Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERSTUKTUR DAN PEMBERIAN

TUGAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR


BAHASA INDONESIA PADA SISWA SMP KELAS IX

Oleh : Lilis Sumarni, S.Pd


(Guru Bhs. Indonesia di SMP Negeri 1 Rancakalong)

ABSTRAK
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan
hanya mengetahui. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi
terbukti berhasil dalam hal kemampuan mengingat, sedangkan untuk aspek pemecahan
masalah dalam jangka panjang hal ini dirasakan belum optimal. Permasalahan yang
terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikelas adalah prestasi belajar siswa yang
masih rendah.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis berupaya untuk melakukan penelitian
tindakan kelas dengan mencoba menerapkan model pembelajaran terstruktur dan
pemberian tugas dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IX SMP Negeri
1Rancakalong Kabupaten Sumedang.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh dari
penerapan pembelajaran terstruktur dan pemberian tugas terhadap peningkatan hasil
belajar dan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Setelah pelaksanaan penelitian tindakan dilaksanakan selama tiga siklus, maka terjadi
perbaikan pada prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan
pada hasil belajar siswa dari 60,71 pada siklus I, 71,43 pada siklus II menjadi 89,29
pada siklus III.
Kata Kunci : Pembelajaran Terstruktur, Prestasi Belajar
A. PENDAHULUAN
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara konvensional telah
berlangsung lama. Selama ini guru memulai pembelajaran dengan menjelaskan
materi, kemudian dilanjutkan dengan latihan soal soal yang ada di buku paket.
Guru jarang menggunakan dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah. Selama pembelajaran
berlangsung, rata rata 3 5 orang siswa yang bertanya. Sebagian besar siswa
pada umumnya mencatat penjelasan guru. Guru jarang memberi tugas kepada
siswa baik secara individual maupun kelompok untuk melakukan penyelidikan dan
mempresentasikan penjelasan yang berkaitan dengan fenomena yang berhubungan
dengan dunia nyata.
Ranggon Guru Sumedang Volume 1 No. 11 Bulan
Agustus 2014

81

Kondisi yang terjadi dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IX


SMP Negeri 1 Rancakalong pada umumnya siswa terlihat pasif dalam belajar.
Hampir seluruh inisiatif, informasi, pertanyaan dan penugasan berpusat pada guru.
Selain itu guru mendominasi kelas (teacher centered), serta minat belajar siswa
dan prestasi belajar dalam mata pelaran Bahasa Indonesia yang rendah.
Berkenaan dengan kondisi tersebut, guru harus mampu menghadapi tantangan
tersebut dengan cara mencari strategi strategi pembelajaran yang bersifat
inovatif. Salah satu diantaranya adalah pembelajaran berbasis proyek yang
terstruktur. Model pembelajaran terstruktur berbasis tugas atau proyek adalah suatu
model pembelajaran yang menuntut siswa untuk berpikir kritis, memecahkan
masalah, belajar secara mandiri, dan menuntut ketrampilan berpartisipasi dalam
tim. Proses pemecahan masalah dilakukan secara kolaboratif dan disesuaikan
dengan kehidupan.
Jika kondisi ini terus berlangsung, maka proses belajar mengajar akan
menjadi monoton, membosankan dan menurunkan kualitas belajar. Penurunan
kualitas belajar tersebut dapat mengakibatkan menurunnya minat siswa terhadap
pelajaran bahasa Indonesia dan prestasi belajar dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, seorang guru dituntut
untuk memiliki keterampilan dalam memilih dan menggunakan metode atau
strategi pembelajaran yang tepat.
Tiap tap model pembelajaran membutuhkan system pengelolaan lingkungan
belajar yang berbeda. Walaupun pada dasarnya memiliki komponen komponen
yang sama. Setiap model pembelajaran biasanya di awali dengan upaya menarik
perhatian dan minat belajar siswa. melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan
diakhiri dengan kegiatan penutup baik kegiatan merangkum intisari pelajaran
maupun kegiatan lainnya.
Bertolak dari identifikasi masalah diatas maka peneliti merasa perlu untuk
memperbaiki kondisi yang terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP
Negeri 1 Rancakalong dengan menerapkan model pembelajaran terstruktur
berbasis tugas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh dari model pembelajaran terstruktur berbasis tugas dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa di kelas IX SMP Negeri 1 Rancakalong Kabupaten
Sumedang khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
B.

