Anda di halaman 1dari 16

Nama

: Daniel Datu Talu

Semester

: VIII/Genap

Prodi

: Pendidikan Agama Kristen

Mata kuliah : Logika


Dosen

: Dr. Samuel Talahatu

A. Defenisi Logika
Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal dari
kata benda logos. Kata logos, berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal
(pikiran), kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos, berarti mengenal kata,
mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan
demikian, dapatlah dikatan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang
diutrakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. 1
Dalam keterangan lain disebutkan bahwa Logika logika di devinisikan sebagai ilmu
pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus dan tepat. Devinisi ini menekankan dua hal,
Pertama : logika sebagai ilmu pengetahuan, kedua logika sebagai kecapan. Sebagai ilmu
pengetahuan, logika sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis sehingga
membentuk suatu kesatuan serta memberi penjelasan tentang metode-metode dan prinsipprinsip pemikiran yang tepat. 2
Logika Menurut Beberapa para ahli :
1. Menurut Alex Lanur, Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir
lurus (tepat).3
2. Sedangkan Poespoprojo menuliskannya sebagai ilmu dan kecakapan menalar, berpikir
dengan tepat.

1 Rafael Laga Maran Pengantar Logika(Jakarta, Grasindo,2007)hal.1.


2 Ibid.Hal.4.
3 Alex Lanur OFM Logika Selayang Pandang (Yogjakarta, Kanisius, 2012) Hal.7.

Daniel Datu Talu

3. Menurut Mundiri Logika mendefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode dan
hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran
yang salah.
4. Jan Hendrik Rapar, (1996 : 5) Logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang
diatur lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.4
5. Poespoprodjo, Ek. T. Gilarso. (2006: 13) Logika adalah ilmu dan kecakapan menalar,
berpikir dengan tepat.W.
6. Soekadijo, (1983-1994: 3) Logika adalah suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk
meneliti ketepatan nenalar.
7. Aristoteles : logika adalah ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah membicarakan
bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang menguasai pikiran.
8. William Alston : logika adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih ceramat usaha
untuk mennetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan yang sah dan tidak
sah.5

B. Latar Belakang Sejarah dan Perkembangan Logika Sebagai Ilmu Logika.


a. Latarbelakang Logika
Nama logika pertama kali muncul pada Filsuf Cicero (abad ke-1 sebelum Masehi) tetapi
dalam arti seni berdebat. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi)
adalah orang pertama yang mempergunakan kata logika dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus
tidaknya pemikiran kita.
Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk
memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak
jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.
4 Ibid.Hal.9.
5 Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Logika"Tgl.30-Jan-15.

Daniel Datu Talu

Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi
yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi
juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.

Masa Yunani kuno


Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada
akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.
Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama
alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica
scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe
alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles
disimpulkan dari:
Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
Air jugalah uap
Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai
dikembangkan. Kaum Sofis6 beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan
memberikan saran-saran dalam bidang ini. Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan
6

Daniel Datu Talu

analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang
benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi
yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme. Buku
Aristoteles to Organon (alat) berjumlah enam, yaitu:
1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan
3. Analytica Posteriora tentang pembuktian.
4. Analytica Priora tentang Silogisme.
5. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
6. De sophisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin
Lyceum, melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh
Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa
Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang
mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.Porohyus (232 - 305) membuat
suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristoteles.Boethius (480-524)
menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan komentarkomentarnya.Johanes Damascenus (674 - 749) menerbitkan Fons Scienteae.
Masa Abad pertengahan dan logika modern
Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De
Interpretatione,

Eisagoge

oleh

Porphyus

dan

karya

Boethius

masih

digunakan.Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha


mengadakan sistematisasi logika. Lahirlah logika modern dengan tokohtokoh seperti:Petrus Hispanus 1210 - 1278). Roger Bacon 1214-1292.
Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang

Daniel Datu Talu

dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.


