Anda di halaman 1dari 10

Local Wisdom (Kearifan Lokal) belakangan ini sering menjadi

pembicaraan. Dalam bidang arsitektur, Local Wisdom merupakan


barang langka seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi . Bila
ditinjau kembali, desain bangunan pada masa sekarang cenderung
modern dan merusak lingkungan.
Dalam buku Kamus Inggris Indonesia karya John M. Echols,
Local berarti setempat da Wisdom adalah kebijaksanaan. Menurut
Gobyah (2003), menyatakan bahwa Local Wisdom adalah kebenaran
yang telah mentradisi atau tetap dalam suatu daerah. Menurut
Caroline Nyamai-Kisia (2010), kearifan local adalah sumber
pengetahuan yang diselenggarakan dinamis, berkembang dan
diteruskan oleh populasi tertentu yang terintegrasi dengan
pemahaman mereka terhadap alam dan budaya sekitarnya.
Selanjutnya menurut Ridwan (2007:2), kearifan lokal atau
sering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia
dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan
bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam
ruang tertentu.
Secara umum, Local Wisdom merupakan perpaduan antara
nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Local
Wisdom terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat
setempat maupun kondisi geografis. Local Wisdom merupakan
produk budaya masa lalu yang patut menjadi pegangan hidup
karena meskipun bernilai local, nilai yang terkandung bersifat
universal.
Suku Baduy dan Kearifan Lokalnya
Suku Baduy merupakan salah satu suku asli Banten. Jumlah
penduduk suku Baduy sekitar 5.000-8.000 orang. Suku Baduy
berada di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten. Jaraknya
kurang lebih 40 km dari pusat kota Rangkasbitung.
Nama Baduy merupakan sebutan yang diberikan oleh
penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut. Hal ini
karena terdapat sungai dan gunung Baduy pada bagian utara
wilayah mereka, sehingga mereka disebut suku Baduy.
Suku Baduy merupakan salah satu suku yang menerapkan
isolasi dari dunia luar. Sehingga mereka sangat menjaga ajaranajaran mereka baik kepercayaan maupun kebudayaan.
Wilayah suku Baduy terbagi dalam 2 daerah yaitu suku Baduy
dalam dan Baduy luar. Suku Baduy dalam belum mengenal budaya
luar, mereka berada di hutan pedalaman. Suku Baduy dalam dikenal
sangat taat mempertahankan adat istiadat mereka. Sedangkan suku
Baduy luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan
wilayah Baduy dalam. Suku Baduy luar membaur dengan
masyarakat luar dan lebih mengenal teknologi.

LINGKUNGAN PERMUKIMAN SUKU BADUY

Lingkungan permukiman suku Baduy terdiri dari beberapa


kelompok yang kemudian disebut kampung. Lokasi permukiman
umunya terapat di pinggir sungai. Terdapat kurang lebih 60
kampung dan setiap kampung memiliki kurang lebih 40 rumah.
Jarak antar kampung cukup jauh dipisahkan oleh bukit, hutan, dan
lahan pertanian. Setiap kampung terdiri dari rumah tempat tinggal,
rumah kepala adat (Puun), lumbung, dan palung untuk menumbuk
padi bersama.
Tata letak bangunan disusun berdasarkan sumbu UtaraSelatan dan status warga. Kepala adat merupakan status tertinggi
sehingga rumahnya diletakkan pada tempat khusus yaitu pada
wilayah paling selatan serta menghadap pada halaman terbuka.
Sedangkan rumah warga semuanya mengarah pada rumah Puun.
Salah satu ciri khas utama lingkungan permukiman suku
Baduy adalah bangunan yang dibangun selalu mengikuti kontur
tanah. Meskipun kontur tanah tidak rata, bangunan dibangun
mengikuti kontur tanpa meratakannya. Hal ini sesuai dengan adat
suku Baduy yang selalu menjaga alam.

Ruang Terbuka Masyarakat Suku Baduy dan


Manfaatnya
Seperti halnya perkampungan lain, lingkungan tempat tinggal
suku Baduy juga memiliki beberapa ruang terbuka.

Gambar 1.1 Ruang terbuka permukiman suku Baduy (Aji, 2011)

Gambar 1.2 Ruang terbuka yang digunakan untuk menjemur cengkeh (Admin,
2012)

Ruang terbuka rumah Baduy terletak pada samping kanan


rumah Puun. Ruang terbuka ini merupakan tempat berkumpul
penduduk pada saat tertentu serta digunakan untuk menjemur
cengkeh-cengkeh hasil panen mereka. Terdapat juga halaman antar
rumah yang semuanya tidak berpagar sehingga sering digunakan
untuk ruang beraktivitas kedua belah pihak warga terkait. Ada pula
tempat mandi dan cuci pakaian di sungai meskipun juga terdapat
beberapa kamar mandi.

