200110120241
Muhammad Yunus
200110120243
Arief Mangandar
200110120245
200110120246
Dwicki Octarianda
200110120247
Muhammad Ikram
200110120248
Mohammad Firdaus
200110120249
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
SUMEDANG
2014
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kandang adalah bangunan sebagai tempat tinggalnya ternak yang bertujuan
Kandang di daerah tropik tidak perlu dibatasi dengan dinding yang rapat.
Daerah tropik sebaiknya menggunakan kandang terbuka atau tanpa dinding. Dengan
demikian, ventilasi berjalan baik, temperatur tidak panas dan sinar matahari dapat
masuk kedalam kandang. Yang perlu diperhatikan hanyalah tiupan angin keras yang
langsung masuk ke kandang. Letak kandang perlu diatur atau diberi pelindung angin.
Atap sebaiknya dibuat tinggi. Jika perlu, kandang diberi alat tambahan pengatur
udara.
1.2.
Identifikasi Masalah
-
Sebutkan hal hal yang harus di perhatikan dalam pembuatan kandang sapi
perah di daerah tropis
1.3.
Mengetahui hal hal yang harus di perhatikan dalam pembuatan kandang sapi
perah di daerah tropis.
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Perkandangan
Perkandangan merupakan suatu lokasi atau lahan khusus yang diperuntukkan
sebagai sentra kegiatan peternakan yang di dalamnya terdiri atas bangunan utama
(kandang), bangunan penunjang (kantor, gudang pakan, kandang isolasi) dan
perlengkapan lainnya (Sugeng, 1998).Menurut Siregar (1993) dalam pembuatan
kandang sapi perah diperlukan beberapa persyaratan yaitu : terdapat ventilasi,
memberikan kenyamanan sapi perah, mudah dibersihkan, dan memberi kemudahan
bagi pekerja kandang dalam melakukan pekerjaannya. Sistem perkandangan ada dua
tipe yaitu stanchion barn dan loose house. Stanchion barn yaitu sistem perkandangan
dimana hewan diikat sehingga gerakannya terbatas sedangkan loose house yaitu
sistem perkandangan dimana hewan dibiarkan bergerak dengan batas batas tertentu
(Davis, 1962).
Perkandangan merupakan kompleks tempat tinggal ternak dan pengelola yang
digunakan untuk melakukan kegiatan proses produksi dari sebagian atau seluruh
kehidupannya dengan segala fasilitas dan peralatannya. Kandang adalah tempat
tinggal ternak untuk melakukan kegiatan produksi maupun reproduksi dari sebagian
atau seluruh kehidupannya ( Sudarmono, 1993 ). Pembuatan kandang sapi perah
diperlukan beberapa persyaratan yaitu : terdapat ventilasi, memberikan kenyamanan
sapi perah, mudah dibersihkan, dan memberi kemudahan bagi pekerja kandang dalam
melakukan pekerjaannya (Siregar, 1990).
Kandang didirikan untuk melindungi ternak dari hujan dan sengatan sinar
matahari yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatannya. Keseimbangan
energi dari hewan sangat dipengaruhi oleh suhu pertukaran di dalam kandang,
kelembaban, makanan, kebasahan, kelembaban lantai kandang dan ketebalan kulit
dari hewan itu sendiri (Sudarmono, 1993).
Lokasi kandang harus dekat dengan sumber air, mudah terjangkau, tidak
membahayakan ternak, tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk. Lokasi usaha
peternakan diusahakan bukan areal yang masuk dalam daerah perluasan kota dan juga
merupakan daerah yang nyaman dan layak untuk peternakan sapi perah (Syarief dan
Sumoprastowo, 1985). Ditambahkan, hal-hal lain yang perlu diperhatikan pada
kandang sapi perah adalah lantai, selokan, dinding, atap, ventilasi serta tempat pakan
dan minum. Lokasi kandang sebaiknya berada pada tanah yang datar, tidak becek dan
lembab, cukup sinar matahari, ventilasi lancar, agak jauh dari pemukiman penduduk
dan ukurannya sesuai dengan umur ternak (Setiadi, 1982).
