Anda di halaman 1dari 17

BAB III

METODE SAMPLING DALAM PEMBORAN BATUBARA


III.1. Pemetaan Geologi Semi Detail
Pemetaan geologi semi detail adalah pemetaan yang merencanakan daerah yang akan
dipetakan dengan menentukan target, jangka waktu pemetaan, persiapan peralatan dan team
eksplorasi, serta sarana penunjang. Kemudian membuat suatu perencanaan traverse atau lintasan
berdasarkan peta geologi yang ada.
Pelaksanaan pemetaan geologi terdiri dari:
1.

Menelusuri lintasan yang telah direncanakan dengan melakukan tracking dengan memakai
GPS, sambil mengamati setiap unsur geologi yang ada, seperti; morfologi, tataguna lahan bahkan
jenis flora dan fauna bila diketahui.

2.

Pada lintasan di mana terdapat singkapan batubara dengan intensitas cukup tinggi maka akan
dilakukan measuring section dengan memakai kompas suunto-klino dan pita ukur (meteran),
guna mendapatkan stratigafi batubara detil dari lintasan tersebut.

3. Pengukuran koordinat dan elevasi singkapan batubara maupun unsur geologi dan non geologi
lainnya dilakukan dengan GPS, apabila tidak berhasil dikarenakan tidak adanya signal (satelit)
dilakukan dengan membuat traverse yang diikat terhadap titik GPS yang teramati atau terhadap
titik survei/titik traverse yang telah didapat dari pemetaan topografi.
4. Diskripsi singkapan, baik batubara maupun non batubara.
5. Pengukuran struktur geologi (seperti strike /dip, kekar, dan patahan)
6. Pembuatan sketsa singkapan, pemotretan, pengambilan contoh bila dipandang perlu.
7. Pengambilan sampel batubara dapat dilakukan dengan metode channel atau trenching, membuat
testpit yang disesuaikan dengan kondisi dan posisi singkapan.

8. Setiap lokasi baik itu testpit, singkapan, struktur dan sample diberi kode tertentu, dan dilakukan
sketsa atau dipotret.
9. Pengiriman sampel ke laboratorium untuk dianalisis.
III.2. Pemboran
Pemboran merupakan metode eksplorasi dengan biaya mahal, oleh karena itu dalam
penentuan program pemboran harus direncanakan secara cermat. Lokasi pemboran (titik bor)
ditentukan berdasarkan peta geologi, penampang geologi, hasil interpretasi geofisika, dan peta
topografi serta sekaligus ditentukan target pemboran (kedalaman dan titik yang direncanakan).
Kegiatan pemboran yang dilakukan di PT. Geoexplo adalah pemboran stratigrafi (drilling
stratigrafi) yang tujuannya adalah untuk mengetahui urutan stratigrafi secara lengkap di lokasi
tersebut. Penentuan titik bor pada drilling stratigraphy adalah tegak lurus dengan arah umum
perlapisan di lokasi tersebut. Jarak datar antar lubang yang akan dibor adalah 200 meter tegak
lurus dengan strike dan 200 meter mengikuti arah strike.
Pada kegiatan drilling stratigraphy ini dilakukan open hole sampai kedalaman 100 meter
disetiap lubang bor (drill hole), lubang ini akan dipakai sebagai pilot hole. Kemudian akan
dilakukan geophysical logging. Apabila ditemukan batubara maka akan dilakukan lagi pemboran
inti (coring) disampingnya untuk pengambilan sampel.
III.2. 1. Peralatan pemboran
Alat-alat yang dipergunakan pada kegiatan pemboran, diantaranya dilihat pada tabel.1
Tabel.1 alat-alat untuk pengeboran batu bara (PT. Geoexplo)
Spesifikasi

No
.
1

Alat

2
3

Mud, Bore pump


Transfer pump

Drilling Rig, Shallow

Jacro 175, 70 m, H Size, 20 Hp, Skit & Mast


Type, Conventional system, manual.
Centrifugal, high pressure, 5.5 Hp, 10 ltr/sec
Centrifugal, 5 Hp, 20 ltr/sec Piston, high
pressure, 10 Hp