Ruang Kegiatan Ekonomi Suku Baduy

Masyarakat Baduy menganut sisem Ekonomi tertutup, hanya


untuk kebutuhan sehari-hari,
diproduksi dan digunakan sendiri.
Mata pencaharian utama suku
Baduy adalah bertani. Untuk
bertani, mereka memiliki Ladang
yang letaknya jauh di belakang
rumah. Disini mereka menanam
palawija. Selain itu mereka juga
memiliki Kebun untuk menanam
tanman produktif seperti pisang dan
Gambar 1.3 Suku Baduy yang
cengkih.
Hasil panen mereka simpan
bermatapencaharian sebagai
petani (Admin, Indonesiaku, 2007)
di lumbung.

Ruang Kegiatan untuk Manula

Masyarakat manula suku Baduy biasanya menghabiskan


waktu untuk menenun. Seni tenun menjadi slaah satu cinderamatan
apabila mengunjungi suku Baduy. Kegiatan menenun biasanya
dilakukan di dalam rumah, dan di bale (tempat pertemuan warga).
Terkadang apabila ada banyak wisatawan, warga Baduy

mengadakan acara belajar menenun bersama yang diadakan di


Bale.

Gambar 1.4 (Sentosa, 2013)

RUANG
ANAK

Gambar 1.4 (Sentosa, 2013)

PERMAINAN
SUKU BADUY

Gambar 1.5 Anak-anak suku Baduy (Karya, 2010)

Pada dasarnya, rumah tinggal orang Baduy


penggunaannya, ruang difungsikan untuk berbagai

fleksibel
aktivitas

misalnya ruang Tepas dapat dijadikan ruang keluarga, ruang


tamu, ruang masak, ruang simpan dan ruang tidur anak
perempuan. Ruang Sosoro dapat dijadikan kamar tamu, ruang
tamu, ruang simpan dan kamar anak laki laki. Ruang Imah
merupakan satu satunya ruang yang berfungsi tetap. Ruang
Imah merupakan ruang yang multi fungsi juga seperti ruang
untuk
makan,
ruang simpan, tempat berkumpul keluarga,
memasak dan untuk tidur. Sehingga anak-anak suku Baduy dapat
bermain di dalam rumah meski tidakmemiliki ruang bermain khusus.
Sedangkan untuk bermain di luar ruangan masyarakat Baduy
yang tidak memperbolehkan anak-anak Baduy untuk bersekolah,
sehingga sejak kecil mereka dididik untuk berladang. Hal itu tampak
dari permainan mereka, ngasek padi (menanam padi). Sebagian
anak laki-laki mematok tanah dengan kayu dan anak perempuan
menebar benihnya, sebagian anak laki-laki lainnya mengiringi
dolanan ini dengan musik angklung dan gendang. Mereka biasa
memainkan permainan ini di ladang atau di tanah lapang sekitar
rumah mereka.

BANGUNAN PENDUKUNG RUMAH ADAT SUKU BADUY

Gambar 1.6 (Admin, Indonesiaku, 2012)

Seperti kampung pada umumnya, kampung Baduy pun


memiliki fasilitas pendukung berupa bengunan-bangunan di sekitar
rumah penduduk yang memiliki berbagai fungsi untuk mendukung
kegiatan masyarakat. Bangunan pendukung tersebut antara lain
adalah:
-

Gerbang masuk menuju kampung


Gerbang tersebut berfungsi sebagai penanda daerah bagi para
pendatang.
Monumen pipa dan kran air
Merupakan lambang tempat yang dilindungi dalam wujud
sumber air bersih.
Masjid kecil
Karena penduduk suku Baduy memiliki kepercayaan tersendiri,
maka masjid ini lebih
bersifat fungsi bersama bagi pengunjung untuk beribadah
secara agama Islam.
Rumah Jaro (kepala Desa)
Rumah tinggal kepala desa dan keluarganya menghadap ke
jalan setapak, yang berfungsi pula sebagai wadah berkegiatan
dan pengarah perilaku.
Lumbung-lumbung
Tempat masyarakat suku Baduy menyimpan hasil panen
ladangnya, berbentuk seperti rumah namun berukuran lebih
kecil dari rumah penduduk
Ladang
Tempat menanam palawija dalam sistem pertanian sederhana
dan berpindah-pindah (nomaden), dan dengan sistem ini
dimungkinkan tak dieksploitasinya tanah kawasan, sehingga tak
mengganggu konservasi hutan.
Rumah lesung
Tempat menyimpang lesung/wadah penumbuk padi ataupun
hasil panen lainnya.
MCK Umum
Tempat mandi cuci dan kakus untuk umum, terutama
pengunjung.