Menurut Siregar (1993), sebaiknya kandang 20-30 cm lebih tinggi dari tanah
sekitarnya, jauh dari keramaian lalu lintas, manusia dan kendaraan. Kandang harus
dibangun dekat sumber air, sebab sapi perah memerlukan air untuk minum,
pembersihan lantai dan memandikan sapi. Kandang sebaiknya diarahkan ke timur
atau membujur ke utara selatan agar bagian dalam kandang memperoleh sinar
matahari pagi yang memadai. Sinar matahari bermanfaat untuk mengeringkan lantai
kandang sehingga mengurangi resiko terjangkitnya penyakit (Siregar, 1993).
2.2
Kontruksi Kandang
Konstruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, mempunyai sirkulasi
udara yang baik, tidak lembab, tidak menyebabkan licin dan mempunyai tempat
penampungan kotoran beserta saluran drainasenya. Konstruksi kandang harus
mampu menahan beban benturan dan dorongan yang kuat dari ternak, serta menjaga
keamanan ternak dari pencurian. Mendesain konstruksi kandang harus didasarkan
agroekosistem silayah setempat, tujuan pemeliharaan dan status fisiologi ternak. Tipe
dan bentuk kandang dibedakan menjadi berdasarkan status fisiologis ternak. Tipe dan
Bentuk kandang dibedakan berdasarkan status fisiologis dan pola pemeliharaan
dibedakan yaitu kandang pembibitan,
kandang pejantan (Williamson dan Payne, 1993). Atap kandang bisa berupa genting
atau asbes. Ketinggian atap setinggi 5 meter agar sirkulasi udara berjalan dengan
baik. Dinding kandang berupa semen setinggi 1,5 meter sedangkan bagian atasnya
terbuka. Fungsinya untuk
Sedangkan
alas berupa
mencegah
tanah
yang
terpaan
dilapisi
angin
semen
agar
mudah
dalam
(1993) menyatakan bahwa kemiringan atap dari genting 30450, asbes 15200, welit
(daun tebu dan sebagainya) 25300. Tinggi atap dari genting 4,5 m untuk dataran
rendah dan menengah, dan 4 m untuk dataran tinggi. Tinggi plafon emperan berkisar
antara 1,752,20 m dengan lebar emperan sekitar 1 m.
Lantai kandang dapat dibuat agak miring, dari bahan beton dengan perbandingan 1
bagian semen 2 bagian pasir dan 3 bagian kerikil, atau tanah biasa (Williamson dan
Payne, 1993). Menurut Sudarmono (1993), lantai kandang sebaiknya dibuat dari
bahan yang cukup keras dan tidak licin untuk dapat menjaga kebersihan dan
kesehatan
kandang.
Kebersihan
kandang
sangat
diperlukan
karena
akan
mempengaruhi kesehatan sapi. Lantai kandang terlalu keras dapat ditutup dengan
jerami agar menjadi tidak begitu keras. Lebih tegas Siregar (1993) menyebutkan
bahwa supaya air mudah mengalir atau kering, lantai kandang harus diupayakan
miring dengan kemiringan kurang lebih 20
Bagian kandang yang penting adalah tempat pakan dan minum. Hendaknya
tempat tersebut dibuat sekuat mungkin dan mudah dibersihkan (Ensminger,1991).
Tempat pakan dapat dibuat memanjang sepanjang kandang dan diusahakan sapi dapat
mengambil pakan yang disediakan. Tempat pakan dapat dibuat dengan kedalaman
sekitar 50 cm, dengan luas tempat pakan sekitar
diletakkan pada ember plastik atau dari bahan lain, diletakkan dengan cara digantung
dengan ketinggian kurang lebih 80 cm dari lantai dengan tujuan untuk menghindari
kontaminasi dari makanan dan desakan sapi (Sudarmono, 1993).
Selokan atau drainase lebarnya minimal 3040 cm. Kedalaman selokan atau
drainase 2025 cm (Siregar, 1993). Muljana (1985) menyatakan agar air pembersih
kandang dan air untuk memandikan sapi mudah mengalir menuju bak penampungan,
maka lantai bagian belakang dan disekeliling kandang harus dilengkapi selokan.
Selokan dibuat dengan lebar 20 cm dan kedalaman 15 cm yang dimaksudkan untuk
memudahkan pembuangan kotoran yang cair, air minum maupun air untuk
memandikan sapi. Blakely dan Bade (1998) mengatakan bahwa selokan harus cukup
lebar agar kotoran yang berasal dari kandang dapat keluar dengan cepat.