4
5

Transfer hose
Accessories
a. Core barrel
b. Split tube
c. Reamer shell

Sunny/fire hose/ fibre, 1.5

d. Core bit

6
7
8

e. Open hole bit


f. Drill rod for shallow
Generator set
Tools, complete
Wrench, complete

Triple tube, HMLC, 2.05 m


HQ size, 1.6 m
Diamond surface set, HQ size
Tungstein surface set, HQ size
Diamond surface step set, HQ size
Tungstein surface step set, HQ size
Tungstein 3 wing bit, HQ size
AW/BQ, 1.5 m, standard
Portable, 2 KVA
For drill rig, pump, genset
For drill rig, pump, genset

1. Drilling rig, shallow, Yaitu menara bor. Spesifikasi: Jacro 175, 70 m, Size, 20 Hp, , conventional
system, manual.
Gambar 2. Menara bore 175. (Foto penulis 2012)
2. Mud, bore pump, yaitu mesin pompa yang berfungsi untuk menyedot air dari kolam penampung
dan kemudian di masukan ke dalam lubang bor agar cutting dapat terdorong ke luar.
Spesifikasi: Centrifugal, high pressure, 5.5 Hp, 10 ltr/sec.
3.

Gambar 3. Mud, bore pump. (Foto penulis 2012)


Transfer pump, yaitu mesin pompa yang berfungsi untuk menyedot air dari dari sungai yang
kemudian di alirkan ke kolam penampung.
Spesifikasi: Centrifugal, 5 Hp, 20 ltr/sec
Piston, high pressure, 10 Hp
Gambar 4. Transfer pump. (Foto penulis 2012)

4. Transfer hose, yaitu selang fiber yang di gunakan untuk menylurkan air dari Tranfer pump ke
kolam penampung.
Spesifikasi: Sunny/fire hose/ fibre, 1.5

Gambar 5. Transfer hose. (Foto penulis 2012)


5. Accessories
a. Core barrel, Yaitu alat yang di gunakan untuk melakukan coring atau pengambilan sampel
batubara.
Spesifikasi: Triple tube, HQ, 2.05 m
Gambar 6. Core barrel. (Foto penulis 2012)
b. Split tube, yaitu alat casing yang terdapat dalam core barrel yang berfungsi untuk menjepit
batubara hasil coring.
Spesifikasi: H size, 1.6 m
Gambar 7. Split tube. (Foto penulis 2012)
c. Split Reamer shell, yaitu alat yang berfunsi untuk penyangga split tube dalam
Gambar 8. Split Reamer shell. (Foto penulis 2012)

Core barrel.

d. Core bit, jenis diamond yaitu mata bor yang di gunakan untuk melakukan coring, sistim kerja
mata bor ini adalah menggerus. Kelebihan dari mata bor ini mampu menggerus jenis batuan
keras dan kompak.
Spesifikasi: Diamond surface step set, HQ size
Gambar 9. Core bit Diamond surface. (Foto penulis 2012)
e. Core bit, jenis tungstein bit yaitu mata bor yang di gunakan untuk coring, sistim kerja mata bor
ini yaitu memotong dan hasil yang di dapat tidak begitu sempurna. Kelemaha mata bor ini tidak
mampu memotong batuan keras dan kompak.
Spesifikasi: Core bit, PCD typeTungstein surface step set, HQ size
Gambar 10. Core bit PCD typeTungstein. (Foto penulis 2012)
f. Open hole bit, yaitu mata bor yang di gunakan untuk membuat lubang bukaan pada pemboran.
Spesifikasi: Tungstein 3 wing bit, HQ size
Gambar 11. Tungstein 3 wing bit, HQ. (Foto penulis 2012)
g. Drill rod for shallow, yaitu pipa yang panjang 1,5 meter yang di gunakan untuk melakukan
pemboran open hole dan coring.
Spesifikasi: HQ size, 1.5 m
Gambar 12. rod for shallow. (Foto penulis 2012)

h. Tools
Gambar 13. Perlengkapan alat-alat kerja. (Foto penulis 2012)

i.

