah terapi dan support sosial
tidak dijelaskan.
E.
Perbandingan
Coping efektiveness training dan HIV info lebih mudah dilakukan pada setiap pasien
HIV dengan tidak memandang tingkat kognitif pasien. CET dan HIV info lebih
mengatasi kondisi depresi dengan latihan koping positif tanpa memandang latar
belakang atau menggali lebih dalam faktor penyebab depresi. Cognitive Behavior
Therapy dapat menutup kelemahan CET dengan eksplorasi pikiran negatif dan
menggantikannya dengan pikiran positif yang akan diadaptasi oleh penderitanya.
F.
Hasil
Gejala depresi dikaji menggunakan 20 item center of epidemiologic studies-depresion
dengan koefisien alpha 0,90. Stres dikaji menggunakan 10 item perceived stress scale
dengan alpha 0,89. Kecemasan dikaji dengan menggunakan state trait anxiety
inventory. Hasil menunjukkan pada kelompok intervensi terjadi perbedaan bermakna
sebelum dan sesudah intervensi untuk 3 variabel yaitu rendahnya
tingkat stres,
tingginya level koping pertahanan diri dan burnout. Tren statistik pada variabel
tambahan moral positif dan sosial support. Pada kelompok waiting list control terjadi
Kritik
1.
2.
A.
B.
Intervensi
Psiko social intervensi yang berdampak langsung pada depresi di antaranya adalah
group kognitif behaviour terapi, experimental terapi. Intervensi CBT meliputi kognitif
restructuring, strategi perubahan perilaku, keterampilan asertif dan stress managemen.
Gejala depresi diukur menggunakan BDI.
C.
Perbandingan
Cognitive behavior therapy memerlukan tingkat kognitif yang cukup atau ketrampilan
psikoterapi pemberi layanan. Memerlukan waktu lebih dari terapi manajemen stress
maupun latihan koping positif.
D.
Hasil
Perbandingan antara penelitian acak intervensi menggunakan CBT,ET dan WLC
menunjukkan perubahan skor BDI pada intervensi CBT dan ET = -4,0 WLC = -0,2 (p
< 0,01).
E.
Kritik
1.
2.
3.
A.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas cognitive behaviour group
therapy terhadap pasien depresi di Puerto Rico. CBT didasarkan pada teori adanya
hubungan antara pikiran personal (kognitif), tindakan dan mood.
C.
Intervensi
Intervensi menggunakan CBT 2 fase dengan 12 sesi. Sesi 1 dimulai dengan
pengenalan CBT, bagaimana pikiran berpengaruh terhadap mood, bagaimana aktifitas
berpengaruh terhadap mood, bagaimana hubungan sikap mood, penutup.
D.
Perbandingan
CBT merupakan intervensi psikososial berdasar pada prinsip perilaku, teori
pembelajaran sosial, dan terapi keluarga. CBT memberikan dampak psikososial
terbesar seperti harga diri, ketrampilan komunikasi kemudian selanjutnya pada
kontrol glukosa. Penelitian manajemen stres dan teknik koping merupakan bagian
dari CBT, sehingga CBT lebih komprehensive.
E.
Hasil
Hasil penelitian menunjukan intervensi bermakna terhadap perubahan skor depresi
dan penilaian diri terhadap diabetus (p<0,5). Intervensi bermakna untuk konsep diri
(p <0,1). Partisipan melaporkan adanya perubahan kondisi depresinya dari skor
moderat sampai dengan depresi hilang.
F.
Kritik
1.
2.
3.
4.
KRITIK RISET
EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE
INTERVENSI DEPRESI PADA PASIEN HIV
Oleh
EKO WINARTO