2.3
yang merugikan dengan adanya kandang ini ternak akan memperoleh kenyamanan.
Kandang sapi salah satunya dapat kandang barak. Luas kandang barak diperhitungkan
tidak lebih kurang dari 2 m per ekor (Santoso, 2001). Hampir selama hidupnya sapi
perah berada dalam kandang. Hanya kadang- kadang saja sapi perah dibawa keluar
kandang bahkan sapi perah di Indonesia pada umumnya jarang dikeluarkan dari
dalam kandang. Oleh karena itu kandang bagi sapi perah tidak hanya bersifat sebagai
tinggal saja,akan tetepi juga harus dapat memberi perlindungan dari segala aspek
yang mengganggu. Dengan perkataan lain, kandang harus dapat mengeliminir segala
faktor
luar
yang
dapat
menimbulkan
gangguan
sapi
perah
yang
ada
yaitu jenis tail to tail atau saling membelakangi dan head to head atau saling
berhadapan (Blakely dan Bade, 1998).
Terdapat dua jenis struktur kandang pemeliharaan sapi perah, yaitu kandang
tunggal dan kandang ganda. Kandang tunggal adalah penempatan sapi pada satu
baris dan biasanya dibuat di peternakan skala kecil. Kandang individu atau kandang
tunggal, merupakan model kandang satu ternak satu kandang. Pada bagian depan
ternak merupakan tempat palungan (tempat pakan dan air minum), sedangkan bagian
belakang adalah selokan pembuangan kotoran.Sekat pemisah pada kandang tipe ini
lebih diutamakan pada bagian depan ternak mulai palungan sampai bagian badan
ternak atau mulai palungan sampai batas pinggul ternak Tinggi sekat pemisah sekat
sekitar 1 m atau setinggi badan sapi. Sapi di kandang ndividu diikat dengan tali
tampar pada lantai depan guna menghindari perkelahian sesamanya. Luas kandang
individu disesuaikan dengan ukuran tubuh sapi yaitu sekitar panjang 2,5 meter dan
lebar 1,5 meter (Anonim, 2009). Kandang ganda adalah penempatan sapi pada dua
jajaran yang saling berhadapan atau saling membelakangi (Syarief dan Harianto,
2011). Kandang dengan jenis ganda adalah lebih ekonomis mengandangkan ternak
lebih dari 16- 20 sapi betina yang sedang laktasi. Kandang ganda dapat dirancang
sehingga sapi dapat menghadap kedepan kearah pusat tempat makanan atau
kebelakang dengan tempat makanan pada keedua sisi bangunan. Bentuk dan tipe
kandang sapi perah pada dasarnya tergantung pada jumlah sapi perah yang dipelihara,
keadaan iklim dan luas lahan yang dipelihara, selera dari peternak sendiri (Siregar,
1990).
Macam-macam kandang sapi perah antara lain kandang pedet dan kandang
sapi induk. Kandang pedet dibedakan menjadi kandang observasi (observasi pens),
kandang individu (individual pans), kandang kelompok (group pens), kandang pedet
berpindah (portable calf pens). Kandang sapi induk atau sapi dara antara lain kandang
tambat (stanchion bain), pada kandang ini kebebasan sapi bergerak sangat terbatas,
sehingga kondisi sapi kurang baik. Kandang ini ada dua jenis yaitu kandang
bertingkat dan kandang tunggal atau satu lantai, dengan tujuan mengurangi resiko
angin topan, mengurangi resiko kebakaran, murah dan membuatnya, serta mudah
perawatannya (Sutarno, 1994) dalam (Rohmad, 2011).
Eday, dkk (1981) menyatakan bahwa untuk meningkatkan produktifitas ternak
antara lain dapat dilakukan dengan peningkatan satu atau beberapa aspek tatalaksana
pemeliharaan seperti kebersihan kandang dan lingkungan, pengaturan perkawinan,
perbaikan makananserta cara pemberiannnya. Dalam teori pemerahan, hal hal yang
pertama dilakukan sebelumnya adalah membersihkan lantai kandang. Ini dilakukan
supaya dalam melakukan aktivitas pemerahan, susu yang diperoleh tetap dalam
keadaan steril, karena susu mengandung zat yang dapat dengan mudah menyerap bau
yang ada di sekitarnya. (Widodo, 1979). Lantai kandang yang baik, sangat
berpengaruh pada ternak itu sendiri, seperti drajat kemiringan lantai, kelicinannya,
dan kebersihannya.