Wrench (kunci inggris), Yaitu alat yang di gunakan untuk menyambung dan membuka
sambungan pipa.
Gambar 14. Wrench (kunci inggris). (Foto penulis 2012)
III.3. Metode sampling dalam pemboran batubara
Metode sampling adalah matode pengambilan conto batubara melalui proses pemboran
inti dan pemboran non coring atau open hole. Pemboran inti merupakan proses pengambilan
conto core sedangkan pemboran non coring atau open hole adalah pemboran tanpa mengambil
sampel core tetapi hanya mengambil sampel cutting untuk mengetahui kedalaman, ketebalan
lapisan penutup (soil) dan ketebalan batubara.
Langkah-langkah pengambilan sampel batubara berdasarkan standar Joint Ore Reserves
Committee (JORC)

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pembuatan lintasan titik pemboran berdasarkan arah strike/dip dari batubara.


Pembuatan titik pemboran dari hasil peta lintasan trevers.
Pada setiap titik pemboran dipakai metode pilot hole atau open hole.
Melakukan pemboran dengan kedalaman 100-150 meter sesuai dengan standart JORC.
Melakukan logging geofisika untuk mengkorelasi ketebalan batubara dari data cutting.
Setelah diketahui ketebalan batubara dari data cutting dan data logging geofisika kemudian
melakukan pemboran inti disebelah lubang bor yang telah dilakukan logging geofisika dengan
jarak 1-2 meter.

7.

Pemboran dilakukan untuk mencapai seam batubara pertama, lalu mata bor dikeluarkan

kemudian core barrel dipasang untuk melakuakan proses coring.


8. Coring dilakukan setiap run atau sepanjang core barrel 1,5 meter sampai selesai (lapisan
batubara).
9. Setelah full satu run, core barrel diangkat dan kemudian split dikeluarkan dari core barrel dengan
cara disemprot dengan air agar split keluar dari core barrel, kemudian split diangkat dan
diletakkan diatas core box untuk dilakukan proses pencucian, pengukuran, dan pengambilan
sampel gambar. Kemudian menentukan bagian dari Roof dan Floor pada Batubara yang akan di
sampling.
10. Kemudian sapel dipotong ply by ply sesuai dengan ketentuan JORC dan BPP (perusahaan
konsultan dan klien).
11. Menentukan ketebalan dari Batubara yang akan di sampling (True Thickness).
12. Setelah mengetahui ketebalan dari Batubara kemudian menentukan batas dari sample Ply by Ply
dan jumlah yang akan diambil. Selain itu juga dilakukan pencatatan interval sampel, kode
nomer sample, Lokasi pengambilan sampel dan keterangan lain pada buku diskripsi.
13. Kemudian sampel dibungkus dengan plastik sampel, setelah itu diikat dengan isolasi agar tidak
terkontaminasi dengan udara luar kemudian sampel segera dibawa kelaboratorium untuk
dianalisis.
II.3.1. Pemboran Non Coring (Open Hole)
Pemboran non coring adalah pemboran tanpa mengambil sampel core tetapi hanya
mengambil sampel cutting untuk mengetahui kedalaman, ketebalan lapisan penutup (soil),
ketebalan batubara untuk di korelasikan dengan data logging geophysical.
Adapun langkah-langkah dalam pemboran non coring yaitu :
a. Pemboran non coring (open hole) di lakukan sampai kedalaman 100 meter (berdasarkan
permintaan perusahaan), diawasi oleh wellsite, dicatat tanggal dan jam dimulainya pemboran,

kedalaman awal, pengamatan dan pemerian cutting, perubahan litologi, perkiraan kedalaman dan
ketebalan batubara, pengambilan sampel cutting setiap 1 meter dan dimasukkan kedalam plastik.
b. Pencucian (flashing) lubang bor setelah pemboran di lakukan sampai semua cutting keluar.
c. Melakukan Geophysical Logging.
II.3.1.1. Perlakuan Sampel Cutting
Adapun tata cara dalam pelakuan sampel kating yaitru:
1. Cutting sampel diambil dari gerusan (cutting) hasil pemboran.
2. Cutting sampel diambil tiap 1,00 meter (dan/atau tiap perubahan formasi lithology), dan
dimasukkan dalam plastik sampel.
3. Tiap plastik sampel diberi kode lokasi bor dan interval kedalaman bor.
4. Diletakkan pada tempat yang bersih, aman, rapi atau diletakkan pada tempat yang telah
disediakan.
5. Peletakannya disusun berurutan dari kedalaman top sampai kedalaman bottom.
III.3.2. Pemboran Inti (Coring)
Pemboran inti adalah Pemboran inti merupakan proses pengambilan sampel core.
Langkah-langkah dalam pemboran inti:
a. Lakukan pemboran non coring sampai kedalaman 0,50 sampai 0,100 meter sebelum estimasi
kedalaman roof batubara (hasil dari Geophysical Logging). Dengan menggunakan mata bor
berukuran dia metet 3 inci (HQ) lakukan coring sampai minimal 0,50 meter melewati floor
lapisan batubara.
b. Ukur dan catat kedalaman pemboran sebelum dilakukan coring pada buku catatan harian.
c. Lakukan pemotongan dan pengangkatan core sampel jika tabung core barel sudah penuh atau
terjadi sesuatu yang mengharuskan core sampel untuk dipotong dan diangkat sebelum tabung
core sampel penuh (keputusan operator bor/driller).
d. mengukur dan mencatat kedalaman pemboran pemotongan dan pengangkatan core sampel pada
buku catatan harian.
e. mengukur dan mencatat kemajuan kedalaman coring pada buku catatan harian.