Rumah Baduy
Rumah Baduy memiliki bentuk dan denah yang sama satu dan
yang lainnya. Design rumah Baduy berbentuk persegi panjang
dengan sisi terpanjang yang menghadap jalan utama.

Rumah Baduy
tidak memiliki
daun pintu, beralas lantai, dan atap tanpa plafond. Daun pintu
hanya terdapat pada bagian depan rumah (teras) yang menuju jalan
utama. Setiap rumah memiliki Sosoko/teras yang menghadap
langsung ke jalan utama, sasoko/teras ini berbentuk panggung
dengan tinggi sepinggang dan berteritis atap panjang.

Gambar 1.7 Teras rumah Baduy (Alryn, 2012)

Ruangan yang ada pada rumah Baduy meliputi:


1. Sosoko / Teras, selain fungsinya sebagai perantara ruang dan
dalam, teras juga merupakan ruang berinteraksi antar penduduk.
Teras memiliki tinggi +/- 1m.
2. Ruang Perantara, terletak tepat setelah pintu masuk. Digunakan
untuk berkumpul keluarga.
3. Ruang Tidur, untuk beristirahat.
4. Dapur, untuk memasak. Terletak di ujung samping bangunan.

MATERIAL RUMAH BADUY

Suku Baduy terkenal akan adatnya yang sangat menjaga


alam. Oleh karena itu bahan bangunan yang digunakan untuk
membangun sarana prasarana pada perkampungan suku Baduy pun
sangat bergantung pada sumber daya alam.

1. Dinding
Rangka dinding memiliki bahan dasar tiang dan balok
dari kayu. Dinding berupa anyaman bambu yang berbingkai
bambu. Sambungan pengikat kayu berupa daun/akar tanaman
sehingga tidak menggunakan paku.

Gambar 1.8
Rumah Baduy
menggunakan
anyaman
bambu pada dindingnya (Admin, Indonesiaku, 2011)

2. Lantai
Pada bagian atas lantai diletakkan pasangan belah bambu,
dan lantai bambu pada teras.
3. Atap
Atap berbentuk pelana dengankuda-kuda kayu berusuk
bambu. Pentup atap berupa daun rumbia, bertulang bambu
yang diikatkan ke rangka kayu atap. Dilapisi ijuk untuk
mencegah kebocoran.

Gambar 1.9
kayu Rumah Baduy
2011)

Rangka atap
(Sianipar,

Gambar 1.10 Atap rumah Baduy berpenutup daun rumbia (Imah, 2010)

DAFTAR GAMBAR
Aji, M. (2011, November 23). Indonesiaku. Retrieved November 20,
2014, from https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcRovKR1fTnqb5BFfFuhT8Edh5a2_z7yJcPup3h6HrEkI8PkCzhvg

Admin. (2012, February 11). Humas Padang. Retrieved November


20, 2014, from data:image/jpeg;base64/Z
Admin. (2007, January 22). Indonesiaku. Retrieved November 20,
2014, from https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcSpcycl9CmuhTI_tOQuBLGpQIzpC2UD-7YIJ2zy03UNeIpvtUv
Sentosa, H. (2013, September 26). Republika. Retrieved November
20, 2014, from https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcSsRK6U5yevqgKBJnLc9KNnGToIe2UlCHYrnDChECddJb
MlNiMQ
Karya, H. (2010, Juli 11). Republika. Retrieved November 20, 2014,
from https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcSoiSX6T4lNk1zP71uLRSwyi9xKGBEJSI8DcDlKwH_wL6k
muPDEuA
Admin. (2012, Juni 28). Indonesiaku. Retrieved November 20, 2014,
from https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcSsRK6U5yevqgKBJnLc9KNnGToIe2UlCHYrnDChECddJb
MlNiMQ
Alryn, N. (2012, Juni 11). Blogger. Retrieved November 20, 2014,
from http://4.bp.blogspot.com/sp8xz3iSjVQ/UPowABQbXbI/AAAAAAAAAjY/mtjsY4HBGHc/s1600/IMG20121207-00707.jpg
Admin. (2011, February 10). Indonesiaku. Retrieved November 20,
2014, from https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcTg7TxyAAY4LinpnzzWsAcC-kNekmiu_jOHwX_NuQtpMncrXa2sQ
Sianipar, E. (2011, Juli 22). Tumblr. Retrieved November 20, 2014,
from http://media.tumblr.com/tumblr_m6edo3WYGO1rrkgcv.jpg
Imah. (2010, Juli 20). Blog. Retrieved November 20, 2014, from
http://4.bp.blogspot.com/bHGsATomN1g/T6wdDpeuFuI/AAAAAAAAAo4/OwCapcQWgIQ/s1600/I
MAH+BADUY+3.jpg

Anda mungkin juga menyukai