Beberapa perlengkapan kandang untuk sapi perah meliputi :palungan yaitu
tempat pakan, tempat minum, saluran darinase, tempat penampungan kotoran, gudang
pakan dan peralatan kandang. Disamping itu harus dilengkapi dengan tempat
penampungan air yang terletak diatas (tangki air) yang dihubungkan dengan pipa ke
seluruh kandang. (Santoso, 2002)
III
PEMBAHASAN
Sistem perkandangan di Indonesia pada umumnya masih belum ada acuan
yang jelas terutama mengenai ukuran kandang yang ideal untuk sapi perah. Salah satu
sumber ketentuan pendirian kandang di peternakan adalah
SK Dirjenak No.
b. Aspek Sosial
Usaha peternakan dapat menghasilkan limbah atau kotoran yang baunya sangat
menyengat hidung apabila kotoran tersebut bercampur dengan air kencing, sisa-sisa
pakan dan sisa air minumnya, terlebih-lebih bila kotoran atau limbah tersebut tidak
dikelola dengan baik, maka akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Untuk
mengantisipasi hal tersebut di atas, dianjurkan agar kandang jauh dengan tempat
tinggal atau rumah penduduk sekitarnya. Hal ini untuk mengantisipasi dampak
negatif akibat limbah atau kotoran ternak yang kita usahakan.
c. Aspek Teknis
Lokasi Kandang
1. Transportasi Mudah
2. Dekat Sumber Air
3. Jauh dari Keramaian
4. Dekat dengan Sumber Pakan
5. Bebas dari Genangan Air
6. Ada Ijin Diri Bangunan
7. Jumlah Atau Populasi Ternak
8. Ketersediaan Bahan Baku
9. Konstruksi
10. Pondasi
11. Lantai Kandang
12. Dinding Kandang
3.1.
dengan populasi 1-10 ekor dengan perlengkapan kandang yang kurang memadai dan
bentuknya yang tunggal atau ganda.
penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran sedangkan tipe kandang
ganda yaitu penempatan sapi dilakukan dua baris dengan tippe head to head atau tail
to tail. Pada kandang tradisional bangunan kandang sederhana, atap dari rumbia,
genteng dan lantai dari tanah sedangkan peralatanya berupa tempat makan dan
minum dari ember plastik. Hijauan disebarkan ke lantai bercampur dengan kotoran
atau limbah lain.
Menurut Ambo Ako (2012) jenis kandang sapi perah yang dikenal di Indonesia
adalah sebagai berikut:
1.
Kandang pedet
Kandang pedet ada 2 macam yaitu individual dan kelompok. Untuk kandang
individual sekat kandang sebaiknya tidak terbuat dari tembok supaya sirkulasi udara
lancar, tinggi sekat + 1 m. Ukuran kandang untuk 0 4 minggu 0,75 x 1,5 m dan
untuk 4 8 minggu 1 x 1,8 m. Pada kandang kelompok adalah untuk anak sapi yang
telah berumur 4 8 minggu dengan ukuran 1 m2/ekor dan pada umur 8 12 minggu
1,5 m2/ekor dengan dinding setinggi 1 m. Dalam satu kelompok sebaiknya tidak dari
4 ekor. Tiap individu harus dilengkapi tempat makan dan tempat air minum.
3.
Kandang pejantan
Sapi pejantan pada umumnya dikandangkan secara khusus. Ukuran lebih
besar dari pada kandang induk dan konstruksinya lebih kuat. Bentuk yang paling baik
untuk kandang pejantan adalah kandang yang berhalaman atau Loose Box. Lebar dan
panjang untuk kandang pejantan minimal 3 x 4 m dengan ukuran halaman 4 x 6 m.
Tinggi atap hendaknya tidak dijangkau sapi yaitu 2,5 m, tinggi dinding kandang dan
pagar halaman 180 cm atau paling rendah 160 cm. Lebar pintu 150 cm dilengkapi
dengan beberapa kayu penghalang. Pagar halaman terbuat dari tembok setinggi 1 m,
di atasnya dipasang besi pipa dengan diameter 7 cm, disusun dengan jarak 20 cm.