William Ocham (1295 - 1349)
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas
Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay
Concerning Human Understanding. Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika
induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum. J.S. Mills (1806 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of
Logic. Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti: Gottfried
Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus
Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam
kepastian. Menyusul kemudian tokoh-tokoh pengembang logika seperti George Boole (18151864), John Venn (1834-1923) dan Gottlob Frege (1848 - 1925). Lalu Chares Sanders Peirce
(1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins
University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil
Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general
theory of signs)
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya
Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970). Logika simbolik lalu diteruskan oleh
Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan
lain-lain.7

b. Perkembangan Logika Sebagai Ilmu Logika

7 Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Logika"Tgl.1-jan-15.

Daniel Datu Talu

Kaum Stoa adalah yang mengembangkan bentuk-bentuk argumen disyungtif dan


hipotesis. Ketika kaum Chrysippus (280 207 SM) menjadi pemimpin kaum Stoa, lahir
ungkapan Tanpa Crhysippus, Stoa tidak akan pernah ada. Lalu kemudian Chrysippus
mengembangkan logika menjadi bentuk-bentuk penalaran yang sistemastis. Dua orang dokter
medis, Galenus (130 200 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M), mengembangkan
logika dengan menerapkan metode geometri. Pada abad ke 13 15 muncul logika modern
dengan tokoh Petrus Hispanus (1210 1278), Roger Bacon (1214 1292), Raymundus
Lullus (1232 1315), dan Willian Ockham (1285 1349). Meskipun logika modern telah
ditemukan, namun tetap saja logika Aristoteles yang digunakan dan dikembangkan secara
murni. Francis Bacon (1561 1626) mengembangkan logika induktif.
Filsuf besar Amerika Serikat, Charles Sanders Peirce (1839 1914) yang pernah
mengajar logika di John Hopkins University melengkapi logika simbolik lewat karya tulisnya
yang sangat banyak. Ia menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda dan
melahirkan dalil yang disebut Dalil Peirce (Peirce Law).

Permasalahan-permasalahan Seputar Studi Berpikir Logis.


1. Kesalahan penggunaan sesuatu (gelar sarjana) yang tidak pada tempatnya.
Contoh:
Banyak undangan pernikahan yang mencantumkan gelar sarjana calon pengantinnya.
Padahal gelar sarjana harus digunakan untuk kegiatan yang ada hubungannya dengan
kegiatan ilmiah atau profesi. Pernikahan bukanlah kegiatan ilmiah maupun profesi.
2. Kesalahan berlogika di dalam pemakaian gelar sarjana
Contoh:
Sesudah lulus S-1, lantas meneruskan ke jenjang S-2. Lantas, gelar S-1 dan S-2 nya
dipakai semua. Padahal, gelar S-2 merupakan kelanjutan dari S-1. Seharusnya, S-2

Daniel Datu Talu

saja yang dipakai. Ibaratnya di militer, kalau dari Letkol ya Kol (Kol-nya saja yang
dipakai) dan bukan LetkolKol.
3. Kasalahan berlogika karena hal yang dibicarakan belum diketahuinya.
Contoh:
Seorang sarjana mengatakan, untuk apa belajar logika, toh semua orang bisa
berlogika. Yang benar, logika dan ilmu logika itu berbeda. Logika, semua orang bisa.
Tetapi, ilmu logika adalah sebuah ilmu yang harus dipelajari.Tidak semua orang
belajar ilmu logika. Tidak semua orang mengerti ilmu logika.
4. Kesalahan berlogika akibat ketidaktahuannya tentang ilmu bahasa.
Contoh:
Ketika BBM dinaikkan pertama kalinya, Aa Gym muncul di berbagai TV dalam
iklan layanan masyarakat. Dia mengucapkan dua kalimat. Pertama, kenaikan BBM
adalah sebuah keputusan pemerintah yang tidak bisa dihindarkan. Kedua, Tuhan tidak
akan memberikan cobaan kepada manusia melebihi kemampuannya. Kedua kalimat
itu diucapkan beruntun. Akibatnya, pemirsa punya kesan bahwa naiknya BBM
merupakan cobaan dari Tuhan. Padahal, itu bukan cobaan dari Tuhan.
5. Kesalahan berlogika karena melihat sesuatu dari alternatif yang terbatas.
Contoh:
Ketika ada sarjana menjadi alumni 6 PTN/PTS, maka dia dinilai sebagai seorang
generalis. Padahal alternatifnya cukup banyak. Antara lain:general-general,generalgeneralist,generalist-general,generalist-generalist,general-sepecial,specialgeneral,special-special,special-specialist,specialist-special,specialist-specialist,dll.
(Dibahas dalam artikel khusus Matrik Logika).
6. Kesalahan berlogika karena ada sesuatu yang belum diketahui.