KAJIAN TEORITIS
1. Pembelajaran Terstruktur
Pembelajaran terstruktur adalah bentuk pembelajaran sistematis. Dalam
pelaksanaan pembelajaran terstruktur berorientasi pada tujuan yang dicapai.
Tugas terstruktur adalah salah satu bentuk kegiatan kurikuler untuk mencapai
tujuan. Setiap proses kegiatan pasti ada arah tujuan yang hendak dicapai. Guru
diharapkan memiliki strategi tertentu dalam melaksanakan pembelajaran agar
tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
82

Ranggon Guru Sumedang Volume 1 No. 11 Bulan


Agustus 2014

Pembelajaran terstrktur pada umumnya berkaitan dengan bentuk


pembelajaran berbasis tugas (Project based learning). Pembelajaran berbasis
tugas adalah pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk melakukan
penyelidikan terhadap masalah masalah authentic termasuk pendalaman
materi dari satu topic pembelajaran. Pendekatan ini memperkenankan siswa
untuk bekerja secara mandiri dan mengkontruksikannya dalam produk nyata
(Buck Institut for Education, 2001).
Siswa diberi tugas yang kompleks, sulit, lengkap, realistic dan kemudian
diberikan bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas mereka.
Prinsip ini digunakan untuk menunjang pemberian tugas kompleks di kelas
seperti proyek, simulasi, penyelidikan masyarakat, dan tugas tugas lainnya.
Tugas terstruktur dapat diberikan kepada siswa diluar proses belajar
mengajar, tujuannya adalah sebagai penunjang pelaksanaan program
intrakurikuler. Tujuan tersebut diarahkan agar siswa dapat lebih memahami
bahan ajar yang telah dipelajarinya serta melatih tanggung jawab siswa.
Ruang lingkup kegiatan tugas terstruktur dapat dikelompokan menjadi 4
macam, yaitu:
a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan diluar jam pelajaran
tatap muka.
b. Tugas diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu separuh dari jam tatap
muka.
c. Siswa mengerjakan tugas secara individual maupun kelompok.
d. Pengumpulan tugas sekaligus dilakukan pemeriksaan dan penilaian.
e. Asas pelaksanaan.
Pelaksanaan kegiatan tugas terstruktur harus memperhatikan asas asas
sebagai berikut:
a. Menunjang langsung kegiatan intrakurikuler.
b. Hubungannya jelas dengan pokok bahasan yang diajarkan.
c. Menunjang kebutuhan siswa memanfaatkan ilmunya untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupannya.
d. Tidak menjadi bahan yang berlebihan bagi siswa yang dapat mengakibatkan
gangguan fisik ataupun psikologis.
e. Tidak menimbulkan beban pembiayaan yang memberatkan siswa maupun
orang tua siswa.
f. Perlu pengadministrasian yang baik dan teratur.
Jadi pemberian tugas terstruktur yang tidak berdasarkan asas asas
tersebut dapat berakibat pada beban fisik maupun psikologis pada siswa, oleh
sebab itu guru harus mempertimbangkan pelaksanaannya dengan baik.
Kegiatan tugas terstruktur dapat dilaksanakan secara perorangan maupun
kelompok. kerja kelompok mempunyai arti yang sangat penting untuk
mengembangkan sikap bergotong royong, tenggang rasa, persaingan sehat,
kerjasama dalam kelompok dan kemampuan memimpin.
Jenis tugas hendaknya juga disesuaikan dengan jumlah anggota
kelompok, sehingga tugas benar benar dapat dilakukan secara kelompok. Jadi
Ranggon Guru Sumedang Volume 1 No. 11 Bulan
83
Agustus 2014

