I.
DEFINISI
Uretrosistitis adalah implamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi pada uretra (Smeltzer, Suzanne C. 2001). Infeksi Saluran Kemih
(ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi
mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)
Jadi kesimpulannya, Uretrosistitis adalah implamasi kandung kemih yang paling
sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi pada uretra. Hal ini dapat disebabkan
oleh aliran balik urin dari uretra kedalam kandung kemih, kontaminasi fekal,
pemakaian kateter.
Uretro Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari
uretra ke dalam kandung kemih ( refluks urtrovesikal ), kontaminasi fekal, pemakaian
kateter atau sistoskop.(Suzane, C. Smelzer. Keperawatan medikal bedah vol. 2.
hal.1432)
Uretro Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang menyerang pada pasien wanita,
dimana terjadi infeksi oleh Escherichia Coli.(Lewis.Medical Surgikal Nersing. Hal
1262)
Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa
mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai
pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran
perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan
seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai
substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma
karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah
KLASIFIKASI
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
1. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini
dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel,
hipertropi prostat dan striktura uretra.
2. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari
penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.
III.
ETIOLOGI
a. Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat
menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainanurologis
atau kalkuli.
b. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea,
dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi.
c. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksiinfeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi
urologis, kalkuli atau obstruksi.
d. Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari
meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi
yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
e. Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena
adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik
bladder) atau karena infeksi dari usus.
f. Jalur infeksi
Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih
sering ditemukan pada wanita.
Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
Penyebaran infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai kandung kemih
misalnya appendiksiti.
Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
IV.
PATOFISIOLOGI
Penyebab tersering dari uretrocistitis adalah mikroorganisme golongan bakteri
yang dapat naik ke uretra dan vesika urinaria, disebut sebagai penyebaran langsung.
Dapat pula melalui penyebaran hematogen dan limpogen meskipun jarang.
Penyebaran ini disebut tak langsung. Infeksi saluran kemih bawah ini selanjutnya
dapat naik keatas mencapai pielum ginjal dan ginjal.
Bakteri yang dapat menginvasi uretra atau vesika urinaria ditentukan oleh tiga
faktor penting yaitu:
1. Virulensi kuman.
Semakin tinggi virulensi kuman semakin mudah menginvasi jaringan. Virulensi
ini berhubungan dengan kemampuan tubuh mengenal (agent) dan ketahanan
kuman yang berhubungan dengan pemusnahan kuman yang sama dimasa lalu dan
tidak tuntas.
2. Jumlah bakteri.
Semakin banyak jumlah kuman semakin kuat menginvasi jaringan. Oleh karena
itu upaya meminimalkan bahkan menghilangkan kumna dari daerah perineum
penting.
3. Immunitas Host (penjamu).
Daya tahan yang didukung oleh terbentuknya antibodi yang melisiskan agent.
Daya tahan tubuh yang rendah tidak akan mampu membentuk antibodi secara
adekuat. Antibosi dibentuk dari globulin (protein) oleh karenanya kecukupan
protein untukmendukung ketahanan tubuh sangat penting.
Secara normal, saluran perkemihan mempunyai daya pelindung yang dapat
melindungi mukosa dari bakteri dari iritasi urin dengan dihasilkannya musin oleh
sel urotelial. Musin ini akan membasahi mukosa dan diproduksi secara terus menerus.
Selain itu dengan PH urin yang bersifat asam dan aliran urin yang mendorong akan
mencegah kuman menginvasi jaringan dan mencegah berkembang biaknya kuman.
Kondisi diatas dapat dipercepat oleh kondisi dibawah ini yang diindenfikasi sebagai
faktor predisposisi yaitu :
a. Abnormalitas anatomi saluran kemih
b. Gender. Uretra yang pendek dan lurus pada wanita sangat mudah dijangkau oleh
kuman sehingga berpotensi terjadinya infeksi/peradangan. Uretra pria yang sangat
panjang dan berbelok-belok merupakan faktor yang menguntungkan bagi
kesehatan urogenitalia pria.
c. Obstruksi batu seperti neprolitiasis; Uretherolitiasis dan Vesikolithiasis.
d. Adanya aliraan balik urin (Refluk)
e. Kehamilan. Pada kehamilan terjadi perubahan PH disekitar vagina yang
memungkinkan kuman berkembang biak dan dapat menjangkau uretra.
f. Penyakit kronis seperti Diabetes Melitus; Gout dan Hipertensi.
g. Instrumentasi
Tindakan invasif pada saluran kemih dapat menjadi pintu masuk kuman bila
tindakan aseptik dan antiseptik kurang mendapat perhatian. Disamping itu,
kemungkinan terjadinya iritasi pada mukosa sangat besar. Bahkan pada
penggunaan kateter dalam jangka waktu yang lama akan melumpuhkan sistem
pertahanan saluran yaitu dengan menekan fungsi sel urotelial.
V.
MANIFESTASI KLINIS
a. Eritema pada V.U hematuria
b. Edema dan hypersensitif V.U
c. Nyeri pada daerah V.U
d.Pemeriksaaan urin didapatkan ; berwarna keruh, berbau, piuria,
bakteriuria,hematuria
e. jarang disertai mual, muntah, badan lemah kondisi umu menurun
f. Rasa panas saat berkemih
VI.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Urinalisis
- Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar
(LPB) sediment air kemi
- Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
- Mikroskopis
- Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
e. Metode tes
- Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
- Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme menular
secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes
simplek).
- Tes-testambahan: Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat
dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic,
sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
VII.
PENATALAKSANAAN
Penanganan UTI yang ideal adalah agens antibakterial yang secara efektif
menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal pada flora fekal dan
vagina. (Vaginalis ragi terjadi sebanyak 25% pada pasien yang ditangani dengan agens
antimikrobial yang mempengaruhi flora vagina; menyebabkan lebih banyak gejala dan
semakin sulit.
Variasi program penanganan telah berhasil menangani infeksi traktus urinarius bawah
nonkomplikasi pada wanita; dari pemberian dosis tunggal, program medikasi short
course (3 4 hari), atau long course 7 10 hari. Upaya dilakukan untuk mempersingkat
perjalanan terapi antibiotik untuk UTI nonkomplikasi, sehingga 80% pasien akan
sembuh dalam tiga hari penanganan(child et al, 1993)
Penggunaan
medikasi
yang
trimethropin/sulfamethoxazole
umum
mencakup
sulfisoxazole
(TMP/SMZ,Bactrim,Septra),
dan
(Gantrisin),
nitrofurantoin
VIII.
KOMPLIKASI
1) Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2) Gagal ginjal
3) Sepsis
4) Radang pada daerah Vesica urinaria, ureter, dan ginjal
5) Prostatitis
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien.. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi: 8. Jakarta:
EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
Brunner & suddart. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. 2002. EGC, Jakarta