Daniel Datu Talu

Contoh:
Si A adalah seorang sarjana.Sejak diwisuda tidak pernah memakai gelar. Maka orang
berkesimpulan bahwa Si A bukan sarjana. Padahal, dia sarjana.

7. Kesalahan berlogika karena salah menepatkan wilayah pemikiran


Contoh:
Si A adalah seorang penulis artikel. Di koran-koran atau di blog sering menulis artikel
tentang golput. Maka orang menganggap Si A adalah golput. Padahal, Si A menulis
berdasarkan hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat. Sedangkan Si A sendiri tidak
golput.

8. Kesalahan berlogika karena tidak memahami profesi seseorang.


Contoh:
Si A adalah seorang kritikus. Hampir tiap hari menulis kritik di koran. Lantas ada
orang mengatakan bahwa Si A itu bisanya cuma mengritik.Ya, di negara manapun
yang namanya kritikus tugasnya ya mengritik. Yang namanya penyiar radio tugasnya
ya bicara saja. Yang namanya ustadz kerjanya ya berceramah saja.
9. Kesalahan berlogika karena tidak ditentukan jumlah maksimalnya.
Contoh:
Berapa maksimal provinsi,kabupaten dan kota dalam proses pemekaran wilayah?
Berapa jumlah maksimal mobil yang dibolehkan di Jakarta dan kota-kota besar
lainnya? Berapa jumlah maksimal parpol dan capres yang dibolehkan? Kalau tidak
ada batasnya, maka suatu saat bisa menimbulkan kekacauan atau masalah yang
krusial.

Daniel Datu Talu

C. Metodelogi Riset
a) Sistem Berpikir Logika.
Kata sistem berasal dari bahasa latin (systma) dan bahasa yunani (sustma). Sistem adalah
suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem juga
merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah
serta memiliki item-item penggerak atau bisa juga Sistem itu adalah sebuah struktur konseptual
yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan
organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efisien yang dapat
diterima secara logis/masuk akal.
Dalam dasar penalaran logika tedapat dua jenis yang perlu diketahui yakni penalaran
deduktif dan penalaran induktif.
Pertama kita adalah penalaran deduktif yang kadang disebut logika deduktif, penalaran
ini membangun atau mengevaluasi argumen secara deduktif. Dimana, argumen ini dinyatakan
deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premispremisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah
argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi
logis dari premis-premisnya.
Pembuktian melalui deduksi adalah sebuah jalan pemikiran yang menggunakan argumenargumen deduktif untuk beralih dari premis-premis yang ada, yang dianggap benar, kepada