tugas yang tidak seharusnya diberikan secara kelompok dapat menimbulkan


kesulitan kesulitan baru bagi siswa, sedangkan tugas perorangan mempunyai
makna untuk mengembangkan sikap mandiri dan memungkinkan penyesuaian
kegiatan belajar dan minat serta kemampuan siswa.
Langkah langkah pelaksanaan kegiatan tugas terstruktur meliputi tiga
kegiatan pokok, yaitu;
a. Persiapan; dilakukan oleh guru dengan cara menyiapkan, merencanakan
bahan atau materi yang akan ditugaskan kepada siswa. kemudian
menginformasikan tugas tersebut kepada siswa disertai penjelasan yang
menyangkut pelaksanaan tugas tersebut.
b. Pelaksanaan; dilakukan oleh siswa, yaitu siswa mulai mengerjakan tugas
tersebut secara perorangan maupun kelompok seperti yang dikehendaki
guru. Penyelesaian tugas tersebut dapat dilakukan dalam satu kali
pertemuan. Atau dalam beberapa kali pertemuan.
c. Penilaian; dilakukan terutama terhadap hasil kegiatan terstruktur. Penilaian
kegiatan terstruktur dilakukan setelah siswa selesai mengerjakan tugas dan
hasil penilaian tersebut dapat dipertimbangkan dalam menentukan nilai
raport siswa.
2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai setelah siswa melalui
suatu proses belajar yang berwujud angka symbol symbol yang menyatakan
kemampuan siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu. Prestasi belajar adalah
kemampuan untuk menampilkan pengalaman dan penguasaan bahan yang telah
dipelajari. Prestasi belajar biasanya digambarkan sebagai hasil belajar.
Hasil Belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek aspek perilaku tergantung pada apa
yang dipelajari oleh pembelajar. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana 1999:3). Prestasi
belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam mengikuti program
pengajaran pada waktu tertentu dalam bentuk nilai (Depdikbud, 1999:140). Hasil
belajar siswa adalah akumulasi nilai pada raport. Bermacam macam prestasi
diantaranya adalah: prestasi baik, prestasi cukup, prestasi kurang. Faktor faktor
yang berpengaruh dalam prestasi belajar antara lain: faktor individu, faktor
lingkungan belajar, dan faktor materi pembelajaran. Beberapa cara untuk
menentukan hasil belajar dengan menggunakan tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan
atau ketrampilan proses.
Faktor faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu: (1) faktor individual, yaitu faktor kematangan/pertumbuhan,
kecerdasan/intellegensi, latihan, motivasi, dan faktor pribadi dan, (2) faktor
sosial, yaitu faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya,
alat alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan
84 kesempatan
Ranggon
Guru dan
Sumedang
Volume
1 No.
Bulan
yang tersedia,
motivasi sosial
(Purwanto,
199011
: 102).
Agustus 2014

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan siswa


telah melakukan perbuatan belajar, yang meliputi pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap baru yang diharapkan oleh siswa. Tujuan belajar adalah suatu
deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah
berlangsungnya proses belajar. Tujuan belajar merupakan cara akurat untuk
menentukan hasil pembelajaran. Tujuan pembelajaran (Instructional goals) dan
tujuan belajar (learning objectives) berbeda, namun berhubungan erat antara
satu dengan lainnya.
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang memiliki
kepandaian, ilmu tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. (KBBI, 1996:14). Sedangkan menurut Soetomo (1993:68),
pembelajaran diartikan sebagai proses pengelolaan lingkungan seseorang yang
dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk
melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu. Pembelajaran menurut
pasal 1 UU No 20 tentang Sistem pendidikan Nasional adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Lebih lanjut Soetomo (1993:120) mengemukakan bahwa belajar adalah
suatu proses yang menyebabkan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh
proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan,
kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain lain. Jadi
pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses yang disengaja yang
menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan
kegiatan pada situasi tertentu.
Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang berkaitan
dengan penggunaan bahasa Indonesia baik sebagai alat yang dipakai manusia
untuk memberi bentuk kepada sesuatu yang hidup di jiwanya, atau pernyataan
perasaan jiwa dengan kata kata secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran
bahasa bertujuan untuk melatih dalam aspek penguasaan bahasa dengan baik.
Penguasaan bahasa meliputi penguasaan bahasa secara pasif, misalnya
membaca, mendengarkan dan penguasaan bahasa secara aktif, misalnya
bercakap cakap dan atau menulis.
Tujuan yang terpenting dari pengajaran bahasa adalah mengajarkan
perbendaharaan kata, perkataan perkataan baru dengan artinya sekaligus.
Oleh karena itu, pada saat anak belajar membaca permulaan, jangan dimulai
dari menghafal huruf, tetapi mulai dari pola kalimat sederhana dan lembaga
kata. Biasanya anak mendengar, membaca, dan menuliskan yang mempunyai
arti ganda.
Demikian halnya jika dikaitkan dengan pemikiran tentang pembelajaran
berbahasa dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, maka Aktivitas
pendidik di dalam dan di luar kelas ketika melaksanakan pembelajaran Bahasa
Ranggon
Volume
1 No.
Bulan
85
IndonesiaGuru
harus Sumedang
berorientasi pada
tujuan yang
ingin11
dicapai.
Berkenaan dengan
Agustus
2014
itu, guru harus bisa memfasilitasi pembalajaran bahasa Indonesia melalui