f. Keluarkan core sampel bersama tabung split dengan cara disemprot menggunakan air. Dilarang
mengeluarkan core sampel dan tabung split dengan cara dipukul pukul atau dengan cara lain
yang dapat membahayakan kondisi core sampel dalam keadaan utuh dan baik.
g. mengukur dan catat panjang core sampel yang didapat dan lakukan pemotretan lengkap dengan
data initial yang diperlukan sebelum ditaruh/diletakan pada core box.
h. Letakkan/taruh dan susun core sampel yang sudah dibungkus dengan plastik pada core box
sesuai petunjuk mengenai perlakuan dan perawatan core sampel. (juga dilakukan pemotretan).
i. Lakukan pengambilan sampel dengan pola Ply by Ply yang sudah ditentukan.
j. Pemboran distop/dihentikan sesuai dengan intruksi pengawas perusahaan (Well Site Geologist
atau yang ditunjuk).
k. Lakukan pekerjaan Geophysical Logging.
l. Lokasi yang yang sudah dibor diberi tanda berupa patok, ukuran patok disesuaikan dengan
diameter lubang bor. Tulis kode lokasi dan total kedalaman bor sesuai dengan petunjuk.
Amati jenis litologi dan batubara diantaranya, warna, tingkat pelapukan, kekerasan,
kekar, slickenside (kemiringan, jarak/spasi), kontak, ciri-ciri khusus (struktur sedimen, mineral
tertentu) untuk dasar pengenalan dalam pembuatan section/koreksi, warna, tingkat dan tebal
pelapukan, tebal, perselingan, dan sisipan atau nodul.
Kalau air pembilas kotor, maka inti bor harus dibersihkan pada saat diamati, kalau perlu
di split (belah) dengan parang agar dapat diketahui/diamati secara pasti. Untuk core box harus
selalu dicatat nomor bor, urutan core box, angka kedalaman, kemajuan pemboran, loss core (isi
dengan kayu), setelah lengkap dan teratur lalu difoto. Lalu simpan core box di tempat yang
terlindung/terjaga.
2. Perlakuan Sampel Pengintian (Coring)
Adapun perlakuan sampek coring yaitu :
1. Core sampel yang berada dalam tabung core barrel dikeluarkan bersama sama dengan tabung
split.

2.

Panjang core sampel langsung diukur untuk mengetahui recovery core sampel.

Recovery core sampel =

Panjang core sampel yg didapat


Panjang coring yg dilakukan

X 100 %

3. Core sampel yang sudah dikeluarkan kemudian diletakkan pada core box (kotak core). Core box
dibuat sesuai dengan ukuran core sampel, panjang 1 meter lebar disuaikan. Satu core box dibuat
untuk total kedalaman 5 meter.
4. Penyusunan core sampel dimulai dari ujung pojok kiri (top/roof) dan seterusnya menyambung
dari top/roof sampai bottom/floor.
5. Core box diberi tanda atau kode nomor lokasi bor, interval kedalaman bor dan nomor box.
6. Kondisi core sampel maupun core box harus dalam keadaan aman.
Gambar 15 : Core Box yang di isi sample Batubara. (Foto penulis 2012)
3.

Pengambilan dan Perlakuan Core Sampel

1. Lakukan deskripsi/pemerian sampel secara megaskopis dengan teliti dan benar.


2. Tentukan bagian roof dan bagian floor.
3.

Pastikan dengan teliti dan benar, ada parting atau tidak, ada yang loss atau tidak sebagai
pertimbangan untuk menentukan panjang pembagian sampel (ply by ply) yang akan diambil.