Daniel Datu Talu

kesimpulan-kesimpulan, yang mestinya benar apabila premis-premisnya benar. Contoh klasik


dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh Aristoteles, ialah Semua manusia fana (pasti akan
mati). (premis mayor) Sokrates adalah manusia. (premis minor) Sokrates pasti (akan) mati.
(kesimpulan) Untuk pembahasan deduktif secara terinci seperti yang dipahami dalam filsafat,
lihat Logika. Untuk pembahasan teknis tentang deduksi seperti yang dipahami dalam
matematika, lihat logika matematika.Penalaran deduktif seringkali dikontraskan dengan
penalaran induktif, yang menggunakan sejumlah besar contoh partikulir lalu mengambil
kesimpulan umum
Logika deduktif
Penalaran deduktif didukung oleh logika deduktif.
Misalnya:
Apel adalah buah.
Semua buah tumbuh di pohon.
Karena itu semua apel tumbuh di pohon.
Atau Apel adalah buah.
Sebagian apel berwarna merah.
Karena itu sebagian buah berwarna merah.
Premis yang pertama mungkin keliru, namun siapapun yang menerima premis ini dipaksa untuk
menerima kesimpulannya.
Contoh lain:
Premis 1 : Setiap mamalia punya sebuah jantung
Premis 2 : Semua kuda adalah mamalia

Daniel Datu Talu

Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung


Selanjutnya yang kedua yaitu induktif atau kadang disebut logika induktif adalah penalaran yang
berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.
Contoh argumen induktif:
Premis 1 : Kuda Sumba punya sebuah jantung
Premis 2 : Kuda Australia punya sebuah jantung
Premis 3 : Kuda Amerika punya sebuah jantung
Premis 4 : Kuda Inggris punya sebuah jantung
Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung
Untuk mudah mengidentifikasi maupun mengenali perbedaan antara penalaran induktif maupun
deduktif, dapat lihat dibawah ini :
Penalaran Deduktif
Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam
premis.
Penalaran Induktif
Jika

premis

benar,

kesimpulan

mungkin

benar,

tapi

tak

pasti

Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.

b) Hukum-hukum Berikir Logis

Daniel Datu Talu

benar.

Hukum Identitas
Hukum identitas menyatakan bahwa kalau satu pernyataan benar, maka pernyataan

itu

benar; atau, setiap proposisi berimplikasi/berarti dirinya sendiri: a berimplikasi a. Mungkin


kelihatannya hal ini sepele, tetapi seperti dicatat Gordon Clark, alangkah anehnya dunia jika
hukum ini tidak berlaku, karena dunia ini akan menjadi dunia yang tidak memiliki konsep
identitas atau kesamaan.

Hukum Tidak ada Jalan Tengah


Hukum Tidak Ada Jalan Tengah menyatakan bahwa segala sesuatu haruslah apa adanya atau
tidak; atau segala sesuatu adalah a atau bukan-a. Dengan kata lain, misalnya, sebuah batu
haruslah keras atau tidak keras; diam atau tidak diam. Namun bagaimana dengan penumpang
pesawat yang berada dalam pesawat yang sedang terbang? Apakah dia sedang diam atau
bergerak? Apakah dia sedang bergerak dan sekaligus diam pada saat yang sama? Apakah hukum
ini telah dilanggar? Tidak sama sekali, karena tidak mungkin keduanya terjadi secara bersama
pada saat dan tempat yang sama, atau dalam hubungan yang sama dan untuk memahami hal ini
diperlukan sedikit refleksi. (Dalam contoh ini, si penumpang sedang diam dalam kaitan dengan
pesawat, tetapi sedang bergerak dalam kaitan dengan bumi).

Hukum Kontradiksi
Hukum kontradiksi (juga dikenal dengan hukum non-kontradiksi) menyatakan bahwa tidak
ada pernyataan yang sekaligus benar dan salah; atau a dan bukan-a [sekaligus] adalah
kontradiksi (selalu salah). Karena itu, tidak mungkin sekaligus a dan bukan-a. Hukum ini
menyatakan bahwa tidak ada sesuatu apapun yang dapat sekaligus benar dan salah pada saat
yang sama dan tempat yang sama.
Sebagai contoh bebek itu tidak sekaligus itik dalam waktu yang bersamaan.
Rumusan Aristoteles terhadap hukum ini menyatakan bahwa satu atribut tidak dapat dimiliki
dan tidak dimiliki oleh satu subyek pada saat yang sama dan dalam hubungan yang sama: tidak
mungkin a dan bukan-a (sekaligus). Sekali lagi, setiap pernyataan yang berbentuk a dan bukan-a
pasti salah. Setiap pernyataan jamak yang memiliki struktur seperti itu pasti bersifat kontradiksi.