peranannya dalam hal; (1) mengarahkan aktivitas peserta didik; (2) memilih
dan menyiapkan bahan pembelajaran; (3) memerika hasil kerja peserta didik;
dan (4) berkoordinasi dalam menyiapkan kondisi kelas untuk kegiatan
pembelajaran.
C. METODOLOGI PENELTIAN
1. Data Penelitian
Data penelitian yang akan dikumpulkan berupa perkataan, aktivitas, dokumen
situasi dan peristiwa yang dapat diobservasi, berkenaan dengan kegiatan guru
dan siswa termasuk interaksi sosial yang terjadi selama pembelajaran Pendidikan
Ilmu Pengetahuan sosial berlangsung. Untuk jelasnya data penelitian dapat
diuraikan secara rinci berupa:
a. Perkataan, yakini hubungan hubungan interaktif yang verbal guru-siswa,
antara siswa. Data ini dikumpulkan lewat observasi langsung terhadap
pelaksanaan pembelajaran didalam kelas (pelaksanaan eksplorasi, generatin,
elaborasi dan pemantapan), selama diskusi balikan yang dilaksanakan antara
peneliti dan guru.
b. Aktivitas, berupa tindakan interaktif antara guru-siswa, serta sikap guru dalam
mengambil keputusan instruksional dan reaksi. Data tersebut diperoleh lewat
pengamatan langsung atau pelaksanan proses belajar mengajar di kelas.
c. Dokumen, berupa tes atau bahan-bahan tertulis berkenaan dengan
pembelajaran yang dibuat peneliti bersama peneliti mitra.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Observasi
b. Wawancara
3. Prosedur dan Proses Penelitian Tindakan
a. Prosedur pengembangan Program Tindakan
b. Prosedur Penelitian Tindakan
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan dilakukan melalui tiga langkah
pokok secara siklus, antara lain:
1. Perencanaan
2. Praktik elaborasi,
3. Diskusi balikan,
4. Prosedur Pengolahan dan analisa Data
a. Pengumpulan dan kategori data
Pada tahapan kegiatan ini dikumpulkan data-data yang diperoleh melalui
berbagai teknik pengumpulan data (wawancara, observasi, dokumentasi dan
refleksi).
D. Hasil Penelitian Tindakan Kelas
86 Pelaksanaan
Ranggon
Guru
Volume
1 No.
11 siswa
Bulan
tindakan
kelas Sumedang
untuk meningkatkan
prestasi
belajar
dalam
Agustus
2014
pembelajaran bahasa Indonesia melalaui penerapan pembelajaran terstruktur dan
pemberian tugas terhadap siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rancakalong dilakukan
dalam tiga siklus. Setiap siklus dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi

dan diakhiri dengan kegiatan refleksi. Indikator yang dijadikan ukuran keberhasilan
adalah adanya peningkatan pada prestasi belajar yang ditandai dengan meningkatnya
hasil belajar siswa dalam memahami materi ajar serta proses pemaknaan terhadap
apa yang sudah dipelajari. Dengan demikian penekanan utama yang dijadikan bahan
pertimbangan bagi pencapaian tujuan meliputi penilaian terhadap proses dan hasil
belajar siswa.
Berdasarkan analisis data dari pelaksanaan tindakan pada siklus I, II dan III,
diperoleh gambaran mengenai aktivitas guru dan siswa selama proses belajar
mengajar berlangsung, dimana secara keseluruhan siswa menunjukkan aktivitas
belajar mengajar yang baik. Guru sudah menunjukkan kinerja yang baik dalam
merancang, melaksanakan dan memberikan tindak lanjut terhadap pembelajaran
dengan penerapan pembelajaran terstruktur dan pemberian tugas terhadap siswa.
Sedangkan pada aktivitas belajar siswa, sebagian besar siswa menunjukkan aktivitas
belajar secara aktif dan mandiri dalam kelompoknya baik pada siklus I, siklus II
maupun pada siklus III. Gambaran mengenai peningkatan hasil belajar selama
penelitian tindakan kelas ini dapat terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1
Aktivitas Guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, II dan III
Prosentase Kegiatan
No
Uraian Kegiatan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1
Menyampaikan tujuan
6
6,7
10
2
Memberikan motivasi
7,3
7,7
8,7
3
Menghubungkan dengan pelajaran
8,3
10,7
15,7
berikutnya
4
Melaksanakan pembelajaran
7,3
10,7
13,7
5
Menjelaskan materi yang sulit
13,3
20,7
25,7
6
Membimbing
siswa
dalam
21,7
25
31
melaksanakan tugas
7
Memberi kesempatan kepada siswa
10
18,2
25
untuk menyampaikan hasil kerja
8
Memberikan umpan balik
18,3
26,6
28,7
9
Membimbing siswa dalam membuat
7,7
8,7
10
rangkuman materi
Berdasarkan data data pada tabel diatas, peneliti mendapat gambaran bahwa
semua aspek aktivitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
memperlihatkan adanya peningkatan yang berarti dan signifikan.
2
Ranggon Guru Sumedang Tabel
Volume
1 No. 11 Bulan
87
Rekapitulasi Hasil Tes
Formatif
Siswa
pada
Siklus
I,
II
dan
Siklus
II
Agustus 2014
Hasil
Hasil
Hasil
No
Uraian
siklus III
Siklus I
Siklus II
1 Nilai rata rata tes formatif
66,25
74,64
82,50
2 Jumlah siswa yang tuntas
17
20
25