4. Tentukan batas panjang bagian sampel (ply) dan jumlah sampel yang akan diambil.
5. Tulis interval sampel pada buku deskripsi.
6. Tulis nomor sampel, nomor kode lokasi bor, lokasi pengambilan sampel, interval sampel, tebal
sampel, nomor bag (plastik sampel) berapa dari total bag berapa, tulis remarks (misal : sampel
lapuk, parting ikut disampel, interval loss sampel) pada kartu sampel.

7.

Siapkan plastik sampel dan tulis nomor kode lokasi bor dan nomor sampel, interval sampel,
tebal sampel, nomor bag berapa dari bag berapa.

8.

Ambil dan masukkan sampel pada plastik sampel, bagian per bagian sesuai dengan nomor
bagian (ply). Sampel tidak boleh terkontaminasi dengan kotoran atau sampel lain.

9.

Masukkan kartu sampel pada plastik sesuai dengan nomor sampel. Kartu sampel tidak boleh
kontak langsung dengan sampel (kartu sampel dilapisi plastik supaya tidak tembus uap air atau
rusak).

10. Ikat plastik sampel dengan kuat dan benar sesuai petunjuk, menggunakan tali yang sudah
disediakan.
11. Masing-masing plastik sampel (bag) dijadikan satu sesuai dengan nomor lokasi bor atau sesuai
dengan satu lapisan dan diikat dengan kuat dan benar supaya tidak berhamburan atau tercecer
dan memudahkan untuk pengecekan ulang.
12. Sampel langsung dibawa ke camp atau tempat yang sudah disediakan sebelum dibawa ke
laboratorium. Jika lokasi dekat dengan laboratorium sampel dapat langsung dibawa ke lab.
13. Dari tempat lokasi pengambilan sampel sampai dengan laboratorium, sampel tidak boleh
kehujanan atau rusak karena dapat mengurangi keakurasian hasil analisa.
III.3.2.a. Sampel Pemboran
Adapun parameter dalam penyampelan hasil coring yaitu :
1. Diukur panjang core conto batubara yang keluar dari core barrel
2. Dilakukan Pemotretan dengan mencantumkan, Lokasi, kode dan nomer lobang bor, tanggal,
interval sample.
3. Deskripsi
4. Core conto dipotong ply by ply
Dengan mempertimbangkan bahwa minimal berat sample untuk dianalisa 2,5 kg, ditentukanlah
untuk core ukuran HQ (63,50 mm) :

Roof non coal Ply 1 dan Ply (n) adalah 10 cm.

Roof of coal Ply 2 dan Ply (n-1) adalah 20 cm

Ply 3, Ply 4 dan seterusnya sampai Ply (n-2) adalah sample batubara tebal maksimum 100 cm.
Jika tebal batubara kurang dari 100 cm, pengambilan sample dengan metode Ply by Ply tidak
dilakukan, sample batubara akan diambil secara komposit. Lapisan batubara kurang dari 30 cm
tidak dilakukan pengambilan sample. Jika terdapat parting (sisipan) besar dari 10 cm akan
diambil sebagai sample tersendiri untuk dianalisa, sedangkan kurang dari 10 cm akan
dimasukkan kedalam sample batubara dimana parting tersebut berada.

5. Conto dimasukan dalam kantong plastik per ply dengan kode urut sample sesuai dengan lobang
bor dimana sample tersebut diambil.
6. Ditulis kode dan interval conto pada plastik conto dan kertas label (kertas label diusahakan tidak
kontak langsung dengan batubara).
7. Plastik conto diikat dengan kuat agar conto batubara tidak berkontaminasi dengan udara.
floor

bottom
floor
body
Top

B
A
T
U
B
A
R
A
roof

roof

Gambar : 16. Clean Coring Batubara

1. Roof dan floor (Rock) disampling setebal 0.25m (minimal 0.20m), jika :
a. Ketebalan shaly coal dan atau coaly shale kurang dari 0.25m (atau kurang dari 0.20m), maka
batuan diatasnya atau roof dan batuan dibawahnya atau floor diikut-sertakan juga sampai
ketebalan sample memadai.
b. Ketebalan roof yang terambil ketika start coring dilakukan hanya sedikit saja (kemungkinan
terjadi karena kurang tepat dalam menentukan interval start coring), maka untuk kecukupan
kebutuhan sample, sisa hasil coring bisa ditambah dengan cutting yang diambil sebelumnya.
c. Ketebalan floor yang terambil hanya tersisa sedikit saja (kemungkinan terjadi karena adanya
core loss pada coring terakhir), maka untuk kecukupan kebutuhan sample, sisa hasil coring bisa
ditambah dengan cutting yang diambil sesudahnya
2.