Daniel Datu Talu

Sebagai contoh, pernyataan Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang
ada di dalam Kristus Yesus (Roma 8:1) tidak mungkin sekaligus benar dan salah. Adalah sebuah
kontradiksi dan kekonyolan untuk menyatakan bahwa pernyataan tersebut dan penyangkalan
terhadapnya sama-sama benar dan sama-sama salah pada saat yang sama dengan hubungan
yang sama.
Hukum kontradiksi adalah hukum yang terutama karena mencakup kedua hukum lainnya.
Formulasinya sebagai tidak mungkin a dan bukan a mengasumsikan Hukum Identitas sebagai
benar karena proposisi a selalu berimplikasi (berarti) dirinya sendiri (a berimplikasi a).
Sebagai sebuah disjungsi, hukum ini mengungkap Hukum Tiada Jalan Tengah yaitu a atau
bukan-a. Lebih lanjut, Hukum Kontradiksi adalah sesuatu yang tidak terelakkan bagi diskursus
yang bermakna, karena tanpa Hukum Kontradiksi maka pembedaan antara kebenaran dan
kesalahan akan lenyap dan seiring dengan hilangnya pembedaan itu, maka makna juga lenyap.
John Robbins menyatakan demikian:
Hukum kontradiksi memiliki makna yang lebih jauh dari pada itu. Hukum ini berarti bahwa
setiap kata dalam kalimat Garis itu adalah garis lurus memiliki arti spesifik. Kata itu tidak
berarti semua, atau bukan. Kata garis tidak berarti anjing, bakung, atau donat. Kata adalah tidak
berarti bukan. Kata lurus tidak berarti putih, atau kata lain. Setiap kata memiliki arti khusus.
Agar memiliki arti khusus, maka satu kata bukan hanya harus memiliki arti tertentu tetapi juga
harus tidak memiliki arti yang lain. Kata garis berarti garis, tetapi tidak berarti bukan garis
seperti anjing, matahari terbit, atau Yerusalem, misalnya. Jika kata garis bisa berarti apa saja,
maka kata itu tidak bermakna apa-apa. Tidak ada seorangpun yang mempunyai gambaran apapun
di benaknya ketika mendengar kata garis. Hukum kontradiksi berarti bahwa agar sebuah kata
memiliki makna, maka kata itu tidak boleh memiliki arti yang lain.

Daniel Datu Talu

c) Macam-macam Logika
Logika dapat dibedakan beberapa macam. Meskipun demikian tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Di antaranya yaitu :
1. Logika alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus
sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang
subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan
memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.
Artinya sejauh manusia itu memiliki rasio maka dia dapat berpikir. Atau dengan akal budi
manusia dapat bekerja menurut hukum-hukum logika entah secara spontan atau disengaja.
Misalnya manusia dapat berpikir secara spontan bahwa si A berada dengan si B atau makan
tidak sama dengan tidur. Jadi tanpa belajar logika ilmiah pun orang dapat berpikir logis dengan
mendasarkan pikirannya pada akal sehat saja. Contoh yang lain misalnya, seorang pedagang
tidak perlu belajar logika ilmiah untuk maju di bidangnya. Namun apabila hal yang dipikirkan itu
bersifat rumit dan kompleks akal sehat saja tidak mencukupi untuk menjamin prosedur
pemikiran yang tepat sebab akal sehat saja tidak dapat diuji sepenuhnya secara kritis dan ilmiah.
Di sinilah kita ditantang untuk berpikir tentang caranya kita berpikir. Bagaimana kita mengetahui
hukum-hukum kodrat pemikiran secara tegas dan eksplisit, agar kita dengan sadar
menerapkannya sehingga kita mempunyai kepastian akan kebenaran proses berpikir dan juga
kepastian atas kesimpulannya. Tuntutan itu lebih terasa apabila kita harus menggeluti jalan ilmu
pengetahun yang

panjang, berliku-liku, dan penuh kesukaran. Pada tataran ini kita

membutuhkan logika ilmiah sebagai penyempurnaan atas logika alamia.