belajar
Prosentase ketuntasan belajar

60,71

71,43

89,29

Berdasarakan data pada tabel di atas, perbandingan nilai rata rata hasil tes
siswa pada siklus I dan siklus II, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 8,39 point, dan dari
siklus II ke siklus III sebesar 7,86 point. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
bertambah selalu mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III. Pada siklus
I jumlah siswa yang tuntas berjumlah 17 orang, meningkat menjadi 20 orang pada
siklus II dan menjadi 25 orang pada siklus III. Grafik dibawah ini menggambarkan
peningkatan prosentase ketuntasan siswa selama penelitian berlangsung.

E. KESIMPULAN
88
Ranggon Guru Sumedang Volume 1 No. 11 Bulan
1. Kesimpulan
Agustus
2014 pretasi belajar siswa dalam
Pelaksanaan tindakan kelas untuk
meningkatkan
pembelajaran bahasa Indonesia melalaui penerapan pembelajaran terstruktur dan
pemberian tugas pada siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Rancakalong berlangsung
dalam tiga siklus. Setiap siklus dalam pelaksanaan tindakan merupakan satu
kesatuan yang saling terkait satu sama lainnya, baik bersifat perbaikan maupun
penyempurnaan atas tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus sebelumnya.

Berdasarkan data data yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan, maka peneliti
sampai pada kesimpulan yakni terjadi peningkatan pada prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IX yang diindikasikan dari adanya
peningkatan pada aspek hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa yang terus
meningkat sejak pelaksanaan siklus I (66,25), siklus II (74,64) dan siklus III (82,50).
Selain itu pada aspek ketuntasan belajar siswa pun meningkat dari siklus I (17
orang), siklus II (20 orang dan siklus III (25 orang). Dengan demikian penerpan
pembelajaran terstruktur dan pemberian tugas dipandang efektif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada
kelas IX di SMP Negeri 1 Rancakalong Kabupaten Sumedang.
2. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar Bahasa Indonesia lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang
optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut
Bagi guru :
a. Selalu berusaha menerapkan model pembelajaran supaya pembelajaran
lebih aktif
b. Hendaknya selalu berusaha agar media pengajaran yang disajikan dapat
digunakan dan dimanfaatkan oleh siswa.
F. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta:
Jakarta
Azwar, Saifudin. 2006. Pengantar Psikologi Intelegensia.Pustaka Pelajar:
Yogyakarta
Deska Djoky, 2004, Memahami Contextual Teaching for Learning.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Kember David, 2000, Action Learning and Action Research, Great Britain, Bidles,
Ltd.
Lestari, T, 2004, strategi pembelajaran dalam kurikulum, bandung, In Haouse
Training
Slameto, 2004, Belajar dan Faktorfactor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta:
Jakarta.
Syaefudin, Abin. (2005) Perencanaan Pendidikan Pendekatan Komprehensif. PT
Ranggon Guru Sumedang Volume 1 No. 11 Bulan
89
Remaja Rosdakarya: Bandung
Agustus 2014

90

Ranggon Guru Sumedang Volume 1 No. 11 Bulan


Agustus 2014

Anda mungkin juga menyukai