Untuk menjaga agar semua informasi bisa didapat selengkap mungkin, maka sebaiknya
pengambilan semua sample roof dan floor untuk rock harus dilakukan untuk setiap interval
batubara yang diambil samplenya.

3. Pada dasarnya, dilution material yang mungkin muncul dari batuan pengapit (roof/floor) hanya
akan mempengaruhi kenaikan atau penurunan kadar ash, sodium in ash, dan sulfur. Pengaruh
dilution material pada kenaikan atau penurunan moisture pada batubara tidak terlalu signifikan.
Kedua hal diatas menjadikan sample-sample dari roof and floor batubara untuk sementara dapat
disimpan oleh project owner (tidak harus oleh laboratorium) sampai sekiranya diperluakan
kemudian. Penyimpanan sample-sample roof dan floor yang tidak dikirimkan ke laboratorium
diusahakan sebersih dan seaman mungkin sehingga terhindar dari kemungkinan plastik
samplenya pecah dan juga terhindar dari sinar matahari. Penyimpanan sample-sample roof dan
floor yang tidak dikirimkan ke laboratorium juga akan berguna untuk mencapai tingkat efisiensi
biaya explorasi, terutama pada item untuk cost analysis.
4. Pembagian ply sample pada interval batubara yang clean adalah sebagai berikut:

a. Untuk tebal batubara yang lebih dari 1,50m, pembagian sample adalah:

ply 1 = 0.25m bagian top coal

ply 2 = 0.50m bagian kedua pada top coal

ply 3 = sisa interval bagian tengah coal

ply 4 = 0.50m bagian kedua pada bottom coal

ply 5 = 0.25m bagian bottom coal


b. Untuk tebal batubara yang lebih dari 1.0m dan kurang dari 1.50m, pembagian sample adalah:
ply 1 = 0.25m bagian top coal
ply 2 = sisa interval bagian tengah coal
ply 3 = 0.25m bagian bottom coal
c. Untuk tebal batubara yang kurang dari 1.0m, seluruh interval batubara diambil sebagai satu ply
sample saja
5.

Kebersihan sample dari cutting pemboran, akan sangat menentukan representatif tidaknya
kualitas sample yang dihasilkan

6.

Jika pada interval batubara pada bagian yang tengah (sisa) terdapat perbedaan karakteristik
megaskopik yang signifikan, maka bagian tersebut disampling terpisah dari bagian lainnya.

7.

Pengambilan sample dan juga pembagian ply sample pada suatu interval batubara, haruslah
mengacu pada interval kurva geophysical logging dan juga mengacu pada ada tidaknya anomali
pengotor atau bagian dari suatu lapisan batubara yang memperlihatikan mengandung kadar ash
yang relatif tinggi dibanding bagian lainnya.

8.

Jika wellsite mengalami keraguan dalam pelaksanaan sampling ini, maka sedapat mungkin
sebelum sampling dilakukan terlebih dahulu melakukan konfirmasi dengan supervisor lapangan.

9.

Pembagian sample batubara menjadi ply by ply sample harus dilakukan pada kondisi sample
tetap terbungkus oleh plastik wrap atau pembungkus plastik. Bagian sample batubara yang
terbuka akibat pemotongan sample, harus kembali ditutup oleh plastik wrap atau selotape untuk
menghindari berkurangnya moisture.

10. Penomoran ply by ply sample dapat dimulai dari bagian roof dan diakhiri pada bagian floor
sample. Atau dapat juga penomoran sample dimulai hanya dari top dan di akhiri di bagian
bottom batubara saja, sementara untuk roof dan floornya diberi nomor yang berbeda.
11. Sample yang telah dipreparasi diusahakan segera dikirimkan ke laboratorium Jika sample yang
telah dipreparasi tidak akan segera dikirimkan ke laboratorium maka diusahakan sample-sample
tersebut disimpan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari dan ditutup oleh karung goni
yang telah dibasahi (agar kelembabannya tetap terjaga).