Lantai kandang dibuat miring ke arah pintu, perbedaan tinggi paling tidak 5 cm.
Lantai halaman lebih baik dari beton. Perlengkapan lain yang diperlukan sama seperti
pada
kandang
yang
lain.
Pemberian
ransum harus
dilakukan
dari
luar
Kandang kawin
Tempat kawin dibuat pada pada bagian yang berhubungan dengan pagar
halaman kandang pejantan yang diatur dengan pintu-pintu agar perkawinan dapat
berlangsung dengan mudah dan cepat. Ukuran kandang kawin; panjang 110 cm, lebar
bagian depan 55 cm, lebar bagian belakang 75 cm, tinggi bagian depan 140 cm dan
tinggi bagian belakang 35 cm. Bahan kandang kawin sebaiknya digunakan balok
berukuran 20 x 20 cm. Tiang balok ditanam ke dalam tanah sedalam 50 60 cm dan
dibeton supaya kokoh.
3.2.
semakin besar, produksi per sapi yang meningkat, serta mekanisasi dan otomatisasi
dalam cara pemberian pakan dan pemerahan susu. Pemerahan bisa berlangsung lebih
praktis dan cepat dan di ruang terbuka, tidak seperti dalam petak kandang (stall).
Salah satu faktor kunci dalam peternakan modern ialah efisiensi kerja. Ini menuntut
tipe perkandangan yang kompak dan terancang dengan baik. Beberapa faktor yang
akan memengaruhi rancangan itu meliputi ukuran, cara pemerahan, cara pemberian
pakan, tenaga kerja, ruang yang tersedia, dan seterusnya. Kandang sapi modern
berukuran panjang 24 m dan lebar 10 m , dengan 3 buah bejana terbuat dari pasangan
batu bata, masing masing 2 buah tempat pakan di pinggir, dan tempat minum
disamping. Dengan lantai terbuat dari cor beton bertulang untuk mempermudah
pembersihan kotoran sapi, ukuran kandang sepanjang 24 m dan lebar 10 m dan
dipisahkan oleh bejana air minum. Pintu kandang terbuat dari tiang dari pipa setebal
80 mm, diberi penguat besi sling untuk perkuatan karena lebar pintu hampir 5 m ,
konstruksi pagar mendatar dapat menggunakan pipa diameter 50 mm.
3.3.
dibandingkan dengan negara sub tropis yang lebih dingin, sehingga di negara tropis
kandang tetap dibutuhkan untuk melindungi ternak pada malam hari, panas terik sinar
matahari, dan hujan
sederhana cukup dibangun kandang pedet, sapi dara dan sapi dewasa untuk menjaga
ternak dari binatang predator. Kandang sapi perah dapat dibangun dalam skala kecil
di daerah tropis dengan pertanian intensif, sistem pemerahan yang berkesinambungan
dan persediaan pakan ternak untuk mencukupi produksi susu dan pokok hidup sapi.
Suhu udara di Indonesia pada umumnya tinggi yaitu antara 24 34oC, dan
kelembaban udara juga tinggi yaitu antara 60 - 90%. Hal ini dapat menyebabkan
proses penguapan dari tubuh sapi terhambat sehingga sapi mengalami cekaman
panas. Tingginya suhu dan kelembaban udara tersebut disebabkan oleh radiasi
matahari yang tinggi, sehingga lokasi peternakan sapi perah di Indonesia akan lebih
baik jika berada pada ketinggian di atas 800 m d.p.l. Selain radiasi, produksi panas
hewan yang berupa panas laten dan panas sensible, tinggi, luas, bahan atap dan
bukaan ventilasi yang kurang tepat merupakan penyebab naiknya suhu dan
kelembaban udara dalam kandang sapi perah. Salah satu upaya untuk menurunkan
suhu dan kelembaban udara di dalam kandang yaitu dengan sistem ventilasi agar
terjadi pertukaran udara di dalam dan luar kandang dengan baik sehingga panas
dalam kandang dapat diminimalisir. Pada ventilasi alamiah, pertukaran udara terjadi
jika ada perbedaan tekanan melalui bukaan bangunan dan angin. Luas bukaan
ventilasi sangat mempengaruhi pola aliran dan distribusi udara dalam kandang yang
dapat menentukan besarnya distribusi suhu dan kelambaban udara dalam kandang .