2. Logika ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah menjadi
ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat

Daniel Datu Talu

pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih
mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau,
paling tidak, dikurangi. Logika ilmiah membentangkan metode yang menjamin kita bernalar
secara tepat/semestinya. 8

Menurut Mundiri macam-macam logika antara lain :


1. Berdasarkan segi kualitasnya, Logika/Mantiq dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu
Logika Naturalis (Mantiq al-Fitri) dan Logika Artifisialis/Ilmiah (Mantiq As-Suri).
Logika Naturalis (Mantiq al-Fitri) yaitu kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal
bawaan manusia. Akal manusia yang normal dapat bekerja secara spontan sesuai hukum-hukum
logika dasar. Sedangkan Logika Artifisialis/Ilmiah (Mantiq al-Suri) yang bertugas membantu
Mantiq al-Fitri. Mantiq ini memperhalus, mempertajam serta menunjukkan jalan pemikiran agar
akal dapat bekerja lebih teliti, efisien, mudah dan aman.
2. Dilihat dari metodenya, dibedakan atas Logika Tradisional (Mantiq al-Qadim) dan
Logika Modern (Mantiq al-Hadis).
Logika Tradisional adalah Logika Aristoteles, dan Logika dari pada Logikus yang lebih
kemudian, tetapi masih mengikuti sistem Logika Aristoteles. Para Logikus sesudah Aristoteles
tidak membuat perubahan atau mencipta sistem baru dalam Logika kecuali hanya membuat
komentar yang menjadikan Logika Aristoteles lebih elegan dengan sekedar mengadakan
perbaikan-perbaikan dan membuang hal-hal yang tidak penting dari Logika Aristoteles.
Logika Modern tumbuh dan dimulai abad XIII. Mulai abad ini ditemukan sistem baru, metode
baru yang berlainan dengan sistem Logika Aristoteles. Saatnya dimulai sejak Raymundus Lullus
menemukan metode baru Logika yang disebut Ars magna.

8 Ibid.hal. 4-5.

Daniel Datu Talu

3. Dilihat dari objeknya, terdapat Logika Formal (Mantiq As-Suwari) dan Logika Material
(Mantiq al-Maddi).
Cara pertama disebut berpikir deduktif (berpikir dari umum ke khusus) dipergunakan dalam
Logika Formal yang mempelajari dasar-dasar persesuaian (tidak adanya pertentangan) dalam
pemikiran dengan menggunakan hukum-hukum, rumus-rumus, patokan-patokan berpikir benar.
Cara berpikir induktif (berpikir dari khusus ke umum) dipergunakan dalam logika material, yang
mempelajari dasar-dasar persesuaian pikiran dengan kenyataan. Ia menilai hasil pekerjaan
Logika Formal dan menguji benar tidaknya dengan keadaan empiris. Cabang Logika Formal
disebut juga Logika Minor, Logika Material disebut juga Logika Mayor.

d) Manfaat Logika
Diantaranya yaitu:
a) Membantu setiap orang untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus,tepat, dan metodis.
b) Meningkatkan kemampuan berpkir secara abstrak, cermat dan objektiif.
c) Menambahkan kecerdasan dan meningkatkan kemampuanberpikir secara tajam dan
mandiri
d) Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan.
e) Membuat seseorang menjadi mampu meletakka sesuatu pada tempatnya dan
mnegajarkan sesuatu pada waktunya.

Daniel Datu Talu

Anda mungkin juga menyukai