KONDISI A - COAL WITH PARTING


Gambar : 17. With parting coring Batubara
Pada gambar di atas with parting coring Batubara, Jika parting kurang dari 0.10 meter
maka di jadikan satu dengan play sample yang akan di bagi dalam pembagian sample batubara.

ONDISI B - COAL WITH PARTING


Gambar : 18. With parting coring Batubara
Pada gambar diatas. with parting coring Batubara, Jika parting lebih dari 0.10 meter maka
di jadikan play sample sendiri dalam pembagian sample batubara.
Pembagian ply sample pada interval batubara yang mempunyai lapisan parting seperti
pada gambar adalah sebagai berikut:
a.

Lapisan parting harus disampling terpisah

b. Jika thickness coal 1 kurang dari 0.50m, maka ply sample dijadikan 1 ply saja.
c.

Jika thickness coal 2 lebih dari 0.50m tapi kurang dari 1.0m, maka cukup dijadikan 2 plies saja.
III.3.2.b. Pemerian inti bor (core)
Core mempunyai arti sangat penting, oleh karena itu core harus dijaga, diperlakukan hatihati, diamati secara lengkap, sifat/karakteristik batuan direkam dan terwakili dalam catatan.
Mengapa penting? Karena kesalahan pengamatan pada core akan mengakibatkan kesalahan pada
langkah berikutnya:

1. Core merupakan dasar pembuatan log bor.


2. Log bor dasar untuk membuat section.
3. Log bor dasar untuk menyusun korelasi.
4. Log bor dasar untuk menghitung cadangan dan lapisan penutup.
5.

Dengan core sampling dapat untuk mengetahui kualitas, akhirnya untuk membuat peta
kualitas.

6. Lebih jauh lagi, dari log bor untuk perencanaan tambang.


7. Kalau pengamatan core salah, maka nomor 1 - 5 akan salah, akibatnya mine plan bubar.
Pemerian batubara yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
1. Warna (colour) adalah warna dari batubara tersebut.
2. Kilap (bright/luster), yang dinyatakan dalam derajat prosentase batubara tersebut.
3. Cerat (Streak) adalah warna dari batubara yang telah digores .
4. Pecahan (Fracture).
5. Rekahan (cleat), rekahan yang terdapat pada batubara.
Pemerian untuk batuan lain yang perlu diperhatikan:
1. Warna (colour), warna dari litologi baik dalam keadaan lapuk maupun segar.

2. Besar butir (grain size).


3. Derajat Pemilahan (Sorting).
4. Kemas.
5. Kandungan Mineral.
6. Porositas.
7. Semen dan massa dasar (sementasi dan Matrix).
8. Struktur Sedimen.
III.3.2.c. sampel channel
Pengambilan conto channel pada prinsipnya sama dengan pengambilan conto coring.
Coring di ambil dari pemboran sedangkan channel diambil dari outcrop.
Cara pengambilan conto dari outcrop:
Menentukan lokasi outcrop batubara yang dapat mewakili dari top sampai bottom
kemudian membersihkan outcrop batubara dari kotoran (soil) dan batubara lapuk sepanjang
conto yang akan diambil kemudian membuat sodetan secara merata dari top sampai bottom
batubara, lebar kurang lebih 20 cm, tebal kurang lebih 0,5 meter atau sampai batubara segar,
panjang setebal vertikal outcrop batubara setelah itu conto batubara di ambil dari top sampai
bottom secara merata, sebanyak kurang lebih 3 kg, Conto dimasukan dalam kantong plastik per
ply, kemudian sampel yang telah di ambil ditulis kode dan interval conto pada plastik conto dan
kertas label kemudian plastik Conto diikat dengan kuat agar conto batubara tidak terkontaminasi
dengan udara
nk e

Gambar 19. Kenampakan autcrop dengan dip 700 (foto penulis 2012)
Gambar 20. Kenampakan penyebaran autcrop (foto penulis 2012)

Diposkan 8th November 2012 oleh abdullah hafis

http://hapisjambi.blogspot.com/2012/11/metode-sampling-batubara.html

Anda mungkin juga menyukai