Untuk memperoleh luas bukaan ventilasi (alamiah) yang menghasilkan
distribusi suhu dan kelambaban udara dalam kandang yang baik, diperlukan analisis
sifat dan pola aliran serta distribusi udara dalam kandang. Pada ventilasi alamiah,
pertukaran udara terjadi jika ada perbedaan tekanan melalui bukaan bangunan dan
angin. Luas bukaan ventilasi sangat mempengaruhi pola aliran dan distribusi udara
dalam kandang yang dapat menentukan besarnya distribusi suhu dan kelambaban
udara dalam kandang . Untuk memperoleh luas bukaan ventilasi (alamiah) yang
menghasilkan distribusi suhu dan kelambaban udara dalam kandang yang baik,
diperlukan analisis sifat dan pola aliran serta distribusi udara dalam kandang. Tipe
kandang yang dapat di gunakan di Indonesia :
a. Kandang Terbuka
Kandang Terbuka adalah kandang yang semua sisinya terbuka.
Kelebihan :
a. Biaya pembangunan murah
b. Biaya oprasional murah
c. Tidak ketergantungan dengan listrik, karena apabila listrik mati maka sistem akan
terganggu.
Kekurangan :
a. Perlindungan terhadap penyakit kurang baik
b. Perlindungan terhadap factor lingkungan kurang baik
b. Kandang Tertutup
Tujuan membangun kandang tertutup adalah:
1. Untuk menyediakan udara yang sehat bagi ternak (sistem ventilasi yang baik)
yaitu udara yang menghadirkan sebanyak-banyaknya oksigen, dan
mengeluarkan sesegera mungkin gas-gas berbahaya seperti karbondioksida
dan amonia.
2. Menyediakan iklim yang nyaman bagi ternak. Untuk menyediakan iklim yang
kondusif bagi ternak dapat dilakukan dengan cara: mengeluarkan panas dari
kandang yang dihasilkan dari tubuh ternak dan lingkungan luar, menurunkan
suhu udara yang masuk serta mengatur kelembaban yang sesuai.
3. Meminimumkan tingkat stress pada ternak.
Kelebihan :
a. Perlindungan ternak terhadap penyakit dapat di maksimalkan.
b. Tenak tidak terpengaruh dengan lingkungan luar
Kekurangan :
a. Biaya pembangunan mahal
b. Biaya oprasional mahal
c. Ketergantungan dengan listrik, karena apabila listrik mati maka sistem akan
terganggu.
IV
KESIMPULAN
Kebutuhan kandang sapi perah di negara iklim tropis lebih sederhana bila
dibandingkan dengan negara sub tropis yang lebih dingin, sehingga di negara
tropis kandang tetap dibutuhkan untuk melindungi ternak pada malam hari,
panas terik sinar matahari, dan hujan lebat juga mempermudah pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J. dan H. Bade, D. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigondono).
Davis, R.F. 1962. Modern Dairy Cattle Management. Prentice Hall, Inc. Amerika
Serikat
Ensminger, M. E. 1971. Dairy Cattle Science. First Edition. The Inter State Printers
Publisher, Inc. Dancilles, Illionois
Putra, A. R. 2004. Kondisi teknis peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan Pondok
Rangon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Skripsi. Program Studi
Teknologi Produksi Ternak. Fakultan Peternakan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Rohmad. 2011. Pemeliharaan Sapi Perah. http://www.rohmad.com/2011/11/ meraupuntung-dari-sapi-perah.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014
Santosa, U. 1997. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Siregar, Soribasya, M.S. 1990. Sapi Perah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soetardi, T. 1995. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Pakan. Prosiding Seminar
Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor.
Sudarmono. 1993. Kandang Ternak Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Frey,
J.K.R., Frahm, J.V. Whitemen J.E., Tamer & D.F. Stephen. 1972. Evaluation
of Cow Type Classification Score and Its Relationship to Cow Productivity. J.
of An. Sci., 31 : 171 (Abstr)
Syarief, M. Z. dan C. D. A. Sumoprastowo.1990. Ternak Perah. CV. Yasaguna.
Jakarta.
Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. (diterjemahkan oleh Bambang
Srigandono).